Ekosistem modern antara hewan dan tumbuhan sama seperti yang terjadi pada priode Jurassic, 150 juta tahun yang lalu ketika dinosaurus hidup di bumi.
Tingkat CO2 pada tanah fosil dari priode Jurassic Akhir menggambarkan bahwa iklim, vegetasi dan hewan bervariasi di seluruh planet sejak 150 juta tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan perubahan manusia masa depan tentang iklim global akan sangat berdampak pada kehidupan tumbuhan dan hewan.
Ekosistem Dan Iklim Subur Priode Jurassic
Dalam ekosistem modern, hal itu secara luas diketahui bahwa hewan berkembang di berbagai daerah di mana iklim dan lanskap menghasilkan vegetasi subur. Sebuah studi yang dirilis Southern Methodist University beberapa hari yang lalu, telah membuka beberapa kejelasan tentang hubungan yang sama disekitar 150 juta tahun yang lalu, selama priode Jurassic Akhir ketika dinosaurus menguasai Bumi.
Timothy S. Myers dari Southern Methodist University-Dallas, mengatakan bahwa ekosistem purba sama seperti ekosistem modern saat ini. Untuk menguji teori ini, Myers menganalisis tanah fosil priode Jurassic Akhir dengan cara mengukur rasio isotop karbon. Analisisnya menunjukkan bahwa tanah Jurassic berisi CO2 tingkat tinggi pada vegetasi.
Myers mampu menyimpulkan adanya kehidupan tanaman subur di daerah-daerah tertentu selama priode Jurassic. Tanah berasal dari daerah lokal sebelumnya telah mengumpulkan fosil binatang, seperti di Amerika Utara, Eropa dan Afrika. Dengan menggabungkan data dengan sampel fosil yang dikenal, Myers mengkonfirmasi bahwa hubungan ekosistem modern antara hewan dan tumbuhan sama seperti yang terjadi jutaan tahun yang lalu.
Analisis ini termasuk pertama kali diteliti untuk menerapkan model ekologi pada hubungan tertentu dalam catatan fosil sebelumnya. Tempat yang bisa diteliti relatif sedikit di dunia, baik dalam pencarian sampel fosil terestrial, sehingga penemuan baru dengan metode yang sudah ada merupakan alat yang berguna. Penggunaan baru memungkinkan ilmuwan untuk memanfaatkan data geokimia tanah dari wilayah mana saja dan dari periode lain untuk menyimpulkan temuan relatif pada tumbuhan dan hewan, terutama untuk daerah-daerah di mana sulit ditemukan fosil.
Analisis ini tidak hanya memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang lanskap zaman kuno dan iklim ketika hewan purba masih hidup.
Hal ini juga menggambarkan bahwa iklim dan biota mengalami sistem ekologis yang terhubung selama jutaan tahun, dan perubahan yang disebabkan oleh manusia masa depan pada iklim global akan memiliki dampak besar pada kehidupan tanaman dan hewan di seluruh dunia.
Penerapan Hipotesis Baru Ekosistem Jurassic Akhir
Biasanya para peneliti menghitung jumlah spesies hewan ditemukan di suatu daerah untuk menentukan berapa banyak jenis hewan yang pernah hidup di sana. Dengan menggunakan metode tradisional yang biasanya digunakan untuk memperkirakan karbon dioksida di atmosfer kuno, Myers memperkirakan jumlah CO2 di tanah kuno tersebut. Pengukuran diambil dari Nodul dari Kalsit yang terbentuk di tanah sebagai akibat dari musim basah dan kering. Nodul ini mengambil sisa isotop gas CO2 di sekitarnya, yang merupakan campuran berasal dari dua sumber. Yaitu, atmosfer yang meninggalkan sisa isotop positif, dan tanaman membusuk di dalam tanah yang meninggalkan sisa isotop negatif.
Paleontologis vertebrata selama ini telah mengumpulkan informasi tentang fosil vertebrata priode Jurassic selama lebih dari 100 tahun. Selain itu, geokimia secara sistematis telah mengumpulkan sampel komposisi tanah kuno selama beberapa dekade terakhir. Penggabungan data paleontologi dan geokimia telah menjawab berbagai pertanyaan dalam skala besar tentang ekosistem kuno.
Myers pernah menguji Nodul tanah priode Jurassic yang berasal dari Formasi Morrison di Amerika Serikat bagian barat. Formasi ini memanjang dari Montana hingga New Mexico dan telah menjadi sumber penemuan fosil dinosaurus terbanyak. Dia juga menganalisis Nodul pada tanah Jurassic di Portugal, paleoklimatik wilayah tersebut sangat luas dan mirip dengan Formasi Morrison.
Selain itu, dia menguji sampel inti pada tanah Jurassic di Afrika Tengah, di mana tidak ada bukti adanya kehidupan di daratan. Mineral yang unik pada bebatuan menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki lingkungan gersang selama Jurassic Akhir.
Berdasarkan hipotesis para peneliti melihat variasi regional dalam produktivitas tanaman, jumlah pertumbuhan tanaman baru yang berkembang di daerah dari waktu ke waktu. Hal itu merupakan ukuran tidak langsung dari jumlah tanaman yang hidup di lingkungan. Hutan, sabana dan gurun semua memiliki jumlah yang berbeda pada produktivitas tanaman, meskipun ekosistem tertentu tidak dapat diidentifikasi berdasarkan produktivitas tanaman saja.
Secara keseluruhan, produktivitas tanaman lebih tinggi di Portugal daripada Formasi Morrison, dan produktivitas terendah di Afrika Tengah. Analisis ini membuktikan bahwa ekosistem Jurassic Akhir di Portugal lebih subur, atau mungkin pernah menjadi wilayah khatulistiwa dibanding Afrika.
No comments:
Post a Comment