Banyak peneliti mencari faktor yang mempengaruhi genom manusia sejak Zaman Es Terakhir. tetapi antropolog asal Johannes Gutenberg University Mainz (JGU) dan University College London (UCL) telah berhasil menganalisis DNA kuno dari kerangka yang diperkirakan memiliki dampak signifikan seleksi alam terhadap genom manusia.
Dampak ini telah terjadi dalam kurun waktu 5000 tahun terakhir yang mengakibatkan perubahan berkelanjutan pada penampilan orang Eropa. Hasil penelitian dipublikasi pada jurnal PNAS bulan Maret, bagaimana seleksi alam mengubah penampilan orang Eropa selama 5000 tahun terakhir.
Pengaruh Seleksi Alam Terhadap Genom Orang Eropa
Kemajuan studi populasi genetika selama beberapa tahun terakhir mampu mendeteksi imbas seleksi alam yang terjadi pada genom manusia. Tetapi kebanyakan ilmuwan masih belum mengetahui kapan imbas seleksi alam itu terjadi. dengan menganalisis DNA dari kerangka arkeologi dan membandingkan dengan data prasejarah Eropa dalam simulasi komputer, perubahan genetik tidak dapat dijelaskan dari ke-acakan warisan.
Dengan kata lain, seleksi alam memainkan peran penting, frekuensi mutasi telah meningkat secara signifikan dalam populasi tertentu. Penyelidikan penanda genetik pada individu arkeologi dan manusia yang masih hidup, ilmuwan menemukan perbedaan dalam gen yang terkait dengan rambut, kulit dan pigmentasi mata.
Menurut Sandra Wilde, orang-orang Eropa prasejarah secara konsisten memiliki kulit lebih gelap dari keturunan saat ini. Fenotip gelap tampaknya mengambil peran besar selama evolusi ratusan ribu tahun. Semua leluhur diperkirakan memiliki pigmen gelap, tetapi berubah perlahan selama 5000 tahun terakhir sebagai manusia yang bermigrasi ke lintang utara.
Tim peneliti menemukan berbagai macam variasi genetik khususnya pigmentasi. Awalnya mereka tidak berharap menemukan seleksi alam menjadi peran penting dalam perubahan pigmentasi selama beberapa ribu tahun terakhir. Hasil seleksi diidentifikasi sebanding dengan ketahanan tubuh terhadap malaria dan Laktase. Hal ini merupakan adapatasi alami terhadap penurunan tingkat sinar matahari di lintang utara.
Menurut Profesor Mark Thomas dari UCL, kebanyakan orang di dunia mendapatkan vitamin D dikulit dari paparan sinar Ultra Violet, tetapi di lintang utara, kulit gelap dianggap kurang efisien. Sangat mungkin dari rambut dan warna mata berfungsi sebagai bukti yang menunjukkan afiliasi kelompok, dan pada akhirnya memainkan peran dalam pemilihan pasangan.
Seleksi seksual biasanya terjadi pada hewan dan mungkin juga telah menjadi salah satu kekuatan pendorong dibalik evolusi manusia selama beberapa ribu tahun terakhir.
Perubahan genom manusia merupakan hasil dinamika popluasi, seperti yang terjadi pada migrasi, tetapi perubahan genetik akibat seleksi alam merupakan pengecualian. Pada saat yang sama, kecendrungan laktase terjadi, yaitu kemampuan mencerna gula pada susu konsumsi orang dewasa, dan gen pigmentasi lebih dominan dalam seleksi alam selama 10,000 tahun terakhir ataupun lebih dari itu.
No comments:
Post a Comment