Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

May 4, 2016

Herodes Agung

Lebih dari 2.000 tahun silam, ia memerintah selama kira-kira tiga dekade. Kerajaannya berlokasi di Yudea dan termasuk beberapa wilayah di sekitarnya. Ia dikenal dalam sejarah sebagai Herodes Agung.

Herodes sering diingat sebagai pembunuh yang cemburu; ia membunuh bukan hanya anggota keluarganya melainkan juga anak-anak lelaki yang tak berdaya. Ketika para ahli nujum dari Timur melaporkan kepadanya bahwa seorang calon raja telah lahir, Herodes berpura-pura ingin menghormati anak itu. Ia meminta mereka untuk mencarinya dan setelah itu datang kembali. Namun, ketika Allah memperingatkan para ahli nujum itu untuk tidak kembali, Herodes memerintahkan pembunuhan atas semua anak lelaki berusia dua tahun ke bawah di Betlehem, kota tempat para ahli nujum itu menemukan Yesus, dan juga di seluruh distriknya.—Matius 2:1-18.

Namun, di awal kehidupannya, Herodes telah mencuri hati banyak orang berkat proyek-proyek pembangunannya yang mengagumkan. Ia membangun bait, amfiteater, hipodrom, serta akuaduk, dan juga benteng yang megah dengan rumah pemandian yang mewah. Proyek-proyeknya sungguh mengesankan—bahkan bagi para insinyur modern yang meneliti situs itu.

Herodes memilih tempat-tempat yang mencolok dan merancang bangunan yang serasi dengan suasana alam di sekitarnya. Istananya dihiasi dengan lukisan dinding yang rumit, banyak sekali stuko, dan lantai mosaik. Ia juga memperkenalkan rumah pemandian gaya Romawi ke Yudea, dilengkapi dengan sistem pemanas dan penghangat ruangan di bawah lantai. Ia malah membangun kota-kota yang lengkap, salah satunya dengan pelabuhan buatan.

Kaisarea Kota Pelabuhan

Herodes membangun salah satu kota pelabuhan terbesar di seantero dunia Romawi di Kaisarea. Ukurannya mencengangkan para arkeolog. Ada tempat berlabuh yang luas sekali untuk menampung ratusan kapal, yang menjadi saksi bisu pusat perdagangan internasional di Kaisarea kala itu.

Dermaga dan penghalang ombak dibangun dengan teknik tercanggih pada era itu. Namun, para pakar merasa heran dengan caranya para pekerja menggunakan potongan batu yang sangat besar berukuran sekitar 15 meter kali 3 meter kali 3 meter yang digambarkan sejarawan Yahudi Flavius Yosefus. Akhir-akhir ini, para penyelam telah menemukan bahwa potongan batu yang digunakan Herodes sesungguhnya adalah batu beton. Untuk membangun dermaga dan penghalang ombak, para pekerja menuang beton ke dalam rangka kayu, kemudian beton itu ditenggelamkan ke dalam air dan dipancangkan dengan kuat.

Di kota pelabuhan yang telah direncanakan dengan baik itu juga terdapat sebuah bait yang dibaktikan kepada Kaisar Agustus, istana, hipodrom, teater dengan 4.000 tempat duduk, dan sistem pelimbahan bawah tanah. Akuaduk dan terowongan mengalirkan air bersih ke Kaisarea dari mata air di Pegunungan Karmel yang berjarak sekitar enam kilometer.

Yerusalem dan Bait Herodes

Proyek terbesar Herodes adalah bait yang ia bangun di Yerusalem. Bait semula di tempat itu dibangun oleh Raja Salomo, yang mengikuti rancangan arsitektur ayahnya, Daud, yang mendapat ilham dari Allah. (1 Raja 6:1; 1 Tawarikh 28:11, 12) Bait itu dihancurkan oleh orang Babilonia sekitar 420 tahun kemudian, dan kira-kira 90 tahun setelahnya, diganti dengan struktur bangunan yang lebih sederhana yang dibangun oleh Gubernur Yehuda Zerubabel.

Mengenai bait yang dibangun Herodes di tempat yang sama, Yosefus menulis, Bait itu ”dilapisi di semua sisinya dengan lempengan emas yang pejal, dan sewaktu matahari mulai terbit, cahaya yang sangat menyilaukan terpantul sehingga orang-orang yang berupaya melihatnya terpaksa memalingkan matanya, seakan-akan mereka langsung melihat matahari. Bagi orang yang baru pertama kali berkunjung, bait itu tampak dari kejauhan seperti gunung yang diselimuti salju; karena semua bagian yang tidak berlapis emas berwarna putih bersih”.

Ribuan orang dilibatkan dalam pembangunan tembok penyangga bait, yang di sebelah barat panjangnya sekitar 500 meter. Batu-batu yang sangat besar dipasang tanpa bahan perekat. Berat salah satunya hampir mencapai 400 ton dan ”tidak ada yang dapat menyaingi ukurannya di dunia kuno”, menurut komentar seorang pakar. Tidak heran, murid-murid Yesus begitu terkesan! (Markus 13:1) Di bagian atas tembok itu terdapat panggung yang sangat besar yang disebut Gunung Bait panggung terbesar buatan manusia di dunia kuno. Luas panggung itu seukuran lebih dari 30 lapangan sepak bola!

Herodes juga mendirikan berbagai bangunan di Yerusalem. Salah satunya adalah Benteng Antonia, yang bersebelahan dengan bait yang ia bangun sebelumnya. Herodes juga memerintahkan pembangunan sebuah istana, serta tiga menara bertingkat yang unik, yang dibangun di pintu masuk kota.

Samaria dan Yerikho

Herodes menerima hadiah dari Kaisar Agustus berupa kota kuno Samaria, yang ia ganti namanya menjadi Sebaste. Ia memperindah kota itu dengan beragam bangunan, termasuk bangunan yang mungkin adalah stadion yang dikelilingi serambi. Ia juga mendirikan banyak bangunan besar berhiaskan lukisan dinding yang rumit.

Yerikho terletak sekitar 250 meter di bawah permukaan laut di Lembah Yordan dan beriklim subtropis. Kota itu membentang sekitar 1.000 hektar dan bercirikan kota taman. Di sana, Herodes membangun istana musim dingin. Ia menggabungkan tiga istana yang ia bangun menjadi satu tempat tinggal yang besar, setiap bangunan diperlengkapi dengan ruang penerima tamu, pemandian, taman, dan kolam renang. Tidak heran, ia lebih suka menghabiskan musim dingin di Yerikho!

Benteng-Istana yang Unik

Namun, Herodes memiliki pilihan lain untuk tempat tinggal musim dingin. Ia membangun sebuah benteng di atas plato batu yang menjulang setinggi kira-kira 400 meter di atas Laut Mati dan dikenal sebagai Masada. Di lokasi itu ia mendirikan istana elegan bertingkat tiga dengan sebuah teras dan kolam-kolam pemandian, serta istana lain yang dilengkapi rumah pemandian gaya Romawi dengan pipa-pipa pemanas di dalam tembok dan sebuah kloset dengan sistem penyiraman!

Di lingkungan gurun yang tidak bersahabat, Herodes membuat tempat untuk beristirahat dan memulihkan kesehatannya. Tempat itu dilengkapi dengan belasan perigi yang bisa menampung sekitar 40 juta liter air. Karena di benteng itu juga terdapat sistem yang efisien untuk menampung serta menyimpan air hujan, ada banyak air untuk bercocok tanam dan untuk mengisi kolam renang serta pemandian.

Prestasi teknik Herodes lainnya yang mengagumkan adalah benteng-istana Herodium, terletak di atas bukit yang menjulang sekitar lima kilometer di sebelah tenggara Betlehem. Benteng itu terdiri dari dua bagian utama: Herodium Atas dan Herodium Bawah. Di Herodium Atas ada sebuah benteng-istana yang mengesankan dan di puncaknya terdapat menara timur bertingkat lima kini tinggal reruntuhan yang dahulu merupakan pencakar langit. Dua tahun lalu, kantor-kantor berita internasional melaporkan bahwa sisa-sisa makam Herodes ditemukan di lereng-lereng bagian atas Herodium, menyatakan bahwa ini membenarkan laporan Yosefus pada abad pertama tentang prosesi pemakaman Herodes di sana.

Di Herodium Bawah pernah terdapat kompleks berbagai bangunan istana dan kantor. Yang paling menarik adalah sebuah taman ala Romawi dihiasi dengan pilar-pilar mengelilingi kolam yang sangat besar dengan pulau yang dekoratif di tengahnya. Kolam itu hampir dua kali ukuran kolam renang Olimpiade modern. Kolam itu berfungsi sebagai waduk, tetapi juga digunakan untuk berenang dan bahkan untuk berperahu. Air dialirkan melalui akuaduk dari mata air yang jaraknya lima kilometer.

Beberapa tahun yang lalu, seorang pengunjung mengatakan tentang situasi alam di sekeliling tempat itu demikian, ”Di sebelah timur, kita bisa melihat seluruh Laut Mati. Di depan kita terdapat padang belantara Yehuda, tempat Daud berhasil meluputkan diri dari pengejarnya, Saul. Sewaktu melihat daerahnya yang berbukit-bukit, kita bisa paham caranya ia bisa menyembunyikan diri, khususnya karena sejak masa muda, ia sudah sangat mengenal daerah itu. Kita pun membayangkan bahwa sambil menggembalakan kawanan dombanya, Daud mungkin sering mendaki bukit yang sama ini untuk mengagumi pemandangan luar biasa yang sedang kita nikmati.”

No comments: