"Sungguh aneh, tapi nyata!" anda boleh saja katakana demikian. Akan tetapi, demikian jugalah halnya yang sedang terjadi pada banyak orang di gereja-gereja Kristen – sedang memelihara, mempercayai, dan mempertahankan satu pengajaran tertentu yang sebenarnya dimasukkan ke dalam gereja melalui tradisi – satu pengajaran palsu dan bukan perintah Allah.
Pada bab ini kita akan melihat jelas bagaimana tradisi ditinggikan melebihi Friman Allah. Kita juga akan lihat bahwa Firman Allah sudah menubuatkan hal itu akan terjadi – suatu usaha akan dilakukan untuk mengubah hukum Allah dan meninggikan tradisi. Arsip catatan sejarah akan menjelaskannya.
Sebelum menelusuri hal ini lebih jauh, kita harus ingat satu perkara: Anda dan saya membaca buku ini dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Kita datang dari organisasi gereja yang berbeda. Namun kita mempunyai satu jalur yang sama sepanjang pengalaman hidup. Kita mengasihi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan kita rindu mengikuti kebenaran-Nya. Itulah sebabnya kita mempelajarinya, bukankah demikian? Kita rindu mengetahui kebenaran dan rindu untuk mengikutinya. Alkitab sendiri memberikan kepada kita nasihat berikut ini:
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai pekerja yang tidak usah melu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." (2 Tim 2:15)
Jadi, agar kita dapat memahami kebenaran Allah maka kita harus mempelajari Firman-Nya. Dan Firman-Nya itu, walaupun ditulis ratusan tahun yang lalu, tetap menyatakan kebenaran-kebenaran yang berlaku sepanjang zaman sehingga kita dapat menerapkannya pada zaman mana kita hidup sekarang ini.
Nubuatan-nubuatan Daniel dan Wahyu dapat diterapkan secara khusus pada akhir dunia ini. Yesus mengutip nubuatan Daniel dan secara pribadi menganjurkan agar para murid-Nya mempelajarinya. Ketika murid-murid-Nya bertanya, "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi [kebinasaan kaabah], dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (Matius 24:3), sebagian dari jawaban-Nya adalah:
"Jadi, apabila kamu melihat Pembinasaan keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel – para pembaca hendaklah memperhatikannya – maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan." (Mat 24:15, 16)
Yesus memberikan amaran kepada generasi pada zaman-Nya bahwa nubuatan-nubuatan yang berhubungan dengan kebinasaan Yerusalem segera akan digenapi: Jawaban-nya kepada murid-murid itu berisi nubuatan tentang Yerusalem dan juga akhir dunia ini. Dan Ia meminta murid-murid itu mempelajari nubuatan Nabi Daniel agar mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang kedua peristiwa tersebut.
Dalam kitab Daniel, nabi itu telah memaparkan jenjang sejarah untuk beratus-ratus tahun lamanya – dari zaman Babel sampai kepada zaman kita – dengan ketepatan yang luar biasa. Melalui penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi yang menggunakan lambing, Allah berkomunikasi dengan alat peraga, untuk membagikan kebenaran-Nya keapada kita. Filsuf Cina, Konfutse, mengatakan : "Satu peraga sama nilainya dengan seribu kata." Marilah kita lihat lebih rinci gambaran yang diberikan Daniel kepada kita.
Dalam Daniel pasal dua, Allah menubuatkan jangkauan sejarah dunia yang ratusan tahun lamanya melalui ilustrasi sebuah patung manusia yang terbuat dari berbagai logam. Dalam Daniel 7, jenjang sejarah yang sama dinyatakan dengan lebih rinci lagi, namun kali ini dengan menggunakan empat binatang untuk menggambarkan sejarah perkembangan umat manusia. Pasal 8 dan 11 berisi gambaran yang lebih banyak. Masing-masing pasal ini menceritakan jenjang sejarah dunia yang sama. Masing-masing mempunyai tambahan informasi tertentu, dan beberapa di antaranya menekankan tentang generasi terakhir dunia ini.
Daniel 7 dimulai dengan tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja Babel. Daniel mendapat sebuah mimpi dan ia mengingat semua dengan jelas. Perhatikanlah penjelasan Daniel tentang penglihatan itu pada ayat 2 sampai 7:
"Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak keempat angina dari langit mengguncangkan laut besar, dan empat binatang besar naik dari dalam laut, yang satu berbeda dengan yang lain.
Yang pertama rupanya seperti seekor singa, dan mempunyai sayap burung rajawali; aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat dari tanah dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia, dan kepadanya diberikan hati manusia.
Dan tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua, rupanya seperti beruang; ia berdiri pada sisinya yang sebelah, dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya. Dan demikianlah dikatakan kepadanya: Ayo, makanlah daging banyak-banyak.
Kemudian aku melihat tampak seekor binatang lain, rupanya seperti macan tutul; ada empat sayap burung pada punggungnya, lagipula binatang itu berkepala empat, dan kepadanya diberikan kekuasaan.
Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang keempat yang mnakutkan dan mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh."
Satu pemandangan lalut yang luar biasa di mana angina kencang sedang bertiup ketika Daniel melihat di dalam penglihatannya. Angina kencang bertiup menggoncangkan gelombang laiut itu dan tiba-tiba keempat binatang yang aneh dan besar itu keluar dari dalamnya. Angin, air, dan binatang adalah lambang-lambang yang biasa dipergunakan di dalam Alkitab. Hal-hal itu melambangkan lautan manusia, kumpulan orang banyak, bangsa-bangsa, dan bahasa – lautan manusia sepanjang zaman (bacalah Wahyu 17:15). Angin sering menggambarkan adanya peperangan dan pertikaina dan berhubungan dengan peristiwa itu – diplomatic, militer dan politik – yang membentuk adanya sekajarah dunia ini (bacalah Yeremia 49:36).
Daniel melanjutkan : "Keempat binatang besar itu adalah keempat kerajaan yang akan muncul dari dalam bumi ini" (Dan 7:17). Sebagai akibat adanay peperangan antar bangsa itu, empat kerajaan besar akan bangkit dan jatuh. Dan keempat logam – yaitu emas, perak, tembaga dan besi – dalam Daniel 2 menggambarkan adanya keempat kuasa ini. Catatan sejarah dunia dengan jelas mendukung hal ini.
Memang, sejak zaman Daniel hanya terdapat empat kerajaan yang universal di bumi ini. Marilah kita memperhatikan dengan singkat urutan sejarah dunia sebagaimana yang dinyatakan oleh Daniel dalam gambaran keempat binatang besar itu.
Pertama, muncullah seekor singa yang mempunyai sayap burung rajawali. Sama seperti logam emas di dalam patung Daniel 2, hal itu melambangkan kerajaan Babel. Lambang-lambang yang digunakan untuk menjelaskan Babel adalah makhluk dan logam yang sangat luar biasa; emas, logam yang paling mulia; singa, raja binatang. Babel kuno adalah satu kerajaan yang hebat! Penemuan ilmu purbakala menunjukkan bahwa orang-orang Babel menggunakan singa yang bersayap burung rajawali sebagai lambang kekuatan mereka. Lambang-lambang itu adalah juga gambar yang terdapat di dinding tembok kota itu. Nabi Yeremia juga menjelaskan keuatan hebat Babel yang mengalahkan musuhnya sama seperti singa.
Kedua, muncullah seekor beruang dengan tiga tulang rusuk di dalam mulutnya. Pada tahun 539 S.M. Media dan Persia mengalahkan Babel. Tulang-tulang rusuk, yang dimaksudkan, tidak lain adalah tiga kerajaan yang dikalahkan membuat kerajaan Persia memperoleh kekuasaanya, yaitu : Mesir, Lydia, dan Babel. Inilah kerajaan dunia yang kedua. Hal itu dilambangkan dalam patung Daniel 2 dengan logam perak. Media dan Persia dengan jelas digambarkan sebagai seekor beruang yang haus darah. Tanpa diragukan lagi, pasukannya memang sangat kasar dan kejam didalam penyerangannya.
Ketiga, seekor macan tutul yang bersayap empat pada punggungnya, yang menggambarkan kerajaan ketiga, menggulingkan kerajaan beruang. Orang-orang Yunani, di bawah pimpinan Iskandar Zulkarnain, secara harfiah memang seperti terbang memperoleh kemenangan demin kemenangan ketika mereka mengalahkan Media dan Persia dan seluruh dunia. Macan tutul itu mempunyai empat kepala. Ini melambangkan empat pembagian wilayah kerajaan itu setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia. Kerajaan ini digambarkan sebagai logam tembaga pada patung Daniel 2.
Keempat, binatang yang menakutkan dan dahsyat, sering digambarkan seperti seekor naga, yang meremukkan segala sesuatu yang manghalanginya. Binatang ini melambangkan kuasa kerajaan Romawi yang kejam, dan yang menghancurkan. Ia menguasai bumi ini selama enam abad, sejak tahun 168 S.M. Pada patung yang besar itu, Kekaisaran kerajaan dunia yang keempat ini disamakan seperti besi ayng "meremukkan dan menghancurkan segala sesuatu." Memang ia akan "menghancurkan dan membinasakan semua mangsanya." Dan kerajaan besi itu memang bertindak persis seperti itu!
Kelima, sepuluh tanduk, yang melambangkan sepeuluh kerajaan, muncul dari dalam binatang yang menakutkan itu. "Kesepluh tanduk itu adalah kesepuluh raja yang muncul dari kerajaan itu" (Dan 7:24). Tidak ada binatang yang secara alami mempunyai sepuluh tanduk. Kesepuluh tanduk yang terlihatkan kepada Daniel 1000 tahun sebelumnya dan secara tepat menubuatkan pecahnya kerajaan Romawi menjadi sepuluh bagian. Pembagian Kekaisaran Romawi merupakan landasan munculnya bangsa-bangsa Eropa Barat modern. Catatan sejarah membuktikan kebenarannya. Romawi menguasai Eropa bagian barat sampai pertengahan abad keempat ketika ia diruntuhkan, bukan oleh bangsa lain, akan tetapi dari dalam kerajaan itu sendiri oleh suku Barbar yang suka berperang.
Keenam, sesuatu yang baru dan kelihatannya tidak biasa muncul di hadapan Daniel. Persitiwa-peristiwa penting berikutnya di Eropa sesudah sepuluh kerajaan itu telah dinyatakan. Daniel menulis:
"Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tida dari tandunk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang sombong. (Dan 7:8) Sesudah mereka (kesepuluh kerajaan) akan muncul seorang raja; dia berbeda dengan raja-raja terdahulu dan akan merendahkan tiga raja." (ayat 24)
Apakah yang dimaksudkan dengan kuasa tanduk kecil yang ditulis Daniel? Bangsa manakah ini? Bagaimanakah kita dapat mengenalnya? Marilah kita menganalisisnya satu persatu:
- Pertama, ia muncul dari antara sepuluh tanduk itu. Hal ini berarti bahwa ia muncul dari kerajaan Romawi, yaitu dari kepala Kekaisaran Romawi yang adalah binatang keempat itu.
- Kedua, ia muncul setelah sepuluh kerajaan itu. Hal ini berarti, secara urutan waktu adalah setelah tahun 476 M.
- Ketiga, kuasa ini akan "berbeda dengan raja-raja terdahulu" (kesepuluh tanduk itu). Kesepuluh tanduk itu adalah lembaga politik saja. Tanduk kecil ini akan mendapatkan kekuasaanya dari sumber yang berbeda – yaitu dari sumber keagamaan yang segera akan kita lihat.
- Keempat, tiga dari kesepuluh kerajaan itu akan dicabut kekuasaannya. "Ia akan merendahkan tiga raja," tulis nabi itu.
- Kelima, tanduk kecil ini akan mempunyai "mata seperti mata manusia." Dalam Alkitab mata adalah lambang kecerdasa Ilahi (bacalah Efesus 1 : 18). Nabi di dalam Alkitab sering disebut "pelihat." Ia melihat dengan kuasa penerangan Ilahi sampai kepada masa depan. Ia melihat dengan mata Allah. Tanduk ini mempunyai "mata", bukan mata Allah, melainkan mata manusia, kepemimpinan manusia, dan kekuasaan manusia.
Catatan sejarah memberikan jawabnya – dan hanya ada satu jawab – untuk mengenal kuasa tanduk kecil itu. Segera setalah kerajaan Romawi itu runtuh dan sepuluh kerajaan Eropa bangkit, maka satu Negara yang berciri politik dan agama pun dibentuk. Ia memperluas pengaruhnya untuk beberapa abad lamanya dan muncul secara menonjol di Eropa bagian Barat. Ia muncul dan berkuasa tepat pada waktunya tetapi seperti yang disebukan. Kebangkitannya untuk berkuasa mengakibatkan hancurnya tiga bangsa Heruli, Ostrogoth, dan Vandal. Ketiga suku bangsa ini sudah dicabut sampai ke akar-akarnya sama seperti yang dinubuatkan. Kita masih dapat menelusuri jejak suku bangsa yang tujuh lainnya di Eropa sekarang ini. Misalnya saja, bangsa Frank berkediaman di Perancis, Anglo-Saxon di Inggris, dan Alemani di Jerman. Akan tetapi ketiga suku bangsa ini, yaiut Heruli, Ostrogoth, dan Vandal sudah secara tuntas dibinasakan dengan munculnya kuasa tanduk kecil karena perbedaan kepercayaan. Dan tanduk kecil ini, sebagai pembela iman yang ortodoks, berusaha meyakinkan ketiga suku bangsa akan kesalahan mereka. Karena sudah meyakinkan mereka maka, gereja yang sudah popular beralih dengan cara memaksanya.
Kuasa tanduk kecil itu berbeda dengan kuasa-kuasa lain yang sudah pernah memerintah. Ia memiliki kekuasaan yang bersifat politik dan agama. Nubuatan menyatakan dengan jelas, bahwa ia "berbeda" dari kerajaan-kerajaan yang lain. Dunia belum pernah melihat perpaduan yang luar biasa anatar kuasa agama dan politik seperti yang diperlihatkan oleh tanduk kecil ini.
Pada pembahasan kita mengenai nubuatan Daniel ini, alangkah baiknya jika kita memperhatikan beberapa nubuatan yang berhubungan dengan itu dari Perjanjian Baru yang ada hubungannya dengan pengalaman Jemaat Kristen yang mula-mula. Rasul Paulius sangat memperhatikan masa depan Jemaat itu. Kepada para penatua Efesus Ia memberikan nasihat berikut ini :
"Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncukl beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada henti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan menucucurkan air mata." (Kis 20 :29-31) Terhadap amaran yang penting ini ia menamabahkan dalam seubah surat kepada orang-orang Tesalonika, "Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja…" (2 Tes 2:7)
Tiga perkara yang menyusahkan Paulus akan masa depan Jemaat yang mula-mula itu. Pertama, akan terdapat tantangan dari luar. Paulus membandingkan tantangan yang datang dari luar itu seperti serigala yang ganas yang berada di tengah-tengah kawanan domba. Paulus melihat dari jauh ancaman penganiayaan oleh mana Setan akan berusaha untuk menghacurkan gereja itu.
Tetapi pengainayaan dari luar yang dilihat oleh Paulus tersebut tidak terlalu mengancam keberadaan jemaat dibandingkan dengan perhatian Paulus yang kedua ini – yaitu kedurhakaan dari dalam. Ia menyatakan, "Bahakan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang…" (bacalah Kisa 20 : 28-31). Orang-orang akan muncul dan memutarbalikkan kebenaran. Kata "memutarbalikkan" berarti mempertahankan kemurnian iman tetapi ia tahu bahwa kemurtadan akan datang. Dan memang benarlah demikian. Kepada orang-orang Tesalonika, ia menulis:
"Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagimanapun juga! Sebab sebelum hari itu (kedatangan Yesus yang kedua kali) haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa." (2 Tes 2:3)
Perkara ketiga yang Paulus perhatikan adalah bahwa permualan kemurtadan itu akan datang dengan segera. Dengan kata lain, tidak akan lama lagi kemurtadan itu akan memasuki jemaat.
Kita lihat pemberontakan ini lebih rinci lagi. Bahasa Yunani yang digunakan Paulus untuk kemurtadan itu secara harfiah berarti "suatu tindakan untuk keluar dari kemurnian imannya. Paulus mengamarkan bahwa tindakan untuk keluar ini akan dipimpin oleh "manusia durhaka (atau dosa)," "orang yang dinyatakan untuk binasa." Pernyataan "orang yang dinyatakan untuk binasa" disebutkan dalam Alkitab hanya dalam satu ayat – pada saat menjelaskan keadaan Yudas Iskariot. Yudas mengkhianati Yesus sementara ia berlaku seperti seorang sahat. Ia menunjukkan kasih saying secara luar pada hal ia sedang mengkhianati Tuhan dan Juruselamatnya.
Paulus menuggunakan istilah "orang yang dinyatakan untuk binasa" yang sama untuk menjelaskan kemurtadan yang tampak bahwa kuasa ini memiliki ciri-ciri yang sama seperti yang ditunjukkan oleh Yudas Iskariot. Dengan kata lain, kuasa ini akan mengkhianati inti Injil Kerjaan Allah, sedangkan pada saat yang sama menunjukkan dirinya sebagai seorang yang setia secara luar saja. Keadaan ini hasil tuntunan "manusia durhaka (atau dosa)," yang mengaku serta menganggap dirinya sebagai hamba Allah.
Dengan latar belakang di atas maka baiklah kita kembali ke kitab Daniel. Dalam Daniel 8, tokoh yang sama dengan tanduk kecil yang "menjadi sangat besar" telah diperlihatkan kepada Daniel. Daniel menulis bahwa "kebenaran dihempaskan ke bumi" (Dan 8:12) oleh kuasa ini.
Apakah gambarannya sudah makin jelas? Pertentangan besar sepanjang zaman bukanlah pertentangan antara yang beragama dengan yang tidak beragama. Tetapi antara kebenaran dan kesalahan. Serangna dari luar akan memurnikan dan meneguhkan jemaat. Musuh itu, yaitu "orang yang dinyatakan untuk binasa," akan bekerja dari dalam untuk meruntuhkan kebenaran dan akan menggunakan gereja Allah yang sama untuk menyebarluaskan kepalsuan itu. Daniel menulis:
"Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia akan berusaha untuk mengubah waktu dan hokum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa." (Dan 7:25)
Jadi, kemurtadan dalam gereja Kristen itu, dalam cara-cara tertentu, akan merendahkan wewnang kuasa Allah.
Sebagaimana yang telah kita lihat pada bab sebelumnya, bahwa otoritas Allah didasarkan atas kedudukan-Nya sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta – termasuk dunia kita ini. Kita ingat kembali apa yang dituliskan oleh Yohanes penerima wahyu:
"Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang menjadikan langit dan bumi dan laut dan mata air." (Why 14:7)
Hak Allah untuk disembah dan wewenang hokum-Nya didasarkan pada fakta bahwa Dialah yang menjadikan dunia ini. Dia jugalah yang menciptakan kita. Akan tetapi Daniel menulis bahwa kuasa tanduk kecil ini akan muncul dengan penuh keberanian merampas otoritas Allah dan "berusaha untuk mengubah waktu dan hukum." Hukum yang dimaksudkan di sini bukan seperti hukum manusia. Hukum manusia berubah secara otomatis bilamana kerajaan yang satu mengalahkan yang lain. Itulah sebabnya nubuatan itu tentu berhubungan dengan hukum yang kekal milik Allah Yang Mahatinggi. Untuk mengubah ini, berarti, menentang Yang Mahatinggi.
Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, bahwa mengubah hukum sangat bertentangan dengan pernyataan Yesus. Ia berkata:
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku dating untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku dating bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." (Mat 5:17-18)
Hukum Allah akan berdiri teguh selama langit dan bumi ini ada. Meremahkan hukum ini, berarti mengurangi wewnang kuasanya, atau apabila mengubah perintahnya itu merupakan sesuatu yang tidak bias diterima. Namun Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa kuasa tanduk kecil itu akan berusaha untuk mengubahnya. Dan memang sesungguhnya telah dilakukan.
Sudah tentu, tidak semua orang yang di dalam gereja itu menerima kemurtadan itu. Mereka yang menolak akn dianiaya. "Ia akan menganiaya orang-orang kudus," tulis nabi itu (Daniel 7:25). Hal ini tentunya berhubungan ereat dengan penganiayaan karena agama dan sejarah menyatakan kebenaran peristiwa itu.
Perhatikanlah kelanjutan ayat 25 itu: "Ia akan berusaha untuk mengubah waktu dan hukum" (Dan 7:25). Kata mengubah waktu adalah sesuatu yang menarik perhatian dan penting. Secara pengertian sepintas, tentu akan timbul dalam pikiran kita bahwa hanya ada satu pernyataan tentang waktu di dalam hukum Allah – yaitu hari Sabat dalam minggu. Sebagaimana yang sudah kita jelaskan, bahwa hari Sabat itu adalah Hari Allah yang kudus, yang merupakan tanda peringatan yang kekal akan penciptaan-Nya. Allah berhenti pada hari Sabat, dan Ia memberkatinya, dan juga menguduskannya. Hari itu telah ditetapkan di Taman Eden dan akan dipelihara di Eden yang akan datang. Yesaya 66:23 menyatakan:
"Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN."
Pertanyaannya adalah hukum manakah yang hendak diubah kuasa tanduk kecil itu. Apakah hari Sabat, sebagaimana yang ditetapkan di dalam hukum Allah itu, pernah berubah? Jikalau pernah, bagaimana? Kapan?
Dalam bab terdahulu kita sudah mempelajari bagaimana hari Sabat itu diingat dan dipelihara oleh orang Kristen mula-mula sebagai hari perhentian dan peribadatan mereka setiap minggu. Yohanes pernah mendapat penglihatan pada "Hari Tuhan" (Why 1:10). Jemaat itu tetap melanjutkan peribadatan mereka pada hari Sabat sampai akhir abad pertama. Akan tetapi pada awal abad kedua dad beberapa orang Kristen yang dengan sukarela mulai merayakan hari penyaliban Kristus. Mereka memusatkan perayaannya pada hari penyaliban Kristus yang merupakan hari raya Paskah orang Yahudi. Akan tetapi karena adanya pemberontakan yagn terus menerus dari pihak Yahudi terhadap orang Roma, maka orang Yahudi itu lama kelamaan makin tidak terkenal dan orang Kristen mulai menderita karena agamanya berasal dari sekte Yahudi. Perayaan Paskah sebagai peringatan penyaliban Kristus itu dilihat oleh sebagian orang merupakan sama lanjutan Kekristenan dari agama Yahudi. Sehingga, beberapa dari antara orang Kristen mengambil keputusan untuk membuat perubahan.
Sixtus, bishop atau "bapa" gereja Kristen di Roma memulai proses yang menuntun peralihan hari perbaiktian dari hari Sabat menjadi hari Minggu. Ia meyakinkan orang Kristen untuk merayakan Kebangkitan Yesus, pada hari Minggu, gantinya perayaan Penyaliban Kristus. Pada mulanya perayaan itu bukanlah acara mingguan, melainkan acara tahunan. Dengan mengubah perayaan ini ke hari Minggu dan menerpakannya kepada kebangkitan Yesus, orang-orang Kristen di Roma telah berhasil untuk membedakan diri dari orang Yahudi.
Dan memang perayaan hari kebangkitan Kristus ini bertepatan dengan pesta orang Romawi untuk menghormati matahari. Mereka yang tadinya penyembah matahari merasa cocok karena mereka merayakan hari kebangkitan Kristus bertepatan pada hari pemujaan dewa matahari. Itulah sebabnya Sixtus, yang mendorong orang Kristen untuk merayakan hari kebangkitan Kristus pada hari pertama dalam minggu itu. Sebenarnya sudah menempatkan mereka dalam penghormatan dwa matahari.
Peristiwa penting berikut dalam drama ini terjadi pada tahun 200 M. ketika paus Victor berusaha untuk memaksakan perayaan kebangkitan Kristus pada hari minggu yang dirayaka sekali setahun. Ia memerintahkan agar semua bishop mengucilkan mereka yang tidak mau mengikuti rencan perayaan hari kebangkitan Kristus itu. Perintah pemaksaan perayaan hari Minggu ini telah digunakan oleh bishop Roma sebagai alat dalam usahanya untuk mengontrol gereja. Socrates orang Roma, ahli sejarah gereja, menulis sesudah peristiwa itu: "Walaupun hamper semua gereja di seluruh dunia merayakan rahasia yang kudus pada hari Sabat setiap minggu, namun orang-orang Kristen di Alexandria dan di Roma, demi kepentingan tradisi kuno, telah berhenti melakukan hal itu." "Tradisi kuno" yang dimaksudkan ialah tindakan Sixtus dan Victor yang sudah membuat penghormatan terhadap hari Minggu.
Undang-undang yang pertama kali memerintahkan beristirahat pada hari Minggu adalah perintah Kaisar Constantine pada bulan Maret tahun 321 M. perintahnya berbunyi, "Pada Hari penghormatan terhadap Matahari biarlah setiap pejabat dan orang banyak yang tinggal di kota berhenti, dan biarlah setiap took ditutup. Namun demikian, mereka yang di desa-desa, yaitu orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pertanian boleh dengan bebas dan berhak melanjutkan pekerjaannya." SDA Source Book, hlm, 999. Ahli sejarah gereja, Philip Schaff, membuat pernyataan penting berikut ini: "…undang-undang hari Minggu yang dikeluarkan Constantine tidak boleh dinilai terlau tinggi….. tidak ada hubungan undang-undang itu dengan hukum yang keempat atau dengan kebangkitan Kristu. Mlahan ia menyatakan dengan jelas mengecualikan orang-orang yang tinggal di pedesaan…. Orang-orang Kristen dan para penyembah berhala sudah biasa dengan perayaan perhentian seperti ini; Constantine membuat perhentian ini hanya untuk menyelaraskan, dan memberikan perhatian yang lebih utama kepada hari Minggu." – Ibid,. hlm. 999, 1000.
Lambat tapi pasti pergerakan yang mengarah kepada kemuratadan, sebagaimana yang dinubuatkan oleh Paulus dan Daniel, terjadi tepat pada waktunya. Pada tahun 386 M., Theodosius I melarang proses pengadilan pada hari Minggu dan memulai sesuatu praktik lain yang masih tersebar luas di dunia barat: "Tak seorang pun akan menuntut pemabayaran baik berbentuk utang pemerintah atau swasta [pada hari Minggu]. "Theodosius II, pada tahun 425 M., mengalihkan perhatiannya kepada aktivitas olahraga rakyatnya dan melarang semua acara rekreasi, baik dalam bentuk sirkus dan bioskop, pada hari Minggu. Majelis umum ketiga Sinode di Orleans, pada tahun 538 M., melarang semua pekerjaan di daerah pedesaan pada hari Minggu. Dengan demikian, langkah demi langkah, penghormatan terhadap hari matahari diterapkan ke dalam gereja Kristen dan membuatnya sebagai hari perhentian untuk orang-orang Kristen. Memang benarlah, waktu telah diubah! (Baca Source Book, hlm. 1001, 1002.)
Apakah yang akan dikatakan gereja Roma Katolik tentang peranannya di dalam mengubah hari Sabat itu? Apakah ia setuju ataukah tidak? Bagaimanakah kedudukannya?
Gereja Roma Katolik memahami bahwa perubahan hari Sabat itu merupakan suatu tanda kekuasaan gereja. Pernyataan-pernyataan telah dibuat oleh pera penguasa gereja Katolik yang menunjukkan dengan jelas sebagai berikut:
- Sebagai jawab terhadap pertanyaan, "Apakah engaku mempunyai cara lain untuk membuktikan bahwa gereja mempunyai kuasa untuk menetapkan hari raya atau peraturan?", Setphen Keenan menulis, "Sekiranya ia tidak mempunyai kuasa demikain, ia tidak dapat melakukan itu di mana semua pemimpin agama modern setuju kepadanya – ia tidak dapat menggantikan pemeliharaan hari Minggu, hari pertama dalam minggu, untuk pemeliharaan hari Sabtu hari ketujuh, suatu perubahan yang tidak ada wewenang dari Alkitab." – Stephen Keenan, A Doctrinal Catechism, hlm. 174.
- Sebuah komentar lain: "Anda boleh membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu dan Anda tidak akan pernah menemukan satu pernyataan pun yang memberikan kekuasaan untuk menguduskan hari Minggu. Alkitab menegaskan penyucian hari Sabtu, yaitu hari yang kita sendiri tidak menyucikannya." – Kardinal Gibbons, Faith of Our Fathers, hlm. 111, 112.
- Selanjutnya Monsignor Segur menulis, "Gereja Katolikalh dengan wewenang Yesus Kristus yang telah mengalihkan hari perhentian itu kepada hari Minggu sebagai peringatan kebangkitan Tuhan kita. Dengan demikian pemeliharaan hari Minggu oleh orang-orang Protestan adalah satu penghormatan, tanpa mengindahkan keadaan mereka, terhadap kekuasaan Gereja [Katolik]." Monsignor Segur, Plain Talk About the Protestantism of Today, hlm. 225.
Pendirian Gereja Roma Katolik terlihat jelas. Daniel menubuatkan perubahan itu dan gereja Katolik mengakuinya. Malahan ia bangga menunjukkan perubahan ini sebagi bukti keuasaannya di bidang ajaran agama.
Para reformis pada zaman reformasi Protestan menyatakan perhatian mereka juga. Martin Luter, misalnya, yang banyak menyusun data Pengakuan Augsburg, berkata, "Mereka [para paus] menyatakan perubahan hari Sabat menjadi hari Tuhan, tampaknya bertentangan, dengan sepuluh Hukum; dan mereka tidak memiliki contoh lain kecuali perubahan hari Sabat itu. Mereka tentu memerlukan kekuasaan gereja yang sangat besar, karena mencabut salah satu perintah Sepuluh Hukum." – Philip Schaff, The Creeds of Christendom, jilid 3, hlm. 64.
Walaupun semua bukti ini telah jelas, masih ada saja yang mengatakan, "Apa bedanya? Hari apa pun itu, ya hari juga namanya! Waktu, ya, waktu juga! Apakah kita memang harus tepat?" Saya yakin memang kita harus demikian. Sedangkan janji yang kita buat untuk bertemu dengan seseorang pada suatu hari pun tidak akan kita impikan pada hari sesudah hari yang ditentukan!
Masalah utama ialah bukan sekadar soal hari saja. Tetapi siapa yang membuat perintah. Marilah kita menganalisis dua pertanyaan yang sederhana: Bila kita berhenti pada hari ketujuh dalam minggu itu dan beribadah dengan hikmat kepada Alah, siapakah yang kita turuti? Jawabnya mudah saja: kita sedang menurut Allah. Bila bekerja pada hari ketujuh dalam minggu itu atau menggunakannya untuk kepentingan kesengangn diri atu urusan dagang dan berhenti serta berbakti pada hari pertama dalam minggu itu, siapakah sebenarnya yang sedang kita turuti? Sudah pasti bukan Allah, karena Allah tidak pernah memberikan perintah untuk melakukan seperti itu. Tuan manakah yang Anda rencanakan untuk dituruti Alkitab berkata:
"Apakah kamu tidak tahu, bahwa apaila kamu menyerahkan dirimu kepada sesorang sebagi hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itum yang harus kam taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?" (Rm 6:16)
Mereka yang berani menuruti hukum Allah telah mendapati bahwa dari waktu ke waktu perintah-perintah manusia dan perintah-perintah Allah sering bertentangn. Petrus mengalami hal yang sama dan akhirnya mengambil kesimpulan: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia."(Kis 5:29)
Petrus dan rasul-rasul tidak ragu. Bila hukum Allah dipertaruhkan, keputusan mereka jelas. Dan tentunya keputusan mereka patutlah menjadi teladan kita. Walaupun hukum Allah dipertanyakan dan diubah, namun prinsipnya tetap sama selama-lamanya, yaitu: "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia!"
Tantangan di hadapan kita. Di satu pihak kita memiliki Yesus Kristus yang menyatakan diri-Nya sebagai "Tuhan atas Hari Sabat." Ia telah menyatakan dengan jelas kepada orang banyak bahwa Ia bukan datang untuk meniadakan hukum Allah atau mengurangi wewenang kekuasaannya. Sebaliknya, Ia datang untuk menunjukkan kepada kita bagaimana mentaatinya Ia berkata:
Percuma mereka beribadah keapda-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Mat 15:9)
Bukan suara Allah yang mamanggil kita untuk beribadah pada hari yang lain. Itu hanya suara manusia. Tak ada satu perintah pun dari Allah yang menyatakan kekudusan hari Minggu.
Sementara kedatangan Yesus kedua kali yang tidak lama lagi itu semakin dekat dan pekabaran Allah tentang kebenaran-Nya tersebar ke segenap penjuru dunia, tantangan Elia, yang dulu pernah memanggil umat-Nya yang sesat dari penyembahan matahari, berada di hadapan kita:
"Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN ITU Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia."(1Raj 18:21)
Tidak ada kompromi dengan dosa. Masalah penting dalam pertentangan akhir ini adalah kesetiaan kita. Pilihan itu adalah antara perintah-perintah Allah dan tradisi manusia. Yesus menyatakan hal itu dengan jelas, pada waktu Ia berkata:
"Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Mrk 7:7,8)
Sahabatku, inilah pekabaran kasih Kristus bagi Anda. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa hari Sabat, hari ketujuh, adalah tanda kekuasaan Sang Pencipta. Yesus Kristus tidak pernah merencanakan untuk mengubahnya. Menyadari akan hal ini, maka saya memberi tantangan kepada Anda, sebagimana Yosua memberi tantangan kepada orang Israel, sebagai berikut: "….pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah" (Yos 24:15). Apakah Anda mau berkata, "Saya memilih Yesus dan perintah-perintah Allah. Saya mau, dengan pertolongan kasih karunia Allah sejak hari ini, untuk mengingat hari Sabat dan menguduskannya?"
Ribuan orang di sepanjang zaman, telah mengasihi Yesus dengan sebaik-baiknya dan menuruti Dia dengan sepenuhnya.
No comments:
Post a Comment