Afghanistan modern identik sebagai negara yang selalu terkoyak perang. Namun Afghanistan sebenarnya memiliki sejarah panjang yang terentang dari masa kekaisaran Persia.
Timeline Afghanistan
Berdasarkan bukti arkeologi, Afghanistan telah dihuni manusia sejak 50 ribu tahun yang lalu. Sebelum Islam, berbagai agama seperti Hindu, Buddha, dan Zoroastrianisme pernah pula berkembang di wilayah ini.
Di Bawah Kekuasaan Persia (700 SM sampai 330 SM)
Pada tahun 700 SM, Medes, sebuah peradaban dari Iran datang ke daerah ini dan mendirikan kekaisaran pertama di Afghanistan. Raja Arya pertama dari kekaisaran Medes adalah Deioces, yang memerintah wilayah itu dari tahun 701 SM – 665 SM. Kekaisaran Medes bertahan selama 180 tahun, sampai orang Persia datang menginvasi. Penguasa Persia memerintah Afghanistan dari tahun 550 SM sampai 330 SM. Salah satu penguasa terbesar dari dinasti Persia adalah Darius I. Lalu datanglah Alexander Agung, Raja Macedonia, yang menguasai Afghanistan setelah menaklukkan Persia.
Masa Alexander Agung (330 SM sampai abad ke-7 M)
Alexander Agung berhasil menguasai Afghanistan untuk kemudian melanjutkan perjalanan penaklukan ke India. Mengalahkan Persia adalah salah satu prestasi luar biasa yang dicapai oleh Alexander. Setelah kematian Alexander padai 323 SM, Afghanistan diperintah oleh Kekaisaran Seleucid. Selama periode ini, Afghanistan dibagi menjadi dua bagian – Bactria, di wilayah utara tetap menjadi wilayah merdeka, sementara wilayah selatan diambil alih oleh dinasti Maurya. Dinasti kecil lainnya seperti Sassanids dan Hephthalites turut berkuasa hingga abad ke-7 M, yang menandai awal kekuasaan Islam di Afghanistan.
Perkembangan Islam: Abad ke-7 hingga abad ke-19
Penaklukan Islam memicu timbulnya beberapa dinasti kecil di wilayah ini. Mahmud dari Ghazni dianggap sebagai penguasa terbesar yang pernah memerintah daerah ini. Penguasa lain yang memerintah Afghanistan adalah Genghis Khan (abad ke-12), Timur (abad ke-14), dan Babur (abad ke-16). Pada abad ke-18, Nadir Shah, penguasa dari Persia memperpanjang pemerintahannya hingga ke Afghanistan. Ahmad Shah, penerus Nadir Shah memperbesar pengaruhnya hingga membawa seluruh Afghanistan di bawah satu kerajaan.
Perang Afghanistan: Abad ke-19 hingga abad ke-20
Pada abad ke-19, Afghanistan tiba-tiba menjadi perhatian akibat menjadi rebutan Inggris dan Rusia untuk memperkuat pengaruh mereka di Asia Tengah. Penguasa Afghanistan, Dost Muhammad mengobarkan perang melawan Inggris, ketika Inggris mencoba menggantikannya dengan penguasa yang pro-Inggris. Pasukan Dost Muhammad bukan merupakan tandingan tentara Inggris sehingga perlawanan bisa dipadamkan dalam waktu singkat. Dost Muhammad akhirnya menandatangani perjanjian aliansi dengan Inggris pada tahun 1857. Dia digantikan oleh putranya Sher Ali yang mengobarkan perang Afghanistan kedua melawan pasukan Inggris pada tahun 1878. Penguasa selanjutnya cenderung memilih bekerja sama dengan Inggris meskipun tetap bisa bersikap netral saat PD I. Setelah itu, terjadi lagi Perang Afghanistan ketiga yang akhirnya berakhir dengan Perjanjian Rawalpindi.
Modernisasi dan Bangkitnya Ekstrimisme (abad ke-20)
Perjanjian Rawalpindi merupakan terobosan penting dalam sejarah negeri ini karena membuka jalan bagi modernisasi Afghanistan. Afghanistan tetap bersikap netral selama PD II dan bergabung dengan PBB pada tahun 1946. Situasi mulai memburuk pada tahun 1970-an ketika Afghanistan menghadapi krisis ekonomi yang serius. Memburuknya ekonomi diikuti dengan upaya Uni Soviet menjadikan Afghanistan sebagai benteng mereka di Asia Tengah. Merespon situasi ini muncullah pejuang Mujahidin pada akhir tahun 70-an. Mujahidin menggunakan taktik gerilya yang menyulitkan pasukan Soviet dan pemerintah Afghanistan yang didukung oleh Uni Soviet. Akhirnya pasukan Soviet terpaksa mundur setelah perang Afghanistan yang berlangsung antara tahun 1979-1989. Kondisi ini membuat negara lebih stabil dan pasukan Mujahidin mulai memiliki kontrol atas Kabul pada tahun 1992. Namun, konflik antara mantan pejuang anti-Sovyet membuat situasi tidak pernah benar-benar stabil. Pada tahun 1994, muncullah Taliban, sebuah faksi baru yang segera berhasil menguasai Kabul. Taliban memerintah dengan keras dan menerapkan syariah Islam secara ketat. Taliban akhirnya roboh setelah invasi pasukan sekutu pada tahun 2002.
Timeline Afghanistan
Berdasarkan bukti arkeologi, Afghanistan telah dihuni manusia sejak 50 ribu tahun yang lalu. Sebelum Islam, berbagai agama seperti Hindu, Buddha, dan Zoroastrianisme pernah pula berkembang di wilayah ini.
Di Bawah Kekuasaan Persia (700 SM sampai 330 SM)
Pada tahun 700 SM, Medes, sebuah peradaban dari Iran datang ke daerah ini dan mendirikan kekaisaran pertama di Afghanistan. Raja Arya pertama dari kekaisaran Medes adalah Deioces, yang memerintah wilayah itu dari tahun 701 SM – 665 SM. Kekaisaran Medes bertahan selama 180 tahun, sampai orang Persia datang menginvasi. Penguasa Persia memerintah Afghanistan dari tahun 550 SM sampai 330 SM. Salah satu penguasa terbesar dari dinasti Persia adalah Darius I. Lalu datanglah Alexander Agung, Raja Macedonia, yang menguasai Afghanistan setelah menaklukkan Persia.
Masa Alexander Agung (330 SM sampai abad ke-7 M)
Alexander Agung berhasil menguasai Afghanistan untuk kemudian melanjutkan perjalanan penaklukan ke India. Mengalahkan Persia adalah salah satu prestasi luar biasa yang dicapai oleh Alexander. Setelah kematian Alexander padai 323 SM, Afghanistan diperintah oleh Kekaisaran Seleucid. Selama periode ini, Afghanistan dibagi menjadi dua bagian – Bactria, di wilayah utara tetap menjadi wilayah merdeka, sementara wilayah selatan diambil alih oleh dinasti Maurya. Dinasti kecil lainnya seperti Sassanids dan Hephthalites turut berkuasa hingga abad ke-7 M, yang menandai awal kekuasaan Islam di Afghanistan.
Perkembangan Islam: Abad ke-7 hingga abad ke-19
Penaklukan Islam memicu timbulnya beberapa dinasti kecil di wilayah ini. Mahmud dari Ghazni dianggap sebagai penguasa terbesar yang pernah memerintah daerah ini. Penguasa lain yang memerintah Afghanistan adalah Genghis Khan (abad ke-12), Timur (abad ke-14), dan Babur (abad ke-16). Pada abad ke-18, Nadir Shah, penguasa dari Persia memperpanjang pemerintahannya hingga ke Afghanistan. Ahmad Shah, penerus Nadir Shah memperbesar pengaruhnya hingga membawa seluruh Afghanistan di bawah satu kerajaan.
Perang Afghanistan: Abad ke-19 hingga abad ke-20
Pada abad ke-19, Afghanistan tiba-tiba menjadi perhatian akibat menjadi rebutan Inggris dan Rusia untuk memperkuat pengaruh mereka di Asia Tengah. Penguasa Afghanistan, Dost Muhammad mengobarkan perang melawan Inggris, ketika Inggris mencoba menggantikannya dengan penguasa yang pro-Inggris. Pasukan Dost Muhammad bukan merupakan tandingan tentara Inggris sehingga perlawanan bisa dipadamkan dalam waktu singkat. Dost Muhammad akhirnya menandatangani perjanjian aliansi dengan Inggris pada tahun 1857. Dia digantikan oleh putranya Sher Ali yang mengobarkan perang Afghanistan kedua melawan pasukan Inggris pada tahun 1878. Penguasa selanjutnya cenderung memilih bekerja sama dengan Inggris meskipun tetap bisa bersikap netral saat PD I. Setelah itu, terjadi lagi Perang Afghanistan ketiga yang akhirnya berakhir dengan Perjanjian Rawalpindi.
Modernisasi dan Bangkitnya Ekstrimisme (abad ke-20)
Perjanjian Rawalpindi merupakan terobosan penting dalam sejarah negeri ini karena membuka jalan bagi modernisasi Afghanistan. Afghanistan tetap bersikap netral selama PD II dan bergabung dengan PBB pada tahun 1946. Situasi mulai memburuk pada tahun 1970-an ketika Afghanistan menghadapi krisis ekonomi yang serius. Memburuknya ekonomi diikuti dengan upaya Uni Soviet menjadikan Afghanistan sebagai benteng mereka di Asia Tengah. Merespon situasi ini muncullah pejuang Mujahidin pada akhir tahun 70-an. Mujahidin menggunakan taktik gerilya yang menyulitkan pasukan Soviet dan pemerintah Afghanistan yang didukung oleh Uni Soviet. Akhirnya pasukan Soviet terpaksa mundur setelah perang Afghanistan yang berlangsung antara tahun 1979-1989. Kondisi ini membuat negara lebih stabil dan pasukan Mujahidin mulai memiliki kontrol atas Kabul pada tahun 1992. Namun, konflik antara mantan pejuang anti-Sovyet membuat situasi tidak pernah benar-benar stabil. Pada tahun 1994, muncullah Taliban, sebuah faksi baru yang segera berhasil menguasai Kabul. Taliban memerintah dengan keras dan menerapkan syariah Islam secara ketat. Taliban akhirnya roboh setelah invasi pasukan sekutu pada tahun 2002.
No comments:
Post a Comment