Kematian Saul telah menyingkirkan segala bahaya yang telah membuat Daud sebagai orang buangan. Sekarang jalan terbuka bagi dia untuk kembali ke negerinya sendiri. Bilamana hari perkabungan bagi Saul dan Yonatan telah berakhir, "Kemudian bertanyalah Daud kepada Tuhan, katanya: 'Apakah aku harus pergi ke dalah satu kota di Yehuda?' Firman Tuhan kepadanya: 'Pergilah.' Lalu kata Daud: 'Ke mana aku pergi?' Firman-Nya: 'Ke Hebron.'"
Hebron terletak dua puluh mil di sebelah utara Bersyeba, dan kira‑kira pertengahan jalan antara kota itu dengan Yerusalem. Pada mulanya kota itu disebut Kiryat‑arba, kota Arba, bapa daripada bangsa Enak. Kemudian disebut Mamre, dan di tempat ini terdapat kuburan bapa‑bapa, "gua Makhpela." Hebron telah menjadi milik Kaleb dan sekarang merupakan kota utama Yehuda. Kota itu terletak di dalam sebuah lembah yang dikelilingi oleh bukit‑bukit yang subur dan tanah yang amat banyak mendatangkan hasil. Pohon‑pohon anggur yang paling indah di Palestina terdapat di perbatasannya, bersama‑sama dengan perkebunan zaitun dan pohon buah-buahan lainnya.
Dengan segera Daud dan pengikutnya mempersiapkan diri untuk menuruti perintah yang telah mereka terima dari Allah. Keenam ratus tentara yang bersenjata itu, bersama dengan para istri dan anak‑anak mereka, kawanan kambing domba mereka, dengan segera telah berada dalam perjalanan menuju ke Hebron. Apabila karapan ini memasuki kota itu, orang Yehuda sedang menunggu‑nunggu hendak menyambut Daud sebagai raja Israel untuk masa mendatang. Persiapan‑persiapan segera diadakan bagi pelantikannya. "Kemudian datanglah orang-orang Yehuda, lalu mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda." Tetapi tidak ada usaha untuk meneguhkan wewenangnya melalui kekerasan terhadap suku‑suku bangsa lain.
Salah satu daripada tindakan yang pertama dari raja yang baru dilantik ini adalah menyatakan penghargaannya bagi peringatan akan Saul dan Yonatan. Setelah mengetahui keberanian orang Yabesy‑Gilead dalam mengambil mayat daripada para pemimpin yang gugur itu, dan mengadakan upacara penguburan secara hormat, Daud telah mengirimkan utusannya ke Yabesy dengan satu berita, "Diberkatilah kamu oleh Tuhan, karena kamu telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan menguburkannya. Oleh sebab itu, Tuhan kiranya menunjukkan kasih dan setia-Nya kepadamu. Akupun akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu, karena kamu telah melakukan hal yang demikian." Dan ia telah mengumumkan pengangkatannya ke takhta kerajaan Yehuda dan meminta pengabdian mereka yang telah membuktikan diri setia.
Bangsa Filistin tidak menentang tindakan Yehuda mengangkat Daud sebagai raja. Mereka telah bersahabat dengan dia pada waktu ia terbuang, agar supaya mengganggu dan melemahkan kerajaan Saul, dan sekarang mereka mengharapkan oleh karena kebaikan mereka yang dulu terhadap Daud itu, maka perluasan kekuasaannya itu akan pada akhirnya, menjadi keuntungan bagi mereka. Tetapi pemerintahan Daud tidak lepas dari kesulitan. Dengan diadakannya pelantikan terhadap dirinya itu maka mulailah catatan yang gelap sehubungan dengan timbulnya permupakatan serta pemberontakan. Daud tidak duduk di atas takhta kerajaan sebagai seorang pengkhianat; Allah telah memilih dia menjadi raja Israel, dan tidak ada kesempatan diberikan untuk jadi tidak percaya atau menentang kepadanya. Akan tetapi baru saja wewenangnya diakui oleh orang Yehuda, maka melalui pengaruh Abner, Isyboset, anak Saul telah dinyatakan sebagai raja, dan telah mendirikan satu takhta kerajaan sebagai satu saingan terhadap takhta kerajaan Israel.
Isyboset hanyalah merupakan satu wakil yang lemah dan yang tidak mempunyai kesanggupan dari keluarga Saul, sementara Daud adalah seorang yang tepat sekali memikul tanggung jawab daripada kerajaan itu. Abner, tokoh yang utama dalam usaha mengangkat Isyboset ke atas takhta kerajaan, pernah menjadi pemimpin bala tentara Saul, dan merupakan orang yang paling menonjol di negeri Israel. Abner mengetahui bahwa Daud telah diangkat oleh Allah ke atas takhta Israel, tetapi setelah memburu dan mengejar dia cukup lama, maka ia tidak menghendaki anak Isai itu menjadi pengganti Saul sebagai raja.
Keadaan di bawah mana Abner ditempatkan, telah digunakan untuk menyatakan tabiatnya yang sebenarnya, dan menunjukkan dirinya sebagai seorang yang berambisi dan tidak mempunyai prinsip. Ia telah berhubungan dengan akrab sekali dengan Saul dan telah dipengaruhi oleh roh raja itu untuk meremehkan orang yang telah dipilih Allah untuk memerintah atas Israel. Kebenciannya itu telah bertambah‑tambah oleh tempelakan Daud yang menyayat hatinya pada waktu buyung air dan tombak raja telah diambil dari sisi raja Saul sementara ia sedang tidur di dalam kemah. Ia mengingat bagaimana Daud telah berseru pada pendengaran raja dan orang Israel, "Apakah engkau ini bukan laki-laki? Siapakah yang seperti engkau di antara orang Israel? Mengapa engkau tidak mengawal tuanmu raja? .... Tidak baik hal yang kauperbuat itu. Demi Tuhan yang hidup, kamu ini harus mati, karena kamu tidak mengawal tuanmu, orang yang diurapi Tuhan itu." Teguran ini tersimpan di dalam benaknya, dan ia bertekad mengadakan balas dendam dan menimbulkan perpecahan di antara Israel, oleh mana dirinya sendiri bisa ditinggikan. Ia telah menggunakan wakil daripada raja yang sudah mati itu untuk memajukan niat serta hasratnya yang mementingkan diri itu. Ia mengetahui bahwa orang banyak itu mengasihi Yonatan. Kenangan terhadap dirinya selalu diingat, dan peperangan Saul yang pertama dan yang berhasil itu tidak dapat dilupakan oleh tentara‑tentaranya. Dengan satu tekad yang bulat, pemimpin pemberontakan ini telah bergerak maju untuk melaksanakan rencananya itu.
Mahanaim, di seberang Yordan, juga telah dipilih sebagai raja, oleh karena tempat itu memberikan perlindungan dari serangan, baik dari Daud ataupun dari orang Filistin. Di tempat ini pelantikan terhadap Isyboset telah diadakan. Pemerintahannya itu mula‑mula diakui oleh suku‑suku bangsa yang ada di seberang timur sungai Yordan, dan akhirnya diperluas sampai ke seluruh Israel kecuali Yehuda. Dua tahun lamanya anak Saul ini menikmati kehormatannya di tempat yang terpencil ini. Tetapi Abner, yang bermaksud memperluas kekuasaannya terhadap Israel, mengadakan persiapan untuk melancarkan serangan. "Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah."
Akhirnya pengkhianatan. telah menggulingkan takhta yang telah didirikan oleh rasa dengki dan ambisi itu. Abner, merasa jemu terhadap Isyboset yang lemah dan tidak mempunyai kesanggupan itu, telah lari kepada Daud, dengan tawaran akan memberikan kepadanya segala suku bangsa Israel. Gagasannya itu diterima oleh raja, dan ia disuruh pergi dengan satu kehormatan untuk melaksanakan rencananya itu. Tetapi penerimaan terhadap seorang tentara yang amat gagah berani dan terkenal itu telah membangkitkan kecemburuan di dalam hati Yoab, pemimpin bala tentara Daud. Ada satu sengketa yang menyangkut utang darah antara Abner dan Yoab, oleh karena Abner telah membunuh Asahel, saudara Yoab, pada waktu terjadinya peperangan antara Israel dengan Yehuda. Sekarang Yoab, melihat adanya satu kesempatan untuk membalas dendam atas kematian saudaranya itu, dan untuk menyisihkan calon saingannya itu, dengan kejinya telah menggunakan kesempatan itu untuk membunuh Abner.
Daud, setelah mendengar kabar tentang pembunuhan ini, berseru, "Aku dan kerajaanku tidak bersalah di hadapan Tuhan sampai selama-lamanya terhadap darah Abner bin Ner itu. Biarlah itu ditanggung oleh Yoab sendiri dan seluruh kaum keluarganya." Mengingat adanya keadaan yang belum beres di dalam kerajaannya, dan kuasa serta kedudukan daripada si pembunuh itu--oleh karena saudara Yoab, Abisai, telah bergabung dengan dia--maka Daud tidak dapat menghukum kejahatan itu dengan hukuman yang adil, namun demikian secara umum ia telah menyatakan rasa jijiknya terhadap tindakan yang telah menumpahkan darah itu. Penguburan Abner telah diadakan dengan disertai penghormatan secara umum. Tentara itu, dengan Yoab sebagai pemimpinnya, telah dituntut untuk ambil bagian dalam upacara kedukaan itu, dengan memakai jubah yang terkoyak dan pakaian karung. Raja telah menyatakan rasa dukanya dengan berpuasa pada hari penguburannya itu, ia berjalan di belakang peti mayat itu sebagai orang yang paling berduka; dan di kuburan ia telah mengucapkan satu sajak perkabungan yang merupakan satu teguran yang amat menyayat kepada para pembunuhnya. "Karena Abner raja mengucapkan nyanyian ratapan ini:
'Apakah Abner harus mati seperti orang bebal?
Tanganmu tidak terikat dan kakimu tidak dirantai.
Engkau gugur seperti orang gugur
oleh orang-orang durjana.'"
Penghormatan Daud terhadap orang yang pernah menjadi musuh besarnya itu telah memenangkan kepercayaan dan rasa kagum segenap orang Israel. "Ketika seluruh rakyat melihat hal itu, mereka menganggap hal itu baik, seperti segala sesuatu yang dilakukan raja dianggap baik oleh seluruh rakyat. Maka tahulah seluruh rakyat dan seluruh Israel pada hari itu, bahwa pembunuhan Abner bin Ner bukanlah rancangan raja." Di dalam lingkungan penasihat dan pengawal pribadinya raja telah membahas mengenai pembunuhan itu, dan sambil mengakui ketidak‑sanggupannya menghukum si pembunuh sebagaimana yang dikehendakinya, ia telah menyerahkannya kepada keadilan Allah: "Tidak tahukah kamu, bahwa pada hari ini gugur seorang pemimpin, seorang besar, di Israel? Tetapi aku ini sekarang masih lemah, sekalipun sudah diurapi menjadi raja, sedang orang-orang itu, yakni anak-anak Zeruya, melebihi aku dalam kekerasan. Kiranya Tuhan membalas kepada orang yang berbuat jahat setimpal dengan kejahatannya."
Abner telah bersikap sungguh‑sungguh dalam tawarannya kepada Daud, tetapi motivasinya adalah keji dan bersifat mementingkan diri. Ia terus‑menerus telah menentang raja yang telah diangkat oleh Allah itu, dengan pengharapan bahwa ia akan memperoleh kehormatan bagi dirinya sendiri. Rasa marah, sifat kesombongan yang telah dilukai, dan nafsu yang telah menuntun dia meninggalkan pekerjaan yang sudah lama ia layani; dan dengan melarikan diri kepada Daud ia berharap akan menerima kedudukan yang tertinggi di dalam pengabdian kepadanya. Andaikata ia telah berhasil dalam maksudnya itu, talenta dan kesanggupannya, pengaruhnya yang besar dan keadaannya yang kurang beribadat itu, akan membahayakan takhta Daud dan damai serta kesejahteraan bangsa itu.
"Ketika didengar anak Saul, bahwa Abner sudah mati di Hebron, maka hilanglah keberaniannya, dan terkejutlah seluruh orang Israel." Jelas sekali bahwa kerajaan itu tidak akan dapat dipertahankan lebih lama lagi. Dengan segera satu perbuatan khianat lainnya telah memaksa kehancuran kekuasaan yang sudah merosot itu. Isyboset dengan secara keji telah dibunuh oleh dua orang penghulunya, yang setelah memenggal kepalanya, telah cepat‑cepat mendapatkan raja Yehuda sambil membawa kepala itu, dengan pengharapan mereka akan memperoleh belas kasihan daripadanya.
Mereka muncul di hadapan Daud dengan disertai barang bukti yang berlumuran darah akan kejahatan mereka, sambil berkata, "Inilah kepala Isyboset, anak Saul, musuhmu itu, yang ingin mencabut nyawamu; Tuhan pada hari ini telah membiarkan tuanku raja mengadakan pembalasan atas Saul dan atas keturunannya." Tetapi Daud, yang takhtanya telah diteguhkan oleh Allah Sendiri, dan yang telah Allah lepaskan dari musuhnya, tidak menghendaki diadakannya perbuatan khianat untuk meneguhkan kekuasaannya. Ia telah mengucapkan hukuman kepada para pembunuh yang telah membanggakan diri telah membinasakan Saul itu. "'Terlebih lagi sekarang,' katanya menambahkan, "'orang fasik membunuh seorang yang benar, di rumahnya di atas tempat tidurnya, tidakkah aku menuntut darahnya dari pada kamu dan melenyapkan kamu dari muka bumi?' Sesudah itu Daud memberi perintah kepada anak buahnya untuk membunuh mereka; . . . tetapi kepala Isyboset diambil dan dikuburkan di dalam kubur Abner di Hebron."
Setelah kematian Isyboset ada satu keinginan yang sama di kalangan para tokoh orang Israel agar Daud menjadi raja seluruh suku bangsa. "Lalu datanglah segala suku Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: 'Ketahuilah, kami ini darah dagingmu." Mereka menyatakan, "Engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan Tuhan telah berfirman kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel.' Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan Tuhan; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel." Dengan demikian oleh pimpinan Tuhan jalan telah dibuka baginya untuk naik ke atas takhta. Ia tidak mempunyai keinginan pribadi untuk dipuaskan, oleh karena ia tidak mencari kehormatan, yang telah didatangkan padanya.
Lebih daripada delapan ribu orang keturunan Harun dan suku Lewi berharap kepada Daud. Perubahan di dalam sikap orang banyak itu amat jelas dan menentukan. Perubahan itu telah terjadi dengan tenang dan mulia, cocok sekali dengan pekerjaan yang besar yang sedang mereka lakukan itu. Hampir setengah juta jiwa, yang dulunya adalah bawahan Saul, berbondong‑bondong pergi ke Hebron dan sekitarnya. Bukit‑bukit dan lembah‑lembah itu seakan‑akan hidup oleh karena banyaknya orang yang berada di tempat itu. Saat pelantikan telah ditetapkan, orang yang telah diusir dari istana Saul, yang telah melarikan diri ke gunung dan bukit‑bukit dan ke gua‑gua untuk menyelamatkan hidupnya, segera akan menerima kehormatan yang tertinggi yang pernah diberikan oleh manusia kepada sesamanya. Para imam dan tua‑tua, dengan berpakaian jubah suci mereka, para pegawai dan tentara dengan ketopong dan tombak yang berkilauan, dan orang‑orang asing dari tempat yang jauh, berdiri untuk menyaksikan pelantikan diri raja yang terpilih itu. Daud mengenakan jubah kerajaan. Minyak yang suci itu dikenakan ke atas dahinya oleh imam besar, oleh karena pengurapan yang dilakukan oleh Samuel merupakan satu nubuatan tentang apa yang akan terjadi pada waktu pelantikan raja itu. Saatnya telah tiba, dan Daud, melalui suatu upacara yang khidmat, telah diasingkan kepada jabatannya sebagai wakil Allah. Tongkat kerajaan diberikan kepada tangannya. Janji bahwa dia akan memerintah dengan adil telah dituliskan, dan orang banyak pun menyatakan sumpah setia mereka. Mahkota itu diletakkan di atas kepalanya, dan upacara pelantikan pun berakhirlah. Israel mempunyai seorang raja yang telah diangkat oleh Ilahi. Ia yang dengan sabar telah menunggu akan Tuhan, melihat janji Allah telah digenapkan. "Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab Tuhan, Allah semesta alam, menyertainya." 2 Samuel 5:10.
No comments:
Post a Comment