Fakta baru yang ditemukan ilmuwan, gumpalan plasma secara alami melindungi Bumi dari serangan hebat badai matahari, medan magnet atau magnetosfer membentang dari inti planet keluar ke angkasa dimana gumpalan ini bertemu angin matahari. Sebagian besar magnetosfer berfungsi sebagai perisai untuk melindungi Bumi dari aktifitas matahari yang akhir-akhir ini mengkhawatirkan manusia.
Tahukan Anda, bahwa sebenarnya efek badai matahari tidak perlu dikhawatirkan karena bumi memiliki perisai alami yang terbentuk dari medan magnet. Selama ini, efek radiasi badai matahari tidak langsung diterima permukaan Bumi, melainkan terhambat secara perlahan yang tertahan dari perisai yang dingin dan padat diluar angkasa.
Gumpalan Plasma, Perisai Bumi Lindungi Badai Matahari
Gumpalan plasma secara langsung kontak dengan medan magnet matahari, proses ini disebut Rekoneksi Magnetik, dimana arus listrik kuat berasal dari matahari secara langsung dilontarkan ke atmosfer Bumi. Fenomena ini mengakibatkan badai geomagnetik dan cuaca angkasa mempengaruhi penerbangan dan astronot yang berada di Stasiun Luar Angkasa. Dan saat ini ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi proses magnetosfer Bumi yang selama ini memperkuat efek perisai untuk menjaga energi matahari berlebihan masuk ke permukaan Bumi.
Pada umumnya kita mengenalnya dengan medan magnet bumi atau magnetosfer, energi ini bisa terlihat membentang dari inti planet keluar menuju ruang angkasa diaman nantinya akan bertemu angin matahari, aliran bermuatan partikel yang terpancar dari matahari. Ilmuwan dari MIT dan NASA telah mengidentifikasi proses yang terjadi pada magnetosfre untuk memperkuat perisai Bumi. Dengan menggabungkan pengamatan dari daratan dan ruang angkasa, segumpal partikel disepanjang garis medan magnet mengalir dari atmosfer bumi yang lebih rendah sampai ke titik permukaan bumi.
Diperkirakan gumpalan plasma berada puluhan ribu kilometer diatas permukaan bumi dimana medan magnet terhubung dengan matahari. Wilayah ini disebut Penggabungan Titik (Merging Point), plasma padat memperlambat rekoneksi magnetik dan menghambat efek badai matahari mencapai permukaan Bumi.
Menurut Jhon Foster, associate director MIT Haystack Observatory, medan magnet bumi selama ini melindungi kehidupan di permukaan dari dampak badai matahari. Beberapa perisai magnetik bumi memungkinkan terjadinya kebocoran energi sehingga dampak badai sangat besar. Gumpalan plasma bisa saja ditarik ke luar angkasa semata-mata untuk memperlambat proses rekoneksi sehingga mampu mengurangi efek badai matahari.
Selama lebih dari satu dekade, ilmuwan telah mempelajari fenomena plasma menggunakan teknik berbasis darat, GPS TEC. Teknologi ini menganalisa sinyal radio yang ditransmisikan dari satelit GPS pada lebih dari 1000 penerima. Peristiwa besar cuaca ruang angkasa seperti badai geomagnetik dapat mengubah gelombang radio yang masuk, atau lebih dikenal dengan distorsi. Para ilmuwan dapat menggunakan distorsi untuk menentukan konsentrasi partikel plasma dibagian atas atmosfer.
Dari analisis dan data yang diperoleh, para ilmuwan mampu menggambarkan peta global dua dimensi dari fenomena atmosfer seperti gumpalan plasma. Pengamatan berbasis darat membantu menjelaskan karakteristik gumpalan plasma, seberapa sering hal ini terjadi dan faktor apa saja yang telah membuat gumplana plasma lebih kuat dari yang lain.
Tetapi pengamatan ini sebenarnya tak cukup hanya dengan pemetaan 2 dimensi, untuk mendapatkan pemetaan 3 dimensi yang nantinya menghasilkan gambaran seluruh magnetosfer bumi lebih tepat, membutuhkan pengamatan secara langsung dari luar angkasa. Selama terjadinya badai matahari pada Januari 2013, ilmuwan memeriksa lintasan orbit pesawat ruang angkasa yang mengitari Bumi untuk mempelajari Aurora atmosfer.
Dari tiga pesawat ruang angkasa yang melintasi titik magnetosfer, telah dideteksi gumpalan plasma dari daratan. Masing-masing pesawat ruang angkasa menemukan bahwa gumpalan tersebut dingin, padat, plasma yang sama juga membentang menuju arah badai matahari dan kontak dengan medan magnet Bumi, seperti membentuk sebuah perisai.
Menurut Foster, pengamatan ruang angkasa membari gambaran sangat rinci tentang mekanisme pertahanan alami yang terjadi pada magnetosfer Bumi. Perubahan gumpalan plasma terasa dingin setiap terjadi proses kontak fisika plasma. Hal ini memperlambat rekoneksi dan berkontribusi pada gelombang mempercepat partikel dibagian lain magentosfer.
Foster menegaskan, proses re-sirkulasi yang terjadi sangat menarik, seperti membentuk 'Sungai Partikel' yang tidak berbeda jauh dengan fenomena Gulf Stream, dimana arus laut kuat mempengaruhi suhu di perairan sekitarnya. Partikel plasma mendistribusikan seluruh atmosfer untuk membentuk gumpalan yang mengalir melalui sistem sirkulasi besar dengan konsekuensi berbeda.
Tahukan Anda, bahwa sebenarnya efek badai matahari tidak perlu dikhawatirkan karena bumi memiliki perisai alami yang terbentuk dari medan magnet. Selama ini, efek radiasi badai matahari tidak langsung diterima permukaan Bumi, melainkan terhambat secara perlahan yang tertahan dari perisai yang dingin dan padat diluar angkasa.
Gumpalan Plasma, Perisai Bumi Lindungi Badai Matahari
Gumpalan plasma secara langsung kontak dengan medan magnet matahari, proses ini disebut Rekoneksi Magnetik, dimana arus listrik kuat berasal dari matahari secara langsung dilontarkan ke atmosfer Bumi. Fenomena ini mengakibatkan badai geomagnetik dan cuaca angkasa mempengaruhi penerbangan dan astronot yang berada di Stasiun Luar Angkasa. Dan saat ini ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi proses magnetosfer Bumi yang selama ini memperkuat efek perisai untuk menjaga energi matahari berlebihan masuk ke permukaan Bumi.
Pada umumnya kita mengenalnya dengan medan magnet bumi atau magnetosfer, energi ini bisa terlihat membentang dari inti planet keluar menuju ruang angkasa diaman nantinya akan bertemu angin matahari, aliran bermuatan partikel yang terpancar dari matahari. Ilmuwan dari MIT dan NASA telah mengidentifikasi proses yang terjadi pada magnetosfre untuk memperkuat perisai Bumi. Dengan menggabungkan pengamatan dari daratan dan ruang angkasa, segumpal partikel disepanjang garis medan magnet mengalir dari atmosfer bumi yang lebih rendah sampai ke titik permukaan bumi.
Diperkirakan gumpalan plasma berada puluhan ribu kilometer diatas permukaan bumi dimana medan magnet terhubung dengan matahari. Wilayah ini disebut Penggabungan Titik (Merging Point), plasma padat memperlambat rekoneksi magnetik dan menghambat efek badai matahari mencapai permukaan Bumi.
Menurut Jhon Foster, associate director MIT Haystack Observatory, medan magnet bumi selama ini melindungi kehidupan di permukaan dari dampak badai matahari. Beberapa perisai magnetik bumi memungkinkan terjadinya kebocoran energi sehingga dampak badai sangat besar. Gumpalan plasma bisa saja ditarik ke luar angkasa semata-mata untuk memperlambat proses rekoneksi sehingga mampu mengurangi efek badai matahari.
Selama lebih dari satu dekade, ilmuwan telah mempelajari fenomena plasma menggunakan teknik berbasis darat, GPS TEC. Teknologi ini menganalisa sinyal radio yang ditransmisikan dari satelit GPS pada lebih dari 1000 penerima. Peristiwa besar cuaca ruang angkasa seperti badai geomagnetik dapat mengubah gelombang radio yang masuk, atau lebih dikenal dengan distorsi. Para ilmuwan dapat menggunakan distorsi untuk menentukan konsentrasi partikel plasma dibagian atas atmosfer.
Dari analisis dan data yang diperoleh, para ilmuwan mampu menggambarkan peta global dua dimensi dari fenomena atmosfer seperti gumpalan plasma. Pengamatan berbasis darat membantu menjelaskan karakteristik gumpalan plasma, seberapa sering hal ini terjadi dan faktor apa saja yang telah membuat gumplana plasma lebih kuat dari yang lain.
Tetapi pengamatan ini sebenarnya tak cukup hanya dengan pemetaan 2 dimensi, untuk mendapatkan pemetaan 3 dimensi yang nantinya menghasilkan gambaran seluruh magnetosfer bumi lebih tepat, membutuhkan pengamatan secara langsung dari luar angkasa. Selama terjadinya badai matahari pada Januari 2013, ilmuwan memeriksa lintasan orbit pesawat ruang angkasa yang mengitari Bumi untuk mempelajari Aurora atmosfer.
Dari tiga pesawat ruang angkasa yang melintasi titik magnetosfer, telah dideteksi gumpalan plasma dari daratan. Masing-masing pesawat ruang angkasa menemukan bahwa gumpalan tersebut dingin, padat, plasma yang sama juga membentang menuju arah badai matahari dan kontak dengan medan magnet Bumi, seperti membentuk sebuah perisai.
Menurut Foster, pengamatan ruang angkasa membari gambaran sangat rinci tentang mekanisme pertahanan alami yang terjadi pada magnetosfer Bumi. Perubahan gumpalan plasma terasa dingin setiap terjadi proses kontak fisika plasma. Hal ini memperlambat rekoneksi dan berkontribusi pada gelombang mempercepat partikel dibagian lain magentosfer.
Foster menegaskan, proses re-sirkulasi yang terjadi sangat menarik, seperti membentuk 'Sungai Partikel' yang tidak berbeda jauh dengan fenomena Gulf Stream, dimana arus laut kuat mempengaruhi suhu di perairan sekitarnya. Partikel plasma mendistribusikan seluruh atmosfer untuk membentuk gumpalan yang mengalir melalui sistem sirkulasi besar dengan konsekuensi berbeda.
No comments:
Post a Comment