Dengan hati yang dipenuhi kesukaan dan iman yang dibaharui kepada Allah, bala tentara Israel yang menang itu telah kembali dari Bazan. Mereka telah berhasil memperoleh satu daerah yang amat berharga, dan mereka merasa yakin akan dapat dengan segera menaklukkan tanah Kanaan. Hanya sungai Yarden saja yang memisah mereka dengan Tanah Perjanjian. Tepat di seberang sungai itu terdapat suatu padang yang subur, dipenuhi dengan tanaman‑tanaman hijau, diairi oleh mata air yang berkelimpahan, dan dinaungi oleh pohon‑pohon palem yang indah. Di perbatasan sebelah barat padang itu berdiri menara‑menara dan istana‑istana Yerikho, yang dipenuhi oleh pohon‑pohon palem sedemikian rupa sehingga disebut "kota pohon palem."
Di sebelah timur sungai Yordan, di antara sungai itu dengan dataran tinggi yang telah mereka lalui, terdapat juga sebuah padang datar, beberapa mil lebarnya dan terbentang di sepanjang sungai itu. Lembah yang terlindung ini beriklim tropis; di sini bertumbuh dengan suburnya pohon‑pohon sitim, sehingga itu disebut, "Lembah Sitim." Di tempat inilah bangsa Israel telah berkemah, dan di kebun‑kebun pohon sitim yang terletak di tepi sungai inilah mereka menemukan satu tempat yang baik untuk tinggal.
Tetapi di tengah‑tengah pemandangan yang menarik ini mereka harus menghadapi satu bahaya yang lebih hebat daripada bala tentara yang bersenjata atau pun binatang‑binatang buas yang ada di padang belantara. Negeri ini, yang berkelimpahan di dalam kekayaan alamnya, telah dinodai oleh penduduknya. Di dalam perbaktian umum kepada Baal, ilah mereka yang terkemuka, perbuatan‑perbuatan yang paling mesum dan jahat selalu dilakukan. Di mana‑mana terdapat tempat‑tempat penyembahan berhala dan perzinahan, sedangkan nama‑nama tempat‑tempat itu sendiri menggambarkan kejahatan penduduknya.
Keadaan sekeliling seperti ini telah memberikan satu pengaruh yang dapat mengotori Israel. Pikiran mereka menjadi biasa dengan pikiran‑pikiran jahat yang selalu dihadapkan kepada mereka; kehidupan mereka yang senang dan bermalas‑malasan telah menghasilkan pengaruh yang merusak; dan dengan tidak disadarinya mereka sedang memisahkan diri dari Allah dan memasuki satu keadaan dimana mereka akan jatuh sebagai satu mangsa yang empuk terhadap penggodaan.
Selama masa perkemahan mereka di tepi sungai Yordan, Musa sedang mempersiapkan penyerangan ke tanah Kanaan. Di dalam pekerjaan ini Musa sedang memusatkan segenap perhatiannya; tetapi kepada orang banyak waktu yang senggang dan menunggu‑nunggu ini merupakan satu ujian yang amat berat, dan sebelum beberapa minggu berlalu sejarah mereka telah dinodai oleh kemurtadan yang amat mengerikan dari kesetiaan dan kebajikan.
Mula‑mula terdapat hubungan yang sedikit antara Israel dengan tetangga‑tetangga mereka yang kafir itu, tetapi setelah beberapa waktu perempuan‑perempuan Midian mulai menyelinap memasuki perkemahan Israel. Kehadiran mereka di tempat itu tidak menimbulkan kepanikan, dan rencana ini diatur dengan begitu tenang sehingga Musa sendiri pun tidak memperhatikannya. Perempuan‑perempuan ini bertujuan, di dalam pergaulan mereka dengan orang Israel, untuk menuntun mereka kepada pelanggaran hukum Allah, untuk menarik perhatian mereka kepada upacara‑upacara dan adat kebiasaan kafir, dan memimpin mereka kepada penyembahan berhala. Motif ini disembunyikan di bawah jubah persahabatan, sehingga mereka tidak dicurigai, sekalipun oleh pemimpin‑pemimpin bangsa itu.
Atas usul Bileam, satu pesta meriah untuk menghormati ilah‑ilah mereka telah ditetapkan oleh raja Moab, dan dengan sembunyi‑sembunyi telah diatur agar Bileam mengajak orang Israel menghadirinya. Ia dianggap oleh mereka sebagai nabi Allah, dan oleh sebab itu sedikit saja kesulitan yang akan dihadapinya sehubungan dengan rencana itu. Banyak sekali dari orang Israel ikut bersama dengan dia menyaksikan upacara perbaktian itu. Mereka telah memberanikan diri melangkah ke daerah yang terlarang dan telah terjerat dalam perangkap Setan. Digelapkan oleh musik dan tarian‑tarian, terpesona oleh kecantikan perempuan‑perempuan kafir itu, mereka telah meninggalkan kesetiaan mereka terhadap Tuhan. Apabila mereka ikut serta dalam pesta‑pesta kekafiran itu, minuman anggur telah merusakkan indera mereka, dan menghancurkan pagar pengendalian diri. Nafsu menguasai diri mereka sepenuhnya, dan setelah menodai hati nurani mereka oleh perbuatan mesum, mereka pun terbujuk menyembah berhala‑berhala. Mereka mempersembahkan korban di atas mezbah kafir dan turut ambil bagian dalam upacara‑upacara yang paling keji.
Dalam waktu yang tidak lama racun itu pun telah merajalela, seperti satu wabah maut, di seluruh perkemahan Israel. Mereka yang akan dapat menaklukkan musuh mereka dalam peperangan telah ditaklukkan oleh muslihat perempuan‑perempuan kafir. Bangsa itu kelihatannya benar‑benar dibodohi. Penghulu‑penghulu dan pemimpin‑pemimpin termasuk di antara mereka yang paling pertama mengadakan pelanggaran, dan begitu banyak dari orang Israel itu telah bersalah sehingga kemurtadan itu telah menyeluruh di antara bangsa itu. "Israel berpasangan dengan Baal Peor." Pada waktu Musa bangkit untuk melihat kejahatan itu, muslihat musuh mereka telah begitu berhasil sehingga bukan saja Israel ambil bagian dalam perbaktian mesum di gunung Peor, tetapi upacara kekafiran itu telah diikuti di dalam perkemahan Israel. Pemimpin yang sudah tua ini dipenuhi oleh kemarahan, dan murka Allah menyala‑nyala.
Perbuatan‑perbuatan jahat mereka ini telah menyebabkan sesuatu terhadap Israel yang tidak dapat diperbuat oleh segala tenungan Bileam--perbuatan keji mereka itu telah memisahkan mereka dari Tuhan. Oleh pehukuman yang datang dengan segera orang banyak itu telah dapat menyadari akan kejinya dosa mereka. Satu bala sampar yang dahsyat telah melanda perkemahan mereka, dan dengan cepat puluhan ribu telah jatuh sebagai korbannya. Allah memerintahkan agar supaya pemimpin‑pemimpin kemurtadan ini dihukum mati oleh tua‑tua Israel. Perintah ini dengan segera diturut. Yang berbuat dosa itu dibinasakan, kemudian mayat mereka digantung di hadapan segenap bangsa Israel agar perhimpunan itu, melihat pemimpin‑pemimpin mereka telah diperlakukan dengan begitu ngerinya, dapat menyadari dengan sedalam‑dalamnya akan kebencian Allah terhadap dosa mereka dan kehebatan murka‑Nya terhadap mereka.
Semua orang merasa bahwa hukuman itu adil dan mereka cepat‑cepat pergi ke baitsuci, dengan disertai air mata dan kerendahan hati mengakui segala dosa mereka. Sementara mereka sedang menangis di hadapan Allah, di pintu baitsuci, sementara bala sampar itu masih merajalela dan tua‑tua Israel sedang melaksanakan tugas maut mereka, Zimri, salah seorang dari orang‑orang bangsawan Israel, dengan beraninya datang ke dalam perkemahan, dengan ditemani oleh seorang perempuan sundal orang Midian, seorang "penghulu suku bangsa Midian" yang ia bawa ke tendanya. Belum pernah ada satu tindakan kejahatan yang seberani dan senekat seperti ini. Mabuk oleh air anggur, Zimri menyatakan "dosanya seperti Sodom" dan ia bermegah‑megah dalam perbuatan kehinaannya itu. Imam‑imam dan pemimpin‑pemimpin bersujud dengan rasa sedih dan penyesalan, menangis "di antara serambi baitsuci dengan mezbah itu" sambil memohon kepada Tuhan untuk membiarkan umat‑Nya hidup dan jangan membiarkan milik‑Nya itu dinista oleh bangsa lain, pada waktu penghulu Israel ini berbuat dosanya di hadapan perhimpunan itu, seolah‑olah menentang murka Allah dan mengolok‑olok hakim‑hakim bangsa itu. Pinehas, anak Eliezer imam besar itu, bangkit dari antara perhimpunan itu, dan sambil membawa sebatang tombak, "mengejar orang Israel itu sampai ke ruang tengah," dan kemudian membinasakan keduanya. Dengan cara demikian bala sampar itupun dihentikan, sementara imam yang telah melaksanakan hukuman Ilahi itu telah dihormati di hadapan segenap bangsa Israel, dan keimamatan pun telah diberikan kepadanya dan kepada rumah tangganya untuk selama‑lamanya.
Pinehas "telah menyurutkan murka-Ku dari pada orang Israel," adalah pekabaran Ilahi; "Sebab itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian keselamatan yang dari pada-Ku untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel."
Hukuman yang dijatuhkan ke atas Israel oleh karena dosa mereka di Sitim, telah membinasakan sisa daripada sekelompok besar orang‑orang, yang hampir empat puluh tahun sebelumnya, telah terkena hukuman, "Pastilah mereka mati di padang gurun." Pada waktu dihitungnya orang banyak itu atas perintah Ilahi, selama perkemahan mereka di padang Yordan, menunjukkan bahwa "Di antara mereka tidak ada terdapat seorang pun yang dicatat Musa dan imam Harun, ketika keduanya mencatat orang Israel di padang gurun Sinai. . . tidak ada seorang pun yang masih tinggal hidup selain dari Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun." Bilangan 26:64, 65.
Tuhan telah menjatuhkan hukuman ke atas orang Israel karena telah menyerah kepada tipu daya orang Midian, tetapi si penggoda itu tidak terlepas dari murka keadilan Ilahi. Bangsa Amalek, yang telah menyerang Israel di Rafidim, yang membinasakan mereka yang dalam keadaan letih lesu di bahagian belakang dari tentara Israel, tidak dibinasakan sampai bertahun‑tahun kemudian; tetapi bangsa Midian yang telah menyesatkan mereka ke dalam dosa dengan segera merasakan hukuman Allah, karena hal ini dianggap sebagai musuh yang lebih berbahaya. "Lakukanlah pembalasan orang Israel kepada orang Midian" (Bilangan 31:2), adalah perintah Allah kepada Musa; "kemudian engkau akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu." Perintah ini dengan segera diturut. Seribu orang telah dipilih dari setiap suku bangsa dan telah diutus di bawah pimpinan Pinehas. "Kemudian berperanglah mereka melawan Midian, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.... Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, mereka pun membunuh juga raja-raja Midian, . . . kelima raja Midian, juga Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang." Ayat 7, 8. Perempuan‑perempuan itu juga, yang telah berhasil ditawan oleh tentara mereka, telah dibunuh atas perintah Musa, sebagai musuh Israel yang paling bersalah dan berbahaya.
Demikianlah kesudahan mereka yang telah merencanakan kejahatan atas diri umat Allah. Pemazmur berkata, "Bangsa-bangsa terbenam dalam pelubang yang dibuatnya, kakinya tertangkap dalam jaring yang dipasangnya sendiri." Mazmur 9:16. "Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya; sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan akan diikuti oleh semua orang yang tulus hati." Apabila manusia "bersekongkol melawan jiwa orang benar," maka Tuhan "akan membalas kepada mereka perbuatan jahat mereka, dan karena kejahatan mereka Ia akan membinasakan mereka; Tuhan, Allah kita, akan membinasakan mereka." Mazmur 94:14, 15, 21, 23.
Pada waktu Bileam dipanggil untuk mengutuk bani Israel, ia tidak dapat, oleh segala tenungannya, mendatangkan yang jahat kepada mereka; karena tiada dipandang‑Nya "kepincangan di antara keturunan Yakub," ataupun "dilihat kesukaran di antara orang Israel." Bilangan 23:21. Tetapi bilamana mereka melanggar hukum Allah dengan menyerah kepada pencobaan, maka pertahanan mereka pun hilanglah. Apabila umat Allah tetap setia kepada perintah‑perintah‑Nya, "sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel." Ayat 23. Oleh sebab itu segala kuasa dan tipu daya Setan diadakan untuk menuntun Israel berbuat dosa. Jikalau mereka yang mengaku sebagai pemelihara hukum Allah menjadi pelanggar‑pelanggar peraturan‑peraturannya, maka mereka telah memisahkan diri dari Allah, dan mereka tidak akan sanggup bertahan di hadapan musuh mereka.
Orang‑orang Israel, yang tidak dapat dikalahkan oleh senjata atau pun tenungan orang Midian, telah menjadi mangsa perempuan‑perempuan sundal. Demikianlah kuasa kaum wanita, yang menggabungkan diri dalam pelayanan kepada Setan, telah diadakan untuk menjerat dan membinasakan jiwa. "Karena banyaklah orang yang gugur ditewaskannya, sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya." Amsal 7:26. Dengan cara yang sama anak‑anak Set telah ditipu sehingga menyimpang dari kesetiaan mereka, dan benih yang suci itu pun telah dinodai. Dengan cara seperti itu pula Yusuf digoda. Dengan cara ini juga Simson telah menyerahkan kekuatannya, pembela Israel, ke dalam tangan orang Filistin. Di dalam hal ini Daud telah jatuh. Dan Solaiman, yang paling bijaksana dari antara raja‑raja, yang untuk tiga kali telah disebut sebagai orang yang dikasihi Allah, telah menjadi hamba nafsu, dan mengorbankan kesetiaannya kepada kuasa yang menyesatkah itu.
"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!." 1 Korintus 10:11, 12. Setan mengetahui dengan baik materi yang harus dihadapinya di dalam hati manusia. Ia mengetahui karena ia telah mempelajarinya dengan sungguh‑sungguh selama beribu‑ribu tahun titik‑titik kelemahan yang paling mudah untuk dikalahkannya di dalam setiap manusia; dan sepanjang generasi‑generasi berikutnya ia telah berhasil menjatuhkan orang‑orang yang paling kuat, penghulu‑penghulu Israel, oleh pencobaan yang sama yang sangat berhasil di Baal‑Peor. Sepanjang zaman terlihat puing‑puing tabiat orang‑orang yang telah kandas di atas batu karang pemanjaan nafsu. Apabila kita mendekati kesudahan zaman, apabila umat Allah berdiri di perbatasan Kanaan surgawi, Setan akan, seperti pada zaman dulu, melipatgandakan usahanya untuk menghalangi mereka memasuki tanah yang baik itu. Ia meletakkan jeratnya bagi setiap jiwa. Bukan hanya orang‑orang yang bodoh dan yang tidak terdidik saja yang harus berjaga‑jaga, ia akan menyediakan penggodaannya bagi mereka yang berada pada jabatan yang tertinggi, dalam jabatan yang paling suci; jikalau ia dapat menuntun mereka untuk menodai jiwa mereka, maka ia, melalui mereka, akan dapat membinasakan banyak orang. Dan ia menggunakan alat‑alat yang sama sekarang ini seperti yang telah dipakainya tiga ribu tahun yang telah silam. Oleh pergaulan duniawi, oleh kecantikan, oleh mencari kepelesiran, pesta‑pora, atau cawan anggur, ia menggoda manusia untuk melanggar hukum yang Ketujuh.
Setan telah menyesatkan bangsa Israel ke dalam perbuatan cabul sebelum memimpin mereka ke dalam penyembahan berhala. Mereka yang menghinakan peta Allah dan menodai baitsuci‑Nya yang ada di dalam tubuhnya tidak akan segan‑segan untuk berbuat sesuatu yang menghina Allah dengan hal‑hal yang akan memuaskan keinginan hati mereka yang sudah rusak. Pemanjaan hawa nafsu melemahkan pikiran dan merusak jiwa. Kuasa akhlak dan pikiran digelapkan dan dilumpuhkan oleh pemanjaan nafsu kebinatangan; dan adalah mustahil bagi hamba nafsu untuk menyadari tanggung jawab yang suci dari hukum Allah, untuk menghargai penebusan atau memberikan suatu penilaian yang sebenarnya atas jiwa. Kebajikan, kesucian dan kebenaran, hormat kepada Allah dan kasih bagi perkara‑perkara yang suci--segala kasih yang suci dan keinginan‑keinginan yang luhur yang menghubungkan manusia dengan surge dimusnahkan oleh api nafsu. Jiwa menjadi satu tempat yang gelap dan sunyi, tempat tinggalnya roh‑roh jahat dan "sangkar daripada segala burung yang kotor dan keji." Makhluk‑makhluk yang diciptakan atas peta Allah telah diseret ke bawah ke taraf binatang.
Dengan bergaul dengan penyembah‑penyembah berhala serta ikut dalam upacara‑upacara pesta mereka dimana bangsa Israel telah dituntun untuk melanggar hukum Allah dan mendatangkan hukuman‑Nya ke atas bangsa itu. Demikian pula sekarang ini adalah oleh menuntun pengikut‑pengikut Kristus untuk bergaul dengan orang‑orang yang tidak bertuhan, dan ikut serta dalam kepelesiran mereka dimana Setan paling berhasil dalam menjatuhkan mereka ke dalam dosa. "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, Firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis." 2 Korintus 6:17. Tuhan menuntut umat‑Nya sekarang ini untuk berbeda dari dunia dalam kebiasaan, dalam adat dan prinsip, seperti halnya Ia telah menuntut Israel pada zaman dahulu. Jikalau mereka setia mengikuti ajaran‑ajaran Firman‑Nya, perbedaan ini akan terlihat; itu tidak bisa menjadi sebaliknya. Amaran‑amaran yang telah diberikan kepada bangsa Ibrani terhadap pergaulan dengan orang kafir tidaklah lebih ketat dan lebih tegas daripada amaran‑amaran yang melarang orang‑orang Kristen untuk meniru‑niru roh dan adat kebiasaan orang‑orang yang tidak bertuhan. Kristus berkata kepada kita, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." 1 Yohanes 2:15. "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." Yakobus 4:4. Pengikut‑pengikut Kristus harus memisahkan diri dari orang‑orang berdosa, memilih untuk bersahabat dengan mereka hanya bilamana ada kesempatan untuk berbuat kebajikan kepada mereka. Kita harus berusaha sedapat‑dapatnya menjauhkan diri dari persahabatan dengan mereka yang akan memberikan pengaruh yang akan memalingkan kita dari Tuhan. Sementara kita berdoa, "Jangan bawa kami ke dalam pencobaan," kita harus menjauhkan diri dari pencobaan sedapat‑dapatnya.
Pada waktu bangsa Israel berada dalam satu keadaan yang senang dan amanlah mereka telah dituntun ke dalam dosa. Mereka telah gagal untuk membiarkan Allah selalu ada di hadapan mereka, mereka melalaikan doa, dan memanjakan roh percaya kepada diri sendiri. Kesenangan dan pemanjaan diri telah menyebabkan benteng jiwa tidak dijaga dan pikiran‑pikiran yang merusak pun telah memasukinya. Pengkhianat‑pengkhianat di dalam bentenglah yang telah membinasakan prinsip‑prinsip, dan menyerahkan Israel ke dalam tangan Setan. Dengan cara demikianlah Setan masih tetap berusaha untuk membinasakan jiwa. Satu proses persiapan yang lama, yang tidak diketahui oleh dunia, berlangsung di dalam hati orang Kristen sebelum ia melakukan dosa yang terang‑terangan. Pikiran tidaklah secara mendadak berpindah dari keadaan yang suci dan bersih kepada kemerosotan, kejahatan dan dosa. Ia memerlukan waktu untuk merusak makhluk‑makhluk yang dijadikan dalam peta Allah, supaya merosot menjadi setaraf dengan binatang atau sesuatu yang bersifat Iblis. Oleh memandang kita diubahkan. Dengan pemanjaan pikiran yang kotor, manusia dapat mendidik pikirannya sedemikian rupa sehingga dosa yang dulunya memuakkan dirinya sekarang akan menjadi sesuatu yang menyenangkan baginya.
Setan sedang menggunakan segala alat untuk menjadikan kejahatan dan kemaksiatan itu populer. Kita tidak dapat menyusuri jalan‑jalan di kota besar tanpa melihat adanya perkara‑perkara yang jahat seperti yarig dimuat dalam banyak buku novel, atau yang dipertunjukkan di dalam gedung bioskop. Pikiran dididik supaya biasa dengan dosa. Jalan yang ditempuh orang‑orang jahat dan yang merosot akhlaknya terus‑menerus dihadapkan kepada orang banyak melalui majalah‑majalah sekarang ini, dan segala sesuatu yang dapat membangkitkan hawa nafsu dihadapkan kepada mereka dalam cerita‑cerita yang merangsang. Mereka mendengar dan membaca begitu banyak tentang kejahatan‑kejahatan yang keji sehingga hati nurani yang dulunya begitu peka, yang makin merasa gentar melihat pemandangan‑pemandangan yang mengerikan itu, sekarang menjadi kebal dan mereka sangat menaruh perhatian kepadanya.
Banyak dari antara kepelesiran‑kepelesiran yang populer dewasa ini, sekalipun bagi mereka yang mengaku diri Kristen, cenderung untuk mempunyai tujuan yang sama seperti yang ada pada orang‑orang kafir pada zaman dulu. Hanya sedikit saja di antara mereka yang tidak dijadikan Setan sebagai alat untuk membinasakan jiwa. Melalui drama ia telah bekerja selama berabad‑abad membangkitkan nafsu, dan bersuka‑suka dalam kejahatan. Opera, dengan pemandangan yang mempesonakan serta musik yang merangsang, tarian‑tarian orang yang bertopeng, dansa‑dansi, permainan kartu, Setan telah gunakan untuk menghancurkan benteng prinsip dan membuka pintu kepada pemanjaan hawa nafsu. Di dalam setiap kumpulan untuk mencari kepelesiran dimana kesombongan ditunjukkan dan selera makan dimanjakan, dimana seseorang dituntun untuk melupakan Tuhan dan kehilangan pandangan terhadap perkara‑perkara yang baka, di sanalah Setan sedang mengikatkan belenggunya kepada jiwa‑jiwa manusia.
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan," adalah nasihat dari orang yang bijaksana; "karena dari situlah terpancar kehidupan." Amsal 4:23. Sebagaimana "orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." Amsal 23:7. Hati harus dibaharui oleh anugerah Ilahi, kalau tidak maka sia‑sialah usaha untuk menyucikan hidup. Ia yang mencoba untuk membangun satu tabiat yang agung dan baik tanpa anugerah Kristus adalah sedang membangun rumah di atas pasir. Itu pasti hancur bila dilanda oleh topan pencobaan. Doa Daud haruslah menjadi permohonan dari setiap jiwa: "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh." Mazmur 51:12. Dan setelah menjadi orang‑orang yang ambil bahagian dalam karunia‑karunia surga, kita harus maju terus kepada kesempurnaan, "yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu." 1 Petrus 1:5.
Kita masih mempunyai suatu pekerjaan untuk melawan pencobaan. Mereka yang tidak mau menjadi mangsa alat‑alat Iblis harus menjaga dengan baik akan segala jalan yang menuju kepada jiwa; mereka harus menjauhkan diri dari membaca, melihat atau mendengar hal‑hal yang akan membangkitkan pikiran yang kotor. Pikiran jangan dibiarkan melayang‑layang semaunya kepada perkara‑perkara yang dihadapkan oleh musuh kita. "Waspadalah," kata rasul Petrus, " . . . jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu." 1 Petrus 1:13‑15. Paulus berkata, "Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Filipi 4:8. Ini memerlukan doa yang tekun dan kewaspadaan yang terus‑menerus. Kita harus ditolong oleh kuasa Roh Suci yang tinggal di dalam hati kita, yang akan mengangkat pikiran kita ke atas, dan mengisinya dengan hal‑hal yang suci dan bersih. Dan kita harus mempelajari Firman Allah dengan sungguh‑sungguh. "Dengan apakah orang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan Firman-Mu." "Dalam hatiku," kata pemazmur, "aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau." Mazmur 119: 9, 11.
Dosa Israel di bukit Peor telah mendatangkan hukuman kepada segenap bangsa itu, dan sekalipun dosa yang sama itu tidak akan dihukum secepat itu sekarang ini, dosa‑dosa itu pasti akan menerima ganjarannya. "Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia." 1 Korintus 3:17. Alam telah menetapkan hukuman berat kepada kejahatan‑kejahatan seperti ini hukuman yang, lambat atau segera, akan dijatuhkan kepada orang yang melanggar. Dosa‑dosa seperti inilah lebih daripada yang lainnya, yang telah menyebabkan merosotnya umat manusia, dan juga penyakit serta penderitaan yang menjadi kutuk kepada dunia. Manusia boleh jadi bisa menyembunyikan pelanggaran mereka dari sesama mereka, namun demikian tetap mereka akan menuai akibatnya, dalam penderitaan, penyakit, kebodohan, atau kematian. Dan di seberang kehidupan yang sekarang ini pengadilan surga menunggu, dengan hukuman kekal sebagai ganjarannya. "Bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah," tetapi bersama‑sama dengan Setan dan malaikat‑malaikatnya akan memperoleh bagian mereka di dalam "lautan api" yaitu "kematian yang kedua." Galatia 5:21; Wahyu 20:14.
"Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak, tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang bermata dua." Amsal Solaiman 5:3, 4. "Jauhkanlah jalanmu daripada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya, supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain, dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam; supaya orang lain jangan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, dan hasil susah payahmu jangan masuk ke rumah orang yang tidak dikenal dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa." Ayat 8‑11. "Rumahnya hilang tenggelam ke dalam maut." "Segala orang yang datang kepadanya tidak balik kembali." Amsal Solaiman 2:18, 19. "Dan bahwa orang-orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati." Amsal Solaiman 9:18.
No comments:
Post a Comment