Studi yang dimulai pada 1 September di Jerusalem Institute for Advanced Studies mengkaji pembacaan Kitab Suci di kalangan Yahudi, Kristen dan Muslim mula-mula serta implikasinya pada waktu itu.
Para peneliti terfokus pada cara-cara pemahaman Kitab Suci dengan literatur, pembelajaran dan budaya dari tiga komunitas iman. Proyek ini sendiri akan berlangsung hingga 28 Februari 2011.
Proyek ini dipimpin oleh Rabbi Mordechai Cohen, profesor dalam bidang Kitab Suci serta dekan di Bernard Revel Graduate School of Jewish Studies, dan Profesor Meir Bar-Asher, seorang Guru Besar Studi Islamika di Max Schloessinger dan kepala departemen Bahasa dan Sastra Arab di Hebrew University.
"Kami sekarang memiliki akses yang lebih besar untuk teks-teks kuno, abad pertengahan dan tafsiran-tafsiran Yahudi, Kristen dan Muslim modern, termasuk latar belakang pemikiran, sosial dan politik mereka," kata Cohen kepada INN dalam sebuah wawancara via internet minggu ini.
"Dalam Yudaisme, kita cukup berpikir mengenai kekayaan yang ditawarkan oleh Cairo Genizah (kumpulan fragmen naskah kuno Yahudi yang ditemukan di ruang toko Sinagoge Ben Ezra di Kairo pada abad ke-19, red), yang merupakan rujukan dari teks-teks eksegesis yang telah diterbitkan sekarang. Hal serupa ditemukan dalam tafsiran Kristen dan Muslim. Waktunya telah tiba untuk mempelajari perbandingan tradisi penafsiran agama-agama ini," tambah Cohen.
Studi ini juga mengkaji pengaruh lintas budaya terhadap penafsiran-penafsiran Kitab Suci Yahudi, Kristen dan Muslim, termasuk penerimaan mereka akan budaya Yunani kuno. Selain itu, para peneliti juga mengkaji pengembangan internal dalam ketiga komunitas iman ini yang ditandai dengan ketegangan-ketegangan antara teks-teks kuno, tradisi penulisan, pembelajaran baru, metode pembacaan dan persepsi Kitab Suci.
"Dengan menyatukan para ahli dari berbagai bidang untuk jangka waktu tertentu, kami berharap dapat meningkatkan pemahaman bersama yang lebih ilmiah, di masa mendatang diskusi penafsiran Kitab Suci dalam Yudaisme, Kekristenan dan Islam akan membuat rujukan ke dalam pemahaman dan penafsiran Kitab Suci dalam komunitas iman yang lain," kata Cohen.
Cohen menegaskan bahwa penelitian ini tidak memiliki agenda politik tertentu.
"Keterbukaan dan pertukaran budaya dan intelektual akan memberikan keuntungan bagi masyarakat secara keseluruhan," kata Cohen.
Sebagai bagian dari studi ini, tim akan mempelajari istilah-istilah dan idiom-idiom Ibrani, Latin dan Arab (dan dalam kasus tertentu juga termasuk Yunani dan Aram/Syria) dalam penafsiran pra-modern.
"Israel adalah--dan akan selalu--berada di persimpangan geografis dan kulturan yang unik di antara ketiga agama," kata Cohen. "Dengan demikian, Israel akan menjadi tempat studi ideal bagi pengembangan intelektual Yahudi, Kristen dan Muslim.
No comments:
Post a Comment