Namun, peneliti dari Liberty University mengatakan bahwa penemuan yang dilakukan oleh tim dari Cina itu adalah palsu. Hal itu dikatakan oleh Dr. Randall Price dalam sebuah wawancara dengan CBN.
Price mengatakan bahwa ia skeptis dengan tim dari Cina yang melakukan penelitian itu, ia juga meragukan pembimbing lokal mereka, Parasut. Bahkan, menurut Price, kemungkinan Parasut sengaja memalsukan bahtera itu agar bisa mendapatkan uang dari NAMI.
Parasut memang dibayar cukup tinggi. Ia dibayar 80.000 dollar AS per tahun selama penelitian itu dilakukan.
Parasut menunjukkan foto-foto dirinya di dalam sebuah kerangka kayu yang disebutnya bahtera Nuh. Namun, setelah diteliti, menurut Price, kerangka kayu itu berasal dari Tranzone, dekat Laut Mati.
"Itu adalah kerangka kapal kuno yang berasal dari ratusan tahun silam. Itu adalah kapal tua," kata Price.
Menurut Price, foto-foto tersebut tidak diambil di Gunung Ararat, tapi kerangka itu memang telah dipindahkan ke Gunung Ararat dan dirangkai kembali di atas gunung tersebut.
Price telah melakukan penelitian ke puncak Gunung Ararat untuk membuktikan hasil penelitian NAMI. Namun, hasil penelitian itu menunjukkan bahwa temuan NAMI adalah palsu. Bahkan, menurut Price, salah satu warga lokal yang ikut dalam penelitian Price mengakui kalau dia juga ikut terlibat dalam perancangan ulang kerangka kayu kapal tua itu di Gunung Ararat.
Price berharap NAMI segera mengkonfirmasi kembali temuan mereka itu dan mengakui kalau temuan mereka salah. Namun, NAMI sendiri telah melakukan sejumlah bantahan terhadap Price melalui wawancara-wawancara dan berbagai artikel di sejumlah situs internet.
Meski demikian, Price yang sudah bertahun-tahun melakukan penelitian di Gunung Ararat tidak gentar dengan bantahan-bantahan itu. Ia tidak mau gegabah dalam hal penemuan arkeologi. Ia menuntut pembuktian ilmiah dengan menunjukkan sampel-sampel temuan agar dilakukan analisa lebih lanjut.
"Untuk bisa disebut layak dan ilmiah, kita tidak akan menghubungkan titik-titik sebelum benar-benar melakukan penggalian, menemukan obyek, mengambil sampel, mendokumentasikannya dalam bentuk film, dan membawa sampel-sampel untuk dianalisa," kata Price. "Itu bukan arkeologi palsu. Itulah arkeologi yang sebenarnya."
Pencarian terhadap bahtera Nuh memang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Sejumlah penjelajah, arkeolog dan petualang telah melakukan upaya itu selama lebih dari satu abad. Namun, belum ada penemuan yang bisa dikategorikan ilmiah mengenai bahtera Nuh tersebut.
No comments:
Post a Comment