Akhir kejayaan Republik Romawi berakhir disekitar tahun 27 SM, kemudian dikenal sebagai Kekaisaran Romawi yang disebabkan karena kerusakan ekonomi yang parah. Sejarah runtuhnya Republik Romawi mengajarkan bahwa ketimpangan pendapatan ekonomi menyebabkan akhir republik suatu negara.
Mungkin gambaran Republik Romawi merupakan salah satu contoh rusaknya pendapatan ekonomi yang mengakibatkan pemimpin mereka membunuh dan menjarah harta kalangan atas demi mempertahankan kekuasaan Roma. Beberapa pengamat saat ini melihat hal yang sama terjadi pada Amerika Serikat, dimana presiden yang terpilih kembali 'mungkin' mengambil langkah yang sama seperti Romawi. Cerita yang sama akan ditemukan dalam buku terbaru karya Catherine Steel 'The End of the Roman Republic 146 to 44 BC: The Conquest and Crisis', yang akan dirilis April 2013.
Kejayaan Ekonomi Republik Romawi
Romawi didirikan oleh Romulus pada tahun 753 SM di sepanjang Sungai Tiber pada salah satu dari 7 bukit, yang pada saat itu beberapa bukit telah diratakan. Pada awalnya diperintah oleh raja-raja yang mungkin berasal dari Etruscan. Raja-raja brutal dan korup, kemudian Romawi bergolak, memberontak dan mulai membentuk Republik Romawi dengan menginvestasikan kekuasaan melalui sepasang konsul yang memerintah selama satu tahun.
Pemerintahan yang dibangun Republik Romawi memiliki sistem Pemeriksaan dan Keseimbangan, sepasang konsul dan berbagai posisi lain di pemerintahan, dimulai dari Senat yang terdiri dari keturunan keluarga elit mewakili orang-orang kelas bawah. Republik Romawi memilih pemimpin dengan suara yang diberikan warga negara Romawi, harus laki-laki dan bukan budak.
Meskipun ketidaksetaraan dilembagakan, Republik Romawi terus berkembang. Mereka yang berada di kelas atas memiliki rasa tanggung jawab dan menghabiskan kekayaan mereka dalam upaya membangun fasilitaspublik, seperti permainan yang menghibur, kuil, saluran air, dan bangunan publik lainnya. Mereka yang berada di kelas bawah merupakan petani kecil dan pengusaha, orangt-orang kelas bawah mampu memberikan para pria untuk kepentingan utama Roma yang mereka sebut 'Perang'.
Perang merupakan suatu keharusan pada periode itu karena negara lainnya juga agresif dan jika negara tidak bisa membela diri maka kota mereka akan dibakar, laki-laki dibunuh, para wanita diperkosa dan diperbudak. Jadi, memiliki tentara yang terlatih adalah masalah kelangsungan hidup bagi Republik Romawi.
Tentara Romawi yang digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman seperti Carthage Hannibal dan gladiator (budak Spartacus) benar-benar tidak terlalu berhasil pada awalnya. Mereka secara bertahap menaklukkan semenanjung Italia, kemudian Yunani dan Spanyol.
Wilayah penaklukan Republik Romawi menyediakan sumber kekayaan bagi tentara, terutama jenderal mereka. Ada juga sumber daya alam seperti mineral dan logam, tetapi sumber daya terbesar adalah manusia, dimana ratusan ribu orang ditangkap dan dijual sebagai budak. Penciptaan kelas budak menyebabkan pembangunan pabrik-pabrik besar dan peternakan dan pertanian. Tentu saja orang-rang kaya akan semakin kaya, titik di mana Republik Romawi tidak stabil.
Pemimpin Republik Romawi Membunuh Dan Menjarah Rakyatnya
Selama lebih dari 80 tahun terakhir berdirinya Republik Romawi, orang-orang yang paling ambisius tidak puas dengan hanya mengumpulkan kekayaan. Mereka ingin dikenal sebagai Manusia Pertama di Roma yang hanya akan memuaskan ego besar mereka. Republik Romawi hancur karena perang saudara antara Gayus Marius dan Sulla Lucius, generasi selanjutnya adalah Julius Caesar dan Pompey Magnus, dan perang ini juga diteruskan antara Mark Antony dan Octavian. Konflik ini terus terjadi dalam perebutan kekuasaan di Republik Romawi, walaupun pada waktu tertentu terdapat konflik yang lebih rendah.
Akibat orang-orang ambisius tidak puas dengan menjadi Konsul dan menginginkan posisi sebagai Raja. Ketimpangan pendapatan ekonomi memainkan peran lain dalam jatuhnya Republik Romawi, semua orang kehilangan industri pertanian dan industri kecil lainnya membutuhkan sesuatu yang lain untuk bertahan hidup.
Banyak warga negara yang bergabung menjadi tentara dan merasa loyal pada Jenderal mereka daripada loyalitas terhadap Republik Romawi. Kalangan atas hidup dalam kemewahan tetapi mereka juga hidup dalam ketakutan, mereka yang terlalu kaya bisa berhadapan dengan bahaya. Dalam rangka menggalang dana untuk membebaskan diri dari ancaman, baik Sulla dan Oktavianus terlibat dalam peristiwa besar.
Mereka mengirim pasukan sebagai penjaga rumah orang-orang kaya dan sering membunuh kepala keluarga dan menyita hartanya. Dan beberapa dari mereka mereka yang dianggap kurang berbahaya diizinkan untuk memilih pengasingan. Metode ini bertujuan untuk mengumpulkan uang dan membersihkan musuh yang dilanjutkan oleh Kaisar bahkan setelah jatuhnya Republik Romawi.
Kerusakan pendapatan ekonomi yang serius mengarah pada pergolakan, dalam jangka pendek tidak nyaman atau bahkan mematikan bagi kalangan atas. Dalam jangka panjang tidak ada jaminan bahwa Revolusi mengarah pada sesuatu yang lebih baik.
Pompey, Julius Caesar dan Mark Antony, mereka semua adalah pemimpin Republik Romawi yang bertujuan buruk, membunuh atau memaksa seseorang agar bunuh diri, dan banyak orang yang menderita baik dari kalangan miskin hingga kalangan atas.
No comments:
Post a Comment