Martin Luther King, Jr., dan impiannya adalah bahwa "keempat anak saya yang masih kecil pada satu hari akan hidup di dalam suatu bangsa, di mana mereka tidak akan dinilai dari warna kulit mereka tetapi dari kandungan karakternya ... " Kata-kata tersebut mengguncang Amerika.
Pendeta muda ini dilahirkan dalam keluarga pendeta Baptis dan dididik di Morehouse College dan Crozer Theological Seminary. Dia meraih gelar Ph.D dari Boston University. Pada tahun 1954 ia menjadi pendeta Gereja Baptis Dexter Avenue di Montgomery, Alabama.
Satu tahun kemudian, seorang wanita berkulit hitam, Ny. Rosa Parks, mengambil sebuah langkah yang mengubah hidup King. Meskipun orang-orang kulit hitam diharuskan menumpang hanya di bagian belakang bus umum, ia duduk di depan – semua tempat duduk di belakang telah terisi, dan ia mengambil tempat duduk pertama di bagian depan. Ia ditangkap karena melanggar undang-undang pemisahan (segregation law).
Martin Luther King, Jr. mendukungnya dengan memimpin boikot pada sistem bus Montgomery. Sebenarnya orang-orang hitamlah penumpang terbanyak sistem bus tersebut, dan mereka diperlakukan dengan tidak adil. Maka orang-orang kulit hitam pun menolak naik bus selama diskriminasi masih berlanjut. Mereka merasa "lebih terhormat berjalan kaki daripada menumpang bus dengan kehinaan".
Boikot mereka berlangsung sampai satu tahun lamanya, namun akhirnya orang kulit hitam menang, dan dengan kemenangan itu Martin Luther King, Jr. terdorong untuk terlibat dalam perjuangan hak-hak sipil bagi orang-orang Amerika.
Terpengaruh dengan cara-cara tanpa kekerasannya Gandhi, King dan yang lain memprotes. "Kami akan mengimbangi kapasitas Anda yang menyebabkan kesengsaraan ... Perbuatlah kepada kami apa yang Anda inginkan dan kami akan terus-menerus mengasihi Anda," kata King merespons penyerang-penyerangnya. Mengikuti jejak Yesus, ia menyerukan, "Yesus menegaskan dari kayu salib sebuah hukum yang lebih tinggi. Ia tahu bahwa filsafat kuno – mata ganti mata – akan membuat semua orang buta. Ia tidak berupaya mengatasi kejahatan dengan kejahatan. Ia mengatasi kejahatan dengan kebaikan. Meskipun disalibkan karena kebencian, Ia menanggapinya dengan kasih yang agresif."
Dengan diorganisasikannya Southern Christian Leadership Conference (Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan) yang diketuainya, King berkampanye di kota-kota bagian selatan: Jackson, Selma, Meridian dan Birmingham. Namun, pengaruhnya meluas lebih jauh ketika ia memimpin serangan-serangan terhadap ketidakadilan sosial di kota-kota bagian utara.
Sekelompok pendeta Protestan kulit hitam terdekat, termasuk Jesse Jackson, mendukung King, dan orang-orang kulit putih, Katolik serta Yahudi tidak lama kemudian bergabung dalam barisannya. Metode-metode tanpa kekerasan menghadapi serangan selang, pentungan, anjing dan pemukulan. Meskipun banyak orang Kristen mendukungnya, beberapa lawan King yang paling vokal pun menyebut nama Kristus. Pada musim semi 1963, King ditangkap karena memimpin gerakan protes di Birmingham, Alabama. Para rohaniwan di Atlanta mengkritiknya karena meninggalkan gerejanya di Montgomery. "Apa haknya terlibat di tempat lain, di mana dia bukan warganya?" tanya mereka.
Dalam "Surat dari Penjara Birmingham", King memberikan tanggapan bahwa "ketidakadilan di mana pun mengancam keadilan". Bagi mereka yang ada di luar "panah pemisah yang menyengat" dan yang menasihati dia untuk menunggu, ia menjawab: "... Bila Anda disiksa pada siang hari dan dihantui pada malam hari karena Anda seorang Negro, senantiasa hidup dalam kecemasan, tanpa sepenuhnya mengetahui apa yang harus diharapkan berikutnya, dan jika digerogoti ketakutan di dalam hati dan amarah di luar; jika Anda senantiasa bergumul dengan perasaan yang terus memburuk bahwa Anda "bukan apa-apa" – barulah Anda akan mengerti mengapa kami tidak sabar menunggu."
Gerakan protes atas Washington pada tahun 1963 merupakan salah satu peristiwa pa-ling penting dalam sejarah perjuangan hak sipil karena pengaruhnya telah berjasa bagi lahirnya Undang-undang Hak Sipil pada tahun 1964 dan Undang-undang Hak Pilih pada tahun 1965. Pada gerakan protes tersebut, Martin Luther King Jr. menampilkan impiannya:
"Saya mempunyai impian bahwa keempat anak saya yang masih kecil pada satu hari akan hidup di dalam suatu bangsa, di mana mereka tidak akan dinilai dari warna kulit mereka tetapi dari kandungan karakternya ... Dengan iman ini kami dapat menetak sebuah batu harapan dari gunung keputusasaan. Dengan iman ini kami dapat mengubah suara-suara tidak barmonis di negeri kita menjadi simponi persaudaraan yang indah. Dengan keyakinan ini kita dapat bekerja sama, berdoa bersama dengan kesadaran bahwa kita akan bebas pada suatu hari kelak."
Pada tahun 1964, King menerima hadiah Nobel Perdamaian, suatu penghargaan yang mewujudkan sebagian impian itu.
King pergi ke Memphis, Tennessee, untuk mendukung pemogokan para pekerja pengangkut sampah pada tahun 1968. Pada tanggal 4 April, ketika ia sedang berdiri di lorong lantai dua di motelnya di Mulberry Street, bercakap-cakap dengan rekan-rekannya, ia ditembak seorang pembunuh. Peluru itu merenggut nyawanya, tetapi tidak mengakhiri impian yang sedang berlanjut.
Sebagai tanggapan atas keberanian dan kesaksian yang merupakan tekad rohaniwan ini, hari Senin ketiga bulan Januari ditetapkan sebagai Hari Martin Luther King. Dialah satu-satunya rohaniwan Amerika yang namanya dicantumkan pada kalender sebagai penghormatan.
No comments:
Post a Comment