Kibbutz adalah sebuah komune Israel atau komunitas yang sengaja dibentuk. Kibbutz pertama didirikan selama Aliyah Kedua atau gelombang kedua imigrasi Yahudi ke Palestina, pada tahun 1909. Meskipun mengalami banyak transformasi selama bertahun-tahun dan anggotanya tidak pernah menyumbang lebih dari tujuh persen populasi Israel, Kibbutz tetap memiliki makna budaya yang sangat besar. Kibbutz pertama, "Degania," didirikan oleh Joseph Baratz dan sebelas anggota lainnya, termasuk dua perempuan, dengan tujuan membawa cita-cita Zionis Yahudi ke Israel.
Zionis, yang mulai aktif pada akhir abad ke-19 di Rusia sebagai akibat dari sentimen anti-Semit, berusaha mendapatkan tanah di Palestina sebagai tempat tinggal. Setelah Aliyah Pertama di tahun 1880-an, imigran Yahudi di Palestina mulai mempekerjakan orang Arab untuk bekerja di tanah pertanian mereka. Baratz menentang praktek ini dan mendirikan Kibbutz pertama. Pada awalnya, Kibbutz memegang teguh cita-cita sosialis. Tidak ada milik pribadi, bahkan alat atau pakaian, semua pekerjaan dibagi, dan tanah dimiliki secara komunal dengan fokus pada pertanian.
Kibbutz berusaha membangun ekonomi mandiri, meskipun akhirnya terbukti sulit diwujudkan. Sebaliknya, Kibbutz justru harus didukung oleh subsidi dari amal dan kemudian dari pemerintah Israel. Saat ini, kebanyakan Kibbutz tidak lagi memegang sosialisme secara ketat, meskipun mereka tetap mempertahankan banyak aspek komunal. Seiring waktu, menjadi jelas bahwa pertanian tidak cukup untuk menyangga Kibbutz. Kibbutz lantas memulai industrialisasi yang dimulai selama tahun 1960an.
Beberapa Kibbutz difokuskan pada upaya-upaya militer. Saat ini, beberapa Kibbutz bahkan beralih ke industri pariwisata. Kibbutz memiliki sejarah panjang dan berkontribusi terhadap politik dan budaya Israel. Sejumlah tokoh pemerintahan, pemimpin militer, seniman, dan cendekiawan berasal dari Kibbutz. Terdapat banyak perbedaan di antara Kibbutz, meskipun mereka memiliki kesamaan lebih banyak. Kibbutz generasi awal bersifat sosialis, sekuler, dan fokus pada pertanian, sedangkan Kibbutz pada masa sekarang semakin beragam yang mencakup berbagai titik spektrum politik.
Beberapa Kibbutz berkembang menjadi besar hingga memiliki 1.500 anggota, sementara yang lain tetap berukuran kecil. Sistem Kibbutz juga tidak lepas dari kontroversi. Beberapa kelompok telah dikritik karena elitisme, sementara yang lain dituduh menyimpang dari cita-cita awal mereka. Namun demikian, budaya Israel tidak akan sama tanpa Kibbutz yang telah menjadi lembaga khas Israel yang menyumbang kontribusi sangat berharga pada kehidupan politik, ekonomi, dan intelektual bangsa.
No comments:
Post a Comment