Pemberontakan Yahudi melawan penjajahan Romawi terjadi pada tahun 66 M. Pemberontakan yang dikenal dengan nama Pemberontakan Besar itu dicatat oleh Yosefus, seorang sejarahwan Yahudi yang hidup pada tahun 37 hingga sekitar tahun 100 M.
Menurut Yosefus, awal mula meletusnya pemberontakan adalah karena provokasi yang dilakukan oleh orang-orang Yunani. Mereka melakukan pengurbanan burung di depan sebuah sinagoge (tempat ibadah Yahudi) yang terletak di Kaisarea pada tahun 66 M. Tindakan orang-orang Yunani itu memicu ketegangan antara Yunani dan Yahudi.
Akibat dibiarkan oleh pemerintah Romawi, ketegangan itu terus membesar dan mengarah pada protes anti pajak dan serangan terhadap warga Romawi.
Kaisar Romawi pun mengerahkan pasukannya untuk menghajar orang-orang Yahudi. Akibatnya, pada tahun 67 M, provinsi Galilea berhasil ditaklukkan oleh Romawi, menyusul hancurnya Yerusalem dan Bait Suci pada tahun 70 M, serta berakhir pada jatuhnya kota Masada pada sekitar tahun 73 M.
Pada masa-masa pengejaran terhadap orang-orang Yahudi oleh tentara Romawi, Yosefus mencatat bagaimana orang-orang Yahudi memanfaatkan terowongan drainase yang ada di Yerusalem untuk bersembunyi dan melarikan diri.
Terowongan yang menjadi saksi sejarah pemberontakan Yahudi tersebut mulai digali kembali oleh para arkeolog sejak tahun 2007. Terowongan itu berawal dari salah satu sumber air kota Yerusalem kuno, yakni dari Kolam Siloam. Panjang terowongan itu sekitar 600 meter melewati wilayah Silwan di Palestina.
Sepanjang penggalian tersebut, para arkeolog telah menemukan sejumlah pedang, lampu minyak, pot untuk memasak dan koin yang bertuliskan "Kebebasan Sion."
Pada hari Senin, arkeolog dari Otoritas Kepurbakalaan Israel menemukan sebuah pedang yang panjangnya 60 cm dan masih berada dalam sarung kulit yang utuh. Kemungkinan pedang itu adalah milik dari tentara Romawi.
Para arkeolog juga menemukan kunci perunggu serta sebuah ukiran kasar sebuah Menorah (tempat lilin bercabang tujuh yang merupakan salah satu peralatan Bait Suci yang sangat penting).
Terowongan tersebut kini sudah dipasangi lampu penerangan dan sudah dibersihkan. Namun, Israel belum membuka terowongan tersebut bagi umum.
Penggalian terowongan tersebut menjadi isu politik sensitif antara Israel dan Palestina. Bagi Israel, keberadaan terowongan tersebut membuktikan bahwa merekalah pemilik kota Yerusalem. Sementara, pihak Palestina menganggap orang-orang Israel terlalu terfokus pada sejarah Yahudi.
Pada tahun 1996, ketika pintu keluar terowongan tersebut dibuka di bawah wilayah Muslim, berkembang isu bahwa itu adalah upaya Israel untuk meruntuhkan kompleks masjid. Isu itu menyebabkan terjadinya kerusuhan oleh warga Arab, mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia.
Belakangan, isu tersebut mulai mereda, bahkan proses penggalian terus berlangsung dan tidak ada insiden yang berarti yang terjadi.
No comments:
Post a Comment