Usaha Setan yang paling pertama untuk menghancurkan hukum Allah-- yang telah diadakan di antara penghuni surga yang tidak berdosa itu--untuk sementara waktu kelihatannya telah berhasil. Sejumlah besar malaikat telah tertipu; tetapi apa yang seolah‑olah merupakan kemenangan Setan itu telah mengakibatkan kekalahan dan kerugian, perpisahan dari Allah, dan terusirnya mereka dari surga.
Apabila pertentangan itu dilanjutkan di bumi ini, sekali lagi Setan kelihatannya memperoleh kemenangan. Oleh pelanggaran, manusia menjadi tawanannya dan kerajaan manusia juga telah diserahkan kepada tangan pemimpin pemberontak itu. Kini jalan seolah‑olah terbuka bagi Setan untuk mendirikan kerajaannya yang merdeka untuk menentang kekuasaan Allah dan Anak‑Nya. Tetapi rencana keselamatan itu telah memungkinkan manusia dipulihkan kembali kepada keselarasan dengan Allah, dan untuk menyatakan penurutannya kepada hukum‑Nya, dan bagi manusia dan juga bumi ini untuk akhirnya ditebus dari kuasa si jahat itu.
Kembali Setan dikalahkan, dan sekali lagi ia menggunakan tipu daya dengan pengharapan akan mengubah kekalahannya itu menjadi satu kemenangan. Untuk membangkitkan pemberontakan di antara umat manusia yang telah berdosa itu, sekarang ia menampilkan Allah seakan‑akan bertindak tidak adil dengan membiarkan manusia melanggar hukum‑Nya. "Mengapa," kata si penggoda yang licik itu, "jikalau Allah telah mengetahui apa yang akan menjadi akibatnya, Ia membiarkan manusia untuk diuji, untuk berbuat dosa, dan mendatangkan penderitaan serta kematian?" Dan keturunan Adam, dengan melupakan rahmat yang panjang sabar yang telah memberikan kesempatan yang lain, dengan mengabaikan pengorbanan yang hebat dan ajaib dari Raja surga yang telah diakibatkan oleh pemberontakannya itu, telah mendengarkan sipenggoda dan bersungut‑sungut terhadap satu‑satunya Oknum yang dapat menyelamatkan mereka dari kuasa Setan yang membinasakan.
Dewasa ini ribuan orang yang mencetuskan kembali persungutan sebagai pemberontakan terhadap Allah. Mereka tidak menyadari bahwa dengan mengambil dari manusia kebebasannya untuk memilih adalah berarti merampas hak mutlaknya sebagai makhluk yang berpikir, dan menjadikan dia sebagai satu mesin semata‑mata. Bukanlah maksud Allah untuk memaksa kemauan seseorang. Manusia telah diciptakan sebagai satu makhluk yang bebas untuk memilih. Seperti penghuni dunia‑dunia yang lainnya, ia harus dikenakan kepada ujian penurutan; tetapi ia tidak pernah ditempatkan pada satu kedudukan dimana menyerah kepada dosa itu merupakan suatu keharusan. Tidak pernah ada suatu godaan atau suatu ujian yang dihadapkan kepada manusia untuk mana ia tidak akan sanggup mengatasinya. Allah telah mengadakan satu persediaan yang cukup agar manusia tidak perlu dikalahkan dalam pertarungan melawan Setan.
Sementara manusia bertambah‑tambah di atas dunia ini, hampir seluruh dunia menggabungkan diri dalam pemberontakan. Sekali lagi kelihatannya Setan telah memperoleh kemenangan. Tetapi kuasa yang tidak terbatas itu kembali menghancurkan pekerjaan kejahatan itu, dan bumi pun dibersihkan dari kekotoran akhlaknya oleh Air Bah.
Kata nabi itu, "Apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar. Seandainya orang fasik dikasihani, ia tidak akan belajar apa yang benar, ia akan berbuat curang di negeri di mana hukum berlaku, dan tidak akan melihat kemuliaan Tuhan." Yesaya 26:9, 10. Demikian pula halnya setelah Air Bah. Terlepas dari hukumannya, penduduk dunia ini kembali memberontak terhadap Tuhan. Dua kali perjanjian Allah dan hukum‑hukum‑Nya telah ditolak oleh dunia. Baik orang‑orang yang hidup pada zaman sebelum Air Bah, dan juga keturunan Nuh telah menyisihkan wewenang Ilahi. Kemudian Allah telah mengadakan perjanjian dengan Abraham, dan mengambil bagi diri‑Nya satu umat untuk menjadi pemelihara hukum‑Nya. Untuk menipu dan membinasakan bangsa ini, Setan dengan segera telah memasang jerat‑jeratnya. Anak‑anak Yakub digoda untuk mengadakan perkawinan dengan orang kafir dan menyembah berhala mereka. Tetapi Yusuf setia kepada Allah, dan kesetiaannya itu merupakan satu kesaksian yang tetap tentang iman yang benar. Adalah untuk memadamkan terang ini dimana Setan telah bekerja melalui kecemburuan saudara-saudaranya untuk menyebabkan dia dijual sebagai seorang budak di dalam satu negeri kafir. Namun demikian, Allah telah mengendalikan peristiwa-peristiwa itu sedemikian rupa sehingga pengetahuan tentang diri‑Nya dapat diberikan kepada bangsa Mesir. Baik di dalam rumah Potifar ataupun di dalam penjara Yusuf telah menerima satu pendidikan dan latihan, yang dengan disertai takut akan Allah, telah menyediakan dia bagi pangkatnya yang tinggi sebagai perdana menteri bangsa itu. Dari istana Firaun pengaruhnya terasa di seluruh negeri itu, dan pengetahuan akan Allah tersebar luas ke mana‑mana. Bangsa Israel di Mesir telah menjadi makmur serta kaya, dan hal seperti ini bila disertai dengan kesetiaan kepada Allah akan memberikan satu pengaruh yang meluas. Imam‑imam penyembah berhala itu dipenuhi rasa panik apabila mereka melihat bahwa agama yang baru ini disukai oleh orang banyak. Dengan diilhami oleh Setan dengan roh permusuhannya sendiri terhadap Allah yang di surga itu, mereka bertekad untuk memadamkan terang itu. Kepada imam‑imam ini telah dipercayakan tugas untuk mendidik pewaris takhta kerajaan itu, dan roh untuk menentang Allah serta ketekunan dalam penyembahan berhala inilah yang telah membentuk tabiat calon‑calon raja itu, dan telah menuntun mereka kepada tindakan yang kejam serta penganiayaan terhadap orang Israel.
Selama empat puluh tahun setelah Musa melarikan diri dari Mesir, penyembahan berhala kelihatannya telah memperoleh kemenangan. Tahun demi tahun pengharapan bangsa Israel semakin menipis. Baik raja dan rakyatnya telah bermegah‑megah dalam kekuasaan mereka, dan mencemoohkan Allah orang Israel. Hal ini terus berkembang sampai kepada puncaknya bilamana Firaun didatangi oleh Musa. Pada waktu pemimpin orang Israel ini datang menghadap raja dengan membawa satu pesan dari "Tuhan, Allah Israel" bukanlah oleh sebab ia tidak kenal kepada Allah yang benar itu, melainkan roh untuk menentang kuasa-Nya itulah yang telah mencetuskan jawab, "Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan Firman-Nya . . . . Tidak kenal aku Tuhan itu." Dari awal hingga akhirnya, penolakan Firaun terhadap perintah Ilahi bukanlah karena ia tidak mengetahui Allah tetapi oleh karena rasa benci serta kecongkakannya.
Sekalipun bangsa Mesir sudah begitu lama menolak pengetahuan akan Allah, Tuhan masih memberikan kepada mereka kesempatan untuk bertobat Pada zaman Yusuf, Mesir menjadi satu tempat perlindungan bagi Israel. Allah telah dihormati dalam kemurahan yang ditunjukkan kepada umat‑Nya. dan sekarang Oknum yang panjang sabar itu, yang tidak mudah marah dan penuh dengan belas kasihan, telah memberikan waktu kepada setiap hukuman untuk melaksanakan tugasnya; bangsa Mesir yang dikutuk melalui benda‑benda yang telah mereka sembah sebagai dewanya, mempunyai bukti tentang kuasa Tuhan, dan semua orang yang mau, dapat menyerah kepada Allah serta terlepas dari hukuman‑Nya. Kekerasan hati dan kesombongannya telah mengakibatkan tersebar luasnya pengetahuan akan Allah, dan menuntut banyak orang Mesir untuk menyerahkan diri kepada pelayanan‑Nya.
Karena Israel cenderung untuk mengadakan hubungan dengan orang kafir, dan meniru penyembahan berhala mereka bahwa Allah telah membiarkan mereka pergi ke Mesir, di mana pengaruh Yusuf terasa di mana‑mana dan di mana keadaan cukup baik bagi mereka untuk tetap sebagai satu bangsa yang berbeda. Di tempat ini juga penyembahan berhala Mesir yang keji dan kekejaman serta aniaya mereka selama pengembaraan orang Ibrani itu, seharusnya telah mengilhami mereka dengan rasa jijik terhadap penyembahan berhala itu, dan telah menuntun mereka untuk lari dan berlindung kepada Allah leluhur mereka. Tetapi pimpinan Allah ini telah dipakai sebagai alat oleh Setan untuk mencapai tujuannya, dengan menggelapkan pikiran bangsa Israel dan menuntun mereka untuk meniru praktik-praktik majikan‑majikan orang kafir itu. Oleh karena adanya semacam takhyul di kalangan orang Mesir yang mengagung‑agungkan binatang maka orang Israel tidak diizinkan, selama masa perbudakan mereka, untuk mempersembahkan korban. Dengan demikian pikiran mereka tidak diarahkan oleh upacara ini kepada Korban yang besar itu, dan iman mereka pun dilemahkan. Apabila waktunya tiba bagi kelepasan Israel, Setan telah bertekad untuk melawan maksud Allah ini. Ia bertekad agar bangsa yang besar itu, yang berjumlah lebih dari dua juta orang, dikekang dalam takhyul dan kebodohan. Bangsa, yang kepadanya Allah telah berjanji akan memberkati serta melipat‑gandakannya, untuk menjadi satu kuasa di atas bumi ini, dan yang melaluinya Ia akan menyatakan pengetahuan akan kehendak‑Nya itu-—bangsa yang telah dijadikan‑Nya sebagai penjaga hukum‑Nya itu-—bangsa inilah yang sedang diusahakan Setan agar tetap berada dalam perbudakan serta terpencil, agar ia dapat menghapuskan dari pikiran mereka ingatan akan Allah.
Tatkala mukjizat‑mukjizat diadakan di hadapan raja, Setan ada di sana siap untuk melawan pengaruhnya, dan mencegah Firaun agar jangan mengakui keunggulan Allah dan menurut perintah‑Nya. Setan menggunakan segenap usahanya untuk memalsukan pekerjaan Allah, dan menentang kehendak‑Nya. Satu‑satunya akibat dari hal itu ialah tersedianya jalan untuk diadakannya pertunjukan dari kuasa serta kemuliaan Ilahi yang lebih hebat, dan untuk lebih menjelaskan, baik kepada orang Israel dan juga kepada bangsa Mesir, tentang pemerintahan dan tentang adanya Allah yang hidup dan benar itu.
Allah telah membebaskan Israel dengan pernyataan kekuasaan‑Nya yang hebat, dan hukuman‑hukuman terhadap semua dewa‑dewa Mesir. "Dituntun-Nya umat-Nya ke luar dengan kegirangan dan orang-orang pilihan-Nya dengan sorak-sorai; . . . agar supaya mereka tetap mengikuti ketetapan-Nya, dan memegang segala pengajaran-Nya." Mazmur 105:43‑45. Ia telah melepaskan mereka dari perbudakan, agar Ia dapat membawa mereka ke satu negeri yang baik--satu negeri yang di dalam pimpinan‑Nya telah disediakan bagi mereka sebagai satu tempat perlindungan dari musuh‑musuh mereka, di mana mereka bisa tinggal di bawah naungan sayap‑Nya. Ia membawa mereka kepada Dirinya, dan memeluk mereka di dalam lengan‑Nya yang kekal itu; dan sebagai balasan mereka terhadap kebajikan dan rahmat‑Nya, mereka dituntut untuk tidak mempunyai ilah‑ilah lain di hadapan‑Nya, Allah yang hidup, dan meninggikan nama‑Nya, dan menjadikan nama‑Nya itu mulia di atas muka bumi.
Selama masa perbudakan di Mesir banyak dari antara orang Israel yang telah, sebegitu jauh, kehilangan pengetahuan akan hukum Allah, dan telah mencampur‑baurkan prinsip‑prinsipnya dengan adat serta tradisi‑tradisi orang kafir. Allah telah membawa mereka ke Sinai, dan di sana dengan suara‑Nya sendiri telah menyatakan hukum‑Nya.
Setan dan malaikat‑malaikat jahat ada di tempat ini. Pada saat‑saat Allah sedang mengumumkan hukum‑Nya kepada bangsa‑Nya itu, Setan sedang merencanakan untuk menggoda mereka berbuat dosa. Ia mau membinasakan bangsa yang telah dipilih Allah di hadapan surga. Dengan memimpin mereka ke dalam penyembahan berhala, ia mau membinasakan kuasa daripada segala perbaktian; oleh karena bagaimanakah seorang manusia dapat ditinggikan oleh memuja sesuatu yang tidak lebih tinggi daripada dirinya, dan dapat dilambangkan oleh benda‑benda buatan tangannya? Jikalau manusia dapat dibutakan terhadap kuasa, keagungan dan kemuliaan Allah yang tidak terduga itu dengan cara melambangkan Elia dengan sebuah patung ukiran, atau binatang sekalipun atau juga binatang melata jikalau mereka dapat melupakan sedemikian rupa akan hubungan mereka dengan Ilahi, yang dibentuk atas peta Khalik mereka, sehingga mereka mau bersujud kepada benda‑benda mati dan menjijikkan ini--maka jalan terbuka untuk memperoleh kebebasan untuk melakukan kejahatan; nafsu jahat dari hati manusia tidak dikendalikan, dan Setan akan berkuasa dengan sepenuhnya.
Di kaki gunung Sinai itu juga, Setan telah mulai hendak melaksanakan rencana‑rencananya untuk menghancurkan hukum Allah, dengan demikian meneruskan pekerjaan yang sama yang telah dimulainya di surga. Selama empat puluh hari sementara Musa berada di atas gunung bersama Allah, Setan sibuk membangkitkan kebimbangan, kemurtadan dan pemberontakan. Sementara Allah sedang menuliskan hukum‑Nya, untuk diserahkan kepada umat perjanjian‑Nya, bangsa Israel, dengan menyangkal kesetiaan mereka kepada Tuhan telah menuntut agar dewa keemasan dibuat! Pada waktu Musa kembali dari hadirat kemuliaan Ilahi yang hebat itu, dengan prinsip‑prinsip hukum itu di tangannya, untuk mana mereka telah berjanji akan menurutnya, ia dapati mereka, dengan terang‑terangan melawan perintah‑Nya, sedang menyembah sujud dalam perbaktian kepada sebuah patung emas.
Dengan memimpin Israel kepada penghujatan serta penghinaan yang dilakukan dengan beraninya terhadap Tuhan, Setan sedang merencanakan untuk membinasakan mereka. Oleh karena mereka telah membuktikan bagaimana butanya mereka terhadap kesempatan‑kesempatan serta berkat‑berkat yang telah ditawarkan Allah kepada mereka, dan buta kepada janji‑janji yang khidmat bahwa mereka akan tetap setia kepada Tuhan, maka Tuhan, Setan harapkan, pasti akan menceraikan mereka dari diri‑Nya dan membinasakan mereka. Dengan demikian maka musnahlah benih perjanjian yang akan memeliharakan pengetahuan akan Allah yang hidup, dan melaluinya Ia akan datang--Benih yang benar itu, yang akan mengalahkan Setan. Pemberontak yang besar itu telah berencana untuk membinasakan Israel, dan dengan demikian akan menghalangi maksud‑maksud Allah. Tetapi sekali lagi ia telah dikalahkan. Bagaimanapun kejinya dosa mereka, bangsa Israel tidak dibinasakan. Sementara mereka yang berkeras untuk berdiri di pihak Setan itu telah dibinasakan, bangsa itu, dengan merendahkan diri serta bertobat, dengan penuh rahmat telah diampuni. Sejarah dosa ini harus berdiri sebagai satu kesaksian yang kekal akan dosa serta hukuman daripada penyembahan berhala, dan akan keadilan serta rahmat Allah yang panjang sabar itu.
Segenap alam semesta telah menjadi saksi akan peristiwa di Sinai itu. Di dalam pelaksanaan kedua pemerintahan itu telah terlihat perbedaan tajam antara pemerintahan Allah dan pemerintahan Setan. Sekali lagi penghuni dunia‑dunia lain yang tidak berdosa itu melihat akibat‑akibat daripada kemurtadan Setan, dan corak pemerintahan yang mau didirikannya di dalam surga andaikata ia telah diizinkan untuk melaksanakannya.
Oleh menuntun manusia untuk melanggar hukum yang kedua, Setan bertujuan merusak pandangan pikiran mereka sehubungan dengan Oknum Ilahi. Dengan menyisihkan hukum yang keempat, ia mau menuntun manusia untuk melupakan Allah sama sekali. Tuntutan Allah untuk dihormati dan disembah, lebih daripada dewa‑dewa kafir, didasarkan atas kenyataan bahwa Dialah Khalik itu, dan bahwa kepada‑Nya segala makhluk itu berutang nyawa. Demikianlah hal itu dikemukakan dalam Alkitab. Kata nabi Yeremia: "Tetapi Tuhan adalah Allah yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang karena murka-Nya, dan bangsa-bangsa tidak tahan akan geram-Nya.... 'Para Allah yang tidak menjadikan langit dan bumi akan lenyap dari bumi dan dari kolong langit ini.' Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya." "Setiap manusia ternyata bodoh, tidak berpengetahuan, dan setiap pandai emas menjadi malu karena patung buatannya. Sebab patung tuangannya itu adalah tipu, tidak ada nyawa di dalamnya, semuanya adalah kesia-siaan, pekerjaan yang menjadi buah ejekan, dan yang akan binasa pada waktu dihukum. Tidaklah begitu Dia yang menjadi bagian Yakub, sebab Dialah yang membentuk segala-galanya, dan Israel adalah suku milik-Nya; nama-Nya ialah Tuhan semesta alam." Yeremia 10:10‑12; 14‑16. Sabat sebagai satu peringatan akan kuasa Allah yang menciptakan, menunjuk kepada‑Nya sebagai Khalik langit dan bumi. Oleh sebab itu Sabat merupakan saksi yang tetap akan adanya Allah, dan satu pengingat akan kebesaran‑Nya, hikmat‑Nya dan kasih‑Nya. Jikalau hari Sabat selalu disucikan, maka tidak akan pernah ada seorang ateis atau seorang penyembah berhala.
Lembaga hari Sabat, yang berasal di Eden, adalah sama tuanya dengan bumi ini sendiri. Itu dipelihara oleh semua bapa‑bapa mulai dari masa penciptaan dan seterusnya. Selama perbudakan di Mesir, bangsa Israel dipaksa oleh mandor‑mandor mereka supaya melanggar Sabat, dan sebegitu jauh mereka telah kehilangan pengetahuan tentang kesuciannya. Pada waktu hukum itu diumumkan di Sinai, kata‑kata yang pertama daripada hukum yang keempat adalah, "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat," menunjukkan bahwa Sabat bukan ditetapkan pada saat itu; kepada kita ditunjukkan kembali waktu penciptaan bumi ini sebagai asal‑usulnya Sabat. Agar dapat menghapuskan Allah dari pikiran manusia, Setan bertujuan menghancurkan peringatan yang besar ini. Jikalau manusia dapat dituntun untuk melupakan Khalik mereka, mereka tidak akan berusaha melawan kuasa kejahatan, dan Setan pun pasti akan menguasai mangsanya.
Permusuhan Setan terhadap hukum Allah telah memaksa dia untuk berperang melawan setiap peraturan dari Sepuluh Hukum itu. Prinsip kasih serta penurutan seorang anak terhadap orang tuanya erat sekali hubungannya dengan prinsip yang agung daripada kasih, serta kesetiaan terhadap Allah, Bapa semua orang. Oleh sebab itu Setan berusaha melemahkan tuntutan daripada hukum yang kelima. Di antara orang kafir, prinsip yang tercantum dalam hukum ini tidak begitu diperhatikan. Pada banyak bangsa, orang tua diabaikan atau dibunuh segera setelah usia membuat mereka itu tidak sanggup lagi untuk menyediakan keperluan hidup mereka. Di dalam rumah tangga, ibu tidak terlalu dihormati dan di saat suaminya mati, ia dituntut untuk menyerah kepada wewenang anak sulungnya. Penurutan seorang anak terhadap orang tuanya ditetapkan oleh Musa; tetapi apabila bangsa Israel berpaling dari Tuhan, hukum yang kelima itu, bersama‑sama dengan yang lainnya, telah diabaikan.
Setan adalah "pembunuh manusia sejak semula" (Yohanes 8:44); dan segera setelah ia memperoleh kuasa terhadap umat manusia, ia bukan saja menghasut mereka untuk saling membenci dan membunuh satu dengan yang lainnya, tetapi lebih berani dari itu ialah untuk melawan wewenang Allah, ia telah menjadikan pelanggaran terhadap hukum yang keenam sebagai sebagian daripada agama mereka.
Oleh pemikiran yang keliru akan sifat‑sifat Ilahi, bangsa kafir telah dituntun untuk mempercayai bahwa persembahan jiwa manusia sebagai korban perlu diadakan untuk memperoleh belas kasihan dari dewa‑dewa mereka; dan perbuatan kejam lainnya yang paling mengerikan telah dilakukan di dalam berbagai bentuk penyembahan berhala. Di antaranya ialah praktik untuk menyuruh anak‑anak mereka berjalan melalui api di hadapan berhala‑berhala mereka. Apabila seorang dari antara mereka berhasil melalui ujian ini tanpa cedera, mereka mempercayai bahwa korban mereka telah diterima; dia yang selamat dalam ujian seperti itu dianggap sebagai seorang yang amat dikasihani oleh dewa‑dewa, diberikan pemberian‑pemberian yang banyak dan sejak saat itu ia akan dihormati; dan bagaimana pun besarnya kejahatan yang dilakukannya ia tidak akan pernah dihukum. Tetapi jikalau seseorang terbakar pada waktu melewati api itu, maka nasibnya dimeteraikan; mereka percaya bahwa kemarahan dewa‑dewa itu dapat diredakan hanya dengan cara mengambil nyawa korban itu, dan kemudian ia pun dipersembahkan sebagai satu korban. Pada zaman kemurtadan yang besar kekejian seperti itu telah merajalela, sebegitu jauh, di kalangan bangsa Israel.
Pelanggaran terhadap hukum Ketujuh juga sejak zaman dulu telah dipraktikkan dalam nama agama. Upacara‑upacara yang paling keji dan cabul telah dijadikan sebagai satu bagian daripada perbaktian kafir. Dewa‑dewa itu sendiri digambarkan sebagai makhluk‑makhluk yang najis, dan penyembah‑penyembah mereka pun dikendalikan oleh nafsu yang paling keji. Kejahatan‑kejahatan yang luar biasa dan upacara‑upacara keagamaan ditandai oleh kenajisan yang terang‑terangan dan menyeluruh.
Poligami (beristri banyak) telah dipraktikkan sejak dulu kala. Hal itu merupakan salah satu daripada dosa‑dosa yang telah mendatangkan murka Allah ke atas bumi sebelum Air Bah. Namun demikian, setelah Air Bah, kembali hal itu telah merajalela. Hal itu merupakan usaha Setan yang sudah dipelajari untuk merusakkan lembaga pernikahan, untuk melemahkan tuntutan‑tuntutan‑Nya dan mengurangi kesuciannya; karena tidak ada cara yang lebih pasti untuk menghapuskan peta Allah dari diri manusia, dan untuk membuka pintu kepada penderitaan dan kejahatan.
Sejak permulaan pertarungan yang besar itu, Setan bertujuan menampilkan dengan cara yang salah akan tabiat Allah, dan membangkitkan pemberontakan melawan hukum‑Nya, dan usaha ini kelihatannya berhasil. Orang banyak mau mendengar tipu daya Setan dan bertekad untuk melawan Tuhan. Tetapi di tengah‑tengah pekerjaan si jahat ini, maksud Allah tetap bergerak maju menuju kepada kesempurnaannya; kepada semua makhluk yang berpikir Ia sedang menyatakan keadilan serta kebajikan‑Nya. Melalui godaan‑godaan Setan segenap umat manusia telah menjadi pelanggar‑pelanggar hukum Allah, tetapi oleh pengorbanan Anak‑Nya satu jalan telah terbuka melalui mana mereka akan disanggupkan untuk menurut kepada hukum Bapa. Dengan demikian di dalam setiap zaman, dari tengah‑tengah kemurtadan dan pemberontakan, Allah mengumpulkan satu umat yang setia kepada‑Nya--satu umat yang "menyimpan pengajaran-Ku dalam hatimu!" Yesaya 51:7.
Adalah melalui tipu muslihat dimana Setan telah memperdayakan malaikat‑malaikat; dengan cara seperti itulah sepanjang zaman ia telah menjalankan pekerjaannya di antara manusia dan ia akan terus menggunakan cara ini sampai kepada akhirnya. Jikalau dengan terang‑terangan ia mengaku sedang berperang melawan Allah dan hukum‑Nya, manusia akan waspada; tetapi ia telah menyelubungi dirinya dan mencampurbaurkan yang benar dengan yang salah. Kepalsuan yang paling berbahaya ialah kepalsuan yang bercampur dengan kebenaran. Dengan cara demikianlah yang salah telah diterima sehingga telah menawan dan membinasakan jiwa manusia. Oleh cara ini Setan telah menguasai dunia ini. Tetapi harinya akan datang bilamana kemenangannya itu akan diakhiri untuk selama‑lamanya.
Perlakuan Allah terhadap pemberontakan akan mengakibatkan terbukanya kedok pekerjaan yang semenjak lama telah dijalankan dengan tersembunyi. Akibat‑akibat daripada pemerintahan Setan, buah‑buah yang telah dihasilkan dengan menyisihkan undang‑undang Ilahi, akan dibeberkan dengan jelas di hadapan semua makhluk yang berpikir. Hukum Allah akan dibenarkan. Akan terlihat bahwa segala tindakan Allah itu selalu dijalankan demi kebaikan umat‑Nya, dan kebaikan bagi semua dunia yang telah diciptakan‑Nya. Setan sendiri, di hadapan alam semesta yang menjadi saksi, akan mengakui keadilan pemerintahan Allah dan kebenaran hukum‑Nya.
Waktunya tidak lama lagi bilamana Allah akan bangkit untuk membenarkan wewenang‑Nya yang telah dihina. "Sebab sesungguhnya Tuhan mau ke luar dari tempat-Nya untuk menghukum penduduk bumi karena kesalahannya." Yesaya 26:21. "Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?" Maleakhi 3:2. Bangsa Israel, oleh karena dosa mereka, dilarang mendekati gunung itu pada waktu Allah segera akan turun ke atasnya untuk mengumumkan hukum‑Nya, agar supaya mereka jangan dibinasakan oleh kemuliaan hadirat‑Nya yang menyala‑nyala itu. Jikalau pernyataan kuasa‑Nya yang seperti itu telah menandai tempat yang telah dipilihnya untuk mengumumkan hukum Allah, betapa dahsyatnya lagi pehukuman‑Nya itu bilamana Ia datang untuk melaksanakan hukum‑hukum yang suci ini. Bagaimana mereka yang telah menginjak‑injak wewenang‑Nya itu dapat bertahan terhadap kemuliaan‑Nya pada hari pembalasan‑Nya yang dahsyat itu? Kegentaran di Sinai kepada orang banyak itu menggambarkan pemandangan yang akan terjadi pada hari pehukuman. Bunyi terompet memanggil Israel untuk menghadap kepada Allah. Suara Penghulu Malaikat dan terompet Allah akan memanggil, dari seluruh bumi ini, baik yang hidup dan yang mati kepada hadirat Hakim mereka. Bapa dan Anak, didampingi oleh rombongan malaikat yang besar jumlahnya, hadir di atas gunung itu. Pada hari pehukuman yang besar itu Kristus akan datang "dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya." Matius 16:27. Pada waktu itu Ia akan duduk di atas takhta kemuliaan‑Nya, dan di hadapan‑Nya akan berhimpun segala bangsa.
Pada waktu Hadirat Ilahi dinyatakan di Sinai, kemuliaan Tuhan adalah seperti api yang menghanguskan pada pemandangan bangsa Israel. Tetapi bilamana Kristus akan datang dalam kemuliaan dengan malaikat‑malaikat suci‑Nya segenap bumi ini akan menjadi terang benderang oleh cahaya yang hebat dari hadirat‑Nya. "Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat. Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat-Nya." Mazmur 50:3, 4. Sebuah sungai api akan mengalir keluar dari hadapan‑Nya, yang akan menyebabkan segala anasir‑anasir itu mencair oleh karena panasnya, bumi ini juga, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya akan terbakar. "Tuhan Yesus dari dalam surga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita." 2 Tesalonika 1:7, 8.
Semenjak manusia diciptakan belum pernah disaksikan satu pernyataan kuasa Ilahi yang hebat itu seperti pada waktu hukum‑Nya diumumkan di Sinai. "Bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel." Mazmur 68:9. Di tengah‑tengah amukan alam yang paling dahsyat itu suara Allah, seperti terompet, terdengar dari dalam awan. Gunung itu bergetar mulai dari kaki sampai ke puncaknya, dan segenap bangsa Israel, pucat dan gemetar karena ketakutan, bersujud dengan mukanya sampai ke tanah. Ia yang suara‑Nya menggoncangkan bumi pada waktu itu telah menyatakan, "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ibrani 12:26. Kata Alkitab, "Tuhan akan menengking dari tempat tinggi dan memperdengarkan suara-Nya dari tempat pernaungan-Nya yang kudus," Yeremia 25:30, "langit dan bumi bergoncang." Yoel 3:16. Pada hari yang dahsyat itu, langit sendiri akan hilang "bagaikan gulungan kitab yang digulung." Wahyu 6:14. Dan segala gunung dan pulau akan berpindah tempat. "Bumi terhuyung‑huyung sama sekali seperti orang mabuk dan goyang seperti gubuk yang ditiup angin; dosa pemberontakannya menimpa dia dengan sangat, ia rebah dan tidak akan bangkit-bangkit lagi." Yesaya 24:20.
"Sebab itu semua tangan akan menjadi lemah lesu," muka mereka itu akan "seperti orang yang demam," "setiap hati manusia akan menjadi tawar, dan mereka akan terkejut. Mereka akan menggeliat kesakitan seperti perempuan melahirkan." "Kepada dunia akan Kubalaskan kejahatannya," kata Tuhan, dan "Aku akan mematahkan kuk dari tengkuk mereka dan memutuskan tali-tali pengikat mereka." Yesaya 13:7, 8, 11; Yeremia 30:8.
Pada waktu Musa kembali dari Hadirat Ilahi di atas bukit itu dimana ia telah menerima loh batu kesaksian itu, bangsa Israel tidak tahan terhadap terang yang memancar dari wajah‑Nya. Bagaimana dapat orang‑orang yang melanggar itu memandang kepada Anak Allah bilamana Ia kelihatan dalam kemuliaan Bapa‑Nya, yang dikelilingi oleh segenap bala tentara surga, untuk melaksanakan pehukuman terhadap pelanggar‑pelanggar daripada hukum‑Nya, dan orang‑orang yang menolak penebusan‑Nya. Mereka yang telah mengabaikan hukum Allah dan menginjak‑injak di bawah kakinya darah Kristus, "dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa," akan menyembunyikan diri, "ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung," dan mereka akan berseru kepada gunung‑gunung batu itu, 'Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.' Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?" Wahyu 6:15‑17. "Pada hari itu berhala-berhala perak dan berhala-berhala emas yang dibuat manusia untuk sujud menyembah kepadanya akan dilemparkannya kepada tikus dan kelelawar, dan ia akan masuk ke dalam lekuk-lekuk di gunung batu dan ke dalam celah-celah di bukit batu terhadap kedahsyatan Tuhan dan terhadap semarak kemegahan-Nya, pada waktu Ia bangkit menakut-nakuti bumi." Yesaya 2:20, 21.
Kemudian akan terlihat bahwa pemberontakan Setan terhadap Allah telah berakibat dalam kehancuran kepada dirinya sendiri, dan kepada semua orang yang telah memilih untuk menjadi pengikutnya. Ia telah menyatakan bahwa kebajikan akan datang sebagai hasil daripada pelanggaran; tetapi akan ternyata bahwa "upah dosa itu adalah maut." "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, Firman Tuhan semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka." Maleakhi 4:1. Setan, akar dari setiap dosa, dan semua orang yang mengerjakan kejahatan, yang merupakan cabang‑cabangnya, akan dibinasakan sama sekali. Dosa, bersama dengan segala kutuk dan kehancuran yang telah diakibatkannya akan diakhiri. Pemazmur berkata, "Engkau telah menghardik bangsa-bangsa, telah membinasakan orang-orang fasik; nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama-lamanya; musuh telah habis binasa, menjadi timbunan puing senantiasa; kota-kota telah Kauruntuhkan; lenyaplah ingatan kepadanya." Mazmur 9:6, 7.
Tetapi di tengah‑tengah topan pehukuman Ilahi itu anak‑anak Allah tidak perlu merasa gentar. "Tetapi Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel." Yoel 3:16. Hari yang mendatangkan kegentaran dan kehancuran kepada orang‑orang yang melanggar hukum Allah, kepada yang menurut akan mendatangkan "kesukaan yang tak terkatakan dan penuh dengan kemuliaan." "Kumpulkanlah umat kesucian‑Ku kepada‑Ku," kata Tuhan, "mereka yang telah mengadakan satu perjanjian dengan Aku oleh korban. Dan langit akan menyatakan kebenarannya: karena Allah adalah Hakim itu Sendiri."
"Pada masa itu kamu akan menoleh dan melihat bedanya antara orang yang benar dengan orang fasik, antara orang yang berbakti kepada Allah dengan orang yang tiada berbakti kepada‑Nya!" Maleakhi 3:18. "Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengetahui apa yang benar, hai bangsa yang menyimpan pengajaran-Ku dalam hatimu!." "Sesungguhnya, Aku mengambil dari tanganmu piala dengan isinya yang memusingkan, . . . tidak akan kauminum lagi." "Akulah, Akulah yang menghibur kamu." Yesaya 51:7, 22, 12. "Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, Firman Tuhan, yang mengasihani engkau." Yesaya 54:10.
Rencana penebusan yang besar itu akan membawa kembali dengan sempurnanya seluruh dunia kepada keadaan yang diperkenankan Allah. Segala sesuatu yang telah hilang oleh dosa akan dipulihkan. Bukan hanya manusia tetapi bumi ini juga ditebus, untuk menjadi tempat tinggal yang abadi bagi orang‑orang yang menurut. Enam ribu tahun lamanya Setan telah bergumul untuk mempertahankan hak miliknya atas bumi ini. Kini maksud Allah yang semula dalam penciptaan‑Nya telah terlaksana. "Orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-lamanya." Daniel 7:18.
"Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama Tuhan." Mazmur 113:3. "Pada waktu itu Tuhan adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya." "Tuhan akan menjadi Raja atas seluruh bumi." Zakharia 14:9. Kata Alkitab, "Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, Firman-Mu tetap teguh di surga." "Segala titah-Nya teguh." "Kebajikan-Nya tetap untuk selama-lamanya." Mazmur 119:89; 111:7, 9. Hukum suci yang dibenci Setan dan yang ia usahakan untuk membinasakannya, akan dihormati di seluruh alam semesta yang tidak berdosa itu. "Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa." Yesaya 61:11.
No comments:
Post a Comment