Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Nov 29, 2021

Situs Majapahit ditemukan di Kota Malang

Sebagian benda bersejarah di situs purbakala yang diduga bangunan rumah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit di Kabupaten Malang. telah dicuri oleh warga setempat, kata seorang saksi mata.

Situs tersebut baru saja ditemukan di salah-satu jalur pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang, Jawa Timur, persisnya di kawasan Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Sejak temuan situs ini diberitakan media massa secara meluas, warga mendatangi situs yang sebagian besar berupa struktur batu bata kuno tersebut.

Pengrusakan situs Majapahit: 'Ada saksi yang diancam dengan pistol'
Arkeolog dan ahli naskah tanggapi klaim Majapahit sebagai kerajaan Islam
Kepedulian arkeolog Mundardjito dan kerusakan situs Majapahit
Salah-seorang warga setempat, Mohammad Arifin, mendatangi situs yang terletak di kilometer 37 jalan tol yang menghubungkan Kota Pandaan dan Malang.

Sejak empat bulan lalu, Arifin mengaku berulangkali mendatangi situs bersejarah itu. Upaya ini juga dilakoni beberapa orang tetangganya.

Dalam jarak sekitar 300 meter dari lokasi temuan situs tersebut, Arifin mengaku menemukan pecahan gerabah, patahan keris, uang koin, perhiasan emas, serta bokor berbahan kuningan.

"Tinggal ambil saja (koin dalam jumlah puluhan). Sampai lupa pekerjaan," ungkapnya, kemudian tertawa ringan, seperti dilaporkan wartawan di Malang, Eko Widianto, untuk BBC News Indonesia.

Puluhan koin tersebut dia temukan terpisah di beberapa sudut situs tersebut. Dan ketika hujan redah, 'harta karun' itu bermunculan ke atas permukaan tanah, katanya.

Arifin lantas mengungkapkan 'keberuntungan' temannya yang menemukan perhiasan emas di situs tersebut.

"Teman saya menemukan perhiasan emas, bokor dan guci utuh," ungkapnya.

Arifin sendiri menyimpan beragam artefak, mulai pecahan keramik, koin dengan tulisan huruf Cina, serta pecahan keramik atau gerabah.

Ketika ditanya apakah temuan itu sudah diserahkan kepada Balai Pemelihara Cagar Budaya (BPCB), Arifin mengatakan: "Kalau diminta dinas purbakala, saya akan serahkan, (tapi) asal ada imbalannya. Kalau tidak (diberi imbalan), ya, untuk koleksi saja."

Sejumlah warga setempat dilaporkan masih menyimpan temuan mereka, tetapi ada yang sudah menjualnya, ungkapnya.

Di lokasi situs bersejarah itu, sampai akhir pekan lalu, sering dijumpai beberapa orang yang mendekat dan mengorek reruntuhan bangunan batu bata setinggi sekitar empat meter.

Sekitar sebulan silam, pekerja proyek jalan tol sedang menggali dan mengenai sebagian tumpukan bata setinggi empat meter yang terletak di sisi barat proyek jalan tol.

Dilihat secara fisik, batu bata itu lebih besar ketimbang batu bata yang dijualn sekarang. Ukuran panjangnya sekitar 38cm, lebar 25cm, dengan tebal tujuh cm.

Polisi dilibatkan selidiki benda cagar budaya

Petugas Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur telah turun ke lokasi situs tersebut setelah ada laporan pencurian beberapa benda yang diduga sebagai artefak.

Mereka mengaku sudah mengecek dan melakukan koordinasi dengan berbagai otoritas, termasuk kepolisian, untuk apa yang mereka sebut sebagai "menyelamatkan bangunan" tersebut.

Menyelamatkan kota tua Jakarta dari kehancuran
Mengapa sulit melindungi bangunan cagar budaya di Semarang?
Rumah-rumah 'jengki: Kembalinya selera budaya era 1950-an
"Kita sudah berkoordinasi dengan polisi, dan penyidik polisi yang akan menelusuri," kata Koordinator Wilayah Malang BPCB Trowulan Jawa Timur, Haryoto, kepada wartawan di lokasi situs tersebut.

Benda cagar budaya, kata Haryoto, merupakan barang bersejarah yang penting untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

"Sehingga ada sanksi hukum bagi siapa saya yang menyalahgunakan termasuk memperjualbelikan," katanya.

'Akan ada imbalan bagi yang mengembalikan'
Lebih lanjut Haryoto mengatakan, pihaknya menyediakan imbalan bagi warga yang secara sukarela menenyerahkan benda cagar budaya temuannya.

Menurutnya, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk melaporkan jika ada temuan cagar budaya.

"Jangan sampai barang yang memiliki nilai sejarah hilang tak berbekas," katanya.

Arkeolog dari Universitas Negeri Malang, M. Dwi Cahyono juga meminta agar penemuan benda cagar budaya "harus dilaporkan agar tak rusak atau hilang".

Warga yang menemukan tidak boleh menjual ke pasar gelap, "karena akan menghilangkan informasi mengenai peradaban masa lalu," kata Dwi Cahyono.

Perkampungan kuno peninggalan Kerajaan Majapahit?

Arkeolog Dwi Cahyono mengaku bahwa dirinya sudah mendatangi lokasi dan melakukan identifikasi terhadap struktur bangunan berbahan bata tersebut.

"Diperkirakan bangunan tersebut berasal dari abad ke 14 atau 15 pada era Majapahit. Terlihat dari bentuk batu bata yang berserakan," ungkapnya, menganalisa.

"Tangga bangunan masih terlihat," ujarnya.

Menurutnya, bangunan situs bersejarah ini menghadap ke sungai Amprong yang hanya berjarak sekitar 100 meter.

"Posisinya ada di lereng atau bagian bawah perbukitan Buring atau warga menyebut Gunung Buring. Sedangkan pada masa Singhasari dan Majapahit dikenal dengan sebutan Gunung Malang," paparnya.

Masjid kuno 'multi etnik' Angke yang dirancang dan dibangun orang Cina
Cornelis Chastelein, ' Belanda Depok' dan daerah otonom zaman kolonial
Berkunjung ke museum 'pembunuh kolonialisme' di Rangkasbitung
Lebih lanjut Dwi Cahyono mengatakan, harus dilakukan eskavasi lebih lanjut untuk mengetahui bangunan benda cagar budaya tersebut.

Dilihat dari temuan artefak yang ada, Dwi memperkirakan kawasan tersebut merupakan perkampungan kuno.

"Dengan struktur penduduk yang kaya karena menyimpan perhiasan emas dan koin negara asing," ungkapnya.

'Sekarpuro kawasan penting Era Majapahit'

Dwi Cahyono mengatakan, Desa Sekarpuro merupakan kawasan penting di masa Kerajaan Majapahit masih berkuasa.

Saat itu ada dua Nagari bawahan kerajaan Majapahit, yakni Nagari Tumapel dan Kabalan. "Kedua Nagari dipisahkan sungai Amprong," katanya.

"Nagari Kabalan dipimpin Kusumawarddhani yakni putri mahkota Raja Majapahit Hayam Wuruk. Kelak suami Kusumawarddhani, Wikramawardhhana menjadi Raja Majapahit menggantikan Hayam Wuruk," paparnya.

Dwi meyakini situs ini merupakan peninggalan Majapahit didasarkan keberadaan batu bata yang disebutnya lazim sebagai bahan bangunan pada masa itu.

"Sedangkan koin atau uang logam dan keramik merupakan produk impor dari Cina. Ini bukti bahwa Nagari Kabalan merupakan kota dengan peradaban modern, karena sudah menjalin interaksi dengan Cina dan negera luar,"

Bagaimana rumah para pembuat Stonehenge?

Lima rumah zaman Neolitik di sekitar Stonehenge direka ulang untuk mengungkap bagaimana para pembuat monumen batu itu hidup 4.500 tahun lampau.

Rumah dengan satu kamar berukuran lima meter dibuat menggunakan kapur dan jerami berdasarkan rujukan sisa arkeologis di dinding Durrington yang dekat dengan wilayah itu.

Susan Greaney, dari English Heritage, mengatakan rumah-rumah ini adalah hasil dari "bukti arkeologi, taksiran ilmiah, dan banyak pekerjaan fisik,"

Pada pengunjung nantinya bisa mengunjungi rumah rekaan zaman Neolitik ini.

Sisa-sisa arkeologis dari dinding Durrington - yang berasal dari zaman yang sama dengan pembuatan Stonehenge - tidak hanya menunjukkan lantai bangunan tetapi juga lubang dinding yang bisa mencerminkan ukuran dan tata ruangnya.

"Kita tahu, misalnya, bahwa tiap rumah memiliki perapian dan lantai dibuat dengan menggunakan kapur," kata Greaney.

"Dan jauh dari kesan gelap dan primitif, rumah mereka sangat terang dan berudara segar dengan dinding kapur yang dirancang untuk memantulkan cahaya matahari dan menahan hangatnya api."

Dia mengatakan bahwa proyek ini merupakan sebuah "pembelajaran yang luar biasa" bagi 60 relawan yang terlibat di dalamnya.

"Sekarang pengunjung dapat melangkah masuk ke pintu rumah ini dan mendapatkan arti sebenarnya tentang kehidupan sehari-hari di zaman ketika Stonehenge dibangun."

Rumah rekaan ini dilengkapi dengan sejumlah dekorasi seperti replika kapak Neolitik, tembikar dan artefak lainnya.

Stonehenge dipetakan dari bawah tanah

Para ahli arkeologi mengungkapkan peta paling rinci yang pernah dibuat tentang tanah di bawah Stonehenge, Inggris selatan dan sekitarnya.

Mereka menggabungkan berbagai peralatan untuk mengamati daerah tersebut di kedalaman tiga meter, dengan tingkat kejelasan tinggi.

Hasil pendahuluan mengisyaratkan monumen bersejarah itu tidak berdiri sendiri, karena terdapat 17 kuil di sekitarnya, lapor wartawan BBC Maria Dasi Espuig.

Di masa depan, analisa lebih rinci data dalam jumlah besar ini akan menghasilkan gambaran yang baru tentang bagaimana perubahan yang terjadi Stonehenge.

Salah satu kejutan yang didapat penelitian ini adalah jejak sampai 60 tiang batu besar yang membentuk bagian dari "bangunan" selebar 1,5 km yang sebelumnya diidentifikasi di Dinding Durrington di dekatnya.

"Selama empat tahun terakhir kami mengamati monumen menakjubkan ini untuk berusaha mengetahui yang ada di sekitarnya," kata Profesor Vincent Gaffney, dari Universitas Birmingham pada Festival Ilmu pengetahuan Inggris.

Peta tiga dimensi baru tim ini, yang mencakup kawasan seluas 12 km2 atau setara 1.250 lapangan sepak bola, menunjukkan Stonehenge bukanlah tempat terpisah yang diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja.

Stonehenge adalah monumen prasejarah di Wiltshire, 140 km barat daya London, berupa lingkaran tiang batu dari Zaman Neolitik dan Perunggu Inggris sekitar 3.000 sampai 2.000 Sebelum Masehi.

Mengapa situs prasejarah Stonehenge dibangun?

Mengapa situs prasejarah Stonehenge dibangun?

Seiring penelitian para arkeolog tentang Stonehenge, beragam misteri muncul. Tapi satu kisah yang masuk akal perlahan mencuat.

Stonehenge merupakan atraksi turisme di Inggris yang paling sering dikunjungi wisatawan dan salah satu peninggalan masa lalu yang paling misterius. Turis datang dari seluruh penjuru dunia untuk memandangi pilar-pilar batu ikonik itu, lalu mengajukan pertanyaan: mengapa dan bagaimana batu-batu itu menjadi sedemikian rupa.

Situs wisata itu mungkin mudah dikenali, tapi ada hal lain dari apa yang dapat ditangkap mata. Seiring arkeolog mempelajari Stonehenge, beragam misteri menyeruak, tapi sebuah kisah yang logis perlahan muncul.

Para peneliti kini tidak hanya mendalami Stonehenge sebagai situs tunggal, tapi juga area yang melingkupi monumen itu. Mereka berharap mendapatkan petunjuk dari bentang alam di sekitar situs prasejarah tersebut.

Pemetaan bawah tanah dan eskavasi menyingkap fakta bahwa Stonehenge pernah menjadi bagian dari jejaring yang rumit: gundukan makam purba, pemukiman yang tak teridentifikasi, jalur kirab dan bahkan kuburan berhias emas.

'Stonehenge' Islandia yang menghipnotis
Bagaimana rumah para pembuat Stonehenge?
Festival musim panas di Stonehenge, Inggris
Temuan itu menggambarkan situasi yang lebih misterius, serta mengelaborasi era neolitikum dan zaman perunggu, dibandingkan yang selama ini diperkirakan.

Proyek yang meneliti Stonehenge secara menyeluruh adalah Proyek Lanskap Tersembunyi Stonehenge—digelar dari 2010 hingga 2014. Radar bawah tanah dan teknik pemetaan magnetik mengungkap, Stonehenge terletak di tengah kompleks seluas 12 kilometer persegi.

Proyek tersebut disorot banyak media massa pada 2015. Ketika itu para peneliti mengumumkan temuan mereka di sekitar Durrington Walls—sebuah lingkaran bebatuan besar berdiameter 500 meter. Temuan itu mereka prediksi dapat mengungkap 'Superhenge'.

Namun kehebohan media massa tidak berlangsung lama. Saat para ilmuwan mengekskavasi situs itu, mereka tak menemukan batu apapun. Sebaliknya, mereka mendapati fakta bahwa pepohonan pernah tumbuh di kawasan tersebut.

Setelah fosil pohon-pohon itu dibersihkan, para peneliti memasukkan kapur ke lubang tersebut, lalu menguburnya agar membentuk setumpuk batu. Merujuk pada pemindaian radar, celah di antara kapur-kapur itu memang terlihat seperti bebatuan.

Di luar target yang meleset, pemimpin Proyek Lanskap Tersembunyi Stonehenge, Vincent Gaffney, menyatakan timnya telah menemukan ratusan petunjuk dan situs yang belum pernah terungkap sebelumnya.

"Berdasarkan survei ini, kami akhirnya tahu lokasi sisa-sisa zaman prasejarah ini, tapi juga tempat-tempat yang tak berkaitan dengannya," ujar Gaffney, seorang arkeolog dari Universitas Bradfor.

Gaffney menyebut penyelidikan semacam ini vital karena "memberikan ruang investigasi kepada para arkeolog, tak hanya terhadap pusat monumen prasejerah yang telah diketahui publik, tapi kawasan-kawasan lainnya. Penelitian ini membebaskan kami menginterpretasikan petunjuk melalui pendekatan yang rumit.

"Apa yang telah terungkap dalam penelitian ini merupakan fase penting Durrington Walls yang sebelumnya tak diketahui.

Di antara perkampungan neolitik dan benteng raksasa terdapat pilar lingkaran yang tingginya sekitar empat sampai enam meter, jumlahnya paling sedikit 200 atau setidaknya 300 buah.

Penemuan monumen prasejarah lain di area tersebut mengubah cara para arkeolog melihat fase perubahan dan sejarah kawasan itu.

"Secara bertahap, saya menyarankan kita mulai melihat mozaik dari area yang kosong dan tugu-tugu yang ada, selagi menganjurkan perpindahan yang berarakan," kata Gaffney.

Dalam kata lain, bentang alam itu dulu biasa digunakan untuk prosesi keagamaan yang berhubungan dengan sejumlah tugu di tempat tersebut.

Mike Parker Pearson dari Institut Arkeologi University College London, yang memimpin Proyek Stonehenge Riverside dari 2003 hingga 2009, menilai penempatan pilar-pilar batu itu hanya sementara atau dapat dibongkar sewaktu-waktu.

"Batu-batu itu mungkin hanya didirikan untuk beberapa bulan sebelum digantikan tumpukan batu yang melingkar dan parit," ujarnya.

"Tujuan mereka sepertinya membuat garis lingkaran imajiner di perkampungan itu, yang sekarang telah ditinggalkan. Jadi mungkin pilar-pilar itu merupakan tugu peringatan bagi orang-orang yang tinggal di sini selama membangun Stonehenge."

Pohon tertua di dunia berusia lebih 5.000 tahun
Stonehenge dipetakan dari bawah tanah
Wajah baru kompleks Stonehenge
Apapun kegunaan monumen prasejarah itu, Stonehenge jelas bukan satu-satunya tugu di bentang alam tersebut. Memahami fungsi Stonehenge tergantung pada pemahaman terhadap benda-benda lain di sekitarnya.

Proyek Stonehenge Rverside menemukan petunjuk bahwa Stonehenge dibangun dalam dua fase berbeda. Yang pertama—terdiri dari selokan, dataran yang menjorok ke sungai, dan deretan bebatuan biru yang membentuk bulatan dibangun 500 tahun lebih awal dari yang diperkirakan peneliti. Sementara itu, batu-batu besar melingkar yang ikonik dibangun 500 tahun sesudahnya.

Adapun, kawasan itu ditinggali setidaknya 9,000 tahun lalu—penanda bahwa area itu telah dimanfaatkan sebelum Stonehenge dibangun.

Tiga puluh kilometer dari area itu berdiri tugu purbakala yang tidak begitu dikenal namun memliki kegunaan serupa Stonehenge, yakni Avebury—situs batu melingkar terbesar di Eropa.

Jangkauan zaman neolitik di area Avebury lebih jauh dibandingkan kawasan lainnya, antara lain sampai ke Wales, di mana masyarakat Britons kuno mendapatkan bebatuan biru sebagai material utama lingkaran dalam Stonehenge.

Permukiman tertua Inggris dipastikan berada di Wiltshire
Tradisi Mongolia berumur 6.000 tahun yang hampir hilang
Di sisi lain, Parker Pearson menyebut batu-batu besar Stonehenge didatangkan dari area Avebury. Ini menandakan bentang alam dari zaman neolitik tersebut saling berhubungan Plateau Salisbury, Avebury, Bukit Preseli di Wales, dan kawasan lain yang memiliki banyak tugu prasejarah.

Parker menilai, batu-batu biru dari Wales adalah batu pertama yang diletakkan di Stonehenge. Asal-muasal monumen itu sangat penting diketahui.

Batu-batu itu disebut sebagai simbol nenek moyang masyarakat Briton barat. Parker berkata, "membawa batu-batu itu ke Plateau Salisbury merupakan medium pemersatu dua masyarakat neolitik di selatan Inggris."

Kini, Bukit Preseli terlihat berbintik karena keberadaan dolmen atau meja batu datar yang ditopang tiang batu. "Massa jenis dolmen-dolmen itu menunjukkan kawasan itu merupakan area vital, baik secara politik dan religius, 700 tahun sebelum Stonehenge dibangun," kata Parker.

Pernyataan Parker itu secara tidak langsung memunculkan probabilitas Bukti Preseli sebagai daerah unggul di seantero Inggris barat pada tahun 3000 sebelum masehi.

Saatnya bertanya

Meskipun kita setuju tentang teori yang menyebut pengangkutan batu-batu dari Wales itu simbolik dan politis, teori itu menghadirkan misteri lain, yaitu tentang cara masyarakat prasejarah di Briton memindahkan batu-batu besar tersebut.

Sejumlah peneliti menyebut mereka sama sekali tak mengangkut batu-batu itu, melainkan gletser atau bongkahan es yang terbentuk dari endapan salju. Namun penemuan dua bongkah batu tambang di Preseli mengakhiri hampir seluruh perdebatan itu.

Peneliti juga telah bereksperimen tentang cara memindahkan batu-batu besar itu sejauh 260 kilometer dari Wales. Merujuk Parker Pearson, mereka mendapati fakta bahwa mengangkut benda megalitikum seperti bebatuan biru yang beratnya rata-rata dua ton, sebenarnya tidak sulit, bahkan bisa hanya dengan meletakkannya di atas kereta pengeret.

Pada temuan baru lainnya, arkeolog menemukan sisa kremasi yang dikubur di Stonehenge. Ekskavasi yang dilakukan proyek Stonehenge Riverside tahun 2008 menemukan kembali sekitar 58 pemakaman, yang terdiri dari setidaknya sembilan laki-laki dan 14 perempuan.

Merujuk pandangan bahwa orang yang dikuburkan di Stonehenge memiliki status sosial yang tinggi, temuan itu memantik pertanyaan tentang peran perempuan pada era neolitik.

"Kerap kali muncul hal baru dari Stonehenge, tapi saya tetap saja terkejut kita terus menemukan banyak hal—bahkan di area yang sudah dipelajari secara intensif selama bertahun-tahun," kata Gaffney.

Temuan terakhir dari Durrington menunjukkan, teknologi terkini tak hanya mampu menemukan situs baru, tapi juga mengubah cara kita memahami situs prasejarah tersebut.

"Temuan itu tidak cuma menegaskan keunikan Stonehenge, tapi juga betapa pentingnya bentang alam di sekitar tugu prasejarah tersebut—dan kita baru saja mulai memahami cara area itu berkembang dan arti Stonehenge bagi orang-orang yang membangunnya."

Meski demikian, tak peduli berapa temuan yang muncul, Stonehenge sepertinya akan tetap melemparkan beragam pertanyaan yang patut direnungkan para peneliti dan media massa. Masyarakat neolitik ini memiliki keterampilan dan ambisi yang besar.

Tidak mudah bagi kita yang hidup serba instan di era modern ini untuk memahami monumen besar yang didirikan secara sempurna dalam beberapa abad itu.

Vila Romawi yang terpendam 1.700 tahun ditemukan

Vila Romawi yang terpendam 1.700 tahun ditemukan di lahan pertanian, penemuan 'paling signifikan' di Inggris.

Sebuah vila Romawi dengan mosaik langka yang menggambarkan adegan-adegan dari puisi Iliad karya penulis Yunani kuno, Homer ditemukan di lahan pertanian di wilayah Rutland, Inggris.

Lembaga Historic England menggambarkan mosaik tersebut sebagai "salah satu penemuan paling luar biasa dan signifikan yang pernah ada di Inggris".

Para arkeolog dari Universitas Leicester tengah menyelidiki penemuan tersebut.

Saat ini, mosaik dan kompleks vila di sekitarnya telah dilindungi sebagai monumen bersejarah yang penting oleh Departemen Digital, Budaya, Media, dan Olahraga (DCMS) atas saran dari Historic England.

Vila Romawi ini pertama kali ditemukan oleh Jim Irvine, yang merupakan putra dari pemilik tanah bernama Brian Naylor. Dia menemukan vila ini setelah merasa ada yang aneh dari gerabah di lahan tersebut saat berjalan-jalan di atasnya selama karantina wilayah tahun 2020.

Kompleks vila ini diperkirakan ditinggali oleh seseorang yang kaya raya pada periode akhir Romawi.

Mosaik yang berbentuk seperti lantai itu berukuran 11 meter x 7 meter dan diperkirakan sebagai area makan atau hiburan.

Di wilayah Kekaisaran Romawi, mosaik biasanya digunakan di bangunan-bangunan milik pribadi maupun publik dan sering kali menampilkan tokoh-tokoh mitologi terkenal.

Namun, mosaik yang ditemukan di Rutland dianggap unik karena menampilkan sosok Achilles dan pertempurannya dengan Hector pada akhir Perang Troya.

Saat ini, mosaik itu telah kembali ditutup. Mosaik itu telah terlindung dengan baik selama 1,5 milenium pada kedalaman 0,6 meter di bawah tanah. Penutupannya kembali di bawah tanah tidak akan merusaknya lebih lanjut.

Jim Irvine, sebagai orang yang pertama kali menemukan mosaik itu, berharap orang-orang bisa berkunjung ke situs itu suatu hari nanti. Namun sejauh ini, belum ada keputusan terkait itu.

Situs ini sangat besar dan hanya sebagian kecil kompleks yang telah digali. Penggalian lebih lanjut memungkinkan akan ada lebih banyak penemuan.

Penyelidikan sejauh ini mengungkapkan bahwa vila yang besar itu dikelilingi oleh lumbung, dengan struktur melingkar yang sepertinya berupa rumah pemandian.

Kompleks ini sepertinya juga ditempati oleh seseorang yang memiliki pengetahuan sastra klasik antara abad ke-3 dan ke-4 Masehi.

Wakil Direktur Layanan Arkeologi Universitas Leicester dan manajer dari proyek penggalian ini mengatakan, "Ini adalah penemuan mosaik Romawi yang paling menarik di Inggris seabad terakhir.

"Ini memberi perspektif baru mengenai perilaku orang-orang pada masa itu, hubungan mereka dengan sastra klasik, serta memberi tahu kita banyak hal mengenai orang yang membiayai pembuatan mosaik ini.

"Orang ini memiliki pengetahuan klasik, juga memiliki uang untuk memesan pembuatan mosaik sedetail itu. Ini juga mosaik pertama yang menggambarkan kisah-kisah ini yang pernah ditemukan di Inggris."

Direktur Eksekutif Historic England, Duncan Wilson, menambahkan bahwa "penemuan mosaik langka dengan ukuran sebesar ini serta vila di sekitarnya adalah penemuan yang sungguh luar biasa.

"Penemuan seperti ini sangat penting membantu kami mengumpulkan sejarah. Dengan melindungi situs ini, kami bisa terus mempelajarinya, dan kami sangat menantikan apa yang bisa ditemukan dari penggalian lebih lanjut mengenai orang-orang yang meninggalinya lebih dari 1.500 tahun lalu."

Dia kemudian menghubungi tim arkeologi di Dewan Leicestershire.

'Penemuan menakjubkan': Arkeolog temukan monumen Neolitik berusia 4.500 tahun dekat Stonehenge
Situs Majapahit ditemukan di Kota Malang: 'Ada yang menemukan emas, lalu dijual'
Gambar hantu 'laki kurus gentayangan' pada keping tanah liat berusia 3.500 tahun ditemukan
Irvine mengatakan keluarganya telah bertani di lahan tersebut selama 50 hingga 60 tahun.

"Selama karantina wilayah tahun lalu, saya melihat beberapa tembikar di tanah tidak terlihat seperti sebelumnya.

"Kami kemudian menggalinya dengan skop dan ternyata saya berdiri tepat di atasnya.

"Rasanya sangat menakjubkan bisa melihat sesuatu yang terpendam selama lebih dari 1.700 tahun.

"Yang membuat saya semakin tertarik adalah, apa yang akan terungkap selanjutnya dari situs ini, karena sejauh ini semuanya luar biasa."

Nov 13, 2021

Cincin Berusia 1400 Tahun Ditemukan di Palestina


Sebuah cincin emas kuno bertatahkan batu kecubung ungu telah ditemukan di kilang anggur kuno terbesar di dunia. Cincin yang menakjubkan ini ditemukan saat melakukan penggalian di Kota Yavne, Palestina.

Lokasi ditemukannya cincin itu sama dengan lokasi kilang anggur Bizantium seluas 75 ribu kaki persegi, yang diresmikan awal tahun ini. Kilang anggur itu dapat menghasilkan hingga dua juta liter anggur per tahun.  

Batu cincin tersebut tampak berwarna cerah ungu. Kemungkinan cincin itu dipakai oleh seseorang yang bertubuh tinggi untuk menunjukkan kekayaannya, mungkin sekitar abad ke-7 Masehi, yang berarti usianya mencapai 1.400 tahun.

Namun, ada kemungkinan juga pemakai terakhirnya adalah seorang ahli anggur yang percaya bahwa batu ungu akan melindunginya dari efek alkohol, sebuah cerita legenda yang dipercaya secara luas pada zaman kuno.

Dalam Alkitab disebutkan bahwa batu yang dibuat menjadi cincin tersebut merupakan salah satu dari 12 jenis batu yang biasanya diletakkan di dada imam besar.

Menurut Alkitab, batu kecubung adalah salah satu dari 12 batu yang harus dikenakan dalam pakaian upacara imam besar untuk menandakan kenikmatan kekayaan, prestise, dan perbedaan dari orang lain.

Batu kecubung atau ametis juga merupakan jenis batuan mineral kuarsa. Batu kecubung biasanya berwarna ungu sampai merah muda. Dalam sejarah, ungu merupakan warna yang digunakan oleh raja, ratu, dan anggota keluarga kerajaan lain.  

Nov 4, 2021

Penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an

Penulisan dan pengumpulan Al-Qur'an melewati tiga jenjang.

Tahap Pertama.

Zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada jenjang ini penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan karena hafalan para Sahabat Radhiyallahu 'anhum sangat kuat dan cepat di samping sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghapal Al-Qur'an sangat banyak

Dalam kitab Shahih Bukhari dari Anas Ibn Malik Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus tujuh puluh orang yang disebut Al-Qurra'. Mereka dihadang dan dibunuh oleh penduduk dua desa dari suku Bani Sulaim ; Ri'l dan Dzakwan di dekat sumur Ma'unah. Namun di kalangan para sahabat selain mereka masih banyak para penghapal Al-Qur'an, seperti Khulafaur Rasyidin, Abdullah Ibn Mas'ud, Salim bekas budak Abu Hudzaifah, Ubay Ibn Ka'ab, Mu'adz Ibn Jabal, Zaid Ibn Tsabit dan Abu Darda Radhiyallahu 'anhum.

Tahap Kedua

Pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu tahun dua belas Hijriyah. Penyebabnya adalah : Pada perang Yamamah banyak dari kalangan Al-Qurra' yang terbunuh, di antaranya Salim bekas budak Abu Hudzaifah ; salah seorang yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengambil pelajaran Al-Qur'an darinya.

Maka Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur'an agar tidak hilang. Dalam kitab Shahih Bukahri disebutkan, bahwa Umar Ibn Khaththab mengemukakan pandangan tersebut kepada Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu setelah selesainya perang Yamamah. Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah Subhanahu wa Ta'ala membukakan pintu hati Abu Bakar untuk hal itu, dia lalu memanggil Zaid Ibn Tsabit Radhiyallahu 'anhu, di samping Abu Bakar bediri Umar, Abu Bakar mengatakan kepada Zaid : "Sesunguhnya engkau adalah seorang yang masih muda dan berakal cemrerlang, kami tidak meragukannmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sekarang carilah Al-Qur'an dan kumpulkanlah!", Zaid berkata : "Maka akupun mencari dan mengumpulkan Al-Qur'an dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-orang. Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar Radhiyallahu 'anhuma. Diriwayatkan oleh Bukhari secara panjang lebar.

Kaum muslimin saat itu seluruhnya sepakat dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, mereka menganggap perbuatannya itu sebagai nilai positif dan keutamaan bagi Abu Bakar, sampai Ali Ibn Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu mengatakan : "Orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al-Qur'an adalah Abu Bakar, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi rahmat kepada Abu Bakar karena, dialah orang yang pertama kali mengumpulkan Kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tahap Ketiga

Pada zaman Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu 'anhu pada tahun dua puluh lima Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialek bacaan Al-Qur'an sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat Radhiyallahu 'anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman Radhiyallahu 'anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala dan akhirnya berpecah belah.

Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan, bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu 'anhu datang menghadap Utsman Ibn Affan Radhiyallahu 'anhu dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaaan mereka pada dialek bacaan Al-Qur'an, dia katakan : "Wahai Amirul Mukminin, selamtakanlah umat ini sebelum mereka berpecah belah pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani!" Utsman lalu mengutus seseorang kepada Hafsah Radhiyallahu 'anhuma : "Kirimkan kepada kami mushaf yang engkau pegang agar kami gantikan mushaf-mushaf yang ada dengannya kemudian akan kami kembalikan kepadamu!", Hafshah lalu mengirimkan mushaf tersebut.
 
Kemudian Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa'id Ibnul Ash dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam Radhiyallahu 'anhum untuk menuliskannya kembali dan memperbanyaknya. Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy. Utsman mengatakan kepada ketiganya : "Jika kalian berbeda bacaan dengan Zaid Ibn Tsabit pada sebagian ayat Al-Qur'an, maka tuliskanlah dengan dialek Quraisy, karena Al-Qur'an diturunkan dengan dialek tersebut!", merekapun lalu mengerjakannya dan setelah selesai, Utsman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam serta memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-Qur'an selainnya.

Utsman Radhiyallahu 'anhu melakukan hal ini setelah meminta pendapat kepada para sahabat Radhiyalahu 'anhum yang lain sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud  dari Ali Radhiyallahu 'anhu bahwasanya dia mengatakan : "Demi Allah, tidaklah seseorang melakukan apa yang dilakukan pada mushaf-mushaf Al-Qur'an selain harus meminta pendapat kami semuanya", Utsman mengatakan : "Aku berpendapat sebaiknya kita mengumpulkan manusia hanya pada satu Mushaf saja sehingga tidak terjadi perpecahan dan perbedaan". Kami menjawab : "Alangkah baiknya pendapatmu itu".

Mush'ab Ibn Sa'ad mengatakan : "Aku melihat orang banyak ketika Utsman membakar mushaf-mushaf yang ada, merekapun keheranan melihatnya", atau dia katakan : "Tidak ada seorangpun dari mereka yang mengingkarinya, hal itu adalah termasuk nilai positif bagi Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu 'anhu yang disepakati oleh kaum muslimin seluruhnya. Hal itu adalah penyempurnaan dari pengumpulan yang dilakukan Khalifah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu.

Perbedaan antara pengumpulan yang dilakukan Utsman dan pengumpulan yang dilakukan Abu Bakar Radhiyallahu anhuma adalah : Tujuan dari pengumpulan Al-Qur'an di zaman Abu Bakar adalah menuliskan dan mengumpulkan keseluruhan ayat-ayat Al-Qur'an dalam satu mushaf agar tidak tercecer dan tidak hilang tanpa membawa kaum muslimin untuk bersatu pada satu mushaf ; hal itu dikarenakan belih terlihat pengaruh dari perbedaan dialek bacaan yang mengharuskannya membawa mereka untuk bersatu pada satu mushaf Al-Qur'an saja.

Sedangkan tujuan dari pengumpulan Al-Qur'an di zaman Utsman Radhiyallahu 'anhu adalah : Mengumpulkan dan menuliskan Al-Qur'an dalam satu mushaf dengan satu dialek bacaan dan membawa kaum muslimin untuk bersatu pada satu mushaf Al-Qur'an karena timbulnya pengaruh yang mengkhawatirkan pada perbedaan dialek bacaan Al-Qur'an.

Hasil yang didapatkan dari pengumpulan ini terlihat dengan timbulnya kemaslahatan yang besar di tengah-tengah kaum muslimin, di antaranya : Persatuan dan kesatuan, kesepakatan bersama dan saling berkasih sayang. Kemudian mudharat yang besarpun bisa dihindari yang di antaranya adalah : Perpecahan umat, perbedaan keyakinan, tersebar luasnya kebencian dan permusuhan.

Mushaf Al-Qur'an tetap seperti itu sampai sekarang dan disepakati oleh seluruh kaum muslimin serta diriwayatkan secara Mutawatir. Dipelajari oleh anak-anak dari orang dewasa, tidak bisa dipermainkan oleh tangan-tangan kotor para perusak dan tidak sampai tersentuh oleh hawa nafsu orang-orang yang menyeleweng.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala Tuhan langit, Tuhan bumi dan Tuhan sekalian alam.

Sejarah awal penulisan Al-Quran

Penulisan Al Quran telah dimulai pada zaman Rasulullah ﷺ. Namun, Al-Quran lebih banyak dihapalkan dari pada ditulis karena kemampuan menghapal para Sahabat radhiyallahu 'anhum sangat kuat dan cepat, dan jumlah penghapal sangat banyak.

Di sisi lain, pada masa itu jumlah orang yang dapat membaca dan menulis sedikit, serta sarananya masih terbatas, yakni pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta.

Pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu (573-634 Masehi) tahun dua belas Hijriah, banyak penghapal Al-Quran yang wafat terbunuh dalam beberapa peperangan. Maka Abu Bakar radhiyallahu 'anhu memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan Al-Quran agar tidak hilang.

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Umar Ibn Khaththab radhiyallahu 'anhu mengemukakan gagasan untuk menulis Al-Quran kepada Abu Bakar radhiyallahu 'anhu setelah selesainya perang Yamamah (632 Masehi).

Namun Abu Bakar radhiyallahu 'anhu tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar radhiyallahu 'anhu terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah ﷻ membukakan pintu hati Abu Bakar radhiyallahu 'anhu.

Kemudian, beliau memanggil Zaid Ibn Tsabit radhiyallahu 'anhu guna mencari dan mengumpulkan naskah Al-Quran yang ditulis di atas pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hapalan para sahabat.

Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu hingga wafat, kemudian dipegang oleh Umar radhiyallahu 'anhu hingga wafat, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar radhiyallahu 'anha.
 
Seiring dengan penyebaran Islam ke luar wilayah Arab, pada zaman Khalifah Utsman Ibn Affan radhiyallahu 'anhu (577-656 Masehi) pada tahun dua puluh lima Hijriah, muncul  perbedaan di antara kaum Muslimin dalam hal dialek bacaan Al-Quran. Perbedaan itu sesuai dengan mushaf-mushaf yang berada di tangan para Sahabat radhiyallahu 'anhum.

Perbedaan dialek itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, sehingga Utsman radhiyallahu 'anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf guna menyamakan bacaan Al-Quran.

Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa'id Ibnul Ash dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam radhiyallahu 'anhum untuk menuliskan kembali naskah-naskah Al-Quran yang telah ada sebelumnya (dipegang oleh Hafshah) dan memperbanyaknya.

Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy.

Setelah menyelesaikan penulisan Al-Quran dalam dialek Quraisy (karena Al-Quran diturunkan dengan dialek tersebut), Utsman radhiyallahu 'anhu mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam.

Khalifah Utsman radhiyallahu 'anhu juga memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-Qur'an selainnya.

Kebijakan Utsman radhiyallahu 'anhu menjadikan mushaf Al-Quran tak berubah dari awal sampai sekarang, disepakati oleh seluruh kaum Muslimin serta diriwayatkan secara akuntabel menurut kaidah periwayatan dalam Islam.

Al-Quran Disusun dan Diurutkan

Ada banyak pendapat yang mengemukakan tentang metode penyusunan Al-Quran. Berikut ini adalah salah satu di antaranya.

Penyusunan al-Quran Sejak Masa Nabi Muhammad

Sebagian ulama meyakini bahwa metode penyusunan Al-Quran sebenarnya sudah dimulai sejak masa Nabi Muhammad masih hidup. Selain mengajarkan bacaan dan pemahamannya, Rasulullah juga mengajarkan bagaimana letak ayat Al-Quran tersebut nantinya di dalam Al-Quran. Hanya saja, pada saat itu, Al-Quran masih belum dibukukan menjadi kitab seperti sekarang ini.

Salah satu alasan mengapa Al-Quran tidak langsung dibukukan adalah karena wahyu masih belum selesai turun selama Nabi Muhammad masih hidup. Sedangkan, jika penulisan Al-Quran langsung dilakukan, maka kitab Al-Quran akan terus mengalami perubahan karena adanya ayat atau wahyu baru yang datang. Karena itu, proses pembukuan ayat – ayat dalam Al-Quran tidak dilakukan.

Akan tetapi, ada beberapa sahabat yang memang ditugaskan secara khusus untuk mencatat setiap ayat atau wahyu yang turun. Yaitu Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Ka'ab. Mereka menuliskan ayat al-Quran di berbagai media yang bisa digunakan saat itu. Mulai dari pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang.

Ayat Al-Quran Mulai Dibukukan
Setelah Nabi Muhammad wafat, tepatnya saat pemerintahan Abu Bakar, para sahabat mengumpulkan lembaran mushaf tersebut. Kebutuhan untuk menuliskan ayat Al-Quran baru dimulai setelah Perang Yamamah terjadi. Perang tersebut membuat banyak sahabat penghafal Quran syahid. Sehingga, sebagian sahabat khawatir ayat Al-Quran akan menghilang.

Salah satu sahabat yang merasa khawatir adalah Umar bin Khattab. Dia mengadukan hal tersebut kepada Abu Bakar dan mengusulkan untuk menyusun Al-Quran menjadi sebuah kitab. Sayangnya, Abu Bakar menolak karena menganggap Rasulullah tidak melaksanakan atau mengamanahkan hal tersebut.

Namun, setelah beberapa waktu, akhirnya Abu Bakar menyetujui hal tersebut. Dia lalu mengundang Zaid bin Tsabit dan menunjuknya sebagai ketua pelaksana. Zaid yang awalnya menolak seperti Abu Bakar pun akhirnya menyetujui ide tersebut.

Mengumpulkan Al-Quran tentu saja bukan tugas yang ringan. Karena itu, Zaid dibantu oleh banyak sahabat untuk menyelesaikannya. Mereka berupaya mengumpulkan lembaran Al-Quran yang tersebar di berbagai tempat dan media. Lembaran yang sudah terkumpul itu diserahkan kepada Abu Bakar hingga wafat.

Selanjutnya, tugas tersebut dilanjutkan kembali oleh Umar bin Khattab sebagai khalifah setelah Abu Bakar. Setelah Umar meninggal, lembaran Al-Quran yang sudah terkumpul tersebut dijaga oleh istri Rasulullah, Hafshah binti Umar bin Khathtab.

Sejarah Rasm Usmani
Pada masa pemerintahan Utsman, seorang sahabat yang bernama Hudzaifah datang kepada Utsman dan menyampaikan kondisi umat Islam saat itu. Dimana banyak umat Islam yang saling berselisih paham mengenai Al-Quran.

Menanggapi masalah tersebut, Utsman memutuskan untuk meminta Hafshah membawakan lembaran Al-Quran yang ada padanya. Selanjutnya, Utsman memberikan lembaran tersebut kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Haris untuk menyalin al-Quran tersebut menjadi satu kitab.

Hasil dari salinan tersebutlah yang dikenal sebagai Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani atau Al-Quran yang ditulis dengan gaya penulisan Khalifah Utsman bin Affan. Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani masih terus dipakai sampai saat ini di berbagai belahan dunia.

Makam Kuno Zaman Firaun Ditemukan, Usianya 3.200 Tahun

Arkeolog menemukan sebuah makam berusia lebih dari 3.200 tahun di Saqqara. Rupanya, ini adalah makam pejabat senior salah satu Firaun paling kuat Mesir, Ramses II.
Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir mengumumkan temuan ini pada 30 Oktober. Berdasarkan prasasti yang ditemukan di makam, disebutkan bahwa Ptah-M-Wia, orang yang dimakamkan di sana, memegang sejumlah posisi termasuk kepala perbendaharaan dan kepala pengawas ternak pada masa pemerintahan Ramses II.

Ramses II memerintah 1279-1213 SM dan berhasil mengembangkan Kerajaan Mesir sampai Suriah zaman modern. Ramses II juga dikenal karena upaya pembangunannya, termasuk perluasan Kuil Karnak.

Sementara itu, Ptah-M-Wia adalah seorang kepala perbendaharaan berabad-abad lampau sebelum zaman penemuan koin yang dicetak. Pada masa itu, orang-orang melakukan transaksi pembayaran dengan barang atau logam mulia.

Di sisa-sisa makam Ptah-M-Wia, para arkeolog menemukan serangkaian lukisan dinding yang menunjukkan orang-orang memimpin ternak dan hewan lain untuk disembelih. Adegan ini bisa jadi terkait dengan posisi Ptah-M-Wia sebagai pengawas peternakan. Sejauh ini, tidak ada sisa-sisa manusia yang ditemukan di makam tersebut.

Beberapa ukiran di makam juga menggambarkan seorang pria, kemungkinan adalah Ptah-M-Wia. Dalam satu ukiran, ia ditampilkan duduk di samping beberapa guci dan sebuah benda yang terlihat seperti tanduk.

Para peneliti saat ini sedang menganalisis hieroglif yang ditemukan di atas ukiran yang menunjukkan, antara lain, bahwa selain tugasnya yang lain, Ptah-M-Wia bertugas membuat "persembahan ilahi" di salah satu kuil yang dibangun oleh Ramses II di Thebes (sekarang bernama Luxor).

Firaun membangun atau memperluas beberapa kuil di Thebes selama masa pemerintahannya, dan tidak diketahui di mana Ptah-M-Wia memberikan persembahan.

Ola Al-Ajizi, seorang profesor arkeologi di Universitas Kairo, memimpin tim yang menemukan makam tersebut. Para arkeolog terus menggali dan menganalisis makam dan daerah sekitarnya. Penemuan ini sangat menguntungkan, karena Saqqara memiliki sejumlah besar situs arkeologi yang mencakup Piramida Djoser yang berusia 4.700 tahun.

Oct 28, 2021

Hidup bersama mumi-mumi tertua di dunia

"Mungkin hidup di kompleks permakaman tampak aneh bagi sebagian orang, tapi kami sudah terbiasa," ujar Ana Maria Nieto, yang bermukim di Kota Arica, Chile.

Arica, yang berbatasan dengan Peru, dibangun di atas bukit pasir di Gurun Atacama, gurun terkering di dunia.

Namun, jauh sebelum kota pesisir itu didirikan pada abad ke-16, kawasan tersebut sudah dihuni orang-orang Chinchorro.

Budaya Chinchorro menjadi sorotan publik pada Juli lalu, manakala organisasi kebudayaan PBB (UNESCO) memasukkan ratusan mumi yang diawetkan orang-orang Chinchorro ke dalam Daftar Warisan Dunia.

Mumi-mumi Chinchorro pertama kali didokumentasikan oleh arkeolog asal Jerman bernama Max Uhle, setelah menemukan sejumlah mumi di pantai. Namun, perlu waktu selama berpuluh tahun guna menentukan umur mumi-mumi tersebut.

Penanggalan radiokarbon akhirnya memperlihatkan bahwa mumi-mumi tersebut berumur lebih dari 7.000 tahun lalu—lebih tua 2.000 tahun dari mumi-mumi Mesir kuno yang diketahui secara luas oleh khalayak dunia.

Fakta ini menjadi bukti arkeologis bahwa mumi-mumi Chinchorro merupakan mumi artifisial paling tua di dunia.

Bernardo Arriaza, seorang ahli antropologi yang pakar di bidang kebudayaan Chinchorro, mengatakan kaum Chinchorro sengaja berlatih teknik mumifikasi.

Itu artinya mereka menggunakan teknik pengawetan jenazah, alih-alih sengaja membiarkan jenazah menjadi mumi dalam iklim kering—walau ada pula ditemukan sejumlah jasad yang menjadi mumi secara alami di lokasi tersebut.

Orang-orang Chinchorro, menurut Arriaza, membuat sayatan kecil pada jasad yang hendak dijadikan mumi untuk mengeluarkan organ-organ tubuh. Rongga yang ada kemudian dikeringkan, sedangkan kulit jenazah dikupas.

Orang-orang Chinchorro lantas mengisi jasad dengan serat-serat alami serta ranting untuk menegakkannya sebelum menggunakan ilalang untuk menjahit kulit.

Mereka juga memasang rambut hitam tebal di bagian kepala mumi dan menutupi wajahnya dengan tanah liat serta topeng. Lubang lalu dibuat pada bagian mata dan mulut.

Akhirnya, jasad dilukis dengan warna merah atau hitam menggunakan pigmen dari mineral, oker, mangan, dan besi oksida.

Metode dan pendekatan mumifikasi orang-orang Chinchorro amat berbeda dengan teknik yang digunakan bangsa Mesir kuno, kata Arriaza.

Letak perbedaannya, bangsa Mesir kuno tak hanya menggunakan minyak dan perban. Mereka juga hanya melakukan mumifikasi untuk kaum elite yang meninggal dunia. Sedangkan orang-orang Chinchorro memumifikasi para pria, perempuan, anak, bayi, hingga janin terlepas dari status mereka.

Amerika telah dihuni Viking ratusan tahun

Amerika telah dihuni Viking ratusan tahun sebelum Columbus datang - ungkap penelitian

Bangsa Viking yang mendiami Eropa bagian utara telah bermukim di Amerika Utara tepat 1.000 tahun lalu, 400 tahun lebih sebelum Christopher Columbus tiba di Amerika, menurut sebuah penelitian.

Para peneliti mengatakan teknik penanggalan dengan menganalisis lingkaran pohon telah memberikan bukti bahwa bangsa Viking telah menduduki sebuah situs di Newfoundland, Kanada, pada 1021.

Para ilmuwan meyakini permukiman itu dibuat bangsa Viking 471 tahun sebelum pelayaran pertama Christopher Columbus.

Sebelumnya, penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia itu dianggap sebagai penemu benua Amerika setelah ia berlayar mengarungi Samudra Atlantik.

Namun, sejumlah pihak meragukannya sebagai penemu "dunia baru" tersebut, sebab sudah lama diketahui bahwa orang Eropa mencapai Amerika sebelum kedatangan Columbus di Karibia pada tahun 1492.

Hasil penelitian yang dirilis di jurnal Nature ini mengungkap untuk pertama kalinya para peneliti memperkirakan waktu akurat kapan bangsa Eropa menjejakkan kaki di Amerika untuk pertama kalinya.

Para peneliti mengatakan telah menganalisis lingkaran pohon dari tiga potong kayu yang digunakan di permukiman Viking, yang juga dikenal dengan bangsa Norse, di L'Anse aux Meadows, Kanada.

Teknik penanggalan menggunakan badai matahari lama sebagai titik referensi digunakan pada tiga potong kayu rumah tersebut dan semuanya menunjuk tahun yang sama.

Oleh sebab itu, para peneliti menyematkan "tahun penebangan pohon yang tepat" adalah tahun 1021, atau 471 tahun sebelum Columbus tiba.

Badai matahari - ledakan besar radiasi dari Matahari yang menghantam Bumi - diketahui terjadi pada tahun 992 M, kata para ilmuwan. Hal ini memungkinkan mereka untuk menentukan tanggal yang lebih akurat dari perkiraan sebelumnya yang menyebut permukiman itu telah ada sejak sekitar tahun 1000.

"Asosiasi potongan-potongan [kayu] ini dengan bangsa Norse didasarkan pada penelitian terperinci yang sebelumnya dilakukan oleh Parks Canada," kata studi tersebut, seraya menambahkan bahwa ada bukti jelas bahwa sampel kayu telah dimodifikasi dengan peralatan logam.

Ia menambahkan bahwa permukiman L'Anse aux Meadows adalah basis permukiman di sejumlah lokasi lain, termasuk daerah yang terletak lebih jauh ke selatan.

Para penulis penelitian mengatakan penemuan tersebut merupakan titik definitif untuk penelitian masa depan tentang konsekuensi awal dari aktivitas transatlantik, termasuk tentang transfer pengetahuan dan potensi pertukaran informasi genetik dan patologi.

Dr Colleen Batey, seorang pakar Viking dari Institute for Northern Studies di Skotlandia, mengatakan penelitian ini tidak menafikan kemungkinan bangsa Viking tidak berada di daerah itu sebelum 1000 M.

"Ini menunjukkan bahwa permukiman berumur pendek itu aktif sekitar tahun 1021 ketika kayu sedang dikerjakan di lokasi, mungkin terkait dengan perbaikan bangunan atau kapal," katanya.

"Sebagai seorang arkeolog, saya mungkin menafsirkan ini sebagai salah satu tahap aktivitas pendudukan, tidak harus yang pertama atau bahkan yang terakhir."

L'Anse aux Meadows, situs warisan dunia UNESCO yang berlokasi di ujung paling utara pulau Newfoundland, adalah situs pertama dan satu-satunya yang diketahui didirikan oleh Viking di Amerika Utara dan menjadi bukti awal permukiman Eropa di Dunia Baru.

Penanggalan radiokarbon adalah teknik yang mengukur konsentrasi residu isotop radioaktif karbon (karbon-14) yang ada dalam suatu objek.

Karbon-14 meluruh dari waktu ke waktu dan kita bisa mengetahui usia suatu sampel dengan mengukur berapa banyak yang tersisa dari karbon itu.

Mar 17, 2021

Sparta

Sparta adalah kota pada zaman Yunani Kuno yang merupakan ibu kota Laconia dengan kota terpenting Peloponesus di tepi Sungai Eurotas. Sparta didirikan oleh orang-orang Doria yang mengalahkan Laconia dan Messenia yang pada perkembangannya menjadi sangat kuat dan berkuasa. Pada abad ke-7 SM, Sparta merupakan pusat kesusastraan namun sesudah tahun 600 SM ilmu kemiliteran yang lebih ditonjolkan.

Anak-anak dari golongan berkuasa (Spartiate) dilatih menjadi militer. Di bawah golongan militer adalah golongan perioeci (tukang dan pedagang) dan helot (budak-budak). Hanya kaum Spartiate yang memiliki hak hukum dan hak sipil.

Sejarah
Prasejarah
Masa Prasejarah Sparta sulit untuk direkonstruksi, karena tidak banyak bukti tulisan dari masa tersebut dan juga distorsi oleh tradisi oral. Namun, bukti paling awal mengenai pemukiman manusia di wilayah Sparta adalah dari tembikar yang berasal dari periode pertengahan Neolitikum, ditemukan di sekitar Kouphovouno, sekitar dua kilometer selatan-barat daya Sparta .[2] Ini adalah jejak awal peradaban Sparta Mikene, seperti yang digambarkan dalam Illiad karya Homer.

Peradaban ini sepertinya jatuh ke dalam kemunduran pada akhir zaman perunggu. Menurut Herodotus, suku-suku Makedonia dari utara bergerak ke Peloponesia, di mana mereka disebut bangsa Doria, mereka menaklukan suku-suku setempat dan menetap di sana. Bangsa Doria tampaknya telah mulai mengembangkan batas wilayah Sparta hampir sebelum mereka mendirikan negara mereka sendiri.  Sparta berjuang melawan Doria Argive di timur dan tenggara, dan juga Arkadia Achaea di barat laut. Bukti menunjukkan bahwa daerah Sparta relatif tidak dapat diakses karena topografi dataran Taygete sehingga Sparta memang sudah aman sejak awal.

Menurut Herodotus dan Thucydides, antara abad ke-8 dan ke-7 SM Sparta mengalami periode ketiadaan hukum dan perselisihan sipil. Akibatnya, mereka melakukan serangkaian reformasi politik dan sosial di masyarakat yang kemudian mereka kaitkan dengan pemberi hukum mereka, Lykourgos Perubahan-perubahan ini menandai awal sejarah klasik Sparta.

Pertempuran Gaugamela

Pertempuran Gaugamela terjadi di Mesopotamia pada tahun 331 SM antara Aleksander Agung dari Makedonia dan Darius III dari Persia.

Pertempuran berlangsung di dekat sebuah bukit berbentuk punuk unta, nama etimologi: Tel Gomel atau Tel Gahmal, yang diterjemahkan sebagai "Gunung Unta" dalam bahasa Ibrani, terjemahan lainnya "Kandang Unta" (Plutarch: "Rumah Unta").

Lokasi
Dataran Gaugamela, sebelah timur Mosul, dekat Irbil di Irak Utara. Lokasi Gaugamela belum ditetapkan secara definitif, namun letaknya di (36.36°N 43.25°E).

Kekuatan Pasukan
Kepastian jumlah pasukan Persia masih diperdebatkan, beberapa sejarawan menyatakan tentara Darius III tidak lebih dari 50.000 orang, Warry memperkirakan seluruhnya berjumlah 91.000 orang, Welman memperkirakan 90.000 orang, Ludwig Henning DelbrÜ (1978) memperkirakan 52.000 orang, Engels (1920) dan Green (1990) memperkirakan tidak lebih besar dari 100.000 orang di Gaugamela. Senjata dan alat yang disiapkan berupa kereta perang berkuda yang dilengkapi pedang di roda kereta, Gajah India, tombak berukuran 2 - 3 meter, busur dan anak panah.

Sebaliknya, sebagian besar sejarawan setuju bahwa Pasukan Makedonia terdiri dari 40.000 infanteri dan 7.000 kavaleri. Senjata dan alat yang dipergunakan berupa perlengkapan perlindungan pasukan kavaleri, tombak panjang berukuran 6 meter, lembing, katapel, perisai, busur dan panah.

Strategi Perang
Persia
Strategi Darius III, Raja Persia, yaitu membawa pasukan berkumpul bersama sehingga dalam satu hari semuanya dapat diputuskan dan mereka akan terhindar dari kesulitan dan bahaya yang berkepanjangan. Harapannya adalah mengurung orang Makedonia dengan menggunakan kecepatan dan jumlah pasukan. Hati-hati memilih medan pertempuran, dataran luas Guagamela, untuk memberikan keuntungan pasukan kavalerinya atas perubahan yang dilakukan pasukan kavaleri Makedonia. Kereta perang berkuda yang dilengkapi pedang di roda dan pasukan gajah India disiapkan untuk memporakporandakan formasi pasukan tombak Makedonia.

Makedonia
Aleksander Agung menolak gagasan pertempuran di malam hari, dan memaksa Darius untuk mensiagakan dan mempertahankan pasukannya berdiri sepanjang malam. Sementara pasukan Makedonia beristirahat. Dia membentuk formasi pasukan Makedonia sedikit ke kiri dari pusat kekuatan pasukan Persia, dengan harapan pasukan Persia maju, secara tidak langsung, ke arah kiri, menjauhi pasukan kereta perang Darius, untuk menggagalkan serangan kejutan. Pasukan tombak Makedonia bersatu dan mendekati musuh sampai pasukan kavaleri dapat mengeksploitasi setiap kelemahan di garis musuh.

Taktik Perang

Persia
Persia merekrut kavaleri terbaik dari Satrapie Timur dan dari suku Scythian serta mengerahkan kereta perang berkuda yang dipersenjatai pedang di rodanya untuk membuka jalan atau membersihkan medan pertempuran di depan pasukannya. Dia juga memiliki pasukan gajah India.

Darius III berada di tengah pasukan infanteri (tradisi di antara raja-raja Persia). Ia dikelilingi oleh pasukan kavaleri, tentara bayaran Yunani, dan pasukan penjaga kuda Persia yang berada di sebelah kanannya, Pasukan Dewa, India dan pasukan pemanah kavaleri Mardian berada di sebalah kanan tengah.

Di kedua sisi ditempatkan pasukan kavaleri. Darius memerintahkan Bessus di sayap kiri dengan Bactrian, kavaleri Dahae, kavaleri Arachosian, kavaleri Persia, kavaleri Susian, kavaleri Cadusian, dan Scythians. Kereta perang ditempatkan di depan dengan sekelompok kecil Bactrian. Dan di sayap kanan dengan pasukan kavaleri dari Suriah, Median, Mesopotamia, Parthia, Sacian, Tapurian, Hyrcanian, Albania Kaukasia, Sacesinian, Kapadokia, dan Armenia. Pasukan kavaleri dari Kapadokia dan Armenia ditempatkan di depan dan memimpin serangan. Kavaleri Albania dan Sacesinian dikirim untuk mengapit Macedonia dari sebelah kiri.

Macedonia

Pasukan Macedonia dibagi dua, di sisi kanan pasukan di bawah komando Aleksander, dan di kiri oleh Parmenion. Aleksander bertarung bersama kavaleri sekutu yaitu Paionian, dan kavaleri Macedonia. Kavaleri tentara bayaran dibagi menjadi dua yaitu para veteran ditempatkan di sisi kanan dan di depan serta pemanah Macedonia Agrian yang ditempatkan di sebelah pasukan tombang panjang.

Pasukan Parmenion berada di sebelah kiri dengan Thessalian, tentara bayaran Yunani, dan kavaleri Thrakian untuk melakukan manuver, sedangkan pasukan Aleksander memberikan pukulan yang menentukan dari sebelah kanan.

Di sebelah kanan tengah, kereta perang tentara bayaran ditempatkan dan di belakang mereka terdapat pasukan kavaleri Phillip Thessalian dan tentara bayaran Achaian. Di sebelah kanan mereka terdapat pasukan kavaleri sekutu Yunani dan pasukan tombak panjang yang ditempatkan dalam dua baris. Baris kedua mendapat perintah untuk menangani setiap unit pengapit yang muncul. Baris kedua ini sebagian besar terdiri dari tentara bayaran.

Kekaisaran Persia Akhaimenia

Kekaisaran Persia Akhaimenia (atau Akhemeniyah) (sek. 550–330 SM), dikenal pula sebagai Kekaisaran Persia Pertama, adalah kekaisaran Persia (Iran) di Asia Selatan dan Barat Daya yang didirikan pada abad ke-6 SM oleh Koresh Agung, yang menggulingkan konfederasi Medes. Kekaisaran ini meluas hingga pada akhirnya menguasai wilayah yang amat besar di dunia kuno dan pada tahun 500 SM membentang dari Lembah Indus di timur, hingga ke Thrakia dan Makedonia di perbatasan timur laut Yunani. Tidak ada kekaisaran lain sebelum masa itu yang lebih besar daripada Kekaisaran Akhaimenia. Kekaisaran Akhaimenia pada akhirnya menguasai Mesir juga. Kekaisaran ini dipimpin oleh serangkaian raja yang menyatukan suku-suku dan bangsa-bangsanya yang terpisah-pisah dengan membangun jaringan jalan yang rumit.

Bangsa Persia menyebut diri mereka Pars, yang berasal dari nama suku Arya asli mereka Parsa, dan bermukim di daerah yang mereka beri nama Parsua (Persis dalam bahasa Yunani), yang dibatasi oleh Sungai Tigris di barat dan Teluk Persia di timur. Tempat ini menjadi wilayah pusat mereka pada masa Kekaisaran Akhaimenia. Dari daerah inilah Koresh Agung (Koresh II dari Persia) pada akhirnya muncul dan mengalahkan bangsa Medes, Lydia, dan Kekaisaran Babilonia, membuka jalan untuk penaklukan selanjutnya ke Mesir dan Asia Kecil.

Pada puncak kejayaannya setelah penaklukan Mesir, kekaisaran ini menempati wilayah seluas kira-kira 8 juta km2, meliputi tiga benua: Asia, Afrika, dan Eropa. Pada wilayah terluasnya, kekaisaran ini juga meliputi wilayah yang kini menjadi Iran, Turki, sebagian Asia Tengah, Pakistan, Thrakia, dan Makedonia, sebagian besar daerah pesisir Laut Hitam, Afghanistan, Irak, Arab Saudi utara, Yordania, Israel, Lebanon, Suriah, serta semua pusat pemukiman di Mesir kuno hingga ke barat sejauh Libya. Dalam sejarah Barat, Kekaisaran Akhaimenia disebutkan sebagai musuh negara-negara kota Yunani  selama Perang Yunani-Persia. Kekaisaran ini juga terkenal karena emansipasi terhadap terhadap perbudakan termasuk pembebasan bangsa Yahudi dari pembuangan ke Babilonia dan karena membangun infrastruktur seperti sistem pos, sistem jalan, dan penggunaan bahasa resmi di seluruh wilayah kekuasaannya. Kekaisaran ini menerapkan administrasi birokratis terpusat di bawah pimpinan Kaisar serta memiliki pasukan militer profesional dan pasukan wajib militer yang besar, mengilhami perkembangan serupa di kekaisaran-kekaisaran lain pada masa selanjutnya.

Menurut pandangan tradisional, wilayah Kekaisaran Akhaimenia yang amat luas dan keragaman etnokulturalnya yang luar biasa pada akhirnya menjadi kerugian karena penyerahan kekuasaan kepada pemerintah lokal pada akhirnya melemahkan otoritas pusat milik raja, membuat banyak energi dan sumber daya terbuang akibat harus menghentikan pemberontakan lokal.  Ini menjelaskan mengapa ketika Aleksander Agung (Aleksander III dari Makedonia) menginvasi Persia pada tahun 334 SM dia menghadapi suatu kekaisaran terpecah belah dengan pemimpin yang lemah, mudah untuk dihancurkan. Sudut pandang ini ditentang oleh beberapa sejarawan modern yang berpendapat bahwa Kekaisaran Akhaimenia tidak menderita krisis semacam itu pada masa Aleksander, dan bahwa hanya kericuhan pergantian kekuasaan internal yang terjadi di dalam keluarga Akhemenid yang pernah hampir melemahkan kekaisaran.  Aleksander, yang merupakan pengagum Koresh Agung, pada akhirnya menyebabkan keruntuhan dan perpecahan kekaisaran sekitar tahun 330 SM, membuatnya terbagi menjadi Kerajaan Ptolemaik dan Kekaisaran Seleukia, selain juga wilayah-wilayah kecil lainnya yang memedekakan diri pada masa itu. Akan tetapi, kebudayaan Iran di dataran tinggi tengah tetap berkembang dan pada akhirnya kembali berkuasa pada abad ke-2 SM.

Warisan sejarah Kekaisaran Akhaimenia bukan hanya pengaruh teritorial dan militernya saja, melainkan meliputi pula pengaruh kebudaaan, sosial, dan keagamaan. Banyak orang Athena yang mengadopsi kebiasaan Akhaimenia dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai akibat dari kontak antarbudaya,  beberapa karena pernah dikerahkan oleh, atau bersekutu dengan raja Persia. Pengaruh Dekret Pemulihan Koresh Agung disebutkan dalam naskah Yudeo-Kristen, selain itu kekaisaran ini juga amat berperan dalam penyebaran Zoroastrianisme hingga ke timur sejauh Tiongkok. Bahkan Aleksander Agung, yang menaklukkan kekaisaran luas ini, menghormati adat-istiadatnya dan memerintahkan orang Yunani untuk ikut menghormasi raja-raja Persia termasuk Koresh Agung. Aleksander bahkan melakukan proskynesis, suatu adat kerajaan Persia, meskipun banyak diprotes oleh para tentara Makedonianya. Kekaisaran Akhaimenia memberikan pengaruh terhadap politik, warisan dan sejarah Persia modern (kini Iran).  Perangaruhnya meliputi pula wilayah Persia sebelumnya yang secara keseluruhan disebut Persia Besar. Prestasi teknik yang penting di Kekaisaran Akhaimenia adalah sistem pengelolaan air Qanat, yang berusia lebih dari 3000 tahun dan memiliki panjang lebih dari 44 mil (71 km.)

Pada tahun 480 SM, diperkirakan bahwa sekitar 50 juta  orang tinggal di Kekaisaran Akhaimenia  atau sekitar 44% dari seluruh populasi dunia pada masa itu, menjadikannya kekaisaran dengan jumlah penduduk terbanyak.

Asal usul
Artikel utama: Akhaimenes, Teispid, dan Silsilah keluarga Akhaimenid
Nama Persia berasal dari suku India-Eropa yang disebut Parsua. Persia merupakan pengucapan Latin dari orang India-Eropa, Parsua, yang menyebut perbatasan wilayah mereka Persis, sesuai nama suku mereka, suatu daerah yang terletak di sebelah utara Teluk Persia dan sebelah timur sungai Tigris disebut Persis (atau dalam bahasa Persia, Pars). Sejarawan Yunani, Herodotos, menuturkan:

"Bangsa Persia terdiri atas sejumlah suku seperti  : suku Pasargadai, Maraphii, dan Maspii, kepada mereka semua suku lainnya bergantung, Pasargadai adalah yang paling terkemuka; mereka memiliki klan Akhaimenid yang melahirkan raja-raja Perseid. Suku-suku lainnya adalah Panthialaei, Derusiaei, Germanii, kesemuanya hidup menetap, sisanya -Dai, Mardi, Dropici, Sagarti, merupakan suku nomaden. "
Kekaisaran Akhemeniyah bukanlah kekaisaran Iran pertama. Pada abad keenam SM suku bangsa Iran lainnya, yaitu bangsa Medes, telah mendirikan Kekaisaran Media.  Bangsa Medes pada awalnya merupakan bangsa Iran yang dominan di daerah tersebut, mulai berkuasa pada akhir abad ke-7 SM dan menjadikan Bangsa Persia bagian dari kekaisaran mereka. Bangsa-bangsa Iran sendiri memasuki daerah itu sekitar tahun 1000 SM dan pada awalnya berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Assyria (911-609 SM). Akan tetapi, bangsa Medes dan persia (bersama dengan bangsa Skythia dan Babilonia) memainkan peranan penting dalam keruntuhan Assyria melalui kerusuhan internal.

Perluasan
Pada abad ke-5 SM Persia telah menguasai wilayah yang kini menjadi Iran, Irak, pesisir Sudan, Eretria, Armenia, Azerbaijan, Pakistan, Afghanistan, Tajikistan, Turkmenistan, Kyrgyzstan, Georgia, Makedonia, Uzbekistan, Turki, Bulgaria, Siprus, Kuwait, Mesir, Suriah, Yordania, Israel, Lebanon, sebagian Yunani, Libya, bagian utara Jazirah Arab serta India barat laut.

Perang Yunani-Persia

Setelah menaklukkan Asia Kecil (Turki modern), Persia menempatkan tiran pada tiap negara kota Yunani di sana sebagai pemimpin lokal. Pada tahun 499 SM, Aristagoras, tiran Miletos, bersama dengan satrap Persia, Artaphernes, melaksanakan ekspedisi untuk menaklukkan Naxos. Tujuan Aristagoras adalah untuk meningkatkan posisinya sendiri di Miletos, baik dalam hal keuangan maupun kekuasaan. Misi itu berakhir dengan kegagalan dan akibatnya pihak Persia berencana untuk memecat Aristagoras dari jabatan tiran. Mengahadapi ancaman pemecatan itu, Aristagoras memilih untuk menghasut negara-negara kota Ionia untuk memberontak melawan kekuasaan Persia. Seluruh Ionia terkena hasutannya, terutama karena mereka juga tidak senang dengan para tiran yang ditunjuk oleh Persia untuk memimpin mereka. maka terjadilah Pemberontakan Ionia. Pemberontakan juga diikuti oleh kota-kota di Aiolis, Doris, Siprus, dan Karia.

Konflik tersebut berlangsung hingga tahun 493 SM, ketika Persia menyepakati perjanjian damai dengan kota-kota Ionia. Namun pemberontakan itu menjadi fase awal dari konflik yang lebih besar. Selama pemberontakan, dua negara kota di Yunani daratan, yakni Athena dan Eretria, mengirim pasukan dan membantu kota-kota Ionia dalam melawan Persia. Akibatnya Darius murka dan bersumpah akan menghukum dua negara itu. Selain itu, Darius menganggap bahwa situasi politik di Yunani dapat menjadi ancaman bagi kestabilan kekaisarannya. Oleh karena itu, setelah Persia kembali menguasai keadaan di Asia Kecil, Darius memerintahkan dilancarkannya invasi ke Yunani. Pasukan dan armada Persia memperoleh beberapa kesukesan awal di Yunani sebelum akhirnya dikalahkan oleh pasukan Athena, yang dibantu Plataia, dalam Pertempuran Marathon pada tahun 490 SM, yang memaksa pasukan Persia mengakhiri invasinya. Darius berniat untuk kembali menyerbu Yunani namun keburu meninggal dunia.

Xerxes I (485–465 SM, bahasa Persia Lama Xšayārša "Pahlawan Para Raja"), putra Darius, naik takhta dan meneruskan misi ayahnya. Dia mengumpulkan pasukan yang besar dan pada tahun memimpin invasi ke Yunani 480 SM . Dia bersama pasukan darat Persia memasuki Yunani dari utara, menaklukkan Thrakia dan memaksa Makedonia menjadi sekutu Persia. Pasukan daratnya sempat terhenti akibat dihadang sejumlah tentara Yunani, termasuk tiga ratus prajurit Sparta, di Thermopylae, sementara armada lautnya juga sempat tertahan pada Artemision. Namun Persia pada akhirnya bisa melanjutkan invasi.

Persia terus bergerak semakin jauh di Yunani dan menaklukkan kota Athena, yang sudah hampir kosong karena penduduknya telah dievakuasi. Pada akhirnya, dalam suatu pertempuran maritim yang menentukan di Pertempuran Salamis, armada Persia dikalahkan oleh armada gabungan Yunani. Ini membuat Xerxes menarik mundur sebagian besar pasukan daratnya dan kembali ke Persia. Mardonios, seorang jenderal Persia, tetap tinggal di Yunani dan ditugaskan menyelesaikan invasi bersama sisa-sisa pasukan darat Persia. Pada tahun 479 SM, pasukan gabungan Yunani mengalahkan pasukan Mardonios dalam Pertempuran Plataia, dan armada gabungan Yunani menghancurkan armada Persia pada Pertempuran Mykale. Semua kemenangan Yunani ini mengakhiri invasi Persia.

Fase kebudayaan

Xerxes I digantikan oleh Artaxerxes I (465–424 SM), yang memindahkan ibu kota dari Persepolis ke Babylon. Pada masa pemerintahannya bahasa Elam tak lagi digunakan sebagai bahasa pemerintahan, sedangkan bahasa Aram menjadi lebih banyak digunakan. Kemungkinan pada pemerintahannya juga kalender matahari digunakan sebagai kalender nasional. Artaxerxes menjadikan Zoroastrianisme sebagai agama negara sehingga pada masa kini dia disebut juga sebagai Constantinus bagi agama tersebut.

Artaxerxes meninggal di Susa dan jasadnya dibawa ke Persepolis dimakamkan bersama para pendahulunya. Artaxerxes digantikan oleh putra sulungnya Xerxes II, yang dibunuh oleh saudara tirinya hanya beberapa minggu setelah kematian Artaxerxes. Dalam keadaan takhta Persia yang kacau, Darius II mengumpulkan dukungan bagi dirinya dan berarak ke timur, menghukum mati sang pembunuh dan mengangkat dirinya sendiri menjadi raja Persia.

Darius berkuasa sejak tahun 423 SM. Pada tahun 412 SM, atas desakan Tissaphernes, Darius memberi bantuan kepada Athena, kemudian kepada Sparta, yang mana bahwa kedua negara itu sedang berperang dalam konflik yang disebut Perang Peloponnesos. Namun pada tahun 407 SM, putra Darius, Koresh Muda, ditunjuk untuk menggantikan Tissaphernes, dan setelah itu bantuan seluruhnya diberikan hanya bagi Sparta, yang pada akhirnya berhasil mengalahkan Athena pada tahun 404 SM. Pada tahun itu pula Darius jatuh sakit dan meninggal di Babylon. Menjelang kematiannya, istrinya, Parysatis, yang berasal dari Babylon, memohon kepada Darius untuk menjadikan putra keduanya, Koresh Muda, sebagai raja Persia selanjutnya, akan tetapi Darius menolak.

Darius digantikan oleh putra sulungnya Artaxerxes II Memnon. Plutarkhos menuturkan (kemungkinan atas otoritas Ktesias) bahwa Tissaphernes menemui raja baru itu pada hari penobatannya dan memperingatkannya bahwa adiknya, Koresh Muda, berniat membunuhnya pada upaca penobatan. Artaxerxes kemudian menangkap Koresh dan hendak menghukum mati dia namun ibunya Parysatis ikut campur sehingga Koresh selamat. Koresh lalu diberikan jabatan sebagai satrap Lydia, di sana dia mengumpulkan pasukan untuk melakukan pemberontakan. Koresh dan Artaxerxes akhirnya bentrok dalam Pertempuran Kunaxa pada tahun 401 SM, yang berakhir dengan kematian Koresh.

Artaxerxes terus berkuasa dan menjadi raja Akhaimenia yang paling lama memerintah; dia menjadi raja selama sekitar 45 tahun, hingga tahun 358 SM. Selama masa pemerintahannya, Persia mengalami kedamaian dan kestabilan sehingga banyak dibangun monumen. Artaxerxes memindahkan kembali ibu kota ke Persepolis, yang dia perindah, sementara itu Ekbatana, sebagai ibu kota musim panas, diberi banyak tambahan hiasan berupa tiang dan genting yang dilapisi perak dan perunggu. Pada masa pemerintahannya juga, terjadi inovasi luar biasa pada kultus mezbah Zoroaster, dan tersebarnya agama itu ke seluruh Asia Kecil dan Levant, dari Armenia. Karena semua kontribusinya terhadap Persia, enam abad kemudian pendiri Kekaisaran Persia Kedua, Ardeshir I, menyatakan diri adalah keturunan Artaxerxes.

Keruntuhan
Artaxerxs II digantikan oleh Artaxerxes III pada tahun 358 SM. Menurut Plutarkhos, Artaxerxes III berkuasa setelah membunuh delapan saudara tirinya, untuk mengamankan takhtanya. Pada tahun 343 SM Artaxerxes III mengalahkan Nektanebo II, mengusirnya dari Mesir, dan kembali menjadi Mesir sebagai bagian dari Persia. Masa kekuasaan Persia yang kedua di Mesir ini disebut sebagai dinasti ketiga puluh satu Mesir.  Pada tahun 338 SM Artaxerxes III meninggal karena sebab yang tak jelas. Menurut kuneiform dia mati karena sebab alami namun menurut Diodoros, seorang sejarawan Yunani, dia dibunuh oleh Bagoas, salah seorang menterinya.

Artaxerxes III digantikan oleh Artaxerxes IV Arses, yang juga diracuni oleh Bagoas sebelum sempat mulai memerintah. Lebih jauh lagi, Bagoas membunuh semua anak Arses, serta banyak pangeran di Persia. Bagoas lalu menempatkan Darius III (336–330 SM), keponakan Artaxerxes IV, sebagai raja Persia. Setelah berkuasa, Darius yang sebelumnya merupakan satrap Armenia, secara pribadi memerintahkan Bagoas meminum racun. Pada tahun 334 SM, tidak lama setelah Darius menguasai Mesir kembali, Alexandros III dari Makedonia dan pasukannya yang telah banyak bertempur menginvasi Asia Kecil. Alexandrosr meneruskan rencanan ayahnya, Philippos, yang keburu meninggal sebelum sempat melaksanakan rencana invasinya.

Setelah menyeberang ke Asia Kecil, Alexandros mengalahkan pasukan Persia pada Pertempuran Granikos (334 SM), disusul oleh Pertempuran Issos (333 SM), dan yang terakhir pada Pertempuran Gaugamela (331 SM). Setelah itu dia berarak menuju Susa dan Persepolis, yang menyerah pada awal 330 SM. Dari sana, Alexandros bergerak ke utara menuju Pasargadae, di sana dia mengunjungi makam Koresh Agung.

Agama
Kuil, meskipun berfungsi untuk tujuan keagamaan, namun berguna juga sebagai sumber penghasilan. Terilhami oleh para raja Babylon, Persia menerapkan konsep pajak kuil wajib, yaitu bahwa semua penduduk harus membayar sejumlah besar pajak atau zakat kepada kuil di daerah mereka. 

Mesopotamia

Mesopotamia (dari bahasa Yunani Kuno: Μεσοποταμία: tanah di antara sungai-sungai; bahasa Arab: بلاد الرافدين‎ (bilād al-rāfidayn); bahasa Suryani: ܒܝܬ ܢܗܪܝܢ (Beth Nahrain): "tanah dari sungai-sungai" terletak di antara dua sungai besar, Efrat dan Tigris. Daerah yang kini menjadi Republik Irak itu pada zaman dahulu disebut Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti "(daerah) di antara sungai-sungai". Dengan bidang tanah yang panjang dan sempit berbentuk seperti bulan sabit dan tanahnya yang subur, daerah ini juga disebut "Bulan Sabit Subur". Nama Mesopotamia sudah digunakan oleh para penulis Yunani dan Latin kuno, seperti apa Polybius (abad 2 SM) dan Strabo (60 SM-20 M). Tanah subur ini telah menumbuhkan banyak peradaban kuno yang megah dan secara kolektif dikenal sebagai sebagai peradaban Mesopotamia. Inilah peradaban paling awal di Asia Barat dan salah satu yang tertua di dunia.

Menurut keyakinan Kristen dan Yahudi seperti dalam Perjanjian Lama, ada usaha menghubungkan keluarga Abraham (yang lalu disebut "Bapa Orang Beriman" dan diakui oleh tiga agama monoteistik dunia, Islam, Kristen, dan Yahudi ) dengan Mesopotamia. Dalam kitab Kejadian 11:31 dikatakan, pada suatu masa keluarga Abraham berpindah dari Ur Kaśdim ke Haran sebelum akhirnya berpindah ke Kanaan (Daerah Israel dan Palestina sekarang).

Lokasi Ur Kaśdim biasanya dirujuk pada Tell el-Muqayyar, situs bekas reruntuhan Kota Ur kuno dari periode Sumeria. Sedangkan Haran terletak di bagian utara Mesopotamia, di tepi Sungai Efrat.

Etimologi

Toponimi daerah Mesopotamia berasal dari akar kata Yunani Kuno μέσος (mesos) "tengah" dan ποταμός (potamos) "sungai" dan secara harfiah berarti"(negeri) di antara sungai-sungai". Toponimi ini digunakan dalam Septuaginta yang berbahasa Yunani itu (ca. 250 SM) sebagai terjemahan dari padanannya dalam bahasa Ibrani yaitu Naharaim. Toponimi ini bahkan sudah lebih awal digunakan oleh bangsa Yunani sebagaimana yang dibuktikan dengan Anabasis Alexandri, yang ditulis pada akhir abad ke-2 Masehi, namun secara khusus mengacu pada sumber-sumber dari zaman Alexander Agung. Dalam Anabasis, Mesopotamia digunakan untuk menyebut wilayah yang membentang di timur Sungai Efrat di utara Suriah. Istilah Aram biritum / birit Narim berhubungan dengan konsep geografis serupa. Kemudian, istilah Mesopotamia itu lebih umum diterapkan untuk semua tanah antara sungai Efrat dan Tigris, sehingga menggabungkan tidak hanya bagian dari Suriah tetapi juga hampir semua Irak dan Turki tenggara. Dataran stepa di sebelah barat sungai Efrat dan bagian barat Pegunungan Zagros juga sering termasuk dalam istilah yang lebih luas Mesopotamia.  Perbedaan lebih lanjut biasanya dibuat antara atas atau Utara Mesopotamia dan dataran yang rendah atau Selatan Mesopotamia. Mesopotamia utara juga dikenal sebagai Jezirah, adalah daerah antara Efrat dan Tigris sampai ke Baghdad. Mesopotamia selatan terdiri dari Irak selatan, Kuwait, dan Iran bagian barat.  Dalam penggunaan akademis modern, istilah Mesopotamia juga memiliki konotasi kronologis. Sering kali digunakan untuk merujuk daerah ini sampai dengan masa Penaklukan Muslim. Nama-nama seperti Suriah, Jezirah, dan Irak digunakan untuk menggambarkan wilayah tersebut setelah masa ini. Istilah ini telah diperdebatkan bahwa eufimisme ini merupakan istilah Eurosentris yang disematkan pada daerah ini pada masa-masa perambahan orang Barat abad ke-19.
Geografi
Mesopotamia meliputi wilayah antara Sungai Efrat dan Tigris yang sama-sama bersumber dari Dataran Tinggi Armenia. Kedua sungai ini juga mendapatkan tambahan pasokan air dari banyak anak sungai, dan keseluruhan jaringan sungai ini mengaliri wilayah bergunung-gunung yang sangat luas. Jalur perjalanan darat di Mesopotamia lazimnya menyusuri Sungai Efrat karena tepian Sungai Tigris sebagian besar terjal dan sukar dilalui. Iklim wilayah ini semi-gersang dengan bentangan gurun yang luas di utara serta bentangan daerah berawa-rawa, berlumpur, dan bergelagah seluas 15.000 Km persegi (5.800 Mil persegi) di selatan. Jauh di ujung selatan, Efrat dan Tigris menyatu dan bermuara ke Teluk Persia.

Lingkungan gersang yang membentang dari kawasan-kawasan pertanian tadah hujan di daerah utara sampai ke daerah selatan di mana pertanian dengan irigasi menjadi sangat penting jika orang mengharapkan perolehan surplus energi yang dihasilkan atas energi yang diinvestasikan (Energy Returned On Energy Invested, EROEI). Irigasi ini dipermudah oleh tingginya permukaan air tanah dan lelehan salju dari puncak-puncak tinggi Pegunungan Zagros di wilayah utara dan dari dataran tinggi Armenia, sumber air Sungai Tigris dan Efrat yang menjadi asal-muasal nama negeri itu. Manfaat irigasi bergantung pada kemampuan mengerahkan tenaga kerja yang memadai untuk membuat dan memelihara saluran-saluran air. Maka, faktor ini yang sejak permulaan zaman telah membantu pertumbuhan pemukiman-pemukiman perkotaan dan sistem kekuasaan politik yang terpusat.

Usaha pertanian di seluruh wilayah Mesopotamia disokong oleh usaha penggembalaan ternak secara berpindah-pindah. Kaum pengembara yang mendiami kemah-kemah menggembalakan biri-biri dan kambing (dan kemudian unta) dari padang-padang penggembalaan sepanjang sungai pada bulan-bulan di musim panas yang kering, menuju padang-padang rumput musiman di sepanjang perbatasan dengan gurun pada musim dingin yang basah. Wilayah Mesopotamia umumnya tidak memiliki batu-batu untuk bahan bangunan, logam mulia, dan kayu, karena itulah sepanjang sejarahnya bergantung pada perniagaan jarak jauh atas hasil-hasil pertanian untuk mendapatkan barang-barang langka itu dari luar wilayah. Di daerah rawa-rawa di selatan, terdapat suatu budaya rumit penangkapan ikan dengan kapal-kapal pengangkut semenjak zaman prasejarah, yang menambah keberagaman budaya Mesopotamia.

Kegagalan-kegagalan berkala dalam sistem budaya ini diakibatkan oleh sejumlah faktor. Kebutuhan akan tenaga kerja dari waktu ke waktu telah mengakibatkan peningkatan populasi yang mendesak batas-batas daya tampung ekologi, dan saat wilayah ini mengalami masa kekacauan iklim, keruntuhan pemerintah pusat dan penurunan populasi dapat terjadi. Di lain pihak, kerentanan militer terhadap serangan dari suku-suku pinggiran dari daerah perbukitan atau padang-padang penggembalaan telah mengakibatkan keruntuhan perniagaan dan penelantaran jaringan-jaringan irigasi selama beberapa waktu. Demikian pula, kecenderungan-kecenderungan memusat yang ada di negara-negara kota hanya pemerintahan terpusat atas seluruh wilayah Mesopotamia. Bilamana dipaksakan, cenderung berumur pendek, dan semangat kedaerahan pun terpecah-belah kekuasaan yang utuh menjadi satuan kesukuan atau kedaerahan yang lebih kecil.  Kecenderungan semacam ini masih terus berlanjut di Irak sampai sekarang.

Sejarah Mesopotamia

Sejarah Mesopotamia diawali dengan tumbuhnya sebuah peradaban, yang diyakini sebagai pusat peradaban tertua di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria membangun beberapa kota kuno yang terkenal, yaitu Ur, Ereck, Kish, dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik dari bangsa lain yang juga mendiami kawasan Mesopotamia, bangsa Akkadia, dipimpin Sargon Agung, ternyata melakukan sebuah penaklukan politis, tetapi bukan penaklukan kultural. Bahkan dalam berbagai hal budaya Sumeria dan Akkadia berakulturasi, sehingga era kepemimpinan ini sering disebut Jilid Sumeria-Akkadia. Campur tangan Sumeria tidak dapat diremehkan begitu saja, pada saat Akkadia terdesak oleh bangsa Gutti, bangsa Sumeria yang mendukung Akkadia, sehingga mereka masih dapat berkuasa di "tanah antara dua sungai-sungai" itu.

Mesopotamia dalam Alkitab
Beberapa catatan lain bisa dikemukakan untuk menunjukkan hubungan antara Abraham dengan Mesopotamia. Dalam Kitab Ulangan 26:3; Nabi Musa mengajak umat untuk berdoa kepada Tuhan saat mempersembahkan panen pertama dengan mengawalinya, Bapaku adalah seorang Aram, seorang pengembara. Di tempat lain dikatakan bahwa Ishak, anak Abraham, diperintah Abraham untuk mencari istri dari daerah Aram-Mesopotamia (aram-naharayim) (Kejadian 24:2,10). Demikian juga dengan Yakub, cucu Abraham, dia disuruh pergi ke Padan-Aram untuk mendapatkan istri di sana (Kejadian 28:2). Dalam terjemahan Yunani Septuaginta, kedua nama terakhir ini disebut Mesopotamia.

Selain petunjuk yang secara eksplisit ada dalam Alkitab, masih bisa ditemukan informasi lain yang menunjukkan pengaruh Mesopotamia yang cukup kuat. Kesejajaran antara kisah-kisah Enkidu/Shamhat dan Adam/Hawa telah lama diakui oleh para peneliti. Kisah Taman Eden dan kisah Air Bah yang terkenal itu, yang dikisahkan pada bagian awal kitab Kejadian, sebenarnya kuat dipengaruhi sastra Mesopotamia. Biasanya ada tiga karya sastra Mesopotamia yang ditunjuk, yaitu Enuma Elis (dari abad 17 SM), Epos Gilgames (abad 20 SM), dan Athrahasis (abad 18-17 SM). Teks-teks itu cukup terkenal dan tersebar luas karena ditemukan dalam berbagai versi dan bahasa, seperti versi Akkadia, Sumeria, Hittit, dan Asyur. Kemiripan antara sastra Mesopotamia dengan teks-teks Alkitab begitu mencolok sehingga sering kali disimpulkan bahwa ada ketergantungan antara keduanya. Karena teks-teks Mesopotamia berasal dari periode yang jauh lebih tua dari teks-teks Alkitab, maka tidak mengherankan jika bisa disimpulkan, teks Alkitab bergantung pada sastra Mesopotamia itu. Para penulis Israel tampaknya mengambil dan memanfaatkan teks-teks Mesopotamia itu untuk mengungkap keyakinan mereka, sekaligus menyesuaikannya dengan keyakinan itu, terutama di bidang monoteisme.

Salah satu kemungkinan datangnya pengaruh Mesopotamia dalam kitab Kejadian adalah bahwa kisah-kisah Mesopotamia dibawa ke Palestina lalu menyebar-saat terjadi perpindahan penduduk besar-besaran dari Mesopotamia yang disebabkan situasi yang agak kacau sekitar abad 19 SM. Kiranya ini juga yang menjadi konteks berpindahnya keluarga Abraham dari Ur ke Haran, lalu ke Kanaan.

Berbagai kebiasaan dan peraturan yang tercermin dalam kitab Kejadian ternyata juga menemukan banyak kesamaan dengan kebiasaan dan peraturan yang hidup di daerah Mesopotamia. Sebagai contoh, kekhawatiran Abraham karena dia tidak mendapat keturunan, karena itu harus mewariskan segala miliknya kepada abdinya yang setia, Eliezer (Kejadian 15:1-4), ternyata sejajar dengan praktik yang dilakukan masyarakat Nuzi yang mendiami sebelah timur Sungai Tigris. Hal ini bisa diketahui melalui analisis teks-teks hukum yang berlaku di Nuzi, yang berasal dari abad 15 SM. Kisah tentang Abraham yang datang ke negeri asing lalu mengaku istrinya sebagai saudarinya (Kejadian 12:10-20) sering membingungkan orang. Tetapi, kini, dengan ditemukannya teks-teks yang berasal dari bangsa Hori di sebelah utara Mesopotamia, berdekatan dengan Haran, hal itu bisa dipahami dengan lebih baik. Dalam masyarakat Hori, ikatan perkawinan yang paling kuat adalah jika seorang istri sekaligus mendapat status saudari secara hukum. Karena itu, sering terjadi, sesudah perkawinan diadakan upacara lain untuk mengadopsi sang istri menjadi saudari. Hal ini disahkan dengan dua dokumen. Pertama, dokumen tentang perkawinan. Kedua, berkait dengan pengangkatannya sebagai saudari.

Matthias Henze menunjukkan bahwa kegilaan Nebukadnezar dalam Kitab Daniel mengacu pada Epos Gilgames. Dia mengklaim bahwa penulis menggunakan unsur-unsur dari deskripsi Enkidu untuk melukis potret sarkastik dan mengejek raja Babel.

Salah satu warisan peradaban Mesopotamia Kuno yang amat bernilai bagi umat manusia adalah kumpulan hukum yang biasa disebut Codex Hammurabi. Kumpulan hukum yang berbentuk balok batu hitam itu ditemukan di Susa tahun 1901 dalam suatu ekspedisi yang dilakukan arkeolog Prancis di bawah pimpinan M de Morgan. Pada bagian atas balok, yang kini ada di Museum Louvre, Paris, ada relief yang menggambarkan Raja Hammurabi dari Babilonia Kuno (1728-1686 SM) sedang menerima hukum dari Dewa Shamash, dewa Matahari yang juga menjadi dewa pelindung keadilan. Perbandingan dengan kumpulan hukum yang ada dalam Kitab Keluaran 21-23 menunjukkan adanya kesejajaran yang dekat. Adanya ketergantungan antara kedua kumpulan hukum itu tidak bisa ditentukan dengan pasti, tetapi pengaruh tidak langsung rasanya merupakan sesuatu yang amat masuk akal.

Codex Hammurabi, yang terdiri dari 282 pasal ditambah Prolog dan Epilog, tidak saja berpengaruh pada kumpulan hukum yang ada dalam Alkitab, tetapi juga pada sistem hukum pada periode selanjutnya. Yang menarik dan mungkin membuat kita (seharusnya) tertunduk malu adalah, kumpulan hukum itu juga mengingatkan kita bahwa sejak abad 18 SM, di Mesopotamia sudah ada seorang pemimpin besar yang sungguh-sungguh mempunyai kesadaran bahwa manusia harus diperlakukan secara adil sebagai manusia.

Budaya

Hari raya
Bangsa Mesopotamia Kuno setiap bulan menyelenggarakan upacara-upacara. Tema upacara dan perayaan untuk tiap-tiap bulan ditentukan oleh sekurang-kurangnya enam faktor utama:

Pergantian penampakan bulan (separuh-terang bermakna kelimpahan dan pertumbuhan, sedangkan separuh-gelap dikait-kaitkan dengan penurunan, pelestarian, dan perayaan "Alam Bawah"")
Pergantian musim bercocok-tanam
Titik khatulistiwa matahari dan titik balik matahari
Mitos-mitos setempat beserta dewa-dewi yang terkait dengannya
Keberhasilan dari raja yang berkuasa saat itu
Akitu, atau perayaan Tahun Baru (purnama pertama sesudah matahari melintasi katulistiwa di musim semi)
Peringatan peristiwa-peristiwa bersejarah (hari pendirian, kemenangan-kemenangan perang, hari-hari suci bagi kuil, dst)
Olahraga
Perburuan populer di kalangan raja-raja Asyur. Tinju dan gulat sering ditampilkan dalam seni rupa, dan beberapa bentuk permainan polo agaknya merupakan olahraga yang populer, dengan pemain yang duduk di atas pundak orang bukannya di atas punggung kuda. Mereka juga memainkan majore, sebuah permainan yang mirip rugbi, tetapi dimainkan dengan sebuah bola yang terbuat dari kayu. Mereka juga memainkan sebuah permainan papan yang mirip dengan senet dan backgammon, dan yang kini dikenal sebagai "Permainan Kerajaan dari Ur."

Ekonomi dan pertanian

Budi daya tanaman pangan yang dibantu sistem irigasi menyebar dari pegunungan Zagros ke arah selatan bersama dengan peradaban Samara dan peradaban Hadji Muhammed sejak sekitar 5,000 SM. Kuil-kuil Sumeria berfungsi sebagai bank dan mengembangkan sistem pinjaman dan kredit skala besar pertama, tetapi bangsa Babilonia yang mengembangkan sistem perbankan dagang yang pertama. Perekonomian Mesopotamia dalam satu dan lain hal dapat dibandingkan dengan ilmu ekonomi pasca-Keynes, tetapi dengan suatu pendekatan yang cenderung "apa saja boleh".

Sejak permulaan sejarah Mesopotamia sampai dengan zaman Ur III, kuil-kuil menguasai sampai dengan sepertiga dari seluruh lahan yang ada, namun jumlah itu menurun dari waktu ke waktu seiring peningkatan kepemilikan tanah oleh pihak istana dan orang-orang pribadi. Ensi adalah kata yang digunakan sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mengatur pekerjaan untuk segala macam usaha pertanian di lahan-lahan milik kuil. Rakyat jelata diketahui sebagai golongan yang paling sering bekerja di bidang pertanian sebagai petani penggarap, khususnya di lahan-lahan milik kuil atau istana.

Kondisi geografi Mesopotamia selatan hanya memungkinkan penyelenggaraan pertanian jika dikelola dengan irigasi dan drainase yang baik. Kenyataan ini berdampak besar pada evolusi peradaban Mesopotamia awal. Kebutuhan irigasi mendorong bangsa Sumeria, dan selanjutnya bangsa Akkadia, untuk membangun kota-kota mereka di sepanjang tepian sungai Tigris dan Efrat serta cabang-cabangnya. Kota-kota besar seperti Ur dan Uruk, bertempat di sekitar anak-anak Sungai Efrat, sedangkan kota-kota lain, khususnya Lagash, didirikan dekat cabang-cabang Sungai Tigris. Sungai-sungai juga memiliki manfaat lain sebagai sumber pasokan ikan (baik sebagai bahan pangan atau sebagai pupuk), gelagah, dan lempung (untuk bahan bangunan). Berkat irigasi, pasokan pangan di Mesopotamia sebanding dengan pasokan pangan di padang-padang rumput Kanada. Lembah sungai Tigris dan lembah Sungai Efrat merupakan bagian timur laut dari bentangan Hilal Subur yang juga meliputi lembah Sungai Yordan dan lembah Sungai Nil. Jika semakin dekat dengan sungai membuat lahan menjadi subur dan baik untuk ditanami, maka sebaliknya jarak yang semakin jauh dari sungai membuat lahan menjadi kering dan sebagian besar tidak dapat dihuni. Itulah sebabnya perkembangan irigasi sangat penting artinya bagi para penduduk Mesopotamia. Inovasi bangsa Mesopotamia lainnya adalah pengendalian laju air dengan bendungan serta pemanfaatan saluran-saluran air. Orang-orang yang mula-mula menempati tanah yang subur di Mesopotamia mempergunakan luku kayu untuk menggemburkan tanah sebelum ditanami jelai, bawang, anggur, lobak, maupun apel. Penduduk Mesopotamia terbilang di antara orang-orang pertama yang membuat bir dan tuak anggur. Dilibatkannya keterampilan dalam bertani di Mesopotamia membuat para petani tidak bergantung pada budak belian untuk merampungkan pengerjaan lahan-lahan mereka, akan tetapi ada pula beberapa pengecualian. Tingginya risiko mempekerjakan budak belian (budak belian melarikan diri atau memberontak) membuat banyak petani menghindarinya. Meskipun sungai-sungai menjadi penyokong hidup penduduk Mesopotamia, sungai-sungai juga menghancurkannya dengan banjir yang kerap meluap dan meluluh-lantakkan seisi kota. Cuaca Mesopotamia yang sukar ditebak sering kali tidak berpihak pada para petani; tanaman-tanaman pangan sering dirusak cuaca sehingga orang perlu memelihara sumber-sumber pangan cadangan seperti lembu dan biri-biri. Seiring berlalunya waktu, daerah-daerah paling selatan di Mesopotamia menderita akibat meningkatnya kadar garam pada tanah, sehingga mengakibatkan kota-kota lambat-laun ditinggalkan orang dan terjadi pemusatan kekuasaan di Akkadia yang letaknya jauh lebih ke utara.

Pemerintahan
Geografi Mesopotamia sangat berdampak pada perkembangan politik di wilayah itu. Di antara sungai dan kali, orang-orang Sumeria mendirikan kota-kota perdana dengan saluran-saluran irigasinya yang terpisahkan satu sama lain oleh bentangan gurun atau rawa yang luas dan terbuka, tempat berkeliaran suku-suku pengembara. Komunikasi antar kota-kota terisolasi itu sulit dan kadang berbahaya jika dilakukan. Oleh karena itu, masing-masing kota Sumeria menjadi sebuah negara kota yang merdeka dan gigih mempertahankan kemerdekaannya. Kadang-kadang salah satu kota akan mencoba menaklukkan dan mempersatukan kota-kota yang sewilayah dengannya, tetapi upaya-upaya semacam itu mendapat perlawanan dan tertumbuk pada kegagalan selama berabad-abad. Akibatnya, sejarah politik Sumeria penuh dengan peperangan yang berlangsung tanpa henti. Pada akhirnya Sumeria pun dipersatukan oleh Eannatum, tetapi persatuan itu rapuh dan gagal bertahan, karena bangsa Akkadia berjaya menaklukkan Sumeria pada 2331 SM hanya satu generasi sesudahnya. Kekaisaran Akkadia adalah kekaisaran pertama yang mampu bertahan melampaui satu generasi dan menyelenggarakan alih kepemimpinan raja-raja secara damai. Umur kekaisaran ini relatif singkat, karena ditaklukkan bangsa Babilonia setelah bertahan selama beberapa generasi.

Raja-raja
Informasi lebih lanjut: Daftar Raja Sumeria, Daftar Raja Babel dan Daftar Raja Asyur
Bangsa Mesopotamia percaya bahwa raja-raja dan ratu-ratu mereka adalah keturunan dari warga Kota Dewa-Dewa, tetapi tidak seperti bangsa Mesir Kuno, mereka tidak pernah meyakini bahwa raja-raja mereka adalah dewa-dewa sejati. Sebagian besar raja-raja menggelar dirinya "raja semesta alam" atau "raja agung". Gelar lainnya yang lazim dipakai adalah "gembala", karena raja-raja harus memperhatikan peri kehidupan rakyatnya.

Kekuasaan
Ketika tumbuh menjadi sebuah kekaisaran, wilayah kekuasaan Asyur dibagi-bagi menjadi daerah-daerah yang disebut provinsi. Tiap-tiap provinsi dinamakan menurut nama kota utamanya, seperti Niniwe, Samaria, Damsyik, dan Arpad. Semua provinsi dikepalai gubernurnya masing-masing yang bertugas memastikan setiap orang membayar pajaknya. Para gubernur juga wajib menghimpun pasukan untuk maju berperang dan menyalurkan tenaga kerja bila ada pembangunan kuil. Seorang gubernur juga bertanggung jawab atas penerapan hukum di provinsi yang dipimpinnya. Cara ini memudahkan pengendalian sebuah kekaisaran besar. Walaupun sebelumnya cuma sebuah negara kecil di Sumeria, Babel tumbuh pesat selama masa pemerintahan Hammurabi. Ia dikenal sebagai "pencipta aturan hukum", dan segera Babel menjadi salah satu kota utama di Mesopotamia. Kelak Babel disebut Babilonia, yang berarti "gapura dewa-dewa." Kota ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran terbesar dalam sejarah.

Peperangan

Dengan berakhirnya zaman kekuasaan Uruk, tumbuh kota-kota bertembok dan banyak desa terpencil dari zaman Ubaid ditinggalkan yang menyiratkan adanya peningkatan kekerasan yang dilakukan secara berkelompok. Seorang raja awal yaitu Lugalbanda diduga telah membangun tembok putih mengitari kota itu. Begitu negara-negara kota mulai tumbuh, lingkup jangkauan pengaruh mereka pun saling tumpang-tindih sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara kota lainnya, khususnya menyangkut tanah dan terusan-terusan. Perdebatan-perdebatan ini dicatat pada loh-loh lempung beberapa ratus tahun sebelum pecah perang-perang besar—catatan pertama mengenai peperangan ditulis sekitar 3200 SM. Namun, belum menjadi suatu kelaziman sampai kira-kira 2500 SM. Seorang raja Dinasti Awal II (Ensi) Uruk di Sumer, Gilgamesh (2600 SM), disanjung karena keberhasilannya dalam bertempur melawan Humbaba, penjaga Pegunungan Aras, dan kelak dalam banyak sajak dan kidung ia dipuja-puji pula sebagai makhluk dua pertiga dewa dan hanya sepertiga manusia. Tugu Prasasti Burung Nazar yang berasal dari akhir zaman Dinasti Awal III (2600–2350 SM), yang dibuat untuk memperingati kemenangan Eannatum dari Lagash atas kota tetangga saingannya Umma, adalah monumen tertua di dunia yang dibuat sebagai pernyataan pujian atas sebuah tindakan pembantaian.  Mulai saat itu sampai seterusnya, peperangan dijadikan bagian dari sistem politik Mesopotamia. Sesekali sebuah kota yang netral dapat bertindak selaku penengah bagi dua kota yang saling berseteru. Keadaan ini mendorong terbentuknya persatuan-persatuan antar-kota yang kelak berkembang menjadi negara-negara kedaerahan. Tatkala kekaisaran-kekaisaran terwujud, mereka pun maju berperang tetapi lebih sering melawan negara-negara asing. Raja Sargon misalnya, menaklukkan seluruh kota di Sumeria, beberapa kota di Mari, dan kemudian maju berperang melawan Suriah utara. Banyak dinding istana Asiria dan Babilonia dihiasi dengan gambar-gambar mengenai pertempuran-pertempuran yang berhasil dimenangkan dan musuh yang lari kocar-kacir atau bersembunyi dibalik rumpun-rumpun gelagah.

Hukum

Negara-negara kota Mesopotamia menyusun naskah hukum mereka dengan bersumber pada keputusan-keputusan peradilan dan undang-undang raja-raja. Naskah hukum Urukagina dan Lipit Isytar telah ditemukan. Naskah hukum paling terkenal berasal dari Hammurabi, yang termasyhur setelah kematiannya berkat perangkat aturan hukum yang disusunnya, yakni Naskah Hukum Hammurabi (disusun ca. 1780 SM), yang merupakan salah satu perangkat hukum tertua yang pernah ditemukan dan salah satu contoh dokumen sejenis yang berasal dari Mesopotamia Kuno. Hammurabi menetapkan 200 lebih aturan hukum bagi Mesopotamia. Kajian atas aturan-aturan ini menunjukkan makin lemahnya hak-hak perempuan, dan makin kejamnya perlakuan terhadap budak belian

Seni rupa

Seni rupa Mesopotamia menyaingi Seni rupa Mesir Kuno baik dari segi kemegahan, kecanggihan, maupun tingkat kerumitannya di kawasan barat Eurasia sejak milenium ke-4 SM sampai wilayah itu ditaklukkan Kekaisaran Akhemeniyah Persia pada abad ke-6 SM. Peninggalan seni rupa Mesopotamia sebagian besar berupa jenis patung batu dan tanah liat yang sangat tahan lama sifatnya; hanya sedikit peninggalan berupa lukisan yang mampu menyintasi zaman, namun peninggalan-peninggalan itu menyiratkan bahwa lukisan-lukisan Mesopotamia umumnya berupa pembubuhan warna pada pola-pola hiasan geometris dan tumbuh-tumbuhan, meskipun sebagian besar patung-patung juga diwarnai.

Pada zaman melek-aksara perdana, tatkala Mesopotamia berada di bawah kekuasaan Uruk, dihasilkan karya-karya yang canggih seperti Bejana Warka dan stempel-stempel silinder. Singa Betina Guennol adalah sebuah patung batu gamping kecil yang menarik dari Elam sekitar 3000–2800 SM, berwujud separuh manusia dan separuh singa. Tidak lama sesudah zaman itu, muncul sejumlah patung berwujud imam-imam dan pemuja-pemuja bermata besar, sebagian besar terbuat dari pualam dengan tinggi mencapai satu kaki, yang tampak tengah menghadiri upacara penyembahan berhala di kuil, namun hanya sejumlah kecil patung-patung ini yang menyintas. Patung-patung dari zaman Sumeria dan Akkadia umumnya bermata besar membelalak dan berjanggut panjang pada sosok pria. Banyak pula mahakarya yang telah ditemukan di makam kerajaan di Ur (ca. 2650 SM), termasuk dua patung domba dalam belukar, lembu tembaga, dan sebuah kepala lembu pada salah satu di antara lira-lira dari Ur.

Dari zaman-zaman berikutnya sebelum bangkitnya Kekaisaran Asiria Baru, seni rupa Mesopotamia menyintas dalam beberapa wujud yaitu stempel-stempel silinder, patung-patung utuh yang relatif kecil, dan relief-relief dalam berbagai ukuran, termasuk plakat-plakat murah dari gerabah cetakan untuk rumah tinggal, sebagian berkaitan dengan keagamaan dan sebagian lagi tampaknya tidak. Relief Burney adalah sebuah plakat terakota dengan tingkat kerumitan yang tidak seperti biasanya dan relatif besar ukurannya (20 x 15 inci) memperlihatkan sesosok dewi bersayap dan berkaki burung pemangsa, dikawal burung-burung hantu dan singa-singa. Relief ini berasal dari abad ke-18 atau ke-19 SM, dan mungkin pula merupakan hasil cetakan.  Tugu-tugu batu prasasti, persembahan-persembahan nazar, atau plakat-plakat peringatan kemenangan-kemenangan perang dan pesta-pesta perayaan, ditemukan pula di kuil-kuil, yang tidak seperti barang-barang sejenis keluaran pemerintah yang lebih resmi sifatnya, tidak memuat cukup banyak tulisan untuk menjelaskan barang-barang itu;  Kepingan tugu Prasasti Burung Nazar adalah sebuah contoh awal peninggalan barang-barang bertulisan, dan Obelisk Hitam Salmaneser III dari Asyur adalah peninggalan bertulisan yang besar dan kokoh dari zaman kemudian.

Ditaklukkannya seluruh Mesopotamia dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh bangsa Asyur menjadikan negeri itu lebih besar dan lebih makmur daripada sebelumnya, serta dipajangnya karya seni yang sangat memukau di istana-istana dan tempat-tempat umum dimaksudkan pula untuk menyaingi semarak seni rupa negeri tetangga mereka, Kekaisaran Mesir. Bangsa Asyur mengembangkan sebuah gaya seni berupa latar-latar yang sangat luas diisi relief-relief pipih naratif yang ditata dengan sangat rinci pada batu untuk istana-istana, menampilkan adegan-adegan peperangan atau perburuan; British Museum memiliki sekumpulan relief semacam itu. Bangsa Asyur menghasilkan sangat sedikit patung yang dipahat utuh, kecuali untuk sosok-sosok raksasa penjaga, kerapkali berwujud lamassu berkepala manusia, yang dipahat menjadi relief timbul pada dua sisi balok persegi, dengan bagian kepala berupa pahatan utuh (dan juga kelima tungkainya, sehingga tampak terpahat utuh dari masing-masing sisi balok). Bahkan sebelum menguasai Mesopotamia mereka telah meneruskan tradisi pembuatan stempel silinder dengan rancangan-rancangan yang sering kali tampak hidup dan penuh cita rasa seni.

Arsitektur

Kajian mengenai seni bina Mesopotamia Kuno didasarkan pada bukti-bukti arkeologi yang tersedia seperti gambar-gambar berwujud bangunan, dan naskah-naskah tentang pelaksanaan pembangunan. Karya-karya ilmiah biasanya berkonsentrasi pada kuil-kuil, istana-istana, tembok-tembok dan gerbang-gerbang kota, serta bangunan-bangunan monumental lainnya. Namun, sesekali dihasilkan pula karya ilmiah terkait seni bina rumah tinggal.  Survei permukaan dalam lingkup arkeologi juga telah memungkinkan pembuatan kajian mengenai tata ruang perkotaan di kota-kota Mesopotamia awal.

Batu-bata merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan karena tersedia dekat dan terjangkau, sedangkan batu bangunan harus didatangkan dari tempat-tempat yang cukup jauh dari sebagian besar kota-kota itu. Ziggurat adalah bentuk bangunan yang paling menonjol, dan kota-kota sering kali memiliki gerbang-gerbang besar. Yang paling masyhur dari gerbang-gerbang itu adalah Gerbang Isytar dari kota Babel yang dibangun pada era Babilonia Baru, dihiasi hewan-hewan yang dibentuk pada batu-bata beraneka warna, dan sebagian besar kini menjadi koleksi Pergamon Museum di Berlin.

Sisa-sisa bangunan yang paling menonjol dari zaman awal Mesopotamia adalah gugus-gugus bangunan kuil di Uruk dari milenium ke-4 SM, kuil-kuil dan istana-istana di situs-situs periode Dinasti Awal di lembah Sungai Diyala seperti Khafajah dan Tell Asmar, sisa-sisa peninggalan Dinasti ketiga Ur di Nippur (Tempat suci Enlil) dan Ur (Tempat suci Nanna), sisa-sisa peninggalan dari pertengahan Zaman Perunggu di situs-situs Suriah-Turki seperti Ebla, Mari, Alalakh, Aleppo dan Kultepe, istana-istana dari akhir Zaman Perunggu di Bogazkoy (Hattusha), Ugarit, Asyur dan Nuzi, istana-istana dan kuil-kuil Zaman Besi di situs-situs Assiria (Kalhu/Nimrud, Khorsabad, Nineveh), Babilonia (Babel), Urartu (Tushpa/Van, Kalesi, Cavustepe, Ayanis, Armavir, Erebuni, Bastam) dan Het Baru (Karkamis, Tell Halaf, Karatepe). Rumah-rumah sebagian besar diketahui dari sisa-sisa peninggalan era Babilonia Baru di Nippur dan Ur. Yang menonjol dari antara sumber-sumber tertulis mengenai pendirian bangunan dan ritual-ritual yang terkait dengannya adalah silinder-silinder Gudea dari milenium ke-3 SM, demikian pula prasasti-prasasti kerajaan Assiria dan Babilonia dari Zaman Besi.