Aksum, ibukota kuno dari raja-raja di Ethiopia sejak sekitar 3.000 SM, terletak di kaki Gunung Saint George dan Gunung Mariam.
Situs arkeologi ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1980.
Kerajaan Aksum, terletak di Daerah Tigrai dekat perbatasan Utara-Timur Ethiopia digambarkan oleh Mani, seorang filsuf Persia sebagai 'Kerajaan Ketiga di Dunia', pernah menjadi negara yang paling kuat setelah Kekaisaran Romawi Timur dan Persia. Lokasi Aksum memiliki semuanya untuk mencapai kebesaran. Aksum terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut dengan daerah kaya emas dan deposit garam. Aksum juga berada dekat dengan laut merah sehingga menunjang perkembangan perdagangan dengan berbagai pihak seperti kekaisaran Romawi, kerajaan Mesir, kerajaan India, dan kerajaan lain di timur. Melalui pelabuhan Audulis di Pantai Laut Merah, Aksum memperdagangkan hasil pertanian, emas, garam, gading, bulu, hewan eksotis hidup seperti gajah, singa, dan badak, batu berharga seperti carnelian dan agate, diorit dan granit, serta budak. Sebagai imbalannya, Aksum menerima kapas, linen, parfum, perhiasan, kaca, anggur, dan tenaga kerja trampil seperti arsitek, insinyur, akuntan, dan pendeta.
Kerajaan Aksum: Kisah Kebesaran Penguasa dari Ethiopia
Situs arkeologi ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1980. Kerajaan Aksum, terletak di Daerah Tigrai dekat perbatasan Utara-Timur Ethiopia digambarkan oleh Mani, seorang filsuf Persia sebagai 'Kerajaan Ketiga di Dunia', pernah menjadi negara yang paling kuat setelah Kekaisaran Romawi Timur dan Persia. Lokasi Aksum memiliki semuanya untuk mencapai kebesaran. Aksum terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut dengan daerah kaya emas dan deposit garam. Aksum juga berada dekat dengan laut merah sehingga menunjang perkembangan perdagangan dengan berbagai pihak seperti kekaisaran Romawi, kerajaan Mesir, kerajaan India, dan kerajaan lain di timur. Melalui pelabuhan Audulis di Pantai Laut Merah, Aksum memperdagangkan hasil pertanian, emas, garam, gading, bulu, hewan eksotis hidup seperti gajah, singa, dan badak, batu berharga seperti carnelian dan agate, diorit dan granit, serta budak. Sebagai imbalannya, Aksum menerima kapas, linen, parfum, perhiasan, kaca, anggur, dan tenaga kerja trampil seperti arsitek, insinyur, akuntan, dan pendeta. Ini adalah perdagangan yang sangat menguntungkan untuk semua pihak yang terlibat kecuali tentunya bagi para budak dan binatang yang diperdagangkan. Salah satu penguasa terbesar Aksum adalah Ezana. Dia berkuasa sekitar abad ke-4 SM. Terinspirasi oleh Romawi dan Mesir, Ezana mengkonversi dirinya dan seluruh penduduk Aksum menjadi Kristen. Ezana memperluas Kerajaan Aksum dengan memasukkan wilayah Asia dan Afrika. Untuk mengenang kebesarannya dibangunlah berbagai monumen yang bisa ditemukan hingga saat ini. Berbagai monumen yang dibangun diantaranya 100 obelisk dengan salah satunya mencapai tinggi 33 meter dengan berat 517 ton. Menurut legenda, Aksum juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Tabut Perjanjian yang berisi sisa-sisa dari 10 perintah Musa. Mengambil contoh dari Ezana, penguasa Aksum berikutnya mampu menjadikan kota ini layaknya kosmopolitan dengan populasi yang terdidik dengan tradisi perdagangan yang kuat. Hubungan perdagangan selama lebih dari lima ratus tahun terjalin dengan Dinasti Fatimiyah yang menggantikan kekuasaan Firaun di Mesir dan dengan Kekaisaran Romawi Bizantium. Aksum mulai mengalami kemunduran pada abad ke-6 Masehi, seiring keruntuhan Dinasti Fatimiyah dan Kekaisaran Bizantium. Pada akhirnya, Aksum runtuh setelah tidak dapat menahan gelombang penyerbu dari Arab.
Situs arkeologi ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1980.
Kerajaan Aksum, terletak di Daerah Tigrai dekat perbatasan Utara-Timur Ethiopia digambarkan oleh Mani, seorang filsuf Persia sebagai 'Kerajaan Ketiga di Dunia', pernah menjadi negara yang paling kuat setelah Kekaisaran Romawi Timur dan Persia. Lokasi Aksum memiliki semuanya untuk mencapai kebesaran. Aksum terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut dengan daerah kaya emas dan deposit garam. Aksum juga berada dekat dengan laut merah sehingga menunjang perkembangan perdagangan dengan berbagai pihak seperti kekaisaran Romawi, kerajaan Mesir, kerajaan India, dan kerajaan lain di timur. Melalui pelabuhan Audulis di Pantai Laut Merah, Aksum memperdagangkan hasil pertanian, emas, garam, gading, bulu, hewan eksotis hidup seperti gajah, singa, dan badak, batu berharga seperti carnelian dan agate, diorit dan granit, serta budak. Sebagai imbalannya, Aksum menerima kapas, linen, parfum, perhiasan, kaca, anggur, dan tenaga kerja trampil seperti arsitek, insinyur, akuntan, dan pendeta.
Kerajaan Aksum: Kisah Kebesaran Penguasa dari Ethiopia
Situs arkeologi ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1980. Kerajaan Aksum, terletak di Daerah Tigrai dekat perbatasan Utara-Timur Ethiopia digambarkan oleh Mani, seorang filsuf Persia sebagai 'Kerajaan Ketiga di Dunia', pernah menjadi negara yang paling kuat setelah Kekaisaran Romawi Timur dan Persia. Lokasi Aksum memiliki semuanya untuk mencapai kebesaran. Aksum terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut dengan daerah kaya emas dan deposit garam. Aksum juga berada dekat dengan laut merah sehingga menunjang perkembangan perdagangan dengan berbagai pihak seperti kekaisaran Romawi, kerajaan Mesir, kerajaan India, dan kerajaan lain di timur. Melalui pelabuhan Audulis di Pantai Laut Merah, Aksum memperdagangkan hasil pertanian, emas, garam, gading, bulu, hewan eksotis hidup seperti gajah, singa, dan badak, batu berharga seperti carnelian dan agate, diorit dan granit, serta budak. Sebagai imbalannya, Aksum menerima kapas, linen, parfum, perhiasan, kaca, anggur, dan tenaga kerja trampil seperti arsitek, insinyur, akuntan, dan pendeta. Ini adalah perdagangan yang sangat menguntungkan untuk semua pihak yang terlibat kecuali tentunya bagi para budak dan binatang yang diperdagangkan. Salah satu penguasa terbesar Aksum adalah Ezana. Dia berkuasa sekitar abad ke-4 SM. Terinspirasi oleh Romawi dan Mesir, Ezana mengkonversi dirinya dan seluruh penduduk Aksum menjadi Kristen. Ezana memperluas Kerajaan Aksum dengan memasukkan wilayah Asia dan Afrika. Untuk mengenang kebesarannya dibangunlah berbagai monumen yang bisa ditemukan hingga saat ini. Berbagai monumen yang dibangun diantaranya 100 obelisk dengan salah satunya mencapai tinggi 33 meter dengan berat 517 ton. Menurut legenda, Aksum juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Tabut Perjanjian yang berisi sisa-sisa dari 10 perintah Musa. Mengambil contoh dari Ezana, penguasa Aksum berikutnya mampu menjadikan kota ini layaknya kosmopolitan dengan populasi yang terdidik dengan tradisi perdagangan yang kuat. Hubungan perdagangan selama lebih dari lima ratus tahun terjalin dengan Dinasti Fatimiyah yang menggantikan kekuasaan Firaun di Mesir dan dengan Kekaisaran Romawi Bizantium. Aksum mulai mengalami kemunduran pada abad ke-6 Masehi, seiring keruntuhan Dinasti Fatimiyah dan Kekaisaran Bizantium. Pada akhirnya, Aksum runtuh setelah tidak dapat menahan gelombang penyerbu dari Arab.
No comments:
Post a Comment