Tadmur atau Palmyra adalah kota kuno di Suriah tengah. Pada masa antikuitas, Tadmur merupakan kota penting yang terletak di sebuah oasis 215 km timur laut Damaskus dan 180 km barat daya Efrat di Deir ez-Zor. Kota ini sejak lama telah menjadi perhentian kafilah yang penting bagi para pengelana yang melintasi gurun Suriah dan dikenal sebagai Jembatan Gurun. Rujukan terdokumentasi tertua kepada kota ini dengan nama Semitnya, yaitu Tadmor, Tadmur atau Tudmur (yang bermakna "kota yang menghalau" dalam bahasa Amori, "kota yang gigih" dalam bahasa Aram) tercatat dalam lembaran Babilonia yang ditemukan di Mari.
Meskipun situs kunonya tak lagi dihuni setelah abad ke-16, kota ini hingga kini tetap dkenal sebagai Tadmor dalam bahasa Arab (Tedmor), dan ada sebuah kota baru dengan nama sama di dekat reruntuhannya. Orang Tadmur membangun serangkaian monumen bersakala besar yang menampilkan seni pemakaman seperti lempengan batu kapur dengan patung manusia yang menggambarkan orang yang telah wafat.
Zaman kuno
Etimologi pasti dari nama "Palmyra" tidak diketahui, meskipun beberapa sejarawan meyakini bahwa nama tersebut berkaitan dengan pohon palem yang banyak terdapat di daaerah tersebut. Akan tetapi, beberapa sejarawan lainnya meyakini bahwa nama itu berasal dari terjemahan yang salah dari kata "Tadmor." Kota ini pertama kali disebutkan dalam arsip Mari pada milenium kedua SM. Tadmur merupakan koda dagang dalam jaringan dagang yang luas yang menghubungkan Mesopotamia dengan Suriah utara. Tadmor disebutkan dalam Injil Ibrani (Kitab 2 Tawarikhs 8:4) sebagai sebuah kota gurun yang dibangun (atau dibentengi) oleh Raja Salomo dari Yudea.
Flavius Josephus juga menyebutkan bahwa Tadmor dibangun oleh Salomo, dalam karyanya, Antikuitas Yahudi (Buku VIII), bersama dengan nama Yunani untuk Tadmur, meskipun ini bisa jadi merupakan penyalahrtian dengan "Tamara" dalam alkitab. Beberapa rujukan dalam traktat Talmud dan Midrash juga merujuk kepada kota ini di gurun Suriah (terkadang menggantikan hurud "d" dengan "t" - menjadi "Tatmor" alih-alih "Tadmor").
Periode Yunani-Romawi
Ketika Seleukia merebut Suriah pada 323 SM, kota ini diabaikan sehingga dapat merdeka. Tadmur pun berkembang sebagai perhentian kafilah pada abad ke-1 SM. Pada tahun 41 SM, Marcus Antonius mengirim pasukan penyerbu menuju Tadmur, namun penduduk Tadmur sudah mengetahui kabar kedatangan mereka dan menyelamatkan diri ke seberang sungai Efrat, menunjukkan bahwa pada masa itu Tadmur masih merupakan pemukiman nomad dan sumber dayanya yang berharga dapat dipindahkan dalam waktu singkat.
Pada pertengahan abad ke-1 M, Tadmur telah menjadi kota yang makmur dan elegan yang terletak di rute kafilah yang menghubungkan Persia dengan pelabuhan Suriah Romawi dan Fenisia di Mediterania. Kota ini dikuasai oleh Romawi dan mengalami periode kemakmuran.
Para pedagang Tadmur memiliki kapal-kapal di perairan Italia dan mengendalikan jalur perdagangan India. Berkat perdagangan, Tadmur menjadi salah satu kota terkaya di Timur Dekat. Sejarawan Terrry Jones dan Alan Erieira menyebutkan bahwa orang Tadmur merupakan satu-satunya orang non-Romawi yang mampu hidup bersama-sama dengan orang Romawi tanpa teromawisasi.
Tadmur menjadi bagian dari provinsi Romawi Syria pada masa pemerintahan Tiberius (14–37 M). Kota ini secara perlahan-lahan tumbuh menjadi bagian penting dalam rute perdagangan yang menghubungkan Persia, India, China, dan Kekaisaran Romawi. Pada tahun 129 M, Kaisar Romawi, Hadrianus, mengunjungi Tadmur dan begitu terpesona sehingga ia menyatakannya sebagai kota bebas dan menamainya Palmyra Hadriana.
Sejak tahun 212 M, perdagangan Tadmur mulai terhenti ketika Sassania menduduki mulut sungai Tigris dan Efrat. Septimius Odaenathus, seorang pangeran Tadmur, ditunjuk oleh Kaisar Romawi, Valerianus, sebagai gubernur provinsi Suriah. Setelah Valerianus ditangkap oleh Sassania dan meninggal dalam kurungan di Bishapur, Odaenathus melancarkan kampanye militer hingga sejauh Ktesiphon (dekat Baghdad modern) sebagai tindakan balasan. Ia menyerbu Ktesiphon dua kali. Setelah Odaenathus dibunuh oleh keponakannya Maconius, istrinya Septimia Zenobia naik tahta. Ia memerintah Tadmur atas nama putranya, Vabalathus.
Zenobia memberontak melawan otoritas Romawi dengan bantuan Cassius Longinus dan merebut Busra dan wilayah-wilayah ke arah barat hingga sejauh Mesir, mendirikan Kekaisaran Tadmur yang berumur pendek. Selanjutnya, dia merebut Antiokia dan wilayah yang besar di Asia Kecil di utara. Pada 272 M, Kaisar Romawi, Aurelianus, pada akhirnya berhasil memulihkan kekuasaan Romawi di Tadmur, yang dalam prosesnya ia mengepung dan menjarah Tadmur, sehingga kota itu tak pernah berjaya kembali. Aurelianus juga menangkap Zenobia, membawanya ke Roma. Ia memamerkan Zenobia dalam parade kemenangan dalam keadaan terikat rantai emas di hadapan Marcellus Petrus Nutenus, namun kemudian memperbolehkan Zenobia menjalani sisa hidupnya di sebuah vila di Tibur, di mana ia aktif dalam masyarakat selama bertahun-tahun. Sebuah benteng legiuner didirikan di Tadmur dan, meskipun tak lagi menjadi pusat perdagangan, kota ini tetap menjadi persimpangan jalan Romawi yang penting di gurun Suriah.
Kaisar Romawi, Diocletianus, memperluas Tadmur untuk menampung lebih banyak legiun dan membentenginya dengan tujuan melindunginya dari ancaman Sassania. Periode Bizantium, yang meneruskan Kekaisaran Romawi, hanya berakibat pada pembangunan beberapa gereja, sementara sebagian besar kota sudah menjadi reruntuhan.
Kekuasaan Islam
Tadmur ditaklukan oleh pasukan Arab Mulsim di bawah Khalid bin Walid pada tahun 634 M namun dibiarkan utuh. Setelah tahun 800 M dan terjadi perang saudara menyusul runtuhnya Kekhalifahan Umayyah, orang-orang mulai mengabaikan kota ini. Pada masa Perang Salib, Tadmur dikuasai oleh Keamiran Buriyun, kemudian dikuasai oleh Toghtekin, lalu Mohummad putra Shirkuh, dan akhirnya berada di bawah kendali Keamiran Homs. Pada tahun 1132 M, Buriyun mengubah Kuil Ba'al di Tadmur menjadi benteng. Pada aabd ke-13 M kota ini diserahkan kepada sultan Mamluk, Baybars. Pada tahun 1401 M, Kota ini dijarah oleh Timur Lenk, namun dapat pulih kembali dengan cepat, sehingga pada abad ke-15 M Ibu Fadlallah al-Omari menyebutkan bahwa Tadmur memiliki "taman-taman yang luas, perdagangan yang maju, dan monumen-monumen yang aneh."
Meskipun situs kunonya tak lagi dihuni setelah abad ke-16, kota ini hingga kini tetap dkenal sebagai Tadmor dalam bahasa Arab (Tedmor), dan ada sebuah kota baru dengan nama sama di dekat reruntuhannya. Orang Tadmur membangun serangkaian monumen bersakala besar yang menampilkan seni pemakaman seperti lempengan batu kapur dengan patung manusia yang menggambarkan orang yang telah wafat.
Zaman kuno
Etimologi pasti dari nama "Palmyra" tidak diketahui, meskipun beberapa sejarawan meyakini bahwa nama tersebut berkaitan dengan pohon palem yang banyak terdapat di daaerah tersebut. Akan tetapi, beberapa sejarawan lainnya meyakini bahwa nama itu berasal dari terjemahan yang salah dari kata "Tadmor." Kota ini pertama kali disebutkan dalam arsip Mari pada milenium kedua SM. Tadmur merupakan koda dagang dalam jaringan dagang yang luas yang menghubungkan Mesopotamia dengan Suriah utara. Tadmor disebutkan dalam Injil Ibrani (Kitab 2 Tawarikhs 8:4) sebagai sebuah kota gurun yang dibangun (atau dibentengi) oleh Raja Salomo dari Yudea.
Flavius Josephus juga menyebutkan bahwa Tadmor dibangun oleh Salomo, dalam karyanya, Antikuitas Yahudi (Buku VIII), bersama dengan nama Yunani untuk Tadmur, meskipun ini bisa jadi merupakan penyalahrtian dengan "Tamara" dalam alkitab. Beberapa rujukan dalam traktat Talmud dan Midrash juga merujuk kepada kota ini di gurun Suriah (terkadang menggantikan hurud "d" dengan "t" - menjadi "Tatmor" alih-alih "Tadmor").
Periode Yunani-Romawi
Ketika Seleukia merebut Suriah pada 323 SM, kota ini diabaikan sehingga dapat merdeka. Tadmur pun berkembang sebagai perhentian kafilah pada abad ke-1 SM. Pada tahun 41 SM, Marcus Antonius mengirim pasukan penyerbu menuju Tadmur, namun penduduk Tadmur sudah mengetahui kabar kedatangan mereka dan menyelamatkan diri ke seberang sungai Efrat, menunjukkan bahwa pada masa itu Tadmur masih merupakan pemukiman nomad dan sumber dayanya yang berharga dapat dipindahkan dalam waktu singkat.
Pada pertengahan abad ke-1 M, Tadmur telah menjadi kota yang makmur dan elegan yang terletak di rute kafilah yang menghubungkan Persia dengan pelabuhan Suriah Romawi dan Fenisia di Mediterania. Kota ini dikuasai oleh Romawi dan mengalami periode kemakmuran.
Para pedagang Tadmur memiliki kapal-kapal di perairan Italia dan mengendalikan jalur perdagangan India. Berkat perdagangan, Tadmur menjadi salah satu kota terkaya di Timur Dekat. Sejarawan Terrry Jones dan Alan Erieira menyebutkan bahwa orang Tadmur merupakan satu-satunya orang non-Romawi yang mampu hidup bersama-sama dengan orang Romawi tanpa teromawisasi.
Tadmur menjadi bagian dari provinsi Romawi Syria pada masa pemerintahan Tiberius (14–37 M). Kota ini secara perlahan-lahan tumbuh menjadi bagian penting dalam rute perdagangan yang menghubungkan Persia, India, China, dan Kekaisaran Romawi. Pada tahun 129 M, Kaisar Romawi, Hadrianus, mengunjungi Tadmur dan begitu terpesona sehingga ia menyatakannya sebagai kota bebas dan menamainya Palmyra Hadriana.
Sejak tahun 212 M, perdagangan Tadmur mulai terhenti ketika Sassania menduduki mulut sungai Tigris dan Efrat. Septimius Odaenathus, seorang pangeran Tadmur, ditunjuk oleh Kaisar Romawi, Valerianus, sebagai gubernur provinsi Suriah. Setelah Valerianus ditangkap oleh Sassania dan meninggal dalam kurungan di Bishapur, Odaenathus melancarkan kampanye militer hingga sejauh Ktesiphon (dekat Baghdad modern) sebagai tindakan balasan. Ia menyerbu Ktesiphon dua kali. Setelah Odaenathus dibunuh oleh keponakannya Maconius, istrinya Septimia Zenobia naik tahta. Ia memerintah Tadmur atas nama putranya, Vabalathus.
Zenobia memberontak melawan otoritas Romawi dengan bantuan Cassius Longinus dan merebut Busra dan wilayah-wilayah ke arah barat hingga sejauh Mesir, mendirikan Kekaisaran Tadmur yang berumur pendek. Selanjutnya, dia merebut Antiokia dan wilayah yang besar di Asia Kecil di utara. Pada 272 M, Kaisar Romawi, Aurelianus, pada akhirnya berhasil memulihkan kekuasaan Romawi di Tadmur, yang dalam prosesnya ia mengepung dan menjarah Tadmur, sehingga kota itu tak pernah berjaya kembali. Aurelianus juga menangkap Zenobia, membawanya ke Roma. Ia memamerkan Zenobia dalam parade kemenangan dalam keadaan terikat rantai emas di hadapan Marcellus Petrus Nutenus, namun kemudian memperbolehkan Zenobia menjalani sisa hidupnya di sebuah vila di Tibur, di mana ia aktif dalam masyarakat selama bertahun-tahun. Sebuah benteng legiuner didirikan di Tadmur dan, meskipun tak lagi menjadi pusat perdagangan, kota ini tetap menjadi persimpangan jalan Romawi yang penting di gurun Suriah.
Kaisar Romawi, Diocletianus, memperluas Tadmur untuk menampung lebih banyak legiun dan membentenginya dengan tujuan melindunginya dari ancaman Sassania. Periode Bizantium, yang meneruskan Kekaisaran Romawi, hanya berakibat pada pembangunan beberapa gereja, sementara sebagian besar kota sudah menjadi reruntuhan.
Kekuasaan Islam
Tadmur ditaklukan oleh pasukan Arab Mulsim di bawah Khalid bin Walid pada tahun 634 M namun dibiarkan utuh. Setelah tahun 800 M dan terjadi perang saudara menyusul runtuhnya Kekhalifahan Umayyah, orang-orang mulai mengabaikan kota ini. Pada masa Perang Salib, Tadmur dikuasai oleh Keamiran Buriyun, kemudian dikuasai oleh Toghtekin, lalu Mohummad putra Shirkuh, dan akhirnya berada di bawah kendali Keamiran Homs. Pada tahun 1132 M, Buriyun mengubah Kuil Ba'al di Tadmur menjadi benteng. Pada aabd ke-13 M kota ini diserahkan kepada sultan Mamluk, Baybars. Pada tahun 1401 M, Kota ini dijarah oleh Timur Lenk, namun dapat pulih kembali dengan cepat, sehingga pada abad ke-15 M Ibu Fadlallah al-Omari menyebutkan bahwa Tadmur memiliki "taman-taman yang luas, perdagangan yang maju, dan monumen-monumen yang aneh."