Sekali lagi perang diumumkan antara Israel dengan Filistin. "Orang-orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak maju, dan berkemah dekat Sunem," di ujung sebelah utara padang Yizriel; sementara Saul dan bala tentaranya berkemah beberapa mil jaraknya, di kaki bukit Gilboa, di perbatasan Selatan padang itu. Di atas bukit inilah Gideon, bersama dengan tiga ratus tentaranya, telah mengusir bala tentara Midian. Tetapi Roh yang mengilhami pembebas Israel itu amatlah berbeda daripada apa yang sekarang ini menggerakkan hati raja. Gideon pergi berperang dengan disertai iman yang kuat kepada Allah Yakub yang Mahakuasa; tetapi Saul merasa dirinya sendirian dan tidak berdaya, oleh karena Allah telah meninggalkan dia. Apabila ia memandang kepada bala tentara Filistin itu, "maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar."
Saul telah mengetahui bahwa Daud dan tentaranya ada bersama‑sama dengan orang Filistin, dan ia mengharapkan bahwa anak Isai itu akan mengambil kesempatan ini untuk membalas dendam terhadap segala penderitaan yang telah dialaminya. Raja berada dalam keadaan yang tertekan sekali. Oleh nafsunya yang tidak beralasan itu yang mendorong dia untuk membunuh orang yang sudah dipilih Allah, yang telah melibatkan bangsa itu ke dalam suatu mara bahaya yang amat hebat itu. Sementara ia sedang asyik mengejar Daud ia telah mengabaikan pertahanan kerajaan itu. Orang Filistin, yang mengambil keuntungan dari keadaan lengah ini, telah menembus ke jantung negeri itu. Dengan demikian sementara Setan mendorong Saul untuk menggunakan segenap tenaganya memburu Daud agar ia dapat membunuhnya, Roh jahat yang serupa pula telah mendorong orang Filistin menggunakan kesempatan itu untuk membinasakan Saul, dan menghancurkan umat Allah! Ia bekerja di dalam hati beberapa orang yang tidak berserah untuk membangkitkan iri hati dan persengketaan di dalam gereja, dan kemudian, dengan mengambil keuntungan dari keadaan perpecahan umat Allah ini, ia menggerakkan alat‑alatnya untuk menghancurkan mereka.
Pada keesokan harinya Saul harus berperang dengan orang Israel. Bayangan gelap daripada kehancuran yang akan terjadi dengan segera itu menyelimuti dirinya; ia merindukan pertolongan dan bimbingan. Akan tetapi sia‑sialah usahanya untuk mencari nasihat dari Allah. "Tetapi Tuhan tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi." Tuhan tidak pernah mengusir satu jiwa yang datang kepada‑Nya dengan sungguh‑sungguh dan dengan rendah hati. Mengapakah Ia telah membiarkan Saul pergi tanpa memberikan suatu jawab? Raja dengan tindakannya sendiri telah meniadakan keuntungan daripada segala cara untuk bertanya kepada Allah. Ia telah menolak nasihat Samuel nabi itu, ia telah membuang Daud, orang yang sudah dipilih Allah itu; ia telah membantai imam‑imam Tuhan. Dapatkah ia berharap untuk dijawab oleh Tuhan setelah ia memutuskan segala saluran komunikasi yang telah ditetapkan surga? Ia telah berdosa terhadap Roh anugerah itu, dan dapatkah ia dijawab oleh mimpi‑mimpi dan Wahyu dari Tuhan? Saul tidak berpaling kepada Tuhan dengan rendah hati dan pertobatan. Bukanlah keampunan dari dosa dan perdamaian yang ia cari, melainkan kelepasan dari musuh‑musuhnya. Oleh kekerasan hati dan pemberontakannya, ia telah memutuskan dirinya dari Allah. Tidak ada jalan kembali kecuali melalui pertobatan dan hati yang hancur; tetapi raja yang congkak itu di dalam keadaan kecewa dan kesulitannya itu, telah bertekad mencari pertolongan dari sumber yang lain.
"Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: 'Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Saul mempunyai satu pengetahuan yang sempurna tentang ilmu tenung. Hal itu dengan tegas telah dilarang oleh Tuhan, dan hukuman mati telah ditentukan terhadap mereka yang menjalankan pekerjaan yang najis ini. Selama masa hidup Samuel, Saul telah memerintahkan agar semua ahli sihir dan mereka yang mempunyai Roh petenung harus dibunuh; tetapi sekarang, pada saat‑saat kekecewaan yang menekan itu, ia telah pergi meminta pertolongan kepada seorang perempuan petenung yang telah dinyatakannya sebagai suatu kekejian.
Kepada raja diberitahukan bahwa ada seorang perempuan yang mempunyai Roh petenung yang hidup di satu tempat yang terpencil di En-Dor. Perempuan ini telah mengadakan satu perjanjian dengan Setan bahwa ia akan menyerahkan dirinya atas pengendaliannya, untuk melaksanakan maksud‑maksudnya; dan sebaliknya, penghulu kejahatan itu telah mengadakan tanda‑tanda ajaib baginya dan menyatakan perkara‑perkara yang tersembunyi kepadanya.
Dengan menyamar, Saul telah pergi pada waktu malam bersama dengan dua orang pengawalnya, untuk mencari tempat tinggal ahli tenung itu. Oh, betapa suatu pemandangan yang amat menyedihkan! Raja Israel telah ditawan oleh Setan atas kemauannya sendiri! Jalan apakah yang lebih gelap daripada yang dapat dipijak oleh kaki manusia seperti yang telah dipilih oleh seorang yang telah memaksakan kehendaknya, sambil menolak pengaruh yang suci dan Roh Allah! Perhambaan apakah yang begitu mengerikan seperti perhambaan seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada kekuasaan tirani yang paling kejam‑‑yaitu dirinya sendiri! Berharap kepada Allah, dan penurutan kepada kehendak‑Nya adalah syarat‑syarat atas mana Saul bisa menjadi raja Israel. Jikalau ia telah menggenapi syarat‑syarat ini selama masa pemerintahannya, kerajaannya akan aman; Allah akan menjadi pembimbingnya, dan Yang Mahakuasa itu menjadi pelindungnya. Allah telah bersikap sabar terhadap Saul; dan sekalipun pemberontakan dan kecongkakannya itu hampir‑hampir menghilangkan suara Ilahi di dalam jiwanya, masih ada kesempatan untuk bertobat. Tetapi bilamana di dalam bahaya ia telah berpaling dari Allah untuk memperoleh terang dari seorang sahabat Setan, maka ia telah memutuskan ikatan yang terakhir yang menghubungkan dirinya kepada Khaliknya; ia telah menempatkan diri seluruhnya di bawah pengendalian kuasa Iblis yang selama bertahun‑tahun telah dijalankan terhadap dirinya, dan yang telah membawa dia ke tepi jurang kebencian.
Di dalam kegelapan Saul dan pengawal‑pengawalnya itu telah menyusuri jalan mereka menyeberangi padang itu, dan setelah dengan selamat berhasil melewati bala tentara Filistin, mereka telah mendaki sebuah gunung, terus sampai ke rumah ahli tenung yang terpencil itu. Di tempat ini perempuan ahli tenung itu telah menyembunyikan diri agar ia dengan diam‑diam dapat meneruskan pekerjaan sihirnya yang keji itu. Sekalipun ia telah menyamar, perawakan Saul yang tinggi dan pembawaannya sebagai seorang raja menyatakan bahwa dia bukanlah hanya sekadar tentara biasa. Perempuan itu menaruh curiga bahwa pengunjungnya itu adalah Saul, dan pemberiannya yang amat mahal itu telah menguatkan kecurigaannya. Kepada permohonannya, "Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu," perempuan itu menjawab, "tentu engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan Roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?" Kemudian "bersumpahlah Saul kepadanya demi Tuhan, katanya: Demi Tuhan yang hidup, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu karena perkara ini." Dan pada waktu ia berkata, "Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?" ia menjawab, "Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku."
Setelah menjalankan tenungnya itu, ia berkata, "'Aku melihat sesuatu yang Ilahi muncul dari dalam bumi.... ' 'Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah.' Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah."
Bukanlah nabi Allah yang suci itu yang telah bangkit atas perintah perempuan petenung itu. Samuel tidak hadir di tempat Roh‑Roh jahat itu. Penampilan yang gaib itu telah dihasilkan hanya oleh kuasa Setan. Dengan mudahnya ia dapat menyaru dalam bentuk Samuel sebagaimana ia menyaru sebagai seorang malaikat yang suci, pada waktu ia menggoda Kristus di padang belantara.
Ucapan yang pertama perempuan itu pada waktu berada di dalam tenungannya itu telah ditujukan kepada raja, "Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!" Dengan demikian tindakan yang pertama Roh jahat yang menyerupai nabi itu adalah berkata‑kata kepada perempuan itu dengan secara diam‑diam, untuk mengamarkan kepadanya tentang tipu daya yang telah diadakan terhadap dirinya. Berita untuk Saul dari orang yang menyerupai nabi itu adalah, "'Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?' Kata Saul: 'Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat."
Pada waktu Samuel masih hidup, Saul telah menolak nasihatnya dan ia telah marah pada waktu ditegur. Tetapi sekarang, pada saat‑saat kesulitan dan malapetaka yang mengancam, ia merasa bahwa petunjuk dari nabi adalah satu‑satunya pengharapannya, dan agar supaya ia dapat berhubungan dengan duta surga ia dengan sia‑sia telah pergi meminta tolong kepada pesuruh neraka! Saul telah menempatkan diri sepenuhnya di bawah kuasa Setan; dan sekarang Setan yang hanya senang untuk membuat manusia menderita dan binasa, telah menggunakan kesempatan ini dengan sebaik‑baiknya untuk membinasakan raja yang malang ini. Sebagai jawab atas permohonan Saul datanglah satu kabar yang amat mengerikan, seolah‑olah datangnya dari Samuel:
"Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal Tuhan telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu? Tuhan telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankan-Nya dengan perantaraanku, yakni Tuhan telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada Daud. Karena engkau tidak mendengarkan suara Tuhan dan tidak melaksanakan murka-Nya yang bernyala-nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya Tuhan melakukan hal itu kepadamu pada hari ini. Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan Tuhan ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan Tuhan ke dalam tangan orang Filistin."
Selama masa pemberontakannya itu Saul telah ditipu dan dibujuk oleh Setan. Pekerjaan si penggodalah meremehkan dosa, untuk menjadikan jalan pelanggaran itu mudah dan menarik, untuk membutakan pikiran terhadap amaran dan ancaman dari Tuhan. Setan, oleh kuasa tipu dayanya, telah menuntun Saul untuk membenarkan dirinya dalam menentang teguran serta amaran Samuel. Tetapi sekarang pada saat‑saat ia menghadapi kesulitan, ia telah berpaling kepadanya, sambil menghadapkan kekejian dosanya dan tidak adanya harapan untuk beroleh keampunan, agar ia dapat mendesak dia ke dalam keadaan putus asa. Tidak ada sesuatu yang lebih baik yang dapat dipilihnya untuk menghancurkan semangat Saul dan mengacau‑balaukan pertimbangannya, atau mendorong dia kepada keadaan kekecewaan serta kebinasaan.
Saul merasa letih oleh karena puasa; ia digentarkan dan dihukum oleh hati nuraninya. Apabila ramalan yang mengerikan itu terdengar oleh telinganya, tubuhnya goyah seperti pohon ek yang ditiup oleh topan, dan ia jatuh terjerembab ke tanah.
Petenung itu menjadi panik. Raja Israel tersungkur di hadapannya seperti orang mati. Kalau ia mati di tempat kediamannya itu, apakah akibatnya terhadap dirinya? Ia menyuruhnya untuk bangkit dan makan, sambil mengatakan bahwa oleh karena dia telah membahayakan dirinya dengan memenuhi permintaan raja, maka raja harus mengabulkan permintaannya demi untuk keselamatan hidupnya sendiri. Hamba‑hambanya pun membujuknya, dan akhirnya Saul menyerah dan perempuan itu menyajikan di hadapannya anak lembu yang gemuk dan roti yang tidak beragi yang disediakannya dengan tergesa‑gesa. Betapa sebuah pemandangan--di dalam gua petenung, yang sesaat sebelumnya telah mendengungkan ucapan kutuk itu--di hadapan pesuruh Setan‑‑ia yang telah diurapi Allah sebagai raja Israel telah duduk makan, sebagai persiapan untuk peperangan yang dahsyat hari itu.
Sebelum fajar menyingsing bersama‑sama dengan para pengawalnya itu ia telah kembali ke perkemahan Israel, bersiap sedia menghadapi peperangan. Dengan mencari nasihat dari Roh kegelapan itu Saul telah membinasakan dirinya sendiri. Tertekan oleh kegentaran dan kekecewaan, mustahillah baginya membakar semangat tentara‑tentaranya. Terpisah dari Sumber kekuatan, ia tidak dapat menuntun pikiran orang Israel memandang kepada Allah sebagai penolong mereka. Dengan demikian ramalan yang buruk itu akan terjadi dengan sendirinya.
Di padang Sunem dan di lereng gunung Gilboa bala tentara Israel dan bala tentara Filistin telah berhadapan untuk bertarung. Sekalipun peristiwa yang mengerikan di gua Endor telah melenyapkan segala harapan dari hatinya, Saul berperang dengan segenap kekuatannya untuk mempertahankan takhta dan kerajaannya. Tetapi sia‑sia belaka. "Orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa." Tiga anak‑anak lelakinya yang gagah berani itu mati di sisinya. Pasukan pemanah mendesak Saul. Ia telah melihat tentara‑tentaranya bergelimpangan di sekelilingnya dan putra‑putra mahkotanya tewas dimakan pedang. Ia sendiri terluka, ia tidak dapat berperang atau terbang. Tidak mungkin melarikan diri, dan ia bertekad tidak mau ditangkap hidup‑hidup oleh Filistin, maka ia telah memerintahkan si pembawa senjatanya itu, "Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku." Apabila orang itu menolak mengangkat tangannya untuk membunuh orang yang sudah diurapi Allah itu, Saul telah membunuh dirinya dengan merebahkan dirinya ke atas pedangnya.
Dengan demikian binasalah raja Israel yang pertama itu, dengan dosa membunuh dirinya sendiri tertanggung atas jiwanya. Hidupnya merupakan satu kegagalan, dan ia telah pergi dalam keadaan yang hina dan kecewa, oleh sebab ia telah memaksakan kehendaknya yang sudah rusak itu melawan kehendak Allah.
Kabar tentang kekalahan itu telah tersebar luas, menimbulkan kegentaran kepada bangsa Israel. Orang banyak melarikan diri dari kota‑kota, dan orang Filistin telah mengambil segala harta benda yang tertinggal. Pemerintahan Saul, terpisah dari Allah, nyaris mendatangkan kehancuran kepada bangsanya.
Pada hari setelah terjadinya peperangan itu, bangsa Filistin, dengan menyelidiki seluruh medan perang untuk mengambil barang‑barang orang‑orang yang sudah terbunuh itu, telah menemukan tubuh Saul dan ketiga anak lelakinya. Untuk melengkapkan kemenangan mereka, mereka telah memenggal kepala Saul dan mengambil senjatanya; kemudian kepala dan senjatanya yang berlumuran darah itu, dikirim ke negeri Filistin sebagai tanda kemenangan, "dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk menyampaikan kabar itu di kuil berhalanya dan kepada rakyat." Senjata itu akhirnya disimpan di dalam "kuil Asytoret," sementara kepalanya dipakukannya di dalam rumah berhala Dagon. Dengan demikian kemuliaan daripada kemenangan mereka itu telah diberikan kepada kuasa dewa‑dewa palsu ini, dan nama Tuhan pun telah dihinakan.
Mayat Saul dan ketiga anaknya telah diseret ke Bet‑Sean, satu kota yang tidak jauh dari Gilboa, dan dekat dengan sungai Yordan. Di tempat ini mayat‑mayat itu digantung dengan rantai untuk dijadikan makanan kepada burung‑burung yang buas. Tetapi orang‑orang yang berani dari Yabesy‑Gilead, sambil mengingat kelepasan yang telah diadakan oleh Saul terhadap kota mereka pada tahun‑tahun permulaan yang baik dari pemerintahannya, sekarang menyatakan rasa terima kasih mereka dengan mengambil mayat raja dan putra‑putranya, dan menguburkannya dengan cara yang hormat. Dengan menyeberangi sungai Yordan pada waktu malam, mereka "mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesy dan membakar mayat-mayat itu di sana. Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesy. Sesudah itu berpuasalah mereka tujuh hari lamanya. Dengan demikian perbuatan yang agung yang telah diperbuatnya empat puluh hari sebelumnya, telah menolong menguburkan Saul dan ketiga anaknya oleh tangan‑tangan yang berkemurahan pada jam‑jam yang gelap dari kekalahan dan kehinaan itu.
No comments:
Post a Comment