Hukuman yang dijatuhkan atas bangsa Israel untuk sementara waktu telah membatasi persungutan dan sikap tidak berserah mereka, tetapi roh pemberontakan itu masih ada dalam hati mereka, dan akhirnya telah mengeluarkan buah‑buah yang pahit. Pemberontakan‑pemberontakan yang terdahulu itu hanyalah sekadar merupakan kegaduhan orang banyak saja, yang timbul sebagai akibat perasaan orang banyak yang tidak terkendalikan; tetapi sekarang satu permufakatan yang benar‑benar direncanakan lebih dulu telah diadakan, sebagai satu akibat daripada tekad untuk menggulingkan wewenang para pemimpin‑pemimpin yang telah diangkat oleh Allah Sendiri.
Korah, pemimpin utama pergerakan ini, adalah seorang Lewi, dari keluarga Kehat dan seorang kemenakan Musa; dia adalah seorang yang mempunyai bakat dan juga berpengaruh. Sekali pun telah diangkat untuk melakukan tugas‑tugas dalam baitsuci, ia merasa tidak puas dengan pangkatnya itu, dan bercita‑cita untuk memperoleh martabat keimamatan. Penganugerahan tugas keimamatan kepada Harun dan seisi rumahnya, yang dulunya diberikan kepada anak sulung dari setiap keluarga, telah membangkitkan cemburu dan rasa tidak puas, dan untuk sementara waktu Korah dengan diam‑diam telah menentang wewenang Musa dan Harun, sekalipun ia tidak berani mengadakan pemberontakan yang terbuka. Akhirnya ia merencanakan satu maksud yang berani menggulingkan baik kekuasaan sipil maupun agama. Ia tidak lupa mencari pendukung‑pendukungnya. Di samping kemah‑kemah Korah dan suku bangsa Kehat, di sebelah selatan baitsuci itu, terdapat kemah‑kemah suku bangsa Ruben, dimana terdapat kemah‑kemah Datan dan Abiram, dua orang pemimpin suku ini, yang berdekatan dengan Korah. Kedua pemimpin ini bersedia bergabung dengan muslihatnya yang penuh ambisi itu. Dengan merasa diri sebagai keturunan anak sulung
Yakub, mereka berpendapat bahwa wewenang sipil adalah hak mereka, dan mereka bertekad memberikan kehormatan keimamatan itu kepada Korah.
Keadaan perasaan orang banyak saat itu cocok sekali dengan rencana Korah ini. Di dalam kegetiran kekecewaan mereka itu, perasaan bimbang, cemburu serta kebencian yang dulu‑dulu itu sekarang timbul kembali, dan sekali lagi mereka bersungut kepada pemimpin mereka yang sabar itu. Bangsa Israel tetap kehilangan pandangan terhadap kenyataan bahwa mereka berada di bawah tuntunan Ilahi. Mereka lupa bahwa Malaikat Perjanjian itu adalah pemimpin mereka yang tidak kelihatan, bahwa terlindung di dalam tiang awan itu, kehadiran Kristus berada di hadapan mereka, dan daripada‑Nyalah Musa telah menerima segala petunjuk‑petunjuknya itu.
Mereka enggan menyerah kepada hukuman yang hebat bahwa mereka semua harus mati di padang belantara, dan oleh sebab itu mereka sedia menerima setiap alasan untuk mempercayai bahwa bukanlah Allah melainkan Musa yang telah memimpin mereka, dan yang telah menyatakan kutuk ke atas mereka itu. Usaha yang terbaik dari orang yang paling lemah lembut di atas dunia ini sekalipun tidak dapat meredakan pemberontakan bangsa ini; dan sekalipun tanda murka Allah terhadap kejahatan mereka yang terdahulu itu masih ada di hadapan mereka dengan hancurnya pasukan mereka, dan banyaknya orang yang mati dari antara mereka, tetapi mereka tidak memasukkan pelajaran itu ke dalam hati mereka. Kembali mereka ditaklukkan oleh pencobaan.
Kehidupan Musa yang sederhana sebagai seorang gembala adalah jauh lebih tenteram dan lebih bahagia daripada pangkatnya yang ada sekarang ini sebagai pemimpin perhimpunan yang besar itu, yang mempunyai roh untuk berontak ini. Tetapi Musa tidak berani memilih. Sebagai ganti daripada tongkat gembala, kepadanya telah diberikan satu tongkat kekuasaan, yang tidak dapat diletakkannya kembali kecuali Allah melepaskan dia dari tugasnya.
Ia yang dapat membaca rahasia hati semua orang telah melihat maksud‑maksud Korah dan teman‑temannya, dan memberikan kepada umat‑Nya amaran serta petunjuk yang akan menyanggupkan mereka melepaskan diri dari tipu daya orang‑orang jahat ini. Mereka telah menyaksikan hukuman yang telah jatuh ke atas diri Miryam oleh sebab cemburunya dan persungutannya terhadap Musa. Tuhan telah menyatakan bahwa Musa lebih besar daripada seorang nabi. "Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa Tuhan." "Mengapakah kamu," kata Tuhan, "tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" Bilangan 12:8. Petunjuk‑petunjuk ini bukanlah dimaksudkan hanya untuk Harun dan Miryam saja, tetapi bagi semua orang Israel.
Korah dan teman‑temannya yang sama‑sama mengadakan permupakatan itu adalah orang‑orang yang telah diberi kesempatan menyaksikan pernyataan yang khusus dari kuasa dan kebajikan Allah. Mereka termasuk ke dalam rombongan yang pergi bersama‑sama dengan Musa ke atas gunung untuk menyaksikan kemuliaan Ilahi. Tetapi sejak saat itu satu perubahan telah terjadi. Satu godaan, yang kecil pada mulanya, telah dibiarkan tinggal di dalam diri mereka dan telah menjadi kuat sehingga pikiran mereka telah dikuasai oleh Setan, dan mereka telah berani melakukan perbuatan jahat itu. Sambil mengaku bahwa mereka mempunyai perhatian yang dalam terhadap kemakmuran bangsa itu, pertama‑tama mereka membisikkan rasa tidak puas mereka satu sama yang lain, dan kemudian kepada orang‑orang besar yang ada di antara bangsa Israel itu. Hasutan mereka itu terus diterima sehingga mereka berani berbuat lebih jauh lagi, dan akhirnya mereka benar‑benar percaya bahwa mereka itu didorong oleh semangat kerja bagi Allah.
Mereka berhasil mempengaruhi dua ratus lima puluh orang pemimpin‑pemimpin, orang‑orang yang terkenal di dalam perhimpunan itu. Dengan dukungan dari orang‑orang kuat dan yang berpengaruh itu mereka merasa yakin akan dapat mengadakan suatu perubahan yang radikal di dalam pemerintahan, dan akan dapat memperbaiki administrasi Musa dan Harun.
Kecemburuan telah menimbulkan iri hati, dan iri hati menimbulkan pemberontakan. Mereka telah memperbincangkan soal‑soal tentang hak Musa dalam wewenang serta kehormatannya yang begitu tinggi sehingga mereka menganggap dia telah menempati satu kedudukan yang membuat mereka cemburu, bahwa siapa saja di antara mereka itu dapat mengisinya sebagaimana Musa. Dan mereka menipu diri dan menipu satu dengan yang lain sehingga berpendapat bahwa Musa dan Harun itu telah mengangkat diri mereka sendiri kepada pangkat mereka itu. Orang‑orang yang tidak puas itu mengatakan bahwa pemimpin‑pemimpin ini telah meninggikan diri di atas perhimpunan umat Allah dengan mengambil bagi diri mereka keimamatan dan pemerintahan, tetapi keluarga mereka sebenarnya tidak berhak menempati kedudukan yang lebih tinggi dari yang lainnya di antara Israel; mereka tidaklah lebih suci daripada orang banyak itu, dan cukuplah bagi mereka itu untuk berada dalam taraf yang sama seperti saudara‑saudara mereka yang sama‑sama beroleh kesempatan mendapat perlindungan dan hadirat Allah.
Pekerjaan mereka yang berikutnya adalah untuk mempengaruhi orang banyak itu. Bagi mereka yang berada dalam kesalahan dan perlu mendapat tempelakan, tidak ada yang lebih menyenangkan selain daripada memperoleh simpati dan pujian. Dan dengan demikian Korah serta teman‑temannya mendapat perhatian dan dukungan orang banyak. Tuduhan bahwa persungutan mereka telah mendatangkan murka Allah ke atas diri mereka dinyatakan sebagai satu kesalahan. Mereka katakan bahwa orang banyak itu tidak bersalah, oleh karena mereka itu tidak menginginkan apa‑apa lebih daripada apa yang menjadi hak mereka; bahwa Musa adalah seorang pemimpin yang kejam; bahwa ia telah menempelak orang banyak itu sebagai orang‑orang berdosa dimana sebenarnya mereka itu adalah orang‑orang suci, dan Tuhan ada di antara mereka.
Korah mengulangi kembali sejarah perjalanan mereka melalui padang belantara, di tempat mana mereka telah dibawa ke tempat‑tempat yang sulit, dan banyak yang telah binasa oleh sebab persungutan dan pelanggaran mereka. Orang‑orang yang mendengarnya merasa bahwa mereka mengerti dengan jelas bahwa kesulitan‑kesulitan mereka dapat dihindarkan jikalau Musa telah mengikuti jalan yang lain. Mereka berkesimpulan bahwa segala bencana yang telah jatuh ke atas diri mereka itu adalah oleh karena kesalahan Musa, dan tidak dapat masuknya mereka ke Kanaan adalah sebagai akibat daripada kepemimpinan yang salah dari Musa dan Harun; bahwa jikalau Korah menjadi pemimpin mereka dan akan mendorong mereka untuk tetap meneruskan perbuatan‑perbuatan mereka yang baik gantinya menempelak dosa‑dosa mereka, maka mereka akan dapat menikmati satu perjalanan yang aman dan tenteram; gantinya mengembara hilir mudik di padang belantara, mereka akan berjalan langsung menuju ke Tanah Perjanjian itu.
Di dalam usaha pemberontakan ini terdapat satu persatuan dan keserasian yang lebih besar di antara. pemberontak‑pemberontak itu daripada yang pernah terjadi sebelumnya. Sukses Korah dalam mempengaruhi orang banyak menambah keyakinannya, dan meneguhkan dia dalam kepercayaannya bahwa perebutan kekuasaan oleh Musa jika tidak dicegah akan berakibat mematikan terhadap kemerdekaan Israel; ia juga menyatakan bahwa Allah telah menjelaskan duduk perkaranya kepada dia, dan telah memberikan kuasa kepadanya untuk mengadakan satu perubahan di dalam pemerintahan sebelum terlambat. Tetapi banyak yang tidak bersedia menerima tuduhan‑tuduhan Korah terhadap Musa. Kesan‑kesan dari usahanya yang panjang sabar dan penuh dengan pengorbanan diri timbul kembali di dalam ingatan mereka, dan angan‑angan hati mereka tergerak olehnya. Oleh sebab itu perlu bagi pemberontak‑pemberontak itu menuduh bahwa Musa mempunyai motif yang mementingkan diri dalam memperhatikan kepentingan Israel; dan tuduhan yang lama diucapkan kembali; bahwa ia telah membawa mereka ke luar agar binasa di padang belantara, agar ia dapat memiliki harta milik mereka.
Untuk sementara waktu pekerjaan ini dilaksanakan dengan diam‑diam. Namun demikian, segera setelah pergerakan ini mendapat cukup kekuatan untuk mengadakan pemberontakan yang terang‑terangan, Korah muncul sebagai pemimpin mereka, dan secara umum telah menuduh Musa dan Harun telah merebut kekuasaan untuk mana Korah dan teman‑temannya itu juga sama‑sama berhak atasnya. Lebih jauh tuduhan dilemparkan, bahwa Musa dan Harun telah meniadakan kebebasan dan kemerdekaan mereka. Pemberontak‑pemberontak itu berkata, "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan Tuhan ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah Tuhan?" Bilangan 16:3.
Musa tidak pernah menyangka akan adanya muslihat yang telah direncanakan dengan baik itu, dan bilamana tuduhan‑tuduhan itu dilontarkan kepadanya secara terang‑terangan, ia jatuh tersungkur dengan mukanya bersujud sampai ke bumi sambil berdoa kepada Allah. Kemudian ia bangkit dengan hati yang sedih tetapi tenang dan kuat. Pimpinan Ilahi telah diberikan kepadanya. Ia berkata, "Besok pagi Tuhan akan memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya, dan siapa yang kudus, dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat kepada-Nya; orang yang akan dipilih-Nya akan diperbolehkan-Nya mendekat kepada-Nya." Bilangan 16:5. Ujian itu ditunda sampai keesokan harinya agar semua orang mempunyai kesempatan untuk merenung‑renungkan diri mereka. Kemudian mereka yang bercita‑cita untuk memperoleh keimamatan, masing‑masing harus datang dengan membawa satu pedupaan, dan mempersembahkan kemenyan di baitsuci di hadapan perhimpunan orang banyak itu. Peraturannya cukup jelas bahwa hanya mereka yang telah diurapi untuk tugas yang suci ini saja yang dapat melayani dalam baitsuci. Dan sekalipun imam‑imam, Nadab dan Abihu, telah dibinasakan karena telah berani mempersembahkan "api yang asing," dengan tidak menghiraukan perintah Ilahi. Tetapi Musa menantang penuduh‑penuduhnya itu, jikalau mereka berani menghadapkan satu permintaan yang berbahaya itu, untuk membawa perkara itu kepada Allah.
Dengan memisahkan Korah dan teman‑temannya yang berasal dari suku Lewi itu, Musa berkata, "Belumkah cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci Tuhan dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka, dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi? Sebab itu, engkau ini dengan segenap kumpulanmu, kamu bersepakat melawan Tuhan. Karena siapakah Harun, sehingga kamu bersungut-sungut kepadanya?" Bilangan 16:9‑11.
Datan dan Abiram tidak seberani Korah dalam mengambil keputusan mereka; dan Musa, menyangka bahwa kedua orang ini telah ikut terbawa‑bawa dalam permupakatan itu tanpa terlibat kepada kejahatan yang sepenuhnya, telah memanggil mereka supaya menghadap kepadanya, agar ia dapat mendengar tuduhan‑tuduhan mereka terhadap dirinya. Tetapi mereka tidak mau datang dan dengan congkak telah menolak untuk mengakui kekuasaannya. Jawab mereka, diucapkan di hadapan perhimpunan orang banyak itu, "Belum cukupkah, bahwa engkau memimpin kami ke luar dari suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang gurun, sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami? Sungguh, engkau tidak membawa kami ke negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ataupun memberikan kepada kami ladang-ladang dan kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka. Masakan engkau dapat mengelabui mata orang-orang ini? Kami tidak mau datang." Bilangan 16:13, 14.
Dengan demikian mereka telah menerapkan kata‑kata yang dipakai oleh Tuhan untuk menggambarkan pusaka yang dijanjikan kepada keadaan perhambaan mereka. Mereka menuduh Musa pura‑pura bertindak atas perintah Ilahi, sebagai satu alat untuk meneguhkan kekuasaannya; dan mereka menyatakan bahwa mereka tidak mau lagi dituntun seperti orang buta, sekarang menuju ke Kanaan, dan sekarang menuju ke padang belantara, sesuai dengan maksud‑maksudnya yang penuh ambisi itu. Dengan demikian dia yang telah bertindak seperti seorang bapa yang lemah lembut, seorang gembala yang sabar telah digambarkan sebagai seorang penguasa yang paling jahat. Gagalnya mereka memasuki Kanaan sebagai hukuman atas dosa‑dosa mereka, juga dituduhkan ke atas diri Musa.
Nyatalah bahwa simpati orang banyak berada pada kelompok pemberontak itu; tetapi Musa tidak mengadakan usaha untuk membenarkan diri. Dengan khidmat ia memohon kepada Allah, di hadapan perhimpunan itu, sebagai satu saksi kepada motifnya yang suci, dan kebenaran tindakannya dan meminta agar Dia menjadi hakimnya.
Keesokan harinya, kedua ratus lima puluh orang pemimpin itu, dengan Korah sebagai pemimpinnya, menunjukkan diri dengan membawa pedupaan mereka. Mereka dibawa ke halaman baitsuci sementara orang banyak berkumpul di luar untuk menunggu hasilnya. Bukanlah Musa yang telah mengumpulkan perhimpunan itu untuk menyaksikan kekalahan Korah dan teman‑temannya, melainkan pemberontak‑pemberontak itu di dalam keadaan buta, telah memanggil mereka bersama‑sama menyaksikan kemenangan mereka. Sebagian besar dari perhimpunan itu dengan terang‑ terangan berpihak kepada Korah, yang mempunyai harapan yang muluk‑muluk untuk melancarkan tuduhannya kepada Harun.
Apabila mereka berkumpul di hadapan Allah, "kemuliaan Tuhan kelihatan kepada perhimpunan itu." Amaran Ilahi disampaikan kepada Musa dan Harun. "Pisahkanlah dirimu dari tengah-tengah umat ini, supaya Kuhancurkan mereka dalam sekejap mata." Bilangan 16:21 Tetapi mereka bersujud dengan mukanya sampai ke bumi dan berdoa "Ya Allah, ya Allahnya segala tubuh! jikalau hanya seorang saja yang berdosa, bolehkah murkamu bernyala‑nyala kepada segenap sidang ini?'
Korah telah menarik diri dari perhimpunan itu untuk bergabung dengan Datan dan Abiram pada waktu Musa, didampingi oleh tujuh puluh tua‑tua itu, pergi dengan amarannya yang terakhir kepada mereka yang telah menolak datang kepadanya. Orang banyak mengikutinya, dan sebelum ia menyampaikan amanatnya, Musa, oleh perintah Ilahi, menyuruh orang banyak itu, "Undurlah kamu dari kemah‑kemah orang durhaka ini, dan jangan menjamah barang sesuatu yang padanya, asal jangan kamu pun dibinasakan serta dalam dosanya!" Amaran itu diturut, karena rasa takut terhadap hukuman itu memenuhi diri mereka semua. Pemimpin‑pemimpin pemberontak itu melihat bahwa mereka telah ditinggalkan oleh orang‑orang yang telah ditipu mereka, tetapi kekerasan hati mereka tak tergoyahkan Mereka berdiri bersama dengan keluarga‑keluarga mereka di pintu kemah mereka, seakan‑akan menentang amaran Ilahi itu.
Dalam nama Allah Israel, Musa sekarang mengumumkan di hadapan perhimpunan itu: "Dengan ini boleh diketahui olehmu, bahwa aku disuruhkan oleh Tuhan supaya kuperbuat segala pekerjaan ini dan tiada ia itu terbit daripada hatiku sendiri. Jikalau orang ini mati seperti mati segala orang lain, dan jikalau didatangkan segala kesukaran atas mereka ini seperti berlaku atas segala manusia, maka bukannya aku disuruhkan Tuhan. Tetapi jikalau diadakan Tuhan barang sesuatu yang dahulu tiada dan jikalau bumi mengangakan mulutnya serta menelan akan mereka ini dan akan segala sesuatu yang ada padanya, dan jikalau dengan hidupnya mereka ini turun ke dalam keleburan, maka diketahuilah olehmu bahwa orang‑orang ini telah mencelakan Tuhan."
Mata segenap orang Israel diarahkan kepada Musa, sementara mereka berdiri dengan rasa gentar dan penuh pengharapan, menunggu apa yang akan terjadi. Apabila ia selesai berkata‑kata, bumi terbelah, dan pemberontak‑pemberontak itu terjerumus hidup‑hidup ke dalam lubang itu bersama‑sama dengan segala sesuatu yang ada pada mereka dan, "mereka itu binasa dari tengah‑tengah perhimpunan itu." Orang banyak lari, terhukum oleh sendiri sebagai orang‑orang yang ambil bahagian dalam dosa itu.
Tetapi hukuman itu belum berakhir. Api yang memancar dari dalam awan itu telah membinasakan kedua ratus lima puluh orang penghulu‑penghulu yang telah mempersembahkan kemenyan. Orang‑orang ini, karena bukan yang pertama‑tama dalam pemberontakan, tidak dibinasakan bersama‑sama dengan pemimpin‑pemimpin pemberontakan itu. Mereka diizinkan menyaksikan kebinasaan mereka agar mempunyai kesempatan bertobat, tetapi simpati mereka ada pada pemberontak‑pemberontak itu, dan mereka pun mengalami nasib yang sama.
Pada waktu Musa mengajak Israel untuk lari melepaskan diri dari kebinasaan yang akan datang, hukuman Ilahi sebenarnya pada saat itu juga dapat ditegahkan, jikalau Korah dan teman‑temannya telah bertobat dan mencari keampunan. Tetapi perlawanan mereka yang keras itu memeteraikan kebinasaan mereka. Seluruh perhimpunan itu telah mengambil bahagian dalam kesalahan mereka, karena semua orang, sedikit banyaknya, telah bersimpati dengan mereka. Tetapi Allah di dalam rahmat‑Nya yang besar telah mengadakan satu perbedaan antara pemimpin‑pemimpin dalam pemberontakan itu dan orang‑orang yang telah mereka pimpin. Orang banyak yang telah mengizinkan diri mereka ditipu masih diberi waktu untuk bertobat. Bukti yang nyata telah diberikan bahwa mereka itu salah dan Musa benar. Pernyataan kuasa Allah yang jelas itu telah menghilangkan segala keragu‑raguan.
Yesus, Malaikat yang berjalan di hadapan orang Ibrani, berusaha menyelamatkan mereka dari kebinasaan. Keampunan masih tetap disediakan bagi mereka. Hukuman Allah telah semakin dekat dan mengajak mereka supaya bertobat. Satu campur tangan yang khusus dan tidak dapat ditahan telah menghentikan pemberontakan mereka. Sekarang, jikalau mereka mau menyambut campur tangan pimpinan Ilahi itu, mereka dapat diselamatkan. Tetapi apabila mereka lari dari hukuman itu oleh karena takut dibinasakan, pemberontakan mereka tidak terobati. Malam itu mereka kembali ke kemah mereka dan rasa gentar tetapi tidak bertobat.
Mereka telah dipuji oleh Korah dan teman‑temannya sehingga mereka benar‑benar percaya bahwa mereka adalah orang‑orang yang baik, dan mereka telah diperlakukan dengan jahat oleh Musa. Kalau mereka harus mengakui bahwa Korah dan teman‑temannya bersaiah dan Musa benar, maka mereka terpaksa harus menerima hukuman bahwa mereka harus binasa di padang belantara itu sebagaimana Firman Allah. Mereka tidak mau menyerah kepada hal ini, dan mereka tetap mempercayai bahwa Musa telah menipu mereka. Mereka telah mengidam‑idamkan bahwa satu pemerintahan yang baru akan segera didirikan, dimana pujian akan menggantikan tempelakan dan ketenangan akan menggantikan kecemasan dan pergumulan. Orang‑orang yang sudah binasa itu telah mengucapkan kata‑kata pujian dan mengaku mempunyai perhatian dan kasih yang dalam kepada mereka, dan orang banyak itu berkesimpulan bahwa Korah dan teman‑temannya itu tentulah orang‑orang yang baik, dan bahwa Musa oleh sesuatu hal telah menjadi penyebab kebinasaan mereka.
Tidaklah mungkin bagi manusia untuk dapat melemparkan penghinaan yang lebih besar kepada Allah daripada menghina dan menolak alat‑alat yang digunakan‑Nya untuk keselamatan mereka. Bangsa Israel bukan saja telah melakukan hal ini tetapi juga bermaksud untuk membunuh Musa dan Harun, Tetapi mereka tidak menyadari perlunya mencari keampunan dari Allah atas dosa mereka yang keji itu. Malam percobaan itu tidak dipakai untuk pertobatan dan pengakuan melainkan untuk mencari jalan menentang bukti‑bukti yang menunjukkan bahwa mereka adalah orang‑orang yang paling berdosa. Mereka masih merasa benci kepada orang‑orang yang sudah diangkat oleh Allah dan bertekad untuk menentang kekuasaan mereka. Setan siap untuk merusakkan pertimbangan mereka, dan menuntun mereka seperti orang buta menuju ke kehancuran.
Semua orang Israel lari ketakutan pada waktu mendengar jeritan dari orang‑orang berdosa yang terkutuk itu pada waktu mereka terjerumus ke dalam lubang itu, dan mereka berkata, "jangan‑jangan bumi ini akan menelan kita juga." "Tetapi keesokan harinya bersungut‑sungutlah segenap sidang bani Israel itu terhadap Musa dan Harun, katanya: Bahwa kedua kamulah yang telah membunuh umat Tuhan." Dan mereka sudah siap melancarkan perbuatan yang kejam kepada pemimpin mereka yang setia dan mau berkorban itu.
Satu pernyataan kemuliaan Ilahi terlihat di dalam awan di atas baitsuci itu, dan satu suara dari dalam awan berkata kepada Musa dan Harun, "Undurlah kamu dari tengah perhimpunan ini, karena Aku hendak membinasakan mereka itu dalam sesaat jua!"
Kesalahan bukan terletak pada Musa, dan oleh sebab itu ia tidak merasa takut dan tidak segera pergi meninggalkan perhimpunan itu agar dibinasakan. Musa tetap tinggal di tempat itu, di dalam krisis yang menakutkan itu sambil menyatakan perhatiannya sebagai seorang gembala yang sejati terhadap kawanan domba yang ada di bawah pengawasannya. Ia memohon agar murka Allah jangan membinasakan umat pilihan‑Nya itu sama sekali. Oleh doanya itu ia telah menahan tangan pembalasan itu, agar kehancuran yang menyeluruh tidak terjadi kepada orang Israel yang memberontak itu.
Tetapi pesuruh‑pesuruh untuk melaksanakan murka Allah itu telah pergi; dan kutuk itu sedang melaksanakan tugas mautnya. Oleh petunjuk dari saudaranya, Harun mengambil satu pedupaan dan cepat‑cepat pergi ke tengah‑tengah perhimpunan itu untuk "mengadakan tebusan bagi mereka." 'Dan ia berdiri di antara orang yang mati dan yang hidup." Sebagaimana asap kemenyan itu naik, doa Musa di dalam baitsuci naik ke hadapan Allah; dan kutuk itu pun ditahan; tetapi setelah empat belas ribu orang Israel binasa, sebagai satu bukti daripada dosa persungutan dan pemberontakan.
Tetapi bukti yang lebih jauh telah diberikan bahwa keimamatan itu telah ditetapkan di dalam keluarga Harun. Oleh perintah Ilahi masing‑masing suku telah menyediakan sebatang tongkat dan menuliskan namanya pada tongkat itu. Nama Harun ada pada tongkat Lewi. Tongkat‑tongkat itu diletakkan di dalam baitsuci, "di hadapan kesaksian itu." Tongkat yang bertunas adalah satu tanda bahwa Tuhan telah memilih suku itu untuk pekerjaan keimamatan. Pada keesokan harinya, "heran, maka tongkat Harun, yang bagi suku Lewi itu telah bertunas dan mengeluarkan kuntum. mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam." Hal itu ditunjukkan kepada orang banyak, dan sesudah itu ditaruh di dalam baitsuci sebagai satu kesaksian bagi generasi mendatang. Mukjizat ini telah berhasil menyelesaikan persoalan tentang keimamatan.
Sekarang nyatalah bahwa Musa dan Harun telah berbicara atas wewenang Ilahi, dan orang banyak itu terpaksa untuk mempercayai kebenaran yang mereka tidak sukai itu bahwa mereka harus mati di padang belantara. Mereka berseru, "Bahwa kami sekalian akan putus nyawa kelak dan akan binasa, bahkan, kami sekalian akan binasa." Mereka mengaku bahwa mereka telah berbuat dosa dengan memberontak terhadap pemimpin‑pemimpin mereka, dan bahwa Korah dan teman‑temannya itu telah menanggung hukuman Allah yang adil.
Di dalam pemberontakan Korah terlihat cara kerja, di atas panggung yang lebih kecil, dari roh yang sama yang telah menuntun kepada pemberontakan Setan di dalam surga. Kesombongan dan ambisilah yang menggerakkan Lusifer untuk bersungut‑sungut terhadap pemerintahan Allah, dan untuk berusaha menggulingkan pemerintahan yang telah ditetapkan di dalam surga. Sejak kejatuhannya adalah menjadi tujuannya untuk menyuntikkan roh iri hati dan tidak puas yang sama, serta keinginan yang sama untuk memperoleh pangkat dan kehormatan, ke dalam pikiran manusia. Demikianlah ia telah bekerja di dalam pikiran Korah, Datan dan Abiram, untuk membangkitkan keinginan meninggikan diri dan iri hati, tidak percaya dan pemberontakan. Setan telah menyebabkan mereka untuk menolak Allah sebagai pemimpin mereka, oleh menolak orang‑orang yang telah diangkat oleh Allah. Tetapi sementara dalam persungutan terhadap Musa dan Harun mereka menghujat Allah, mereka begitu digelapkan sehingga mereka berpikir bahwa diri merekalah yang benar dan menganggap orang‑orang yang telah menempelak dosa‑dosa mereka itu telah digerakkan oleh Setan.
Bukankah kejahatan yang sama yang telah menjadi dasar kebinasaan Korah itu masih ada? Kesombongan dan ambisi merajalela; dan apabila sifat‑sifat ini dimanjakan, maka semuanya itu akan membuka pintu kepada iri hati dan pergumulan untuk memperoleh keunggulan; diri dipisahkan dari Allah dan dengan tidak sadar tertarik kepada rombongan Setan Seperti Korah dan teman‑temannya itu, banyak orang, sekalipun yang mengaku sebagai pengikut‑pengikut Kristus, sedang memikir‑mikirkan, merencanakan dan bekerja dengan sungguh‑sungguh untuk meninggikan diri. dan agar memperoleh simpati dan dukungan orang banyak mereka sedia memutarbalikkan kebenaran, mempersalahkan dan memberikan penampilan yang salah akan hamba‑hamba Tuhan, dan bahkan menuduh mereka mempunyai motif yang buruk dan mementingkan diri, yang mengilhami hati mereka sendiri. Dengan terus‑menerus mengulangi yang salah, yang bertentangan dengan segala bukti, mereka akhirnya mempercayai hal itu sebagai satu kebenaran. Sementara berusaha untuk menghancurkan kepercayaan orang banyak terhadap orang‑orang yang diangkat Allah, mereka mempercayai dengan sungguh‑sungguh bahwa mereka sedang melaksanakan satu pekerjaan yang baik, sungguh‑sungguh melaksanakan pekerjaan Allah.
Orang‑orang Israel enggan menyerah kepada petunjuk‑petunjuk dan larangan‑larangan Allah. Mereka merasa gelisah di bawah larangan‑larangan itu dan enggan menerima teguran. Inilah rahasia persungutan mereka terhadap Musa. Andaikata mereka telah dibiarkan untuk berbuat sekehendak hati mereka itu, maka akan terjadi lebih sedikit persungutan terhadap pemimpin‑pemimpin mereka. Dalam sepanjang sejarah gereja hamba‑hamba Allah telah menghadapi roh yang sama ini. Melalui pemanjaan dosalah manusia telah membiarkan Setan masuk ke dalam pikiran mereka, dan mereka pun pergi dari satu tingkat kejahatan kepada tingkat yang lain. Penolakan terhadap terang telah menggelapkan pikiran mereka dan mengeraskan hati mereka, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mengambil langkah yang berikutnya dalam dosa dan menolak terang yang lebih besar lagi sampai akhirnya kebiasaan mereka yang salah itu tidak dapat diubahkan lagi. Dosa tidak lagi terlihat keji kepada mereka. Ia yang dengan setia mengkhotbahkan Firman Allah, dengan demikian menghukumkan dosa‑dosa mereka, sering dibenci oleh mereka. Enggan untuk menahan sakit dan derita yang perlu demi pembaharuan diri mereka, mereka telah berpaling kepada hamba‑hamba Tuhan dan menyatakan bahwa teguran‑tegurannya itu keras dan tidak diperlukan. Seperti Korah, mereka menyatakan bahwa orang banyak itu tidak bersalah; orang‑orang yang menegur itulah yang telah menyebabkan timbulnya segala persoalan‑persoalan. Dan sambil meredakan angan‑angan hati mereka dengan tipu daya ini, orang‑orang yang cemburu dan yang memberontak itu bersatu untuk menaburkan perpecahan di dalam sidang dan melemahkan tangan mereka yang telah membangunnya.
Setiap kemajuan yang telah diadakan oleh mereka yang telah dipanggil Allah untuk memimpin pekerjaan‑Nya itu telah membangkitkan syak wasangka; dan setiap tindakan telah dikemukakan dengan salah oleh kecemburuan dan sifat suka mencari salah. Demikianlah apa yang terjadi pada zaman Luther, zaman Wesley dan pembaharu‑pembaharu lainnya. Demikian pula halnya sekarang ini.
Korah tidak akan menempuh jalan yang telah dilaluinya itu jikalau ia telah mengetahui bahwa segala petunjuk dan teguran yang disampaikan kepada orang Israel itu berasal dari Allah. Tetapi sebenarnya ia dapat mengetahui hal ini. Allah telah memberikan bukti‑bukti yang banyak bahwa Ia sedang memimpin Israel. Tetapi Korah dan teman‑temannya telah menolak terang itu sehingga mereka telah dibutakan dimana pernyataan kuasa‑Nya yang paling jelas itu pun tidak cukup untuk meyakinkan mereka; mereka katakan bahwa itu berasal dari alat‑alat manusia biasa atau dari Setan. Hal yang sama telah dilakukan oleh orang banyak, yang pada hari setelah dibinasakannya Korah dan teman‑temannya itu datang kepada Musa dan Harun, sambil berkata, "Engkau telah membunuh umat Tuhan."
Sekali pun mereka mempunyai bukti yang paling nyata tentang, murka Allah terhadap tindakan‑tindakan mereka itu, di dalam kebinasaan orang‑orang yang telah menipu mereka, mereka berani mengatakan bahwa hukuman‑Nya itu berasal dari Setan, sambil menyatakan bahwa melalui kuasa Iblis, Musa dan Harun telah menyebabkan kematian orang‑orang suci dan benar. Tindakan mereka inilah yang telah memeteraikan kebinasaan mereka. Mereka telah melakukan dosa melawan Roh Kudus, satu dosa oleh mana hati manusia dikeraskan terhadap pengaruh anugerah Ilahi. Kristus berkata, "Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak." Matius 12:32. Kata‑kata ini diucapkan oleh Juruselamat pada waktu pekerjaan rahmat yang telah dilakukan‑Nya melalui kuasa Allah itu oleh orang Yahudi dinyatakan sebagai pekerjaan Beelzebul. Adalah melalui Roh Kudus, Allah mengadakan hubungan dengan manusia; dan mereka yang dengan sengaja menolak alat ini dan menyatakannya sebagai alat Setan, telah memutuskan saluran komunikasi satu‑satunya antara jiwanya dengan surga.
Allah bekerja melalui pernyataan Roh‑Nya untuk menegur dan meyakinkan orang yang berdosa; dan jikalau pekerjaan Roh itu akhirnya ditolak, tidak ada lagi yang dapat diperbuat Allah bagi jiwa kita. Sumber yang terakhir daripada rahmat Ilahi telah digunakan. Orang‑orang yang melanggar itu telah memutuskan diri dari Allah, dan dosa tidak mempunyai obat untuk menyembuhkan dirinya. Tidak ada kuasa cadangan oleh mana Allah dapat bekerja untuk meyakinkan dan menjadikan orang berdosa itu bertobat. "Biarkanlah dia," (Hosea 4:17) adalah perintah Ilahi. Kemudian "tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka." Ibrani 10:26, 27.
1 comment:
Allah bekerja melalui pernyataan Roh‑Nya untuk menegur dan meyakinkan orang yang berdosa; dan jikalau pekerjaan Roh itu akhirnya ditolak, tidak ada lagi yang dapat diperbuat Allah bagi jiwa kita. Sumber yang terakhir daripada rahmat Ilahi telah digunakan. Orang‑orang yang melanggar itu telah memutuskan diri dari Allah, dan dosa tidak mempunyai obat untuk menyembuhkan dirinya. Tidak ada kuasa cadangan oleh mana Allah dapat bekerja untuk meyakinkan dan menjadikan orang berdosa itu bertobat. "Biarkanlah dia," (Hosea 4:17) adalah perintah Ilahi. Kemudian "tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka." Ibrani 10:26, 27.
Post a Comment