Mungkin tak perlu menunggu kiamat untuk melihat kehancuran peradaban modern di dunia. Alih-alih menunggu waktu yang tak bisa diramalkan itu, studi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terbaru menunjukkan, dalam beberapa dekade mendatang, peradaban modern di dunia dapat hancur.
Bagaimana skenarionya?
Studi mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang tak stabil dan tekanan pada sumber daya alam Bumi mengancam runtuhnya peradaban modern dalam waktu yang boleh dibilang tidak lama lagi.
Melansir Independent, Senin 17 Maret 2014, penelitian dari Goddard Space Flight Center yang didukung NASA menyampaikan, peringatan itu muncul setelah memprediksi apa yang akan terjadi pada industri di dunia.
Peneliti menggunakan beberapa teori model guna memprediksi apa yang akan terjadi pada industri beberapa abad mendatang.
Peneliti yang terdiri dari ahli matematika, didukung ilmuwan sosial dan alam, memperkirakan sesuatu telah menuju pada hal yang sangat buruk dan bergerak cepat.
Studi merujuk pada keruntuhan perababan populer yang pernah muncul di dunia, misalnya peradaban Romawi, Dinasti Han di China dan Kerajaan Gupta di India.
Pada masa lalu, peradaban itu hancur akibat perilaku masyarakat elit yang menggunakan pendekatan yang merusak sampai kemudian munculnya bencana yang terlambat dihadapi.
"Proses kemunculan dan kehancuran peradaban pada dasarnya sebuah siklus berulang sepanjang sejarah," tulis Safa Motesharri, ahli matematika dalam laporan studi yang berbasis model Human and nature Dynamic (Handy).
Ia menjelaskan, faktor utama yang dapat mendorong kehancuran peradaban meliputi pertumbuhan populasi sampai perubahan iklim. Ketika faktor tersebut bertemu, akan menimbulkan kehancuran masyarakat, sebab bagian sumber daya alam kian sedikit dan kesenjangan ekonomi masyarakat kian meninggi.
"Mulanya segolongan elit mengonsumsi sumber daya terlalu banyak, lalu berdampak pada kelaparan massal yang akhirnya meruntuhkan masyarakat," ujarnya.
Laporan ini menggarisbawahi bahwa skenario terburuk itu bisa dihindari. Syaratnya, golongan elit saat ini harus mengembalikan keseimbangan ekonomi.
"Keseimbangan dapat tercapai jika tingkat penurunan alami per kapita berkurang ke tingkat yang berkelanjutan. Juga jika sumber daya didistribusikan secara adil," kata peneliti.
Bagaimana skenarionya?
Studi mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang tak stabil dan tekanan pada sumber daya alam Bumi mengancam runtuhnya peradaban modern dalam waktu yang boleh dibilang tidak lama lagi.
Melansir Independent, Senin 17 Maret 2014, penelitian dari Goddard Space Flight Center yang didukung NASA menyampaikan, peringatan itu muncul setelah memprediksi apa yang akan terjadi pada industri di dunia.
Peneliti menggunakan beberapa teori model guna memprediksi apa yang akan terjadi pada industri beberapa abad mendatang.
Peneliti yang terdiri dari ahli matematika, didukung ilmuwan sosial dan alam, memperkirakan sesuatu telah menuju pada hal yang sangat buruk dan bergerak cepat.
Studi merujuk pada keruntuhan perababan populer yang pernah muncul di dunia, misalnya peradaban Romawi, Dinasti Han di China dan Kerajaan Gupta di India.
Pada masa lalu, peradaban itu hancur akibat perilaku masyarakat elit yang menggunakan pendekatan yang merusak sampai kemudian munculnya bencana yang terlambat dihadapi.
"Proses kemunculan dan kehancuran peradaban pada dasarnya sebuah siklus berulang sepanjang sejarah," tulis Safa Motesharri, ahli matematika dalam laporan studi yang berbasis model Human and nature Dynamic (Handy).
Ia menjelaskan, faktor utama yang dapat mendorong kehancuran peradaban meliputi pertumbuhan populasi sampai perubahan iklim. Ketika faktor tersebut bertemu, akan menimbulkan kehancuran masyarakat, sebab bagian sumber daya alam kian sedikit dan kesenjangan ekonomi masyarakat kian meninggi.
"Mulanya segolongan elit mengonsumsi sumber daya terlalu banyak, lalu berdampak pada kelaparan massal yang akhirnya meruntuhkan masyarakat," ujarnya.
Laporan ini menggarisbawahi bahwa skenario terburuk itu bisa dihindari. Syaratnya, golongan elit saat ini harus mengembalikan keseimbangan ekonomi.
"Keseimbangan dapat tercapai jika tingkat penurunan alami per kapita berkurang ke tingkat yang berkelanjutan. Juga jika sumber daya didistribusikan secara adil," kata peneliti.
No comments:
Post a Comment