Dengan dihancurkannya pemberontakan Absalom tidaklah dengan segera membawa damai kepada kerajaan itu. Begitu banyak penduduk negeri itu yang melibatkan diri dalam pemberontakan sehingga Daud tidak mau kembali ke ibu kota kerajaannya dan memegang tampuk pemerintahan tanpa satu undangan dari suku‑suku bangsa itu. Di dalam kekacauan yang mengikuti kekalahan Absalom, tidak ada tindakan yang cepat dan tegas untuk memanggil kembali raja, dan pada waktu akhirnya Yehuda berusaha membawa Daud kembali, kecemburuan suku‑suku bangsa lain telah timbul, dan satu pemberontakan balasan pun timbullah. Namun demikian, hal ini dengan segera dapat diatasi, dan damai pun memenuhi Israel kembali.
Sejarah Daud memberikan salah satu kesaksian yang paling mengesankan yang pernah diberikan sehubungan dengan bahaya yang mengancam jiwa yang datang dari kekuasaan dan kekayaan dan kehormatan duniawi--perkara‑perkara yang sangat diinginkan oleh manusia. Hanya sedikit orang yang pernah melalui satu pengalaman dengan cara yang lebih baik, untuk menyediakan mereka agar dapat bertahan terhadap ujian yang seperti itu. Kehidupan Daud yang mula‑mula sebagai seorang gembala, dengan pelajaran‑pelajarannya yang penuh dengan kerendahan hati, ketabahan, dan kelemah‑lembutannya terhadap ternaknya, hubungannya dengan alam di bukit‑bukit yang sunyi, yang mengembangkan keahliannya dalam musik dan sajak, dan mengarahkan pikirannya kepada Khaliknya, disiplin yang lama dalam kehidupannya di padang belantara, yang telah menghasilkan keberanian, keteguhan, kesabaran dan iman akan Allah, telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai satu persediaan untuk menaiki takhta kerajaan Israel. Daud telah menikmati pengalaman‑pengalaman yang berharga sehubungan dengan kasih Allah dan dengan berkelimpahan telah dikaruniai dengan Roh‑Nya, di dalam sejarah kehidupan Saul ia telah melihat betapa sia‑sianya hikmat manusia itu. Namun demikian, sukses dan kehormatan duniawi telah begitu melemahkan tabiat Daud sehingga berulang‑ulang ia telah dikalahkan oleh si penggoda itu.
Pergaulan dengan bangsa‑bangsa kafir telah menuntun kepada satu keinginan untuk meniru adat kebiasaan mereka dan membangkitkan keinginan untuk memperoleh kebesaran duniawi. Sebagai umat Tuhan, Israel harus dihormati; tetapi apabila kesombongan dan kepercayaan terhadap diri sendiri semakin bertambah, bangsa Israel tidak lagi merasa puas dengan kedudukan yang penting ini. Mereka lebih mementingkan kedudukan mereka di antara bangsa‑bangsa lain. Roh seperti ini tidak bisa tidak akan mengundang pencobaan. Dengan satu tujuan untuk melebarkan sayap kekuasaannya di antara bangsa‑bangsa asing, Daud telah bertekad untuk menambah jumlah bala tentaranya dengan menuntut dinas militer dari semua orang yang telah mencapai umur tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlulah diadakannya cacah jiwa segenap penduduk kerajaan itu. Kesombongan dan ambisilah yang telah mendorong tindakan raja ini. Dengan dihitungnya orang banyak itu akan menunjukkan perbedaan antara kelemahan kerajaan itu pada waktu Daud mula‑mula menaiki takhta dan kekuatan dan kemakmurannya setelah itu berada di bawah pemerintahannya. Hal ini akan cenderung menambah keyakinan terhadap diri sendiri yang sudah terlalu besar baik di dalam diri raja dan juga orang banyak itu. Alkitab berkata, "Setan berdiri melawan Israel, dan mendorong Daud untuk menghitung bangsa Israel." Kemakmuran Israel di bawah pemerintahan Daud terjadi oleh karena berkat Allah gantinya oleh karena kesanggupan daripada rajanya atau oleh karena kekuatan tentaranya. Tetapi dengan ditambahkannya bala tentara kerajaan itu akan memberikan kesan kepada bangsa‑bangsa sekelilingnya bahwa yang menjadi tempat bersandar Israel adalah bala tentaranya, dan bukan kuasa Tuhan.
Sekalipun bangsa Israel merasa bangga akan kebesaran mereka sebagai satu bangsa, mereka tidak menyetujui rencana Daud untuk memperbesar kekuatan tentara mereka dengan jumlah yang begitu besar. Cacah jiwa yang sudah direncanakan itu telah menyebabkan rasa tidak puas, dan sebagai akibatnya maka dirasa perlu menggunakan tenaga dari tentara itu gantinya para imam dan penghulu, yang sebelumnya telah mengadakan cacah jiwa. Tujuan tindakan ini dengan secara langsung bertentangan dengan prinsip‑prinsip pemerintahan theokrasi. Yoab sendiri merasa marah, sekalipun selama ini ia adalah seorang yang tidak berprinsip. Ia berkata, "'Kiranya Tuhan, Allahmu, menambahi rakyat seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang, dan semoga mata tuanku raja sendiri melihatnya. Tetapi mengapa tuanku raja menghendaki hal ini?' Namun titah raja itu terpaksa diikuti oleh Yoab dan oleh para panglima tentara. Maka pergilah Yoab dan panglima-panglima tentara itu atas perintah raja untuk mengadakan pendaftaran di antara bangsa Israel." Cacah jiwa itu belum selesai waktu Daud sudah merasa berdosa. Terhukum oleh dirinya sendiri, "berkatalah Daud kepada Tuhan: 'Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, Tuhan, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh." Keesokan paginya satu kabar telah disampaikan kepada Daud oleh nabi Gad: "Datanglah Firman Tuhan kepada nabi Gad, pelihat Daud, demikian: 'Pergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah Firman Tuhan: tiga perkara Kuhadapkan kepadamu; pilihlah salah satu dari padanya; maka Aku akan melakukannya kepadamu.' Kemudian datanglah Gad kepada Daud, memberitahukan kepadanya dengan berkata kepadanya: 'Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang,'" kata nabi itu, 'pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku.'"
Jawab raja adalah, "Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan Tuhan, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia."
Negeri itu ditimpa oleh bala sampar, yang membinasakan tujuh puluh ribu orang di dalam negeri Israel. Cambuk itu belum memasuki ibu kota, pada waktu "Daud mengangkat mukanya, maka dilihatnyalah malaikat Tuhan berdiri di antara bumi dan langit, dengan di tangannya pedang terhunus yang diacungkan ke atas Yerusalem. Lalu dengan berpakaian kain kabung sujudlah Daud dan para tua-tua." Raja memohon kepada Allah demi untuk Israel: "Bukankah aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Ya Tuhan, Allahku, biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku, tetapi janganlah tulah menimpa umat-Mu."
Karena dengan diadakannya cacah jiwa itu telah menyebabkan perlawanan di antara orang banyak, namun demikian, mereka sendiri telah memanjakan dosa yang sama yang telah mendorong tindakan Daud. Sebagaimana Tuhan melalui dosa Absalom menjatuhkan hukuman ke atas diri Daud, demikian pula melalui kesalahan Daud Ia telah menghukum dosa Israel.
Malaikat pembinasa itu telah menghentikan pekerjaannya di luar kota Yerusalem. Ia berdiri di atas bukit Moria, "dekat tempat pengirikan Arauna, orang Yebus." Atas perintah nabi, Daud pergi ke atas bukit itu, dan di sana mendirikan sebuah mezbah bagi Tuhan, "mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil Tuhan. Maka Tuhan menjawab dia dengan menurunkan api dari langit ke atas mezbah korban bakaran itu." "Maka Tuhan mengabulkan doa untuk negeri itu, dan tulah itu berhenti menimpa orang Israel."
Tempat yang di atasnya mezbah didirikan, yang mulai saat itu selalu dianggap sebagai satu tempat yang suci, telah ditawarkan kepada raja oleh Ornan sebagai satu pemberian. Tetapi raja telah menolak menerimanya dengan cara demikian. "'Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dengan harga penuh,'" katanya, 'sebab aku tidak mau mengambil milikmu untuk Tuhan dan tidak mau mempersembahkan korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa.' Maka Daud memberikan kepada Ornan sebagai bayaran tempat itu emas seberat enam ratus syikal." Tempat ini, yang terkenal sebagai satu tempat di mana Abraham telah mendirikan mezbah untuk mengorbankan anaknya, dan sekarang dijadikan sebagai satu tempat yang suci oleh kelepasan yang besar ini, pada kemudian hari telah dipilih sebagai tempat baitsuci yang dibangun oleh Solaiman.
Masih ada bayangan lain yang menudungi tahun‑tahun terakhir Daud. Ia telah mencapai usia tujuh puluh tahun. Kesukaran dan bahaya‑bahaya daripada pengembaraannya yang mula‑mula itu, segala peperangan yang diadakannya, beban serta penderitaan di hari‑hari tuanya, telah mengisap mata air kehidupannya. Sekalipun pikirannya masih terang dan kuat, kelemahan serta usia, yang membutuhkan istirahat di tempat yang sunyi, telah menghalangi dia untuk dapat melihat dengan cepat apa yang sedang terjadi di dalam kerajaannya itu, dan sekali lagi pemberontakan telah timbul dekat sekali dengan tahtanya. Kembali buah‑buah daripada sifat Daud yang suka memanjakan itu terlihat. Orang yang sekarang ingin menduduki takhta kerajaan itu adalah Adonia, "sangat elok perawakannya" dalam pribadi dan pembawaannya, tetapi tidak berprinsip dan pula sembrono. Di dalam masa mudanya ia tidak berada di bawah pengendalian, oleh karena "ayahnya belum pernah menegur dia dengan ucapan: 'Mengapa engkau berbuat begitu?'" Sekarang ia memberontak terhadap wewenang Allah, yang telah mengangkat Salomo ke atas takhta kerajaan. Baik oleh kesanggupannya secara alamiah ataupun sifat keagamaannya Salomo lebih tepat daripada kakaknya untuk menjadi pemerintah Israel; namun demikian, sekalipun pilihan Allah telah dinyatakan dengan jelas, Adonia tidak tinggal diam untuk mencari para simpatisannya. Yoab, sekalipun bersalah atas banyak perbuatan jahat, hingga saat ini tetap setia kepada raja; tetapi sekarang ia telah menggabungkan diri dengan orang‑orang yang bermupakat melawan Salomo, sebagaimana juga halnya Abyatar, imam itu.
Pemberontakan sudah matang, para pemberontak telah berhimpun dalam satu pesta besar tidak jauh dari kota untuk mengumumkan bahwa Adonia adalah raja, pada saat mana rencana mereka itu telah dihalangi oleh tindakan yang cepat dari beberapa orang yang setia, dengan dipimpin oleh antara lain Zadok, imam itu, nabi Natan, dan Batsyeba‑ibu Salomo. Mereka ini telah menghadapkan segala perkara itu kepada raja, sambil mengingatkan kepadanya tentang perintah Ilahi bahwa Salomo harus menggantikannya sebagai raja. Dengan segera Daud menyerahkan takhtanya kepada Salomo, yang dengan segera pula telah dilantik dan dinyatakan sebagai raja. Pemberontakan itu dihancurkan. Para pemimpinnya telah dijatuhi hukuman mati. Abyatar dibiarkan hidup, untuk menghormati tugas jabatannya dan kesetiaannya kepada Daud pada masa yang lalu; tetapi ia telah dicopot dari tugasnya sebagai imam besar, yang kemudian diserahkan kepada keluarga Zadok. Yoab dan Adonia untuk sementara waktu dibiarkan hidup, tetapi setelah kematian Daud mereka telah dijatuhi hukuman atas kejahatan mereka. Dilaksanakannya hukuman ke atas diri anak Daud ini telah menggenapi hukuman yang empat kali lipat yang menyaksikan akan kebencian Allah terhadap dosa bapa itu.
Dari sejak awal pemerintahan Daud, salah satu daripada rencananya yang paling disukainya adalah untuk mendirikan sebuah baitsuci bagi Tuhan. Sekalipun ia tidak diizinkan untuk melaksanakan rencananya itu, ia tidaklah menunjukkan semangat dan kesungguh‑sungguhan yang berkurang untuk pekerjaan itu. Ia telah menyediakan bahan‑bahan yang amat mahal dalam jumlah yang banyak--emas, perak, batu unam, dan batu‑batu yang berbagai corak warnanya; batu marmar, dan kayu yang amat mahal. Dan sekarang harta yang mahal ini yang telah dikumpulkannya itu harus diserahkan kepada orang lain; oleh karena tangan yang lain harus mendirikan rumah bagi tabut perjanjian itu, lambang daripada hadirat Allah.
Menyadari bahwa akhir hidupnya sudah dekat, raja telah mengumpulkan para pemimpin Israel, dengan segala perwakilan dari seluruh bagian kerajaan itu, untuk menerima warisan ini sebagai barang kepercayaan. Ia ingin menyerahkan kepada mereka pesannya yang terakhir dan memperoleh persetujuan dan dukungan mereka di dalam pekerjaan besar yang harus dilaksanakan itu. Oleh karena tubuhnya yang sudah lemah itu, maka ia tidak diharapkan hadir secara pribadi dalam upacara penyerahan ini; tetapi ilham Allah datang ke atasnya, dan dengan semangat dan kekuatan yang lebih besar daripada biasanya, ia telah sanggup, untuk terakhir kalinya, memberikan amanatnya kepada bangsanya. Ia menceritakan kepada mereka tentang keinginannya untuk mendirikan baitsuci, dan tentang perintah Allah bahwa pekerjaan ini harus diserahkan kepada Salomo, anaknya. Jaminan Ilahi adalah, "Bahwa anakmu, Solaiman itu, akan membuat rumahku dan segala pagar halamanku, karena telah kupilih akan dia, supaya ia menjadi anak bagiku dan Aku pun menjadi bapa baginya. Maka Aku akan meneguhkan kerajaannya sampai selama‑lamanya, jikalau ia tetap dalam melakukan hukum dan undang‑undangku seperti pada hari ini." "Maka sekarang pun," kata Daud, "di hadapan mata segenap orang Israel, yaitu sidang umat Tuhan, dan di hadapan pendengaran Allah kita, peliharakanlah dan lakukanlah segala hukum Tuhan, Allahmu, supaya kamu mempunyai tanah yang baik ini dengan sentosa, dan kamu meninggalkan dia bagi anak‑anakmu yang kemudian daripadamu akan bahagian pusaka sampai selama‑lamanya."
Daud telah belajar melalui pengalamannya sendiri bagaimana sulitnya jalan dia yang berpaling dari Tuhan. Ia telah merasakan hukuman dari undang‑undang yang sudah dilanggar itu, dan telah menuai buah‑buah pelanggaran; dan segenap jiwanya dipenuhi oleh kerinduan agar supaya para pemimpin Israel setia kepada Allah, dan agar Salomo menurut hukum Allah, sambil menjauhkan diri dari dosa‑dosa yang telah melemahkan wewenang bapanya, menggetirkan hidupnya, dan menghinakan Allah. Daud mengetahui bahwa kerendahan hati diperlukan, selalu bergantung kepada Allah, dan kewaspadaan yang terus‑menerus untuk melawan segala penggodaan yang pasti akan menyerang Salomo dalam kedudukannya yang tinggi itu; oleh karena orang‑orang yang terkemuka seperti itu yang menjadi sasaran utama dari panah Setan. Sambil berpaling kepada anaknya, yang telah diakui sebagai penggantinya di atas takhta itu, Daud berkata: "Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya. Camkanlah sekarang, sebab Tuhan telah memilih engkau untuk mendirikan sebuah rumah menjadi tempat kudus. Kuatkanlah hatimu dan lakukanlah itu."
Daud memberikan kepada Salomo petunjuk‑petunjuk yang terperinci untuk membangun baitsuci itu, dengan disertai pola untuk setiap bagiannya, dan segala alat‑alat yang akan dipakai untuk melayani, sebagaimana yang telah dinyatakan kepadanya oleh ilham Ilahi. Salomo masih muda, dan merasa takut untuk memikul tanggung jawab yang berat di atas bahunya untuk mendirikan baitsuci dan memerintah umat Allah. Daud berkata kepada anaknya, "Kuatkan dan teguhkan hatimu, dan lakukanlah itu; janganlah takut dan janganlan tawar hati, sebab Tuhan Allah, Allahku, menyertai engkau. Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan engkau."
Kembali Daud mengadakan panggilan kepada perhimpunan itu: "Salomo, anakku yang satu-satunya dipilih Allah adalah masih muda dan kurang berpengalaman, sedang pekerjaan ini besar, sebab bukanlah untuk manusia bait itu, melainkan untuk Tuhan Allah." Ia berkata, "Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan untuk rumah Allahku," dan kemudian ia menyebutkan bahan‑bahan yang telah dikumpulkannya. Lebih dari itu, ia berkata, "Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan." "Maka siapakah pada hari ini," katanya kepada orang banyak yang telah berkumpul dan membawa pemberian mereka yang limpah itu, "yang dengan rela memberikan persembahan kepada Tuhan?"
Perhimpunan itu menjawab dengan serentak. "Lalu para kepala puak dan para kepala suku Israel dan para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan untuk raja menyatakan kerelaannya. Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi. Siapa yang mempunyai batu permata menyerahkannya... untuk perbendaharaan rumah Tuhan. Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada Tuhan; juga raja Daud sangat bersukacita."
"Lalu Daud memuji Tuhan di depan mata segenap jemaah itu. Berkatalah Daud: 'Terpujilah Engkau, Ya Tuhan, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya Tuhan, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengukuhkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu. Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu. Sebab kami adalah orang asing di hadapan-Mu dan orang pendatang sama seperti semua nenek moyang kami; sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan. Ya Tuhan, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagi-Mu rumah bagi nama-Mu yang kudus adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya. Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan."
"'Maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan sukacita. Ya Tuhan, Allah Abraham, Ishak dan Israel, bapa-bapa kami, peliharalah untuk selama-lamanya kecenderungan hati umat-Mu yang demikian ini dan tetaplah tujukan hati mereka kepada-Mu. Dan kepada Salomo, anakku, berikanlah hati yang tulus sehingga ia berpegang pada segala perintah-Mu dan peringatan-Mu dan ketetapan-Mu, melakukan segala-galanya dan mendirikan bait yang persiapannya telah kulakukan.' Kemudian berkatalah Daud kepada segenap jemaah itu: 'Pujilah kiranya Tuhan, Allahmu!' Maka segenap jemaah itu memuji Tuhan, Allah nenek moyang mereka, kemudian mereka berlutut dan sujud kepada Tuhan dan kepada raja."
Dengan perhatian yang amat dalam raja telah mengumpulkan bahan‑bahan yang mahal untuk membangun dan memperindah baitsuci itu. Ia telah menggubah lagu‑lagu yang mulia yang di tahun‑tahun mendatang akan menggema di dalam seluruh bangunan itu. Sekarang hatinya bersukacita di dalam Allah, apabila pemimpin bapa‑bapa dan para penghulu Israel memberikan sambutannya yang baik itu terhadap ajakannya, dan menawarkan diri mereka kepada tugas yang penting yang ada di hadapan mereka. Dan apabila mereka memberikan pelayanan mereka itu, mereka cenderung untuk berbuat lebih banyak lagi. Mereka memperbanyak persembahan mereka, sambil memberikan harta milik mereka kepada perbendaharaan itu. Daud telah merasakan bahwa dirinya tidak layak untuk mengumpulkan bahan‑bahan untuk rumah Allah itu, dan pernyataan setia daripada para penghulu dalam kerajaannya itu, apabila dengan rela hati mereka telah menyerahkan harta mereka kepada Tuhan dan menyerahkan diri mereka untuk melayani pekerjaan‑Nya, telah memenuhi hatinya dengan kesukaan. Tetapi hanya Allah saja yang telah mengaruniakan sikap seperti ini kepada umat‑Nya. Dia, bukan manusia, yang harus dipermuliakan. Dialah yang telah menyediakan orang banyak itu dengan hasil bumi, dan Roh‑Nya telah menjadikan mereka rela untuk membawa harta milik mereka yang mahal itu untuk keperluan baitsuci. Segala sesuatunya berasal dari Tuhan, jikalau kasih‑Nya tidak menggerakkan hati orang banyak itu, maka usaha raja itu akan sia‑sia, dan baitsuci itu tidak pernah akan didirikan.
Segala sesuatu yang manusia terima dari Allah adalah masih merupakan kepunyaan Allah. Barang apapun yang Allah berikan dalam bentuk harta dunia yang mahal dan indah itu telah diletakkan di dalam tangan manusia untuk menguji mereka--untuk menguji berapa dalamnya kasih mereka kepada‑Nya dan penghargaan mereka terhadap kebajikan‑Nya. Apakah itu berbentuk harta kekayaan ataupun kepintaran otak, semuanya itu harus diletakkan di kaki Yesus sebagai satu persembahan sukarela; dan sementara itu si pemberinya, bersama‑sama dengan Daud, akan berkata, "Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu."
Apabila ia merasakan bahwa kematian akan segera datang, beban hati Daud masih tetap bagi Salomo dan bagi kerajaan Israel, yang kemakmurannya sebagian besar bergantung kepada kesetiaan rajanya. "Ia berpesan kepada Salomo, anaknya: 'Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, . . . supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya Tuhan menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel." 1 Raja 2:1-4.
"Kata‑kata Daud yang terakhir," yang dicatat, adalah sebuah nyanyian--satu nyanyian penyerahan, nyanyian tentang prinsip yang amat agung, dan iman yang tidak pernah pudar:
"Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel: Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku Apabila seorang memerintah manusia dengan adil, memerintah dengan takut akan Allah, ia bersinar seperti fajar di waktu pagi, pagi yang tidak berawan, yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di tanah. Bukankah seperti itu keluargaku di hadapan Allah? Sebab Ia menegakkan bagiku suatu perjanjian kekal,
teratur dalam segala-galanya dan terjamin. Sebab segala keselamatanku dan segala kesukaanku bukankah Dia yang menumbuhkannya?"
2 Samuel 23:1‑5
Hebatlah kejatuhan Daud, tetapi dalam juga pertobatannya, hangatlah kasihnya, dan kuatlah imannya. Ia telah diampuni, dan oleh sebab itu telah mengasihi dengan sungguh‑sungguh. Lukas 7:48.
Mazmur Daud mencakup segala macam pengalaman, mulai dari dalamnya kesalahan yang disadari dan hukuman yang dijatuhkan oleh diri sendiri sampai kepada iman yang paling agung, dan hubungan yang amat luhur dengan Allah. Catatan hidupnya menyatakan bahwa dosa hanya akan mendatangkan kutuk dan kehinaan, tetapi bahwa cinta dan rahmat Allah dapat menjangkau sampai kepada jurang yang paling dalam, bahwa iman akan mengangkat jiwa yang bertobat untuk ambil bahagian dalam pengangkatan sebagai anak‑anak Allah. Dari segala jaminan yang terkandung di dalam Firman‑Nya, itu merupakan salah satu kesaksian yang paling kuat akan kesetiaan, keadilan dan perjanjian rahmat Allah.
Manusia "seperti bayang-bayang yang hilang lenyap dan tidak dapat bertahan," "tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama‑lamanya." "Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya." Ayub 14:2; Yesaya 40:8; Mazmur 103:17, 18.
"Segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya." Pengkhotbah 3:14.
Mulialah janji‑janji yang telah diadakan kepada Daud dan seisi rumah tangganya, janji‑janji yang memandang ke depan kepada masa kekekalan, dan menemukan kegenapannya di dalam Kristus. Tuhan menyatakan:
"Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku.... Maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia.... Kesetiaan-Ku dan kasih-Ku menyertai dia, dan oleh karena nama-Ku tanduknya akan meninggi. Aku akan membuat tangannya menguasai laut, dan tangan kanannya menguasai sungai-sungai. Diapun akan berseru kepada-Ku: 'Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.' Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi. Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-Ku teguh bagi dia." Mazmur 89:4‑29.
"Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit."
Mazmur 89:30.
"Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeras-pemeras! Kiranya lanjut umurnya selama ada matahari, dan selama ada bulan, turun-temurun! Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan. Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!" "Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia."
Mazmur 72:4‑8, 17.
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Yesaya 9:5; Lukas 1:32, 33.
No comments:
Post a Comment