Adam dan Hawa, pada waktu dijadikan, mempunyai pengetahuan akan hukum Allah; mereka tahu tuntutan‑tuntutan hukum itu terhadap diri mereka; prinsip‑prinsipnya tertulis di dalam hati mereka. Pada waktu manusia jatuh oleh karena pelanggaran mereka, hukum itu tidak berubah, tetapi satu sistem penawar telah diadakan untuk memulihkan mereka kembali kepada penurutan. Janji tentang seorang Juruselamat diberikan, dan upacara persembahan korban yang menunjuk kepada kematian Kristus sebagai korban daripada dosa ditetapkan. Tetapi jikalau hukum Allah itu tidak pernah dilanggar, maka tidak akan ada kematian dan tidak diperlukan seorang Juruselamat; dan tentu saja tidak diperlukan korban‑korban.
Adam mengajarkan keturunannya tentang hukum Allah, dan hal itu disampaikan dari bapa kepada anak, dan terus sepanjang generasi‑generasi mendatang. Tetapi walau pun persediaan yang penuh dengan kemurahan itu telah diadakan untuk penebusan manusia, hanya sedikit saja yang menerimanya dan menunjukkan penurutan mereka. Melalui pelanggaran dunia ini menjadi begitu jahat sehingga perlu untuk dibersihkan dari kejahatannya itu dengan Air Bah. Hukum itu telah dipelihara oleh Nuh dan keluarganya, dan Nuh mengajarkan keturunannya tentang Sepuluh Hukum itu. Apabila manusia sekali lagi berpaling dari Allah, Tuhan telah memilih Abraham, tentang dia, Tuhan berkata, "Abraham telah mendengarkan Firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku." Kejadian 26:5. Kepadanya diberikan upacara sunat, yang menjadi satu tanda bahwa mereka yang menjalankannya telah diserahkan kepada pelayanan akan Allah satu janji bahwa mereka akan tetap memisahkan diri dari penyembahan berhala, dan akan menurut hukum Allah. Kegagalan daripada keturunan Abraham untuk memelihara janji ini, sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan mereka untuk mengadakan persekutuan dengan orang kafir dan mengikuti kebiasaan‑kebiasaan mereka, adalah penyebab daripada pengembaraan dan perhambaan Mesir. Tetapi di dalam pergaulan mereka dengan penyembah‑penyembah berhala itu, dan dengan takluknya mereka secara terpaksa kepada orang Mesir, hukum Ilahi itu menjadi lebih dinodai oleh kejahatan dan pengajaran‑pengajaran kekafiran yang kejam itu. Oleh sebab itu pada waktu Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir, Ia telah turun ke atas gunung Sinai, dengan dibungkus oleh kemuliaan dan dikelilingi oleh malaikat‑malaikat‑Nya, dan di dalam keagungan‑Nya yang hebat itu Ia telah mengucapkan hukum‑Nya di hadapan segenap bangsa itu.
Pada saat itu ia tidak mempercayakan hukum‑Nya itu ke dalam ingatan satu bangsa yang cenderung untuk melupakan tuntutan‑tuntutan‑Nya, melainkan Ia telah menuliskannya di atas loh batu. Ia mau membuangkan dari Israel segala kemungkinan untuk mencampur‑baurkan tradisi‑tradisi kafir dengan hukum‑Nya yang suci, atau mengacau‑balaukan tuntutan‑tuntutan‑Nya dengan adat kebiasaan manusia. Tetapi Ia tidak berhenti hanya dengan memberikan kepada mereka peraturan‑peraturan dari Sepuluh Hukum itu saja. Bangsa itu telah menunjukkan diri mereka sangat mudah untuk tersesat sehingga Ia tidak mau membiarkan satu pun pintu pencobaan yang tidak dijaga. Musa diperintahkan untuk menuliskan, sebagaimana dikatakan Allah kepadanya, pertimbangan‑pertimbangan serta hukum‑hukum sambil memberikan petunjuk‑petunjuk yang terperinci tentang apa yang dituntut. Petunjuk‑petunjuk yang berhubungan dengan tugas bangsa itu kepada Allah, kepada satu dengan yang lainnya, dan kepada orang‑orang asing hanyalah merupakan prinsip‑prinsip hukum Allah yang diperluas, dan diberikan dalam cara yang khusus agar tidak seorang pun keliru. Mereka dimaksudkan untuk menjaga kesucian hukum‑hukum yang diukirkan dalam loh batu itu.
Jikalau manusia telah menurut akan hukum Allah, sebagaimana yang telah diberikan kepada Adam setelah kejatuhannya, telah dipelihara oleh Nuh dan diturut oleh Abraham, maka tidak perlu diadakan upacara sunat. Dan jikalau keturunan Abraham telah memelihara perjanjian itu, untuk mana sunat adalah merupakan satu tanda, mereka tidak akan pernah terjerat oleh penyembahan berhala, dan tidak perlu bagi mereka untuk menderita perbudakan di Mesir; mereka akan memelihara hukum Allah di dalam pikiran mereka, dan hukum itu tidak perlu diumumkan dari Sinai atau diukir di atas loh batu. Dan kalau bangsa itu mempraktikkan prinsip‑prinsip Sepuluh Hukum itu, maka tidak perlu petunjuk‑petunjuk tambahan diberikan kepada Musa.
Upacara persembahan korban, yang telah diserahkan kepada Adam, juga telah disalahgunakan oleh keturunannya. Takhyul, penyembahan berhala, kekejaman dan perbuatan cabul telah menodai upacara yang sederhana dan penuh arti yang telah ditetapkan Allah itu. Melalui pergaulan yang lama dengan penyembah‑penyembah berhala itu bangsa Israel telah mencampur‑baurkan banyak adat kafir dengan perbaktian mereka; oleh sebab itu Tuhan telah memberikan kepada mereka di Sinai petunjuk‑petunjuk yang tertentu sehubungan dengan upacara korban. Setelah dibangunkannya baitsuci itu Ia telah mengadakan hubungan dengan Musa dari awan kemuliaan yang ada di atas tutupan pendamaian, dan memberikan kepadanya petunjuk‑petunjuk yang lengkap tentang tata cara persembahan korban itu, dan bentuk perbaktian yang harus dipertahankan di dalam baitsuci. Hukum upacara ini dengan demikian diberikan kepada Musa, dan telah ditulisnya di dalam sebuah buku. Tetapi Sepuluh Hukum yang diucapkan dari gunung Sinai telah ditulis oleh Allah sendiri di atas loh batu, dan disimpan dengan hati‑hati di dalam peti perjanjian.
Ada banyak orang yang mencoba untuk menggabungkan kedua macam hukum ini, sambil menggunakan ayat‑ayat Alkitab yang membicarakan tentang hukum upacara untuk membuktikan bahwa hukum moral itu telah dihapuskan; tetapi ini adalah satu penyalahgunaan ayat‑ayat Kitab Suci. Perbedaan antara kedua hukum ini sangat luas dan jelas. Hukum upacara itu terdiri dari lambang‑lambang yang menunjuk kepada Kristus, kepada pengorbanan‑Nya dan keimamatan‑Nya. Hukum upacara ini, dengan segala korban dan acara‑acaranya harus dijalankan oleh orang Israel sampai lambang itu menemui wujudnya di dalam kematian Kristus, Anak Domba Allah yang mengangkut dosa isi dunia ini. Kemudian segala persembahan korban itu tidak berlaku lagi. Hukum inilah yang Kristus "Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib." Kolose 2:14. Tetapi tentang Sepuluh Hukum, pemazmur berkata, "Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, Firman-Mu tetap teguh di surga." Mazmur 119:89. Dan Kristus sendiri berkata, "Janganlah kamu sangkakan Aku datang untuk merombak hukum.... Sesungguhnya Aku berkata kepadamu"--menjadikan sebutan ini setegas‑tegasnya "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." Matius 5:17, 18. Di sini Ia mengajarkan, bukan semata‑mata apa yang menjadi tuntutan daripada hukum Allah pada saat itu, tetapi juga bahwa tuntutan‑tuntutan itu akan tetap berlaku selama langit dan bumi berdiri. Hukum Allah sama kekalnya seperti takhta‑Nya. Itu akan tetap mempertahankan tuntutannya kepada manusia sepanjang zaman.
Mengenai hukum yang diumumkan dari gunung Sinai itu, Nehemia berkata, "Engkau telah turun ke atas gunung Sinai dan berbicara dengan mereka dari langit dan memberikan mereka peraturan-peraturan yang adil, hukum-hukum yang benar serta ketetapan-ketetapan dan perintah-perintah yang baik." Nehemia 9:13. Dan Paulus, "rasul kepada orang kafir itu," mengatakan, "Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik." Roma 7:12. Ini tidak lain daripada Sepuluh Hukum; karena hukum inilah yang mengatakan, "jangan mengingini," ayat 7. Sementara kematian Kristus mengakhiri hukum lambang‑lambang dan bayangan, itu tidak mengurangi sedikit pun akan tuntutan hukum moral. Sebaliknya, kenyataan bahwa perlu bagi Kristus harus mati untuk menebus pelanggaran terhadap hukum itu, membuktikan bahwa itu tidak dapat diubahkan.
Mereka yang menyatakan bahwa Kristus datang untuk mengubah hukum Allah dan membatalkan Perjanjian Lama, menyatakan bahwa zaman bangsa Israel itu adalah zaman kegelapan, dan menggambarkan agama orang Israel itu sebagai sesuatu yang terdiri dari sekadar bentuk upacara‑upacara saja. Tetapi ini adalah satu kesalahan. Di seluruh halaman‑halaman sejarah yang suci itu, dimana perlakuan Allah terhadap umat‑Nya dicatat, terdapat jejak yang amat jelas dari AKU ADA itu. Tidak pernah Ia memberikan kepada manusia pernyataan yang lebih jelas tentang kuasa dan kemuliaan‑Nya daripada ketika Ia diakui sebagai satu‑satunya pemerintah Israel dan memberikan hukum itu kepada mereka. Di sini dinyatakan satu tongkat pemerintahan yang tidak dipengaruhi oleh tangan manusia; dan kenyataan daripada Raja Israel yang tidak kelihatan itu amat agung dan ajaib.
Di dalam segala kenyataan hadirat Ilahi ini kemuliaan Allah dinyatakan melalui Kristus. Bukan saja pada kedatangan Juruselamat, tetapi sepanjang zaman setelah kejatuhan dan janji penebusan itu, "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus." 2 Korintus 5:19. Kristus adalah dasar dan pusat upacara persembahan korban baik pada zaman bapa‑bapa dan juga pada zaman Israel. Semenjak dosa leluhur kita itu tidak ada lagi hubungan langsung antara Allah dengan manusia. Bapa telah memberikan dunia ini kepada Kristus, agar melalui pekerjaan pengantaraan‑Nya Ia dapat menebus manusia, dan membenarkan wewenang dan kesucian hukum Allah. Segala hubungan antara surga dan umat yang berdosa itu diadakan melalui Kristus. Anak Allah sendiri yang telah memberikan kepada leluhur kita yang pertama itu janji penebusan. Dia pulalah yang telah menyatakan diri‑Nya kepada bapa‑bapa. Adam, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub dan Musa mengerti tentang Injil. Mereka memandang kepada keselamatan melalui Pengganti dan Jaminan manusia. Orang‑orang suci pada zaman dulu itu mengadakan hubungan dengan Juruselamat yang akan datang ke dunia kita dalam keadaan daging manusia; dan beberapa dari antara mereka berkata‑kata dengan Kristus dan malaikat surga muka dengan muka.
Kristus bukan saja pemimpin orang Israel di padang belantara itu-- Malaikat yang di dalamnya terdapat nama Tuhan, dan yang tersembunyi di dalam tiang awan berjalan di hadapan bala tentara itu--tetapi adalah Dia yang telah memberikan hukum itu kepada bangsa Israel. Di tengah‑tengah kemuliaan yang hebat di gunung Sinai, Kristus mengumumkan di hadapan bangsa itu sepuluh peraturan hukum Bapa‑Nya. Dia pulalah yang telah memberikan kepada Musa hukum yang terukir di atas loh batu.
Kristus yang telah berbicara kepada umat‑Nya melalui nabi‑nabi. Rasul Paulus, pada waktu menulis kepada gereja Kristen, mengatakan bahwa nabi‑nabi "bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu." 1 Petrus 1:10, 11. Kristus yang telah berbicara kepada kita melalui Perjanjian Lama. "Kesaksian Yesus adalah Roh nubuat," Wahyu 19:10.
Di dalam pengajaran‑Nya selagi hidup di antara manusia Yesus mengarahkan pikiran orang banyak kepada Perjanjian Lama. Ia berkata kepada orang Yahudi, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal." Yohanes 5:39. Pada saat itu buku‑buku Perjanjian Lama adalah satu‑satunya Alkitab yang ada. Sekali lagi Anak Allah berkata, "Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu." dan Ia menambahkan, "Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." Lukas 16:29, 31.
Hukum upacara telah diberikan oleh Kristus. Setelah hukum itu tidak berlaku sekalipun, Paulus mengemukakannya di hadapan bangsa Yahudi dalam nilai serta kedudukan yang sebenarnya, menunjukkan tempatnya di dalam rencana penebusan dan hubungannya kepada pekerjaan Kristus; dan rasul yang besar itu menyatakan bahwa hukum ini mulia, sesuai dengan asalnya yang dari Ilahi. Upacara baitsuci yang khidmat itu melambangkan kebenaran‑kebenaran yang agung yang harus dinyatakan sepanjang generasi‑generasi berikutnya. Asap pedupaan yang naik bersama‑sama dengan doa bangsa, Israel menggambarkan kebenaran‑Nya yang satu‑satunya dapat menjadikan doa dari orang berdosa berkenan kepada Allah; korban yang berlumuran darah di atas mezbah itu menyaksikan tentang seorang Penebus yang akan datang; dan dari ruangan yang Mahasuci tanda dari Hadirat Ilahi yang kelihatan itu terpancar. Dengan demikian sepanjang zaman kegelapan dan kemurtadan iman tetap hidup di dalam hati manusia sampai ketikanya tiba bagi kedatangan Mesias yang dijanjikan itu.
Yesus adalah terang umat‑Nya--Terang dunia ini--sebelum Ia datang ke dunia ini dalam wujud kemanusiaan. Terang yang pertama kali memancar menembusi kegelapan yang telah menyelimuti dunia ini oleh sebab dosa, datang dari Kristus. Dan dari Dia telah datang setiap berkas cahaya surga yang telah dipancarkan kepada penduduk bumi ini. Di dalam rencana penebusan Kristus adalah Alfa dan Omega--yang Awal dan yang Akhir.
Oleh karena Juruselamat telah mencurahkan darah‑Nya untuk menebus dosa, dan telah naik ke surga "untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita" (Israel 9:24), terang telah mengalir dari salib Golgota dan dari tempat‑tempat suci di dalam baitsuci surga. Tetapi terang yang lebih nyata yang diberikan kepada kita janganlah menyebabkan kita menghinakan apa yang pada zaman dahulu telah diterima melalui lambang‑lambang yang menunjuk kepada Juruselamat yang akan datang. Injil Kristus memancarkan terang ke dalam agama Yahudi dan memberikan makna kepada hukum upacara itu. Apabila kebenaran yang baru dinyatakan, dan apabila yang telah diketahui sejak mulanya itu dinyatakan dengan lebih jelas lagi, maka sifat dan maksud‑maksud Allah dinyatakan di dalam tindakan‑tindakan‑Nya terhadap umat pilihan‑Nya itu. Setiap tambahan dari terang kebenaran yang kita terima memberikan kepada kita satu pengertian yang lebih jelas tentang kehendak Ilahi di dalam keselamatan manusia. Kita melihat keindahan serta kekuatan yang baru dari Firman yang diilhamkan itu, dan kita mempelajari halaman‑halamannya dengan perhatian yang lebih dalam dan lebih tekun lagi.
Banyak orang yang berpendapat bahwa Allah telah mendirikan satu dinding pemisah antara orang Israel dan dunia luar; bahwa penjagaan serta kasih‑Nya, sebegitu jauh telah ditarik dari umat manusia lainnya dan dipusatkan kepada bangsa Israel. Tetapi Allah tidak merencanakan agar umat‑Nya harus membangunkan satu dinding pemisah antara diri mereka, dan sesama mereka. Hati dari Kasih yang tak terbatas itu menjangkau seluruh penduduk dunia ini. Sekalipun mereka telah menolak Dia, Ia senantiasa berusaha untuk menyatakan diri‑Nya kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai orang‑orang yang mengambil bahagian dalam kasih dan anugerah‑Nya. Berkat‑Nya diberikan kepada umat pilihan itu agar mereka dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Allah telah memanggil Abraham dan memberikan kemakmuran dan kehormatan kepadanya; dan kesetiaannya telah menjadi satu terang kepada semua orang dari negeri‑negeri yang dikunjunginya. Abraham tidak memencilkan dirinya dari orang banyak yang ada di sekelilingnya. Ia mempertahankan hubungan persahabatan dengan raja bangsa sekelilingnya, dan oleh beberapa dari antara mereka ia telah diperlakukan dengan hormat sekali; dan kejujuran serta sifat tidak mementingkan diri, keberanian dan kebajikannya, menggambarkan tabiat Allah. Di Mesopotamia, di Kanaan, di Mesir bahkan kepada penduduk Sodom, Allah yang di surga telah dinyatakan melalui pesuruh‑Nya itu.
Demikian juga kepada bangsa Mesir dan semua bangsa yang berhubungan dengan kerajaan yang kuat itu, Allah telah menyatakan diri‑Nya melalui Yusuf. Mengapakah Tuhan telah memilih meninggikan Yusuf di antara orang Mesir? Ia sebenarnya dapat menggunakan cara‑cara yang lain untuk melaksanakan maksud‑Nya bagi anak‑anak Yakub; tetapi Ia menghendaki Yusuf menjadi sebagai satu terang, dan Ia telah menempatkan dia di dalam istana raja agar penerangan surga itu dapat terpancar ke tempat yang jauh dan dekat. Oleh hikmat dan keadilannya, oleh kesucian dan kebajikan dalam kehidupannya setiap hari, oleh pengabdiannya kepada kepentingan bangsa itu--dan bangsa penyembah berhala itu--Yusuf merupakan wakil Kristus. Di dalam diri pembela mereka itu, yang kepadanya seluruh bangsa Mesir telah memalingkan wajahnya dengan rasa syukur dan pujian, bangsa kafir itu dapat melihat kasih Khalik dan Penebus mereka. Demikian juga di dalam diri Musa Allah telah menempatkan satu terang di samping takhta dari satu kerajaan dunia yang terbesar, agar supaya semua orang yang mau, dapat belajar tentang Allah yang hidup dan benar. Dan semua terang ini diberikan kepada orang Mesir sebelum tangan Allah diulurkan kepada mereka untuk menjatuhkan hukuman.
Di dalam kelepasan Israel dari Mesir satu pengetahuan akan kuasa Allah telah tersebar ke mana‑mana. Orang‑orang Yerikho yang suka berperang dan mempunyai benteng yang kuat telah menjadi gemetar karena ketakutan. "Ketika kami mendengar itu," kata Rahab, "tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah." Yosua 2:11. Berabad‑abad setelah Israel keluar dari Mesir, imam‑imam orang Filistin mengingatkan kepada bangsanya tentang kutuk yang jatuh ke atas Mesir, dan mengamarkan mereka agar jangan menentang Allah orang Israel.
Allah memanggil Israel, dan memberkati serta meninggikan mereka, bukan supaya melalui penurutan mereka terhadap hukum‑hukum‑Nya maka mereka saja yang akan menerima belas kasihan serta berkat‑berkat‑Nya, melainkan agar supaya melalui mereka Ia dapat menyatakan diri‑Nya kepada segenap penduduk dunia ini. Untuk kegenapan maksud inilah Ia telah memerintahkan agar mereka tetap menjadi bangsa yang berbeda daripada bangsa‑bangsa penyembah berhala yang ada di sekeliling mereka.
Penyembahan berhala dan segala dosa yang mengikutinya adalah sangat memuakkan di hadapan Allah, dan Ia memerintahkan umat‑Nya agar jangan bercampur‑baur dengan bangsa‑bangsa lain, dan "meniru perbuatan mereka," serta melupakan Allah. Ia melarang perkawinan mereka dengan penyembah‑penyembah berhala, agar jangan hati mereka dipalingkan daripada‑Nya. Adalah sama perlunya pada waktu itu seperti halnya sekarang ini agar umat Allah itu suci, "tidak ternoda oleh yang duniawi" Mereka harus memelihara diri bebas dari Roh yang demikian, sebab itu berlawanan dengan kebenaran. Tetapi Allah tidak bermaksud agar umat‑Nya, dalam sikap menyendiri dan merasa diri benar, harus memencilkan diri mereka dari dunia ini, sehingga mereka tidak mempunyai pengaruh kepadanya.
Seperti Guru mereka, pengikut‑pengikut Kristus dalam setiap zaman harus menjadi terang dunia. Juruselamat berkata, "Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu"--yaitu, orang‑orang yang ada di dalam dunia. Dan Ia menambahkan, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga." Matius 5:14‑16. Inilah apa yang telah dilakukan Henokh, Nuh, Abraham, Yusuf dan Musa. Inilah apa yang dimaksudkan Allah supaya dilakukan oleh bangsa Israel.
Hati mereka sendiri yang jahat dan tidak menaruh percaya, yang telah menuntun mereka untuk menyembunyikan terang mereka, gantinya memancarkan terang itu kepada bangsa‑bangsa di sekelilingnya; adalah Roh kefanatikan yang serupa itu yang telah menyebabkan mereka meniru praktik-praktik jahat dari orang kafir atau menutup diri mereka dalam sikap yang sombong, seolah‑olah kasih dan penjagaan Allah itu hanyalah diperuntukkan bagi mereka sendiri.
Sebagaimana Alkitab menampilkan dua hukum, yang satu kekal dan tidak dapat diubah, yang lain bersifat perlambang dan sementara, demikian pula di sana terdapat dua perjanjian. Perjanjian anugerah pertama‑tama diadakan dengan manusia di Eden, pada waktu setelah kejatuhan kepadanya diberikan satu janji Ilahi bahwa benih perempuan itu akan meremukkan kepala ular itu. Kepada semua orang perjanjian ini menawarkan keampunan dan anugerah Allah yang membantu dalam penurutan melalui iman pada hari mendatang. Itu juga menjanjikan kepada mereka hidup yang kekal dengan syarat tetap setia kepada hukum Allah. Dengan demikian bapa‑bapa itu telah menerima pengharapan keselamatan.
Perjanjian yang serupa ini telah diperbaharui kepada Abraham di dalam janji, "Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat." Kejadian 22:18. Janji ini menunjuk kepada Kristus. Jadi Abraham mengerti akan hal itu (lihat Galatia 3:18, 16), dan ia berharap kepada Kristus demi keampunan dosa‑dosanya. Iman inilah yang dihisabkan kepadanya sebagai kebenaran. Perjanjian dengan Abraham juga mempertahankan wewenang dari hukum Allah. Tuhan menunjukkan diri‑Nya kepada Abraham dan berkata, "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela." Kejadian 17:1. Kesaksian Allah tentang hamba‑Nya yang setia itu adalah, "Karena Abraham telah mendengarkan Firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku." Kejadian 26:5. Dan Tuhan berkata kepadanya, "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu." Kejadian 17:7.
Sekalipun perjanjian ini diadakan dengan Adam dan diperbaharui kepada Abraham, itu tidak dapat disahkan sampai kepada kematian Kristus. Itu telah ada oleh janji Allah semenjak dinyatakannya penebusan manusia untuk pertama kalinya; itu telah diterima oleh iman; tetapi apabila itu disahkan oleh Kristus, itu disebut satu perjanjian baru. Hukum Allah adalah dasar daripada perjanjian ini, yang merupakan satu cara untuk membawa manusia kembali kepada keselarasan dengan kehendak Ilahi, dan menempatkan mereka di mana mereka dapat menurut hukum‑Nya.
Perjanjian yang lain yang disebut dalam Kitab Suci sebagai perjanjian "lama"--diadakan antara Allah dengan bangsa Israel di gunung Sinai, dan pada saat itu telah disahkan oleh darah korban. Perjanjian kepada Abraham disahkan oleh darah Kristus, dan itu disebut perjanjian yang "kedua" atau yang "baru", oleh sebab darah oleh mana itu dimeteraikan, telah dicurahkan sesudah perjanjian yang pertama. Bahwa perjanjian baru itu berlaku pada zaman Abraham adalah nyata dari kenyataan bahwa itu diteguhkan pada saat itu baik oleh janji dan oleh sumpah Allah--"supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta." Ibrani 6: 18.
Tetapi jikalau perjanjian Abraham itu berisi janji penebusan, mengapakah perjanjian yang lain itu diadakan di Sinai Di dalam perbudakan mereka bangsa itu sebegitu jauh telah kehilangan pengetahuan akan Allah dan tentang prinsip‑prinsip daripada perjanjian Abraham. Di dalam melepaskan mereka dari Mesir, Allah berusaha untuk menyatakan kepada mereka kuasa dan rahmat‑Nya agar mereka dapat dituntun untuk mengasihi dan mempercayai Dia; Ia membawa mereka ke Laut Merah--yang mana, pada waktu dikejar oleh orang Mesir, kelepasan kelihatannya mustahil--agar mereka dapat menyadari akan keadaan mereka yang sama sekali tidak berdaya, akan kebutuhan mereka akan pertolongan Ilahi; dan kemudian Ia pun memberikan kelepasan bagi mereka. Dengan demikian mereka dipenuhi oleh kasih dan rasa syukur kepada Allah dan dengan kepercayaan kepada kuasa‑Nya untuk menolong mereka. Ia telah mengikat mereka kepada diri‑Nya Sendiri sebagai Penebus mereka dari perbudakan yang bersifat sementara itu.
Tetapi masih ada satu kebenaran lain yang lebih besar yang harus ditanamkan di dalam pikiran mereka. Hidup di tengah‑tengah penyembahan berhala dan kejahatan mereka tidak lagi mempunyai pandangan yang benar tentang kesucian Allah, tentang kejinya hati mereka, tentang ketidaksanggupan mereka, dengan usaha mereka untuk menurut hukum Allah, dan tentang keperluan mereka akan seorang Juruselamat. Mereka harus diajar tentang semuanya ini.
Allah membawa mereka ke Sinai; Ia menyatakan kemuliaan‑Nya, Ia memberikan kepada mereka hukum‑Nya, dengan janji akan memperoleh berkat yang limpah dengan syarat penurutan: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan Firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka . . . kamu akan menjadi bagi‑Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus." Keluaran 19:5, 6. Bangsa itu tidak menyadari kekejian hati mereka, dan bahwa tanpa Kristus adalah mustahil bagi mereka untuk menurut hukum Allah; dan dengan mudah mereka mengadakan perjanjian dengan Allah. Merasa bahwa mereka sanggup untuk meneguhkan kebenaran mereka sendiri, mereka berkata, "Segala Firman Tuhan akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." Keluaran 24:7. Mereka telah menyaksikan pengumuman hukum itu di dalam kemuliaan yang sangat hebat dan telah gemetar karena ketakutan di hadapan gunung itu; tetapi baru saja beberapa minggu berlalu mereka telah melanggar janji mereka dengan Allah, dan bersujud untuk menyembah satu patung tuangan. Mereka tidak dapat mengharapkan pengasihan Allah melalui satu perjanjian yang telah mereka langgar; dan sekarang, menyadari akan kekejian hati mereka dan kebutuhan mereka akan keampunan, mereka dituntun untuk merasakan kebutuhan Juruselamat yang dinyatakan dalam perjanjian Abraham, dan yang dilambangkan oleh persembahan korban. Sekarang oleh iman dan kasih mereka diikat kepada Allah sebagai pembebas mereka dari perhambaan dosa. Sekarang mereka bersedia untuk menghargai berkat‑berkat perjanjian baru.
Syarat‑syarat "perjanjian lama", adalah, turut dan hidup: "Jikalau diturutnya akan dia, ia akan hidup di dalamnya" (Yehezkiel 20:11; Imamat 18:5), tetapi "Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan." Ulangan 27:26. "Perjanjian baru" diteguhkan di atas "janji‑janji yang lebih baik"--janji pengampunan dosa‑dosa dan akan anugerah Allah untuk memperbaharui hati manusia dan membawanya kembali kepada keselarasan dengan prinsip‑prinsip hukum Allah. "Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah Firman Tuhan; Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka.... Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." Yeremia 31:33, 34.
Hukum yang sama ini yang diukirkan di atas loh batu dituliskan oleh Roh Kudus di atas loh hati manusia. Gantinya kita berusaha meneguhkan kebenaran kita sendiri, maka kita menerima kebenaran Kristus. Darah‑Nya menebus dosa‑dosa kita. Penurutan‑Nya diterima bagi kita. Kemudian hati yang telah dibaharui oleh Roh Kudus akan menghasilkan "buah‑buah Roh itu." Melalui anugerah Kristus kita akan hidup dalam penurutan kepada hukum Allah yang ditulis di dalam hati kita. Setelah memiliki Roh Kristus, kita akan berjalan sama seperti Dia. Melalui nabi Ia berkata tentang diri‑Nya sendiri, "Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur 40:9. Dan pada waktu hidup di antara manusia, Ia berkata, "Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Yohanes 8:29.
Rasul Paulus dengan jelas menerangkan hubungan antara iman dan hukum yang ada di bawah perjanjian baru. Ia berkata, "Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus." "Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya." "Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging"--itu tidak dapat membenarkan manusia, oleh sebab di dalam keadaannya yang berdosa ia tidak dapat menurut hukum--"Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh." Roma 5:1; 3:31; 8:3,4.
Pekerjaan Allah adalah sama pada segala zaman, sekalipun ada perbedaan di dalam taraf perkembangan dan pernyataan yang berbeda dari kuasa‑Nya, untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam zaman yang berbeda. Mulai dengan janji Injil yang pertama dan terus sampai kepada zaman bapa‑bapa, dan bangsa Yahudi, dan bahkan sampai kepada zaman ini, senantiasa ada pernyataan yang berangsur‑angsur tentang maksud Allah di dalam rencana penebusan. Juruselamat yang dilambangkan di dalam upacara‑upacara hukum Yahudi adalah Juruselamat yang sama seperti yang dinyatakan di dalam Injil. Awan yang menyelubungi bentuk keilahian‑Nya telah diangkat; kabut dan bayangan itu telah hilang lenyap; dan Yesus, Penebus dunia ini, telah dinyatakan. Ia yang telah mengumumkan hukum itu dari gunung Sinai, dan menyerahkannya kepada Musa peraturan‑peraturan daripada hukum upacara adalah Oknum yang sama yang telah memberikan Khotbah di atas bukit. Prinsip‑prinsip yang besar dari kasih kepada Allah yang Ia tetapkan sebagai landasan daripada hukum dan kitab nabi‑nabi, hanya merupakan ulangan daripada apa yang telah dikatakan‑Nya kepada bangsa Israel melalui Musa: "Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." Ulangan 6:4, 5. "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Imamat 19:18. Di dalam kedua zaman itu gurunya sama. Tuntutan Allah adalah sama. Prinsip‑prinsip pemerintahan‑Nya adalah sama. Karena semuanya itu keluar dari Dia "pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." Yakobus 1:17
No comments:
Post a Comment