Beberapa kalangan mencemaskan hancurnya beberapa situs bersejarah di Irak, akibat gempuran pasukan koalisi yang dipimpin negara imperialis Amerika Serikat dengan sekutunya. Beberapa hari berlangsungnya perang yang ditangisi Sri Paus dan tidak direstui PBB itu, Irak sudah mengklaim mengenai kehancuran salah satu situs Nabi Ibrahim, Abul Mukminin (Bapa umat Beriman) dari ketiga agama Yahudi, Kristen dan Islam.
Dimanakah tepatnya kota Ur, yang dalam Alkitab disebut sebagai kota asal Ibrahim itu? Temuan-temuan sejarah apa saja yang berhubungan erat dengan kehidupan Abraham? Apakah sumbangan besar naskah-naskah Ur terhadap rekonstruksi sejarah Bapa umat Beriman tersebut? Pertanyaan menarik dapat dikemukakan:
"Cukupkah data-data sejarah non-Biblikal itu untuk merekonstruksi historisitas sosok Abraham?"
Nama Ibrahim dijadikan rujukan geneologi spiritual Yahudi, Kristen dan Islam. Bahkan tak jarang perdebatan teologis, melahirkan klaim "paling benar sendiri", tetapi ironis sekali apabila kita tidak tertarik pada sosok historis Abraham. Bukan hanya memperdebatkan Abraham dari ayat-ayat Kitab Suci masing-masing, yang tuntutan kewahyuannya tidak saling diterima satu sama lain, tetapi yang lebih konyol dari itu, kalau berdasarkan penafsiran dari teks-teks Kitab Suci itu digunakan justifikasi untuk menguasai dan mencaplok wilayah tertentu. Contoh paling klasik tentang hal ini, misalnya impian Zionisme akan "Israel Raya", setali tiga uang dengan klaim Islam mengenai Masjidil Aqsha berdasarkan pandangan teologisnya sendiri bahwa orang Yahudi sudah dikutuk Allah, sehingga tak berhak lagi atas tanah Israel.
Abraham's journey Kota Ur Kasdim di Peta Irak Modern
Ungkapan Ur-Kasdim dalam Alkitab muncul beberapa periode setelah zaman Abraham sendiri. Kemungkinan besar zaman Abraham hanya dikenal istilah Ur, dan di kemudian hari ketika anak
cucu Abraham sudah mendiami Tanah Palestina ungkapan Kasdim (Chaldean) digabungkan untuk menjelaskan dimana letak kota Ibrahim itu kepada pembaca Kitab Suci, Bani Israel. Itulah
negeri yang dahulu didiami oleh Abraham dan ayahnya Terah, sebekum mereka hijrah ke Harran (Kejadian 11:28;31; Nehemia 9:7).
Jadi, Ur Kasdim adalah tanah Ur yang didiami orang Kasdim.
Siapakah kaum Kasdim?
Mereka adalah termasuk keturunan Semi bin Nuh yang dikenal di Babel kurang lebih mulai milenium ke-2 sebelum Masehi. Pada umumnya sekarang diterima adalah kota Ur, di wilayah Tel el-Mukayar sekarang, letaknya kira-kira 14 km di sebelah barat kota Nasiriyah, di tepian sungai Eufrat, Irak Selatan. Pada tahun 1922-1934, Sir Leonard Wolley mulai mengadakan penggalian di sekitar kota Abraham ini. Banyak sekali temuan-temuan sejarah, terutama kuburan-kuburan dari tahun 2500 sebelum Masehi. Di bawah kuburan-kuburan itu ada lapisan endapan, yang diduga bekas adanya banjir
besar (air bah) yang dituliskan Alkitab. Dan kisah air bah itu, ternyata ditemukan juga dalam epik Gilgamesy.
S.L. Wolley juga melaporkan temuan reruntuhan bangunan menara pencakar langit yang disebut Zigurat, yang mengingatkan kita kepada kisah Alkitab mengenai Menara Babel. Menara itu menurut sumber Babel, didirikan oleh Ur-Nammu, pendiri dinasti ketiga Sumeria kuno, yang pada waktu itu menguasai wilayah tersebut.
Catatan Arkeologis
Dahulu banyak ahli menyangka, bahwa sebenarnya Abraham, Ishak dan Yakub yang disebut Alkitab adalah bukan tokoh yang benar-benar historis. Mereka menyangka bahwa Abraham.
Misalnya, ia hanyalah personifikasi suku purba tertentu. Tetapi teori itu sekarang gugur dengan banyaknya temuan-temuan arkeologis yang sebaliknya justru meneguhkan bahwa Abraham adalah sosok historis, bahkan kisah-kisah mengenai sosok ini dan keluarganya, menunjukkan kesejajaran yang menakjubkan.
Dari penggalian sejumlah kota-kota kuno di Mari dan Nuzi (wilayah Irak sekarang), Alalah dan Ras Syamra (Syria Utara) dan Tell Amarna (Mesir), para arkeolog menemukan puluhan ribu lempengan inskripsi dengan gambar-gambar, dan sejumlah bukti arkeologi yang penting. Kita akan membatasi pembahasan ini dengan temuan-temuan di wilayah Irak, khususnya di Mari dan Nuzi. Sejumlah naskah-naskah yang ditemukan di Nuzi (Yorghan Tepe), di lahan-lahan dekat Kirkuk, Irak, yang dilakukan oleh E. Chiera dari Universitas Pennsylvania, pada tahun 1925.
Penggalian itu diteruskan oleh Universitas ini sampai tahun 1931 dalam kerjasama dengan Semitic Museum, Harvard and American Schools of Oriental Research.
Dari naskah-naskah Nuzi ditemukan nama-nama sejumlah kota, yang dijadikan tempat hijrah Ibrahim di Haran, ternyata cocok dengan nama-nama keluarga Abraham. Till-Turahi, Nahur dan Serug, cocok dengan Terah, Nahor dan Serug (Kejadian 11:23,24). Begitu juga dengan nama-nama raja yang berperang dengan Abraham (kemungkinan raja-datuk dari sejumlah kabilah-kabilah), dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan nama-nama yang disebut dalam prasasti dan latar belakang dewa-dewa pagan mereka. Misalnya, Ariokh Raja negeri Elasar (Kejadian 14:1), ternyata sama dengan Eriaku, Raja Larsa, menurut inskripsi tulisan paku. Kota Larsa terletak di Sumer, Babel selatan, yaitu di sebelah Timur Uruk Erekh.
Contoh lain lagi, Kedorlaomer (Kejadian 14:1), tampaknya nama dalam adalah Ibranisasi dari bahasa Elam: Kudurlagamar. Artinya: "Hamba Dewa Lagamar". Nama-nama seorang memang biasanya terkait erat dengan dewa-dewa. Misalnya, Synab (Kejadian 14:2), agaknya berasal dari kata: Syin (Dewa Bulan), dan kata Ab (adalah Bapa). "Dewa Bulan adalah Bapaku." Sejumlah nama yang disebut dalam Alkitab itu, ternyata dapat dijumpai dalam naskah-naskah kuno Babel dari sejumlah penggalian sejarah itu.
Selain dukungan historis atas data-data Alkitab mengenai nama-nama keluarga Abraham, juga ditemukan rujukan mengenai berbagai tradisi yang dilakukan oleh Abraham dan lingkungan
kerabatnya. Misalnya, soal sistem pewarisan dalam pengangkatan Eliezer (karena tidak ada anak), atau pengambilan budak (Hagar) oleh nyonyanya, Sara, untuk Abraham, karena alasan
yang sama. Demikianlah paralel kisah-kisah Alkitab dengan data-data sosial, budaya dan hukum pada zaman itu, seperti dibuktikan dari naskah-naskah Babel kuno.
No comments:
Post a Comment