KRISTUS jarang mengumpulkan murid‑murid‑Nya sendiri untuk menerima firman‑Nya. Ia tidak memilih pendengar‑Nya hanya mereka yang tahu cara hidup. Sudah merupakan tugas‑Nya untuk menghampiri orang banyak, mereka yang di dalam kebodohan dan kesalahan. Ia memberikan pelajaran kebenaran‑Nya di mana pelajaran itu dapat menerobos pengertian yang paling gelap pun. Ia sendirilah kebenaran itu, berdiri dengan gagah berani dengan tangan yang selalu siap memberi berkat, dan di dalam perkataan amaran, permohonan, dan penghiburan, untuk meninggikan mereka yang datang kepada‑Nya.
Khotbah di atas Gunung, sekali pun dikatakan khusus kepada murid‑murid itu, telah diucapkan pada pendengaran orang banyak. Setelah pengurapan rasul‑rasul itu, Yesus pergi bersama mereka ke tepi tasik. Pagi‑pagi sekali orang banyak sudah mulai berkumpul. Di samping pendengar yang biasa yang datang dari kota‑kota Galilea, terdapat juga banyak orang dari Yudea, dari Yerusalem sendiri; dari Perea, dari Dekapolis, dari Idumea, jauh sebelah
Pasal ini dialaskan pada Mat. 5:6, 7. selatan Yudea; dan dari Tsur dan Sidon, orang dari kota‑kota Phoenisia dari pantai Laut Tengah. "Sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya," mereka "datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya." Markus 3:8; Lukas 6:17‑19.
Pantai yang sempit itu tidak dapat menampung orang yang berdiri sejauh suara‑Nya dapat didengar oleh orang‑orang yang rindu mendengarkan Dia, oleh karena itu Yesus menuntun mereka balik ke lereng gunung. Setelah sampai pada tempat yang rata tempat orang banyak dapat berkumpul dengan baik, duduklah Ia di atas rumput, dan murid‑murid dan orang banyak pun mengikuti teladan‑Nya.
Tempat bagi murid‑murid itu selamanya dekat kepada Yesus. Orang banyak selamanya berjejal‑jejal kepada‑Nya, tetapi murid‑murid itu mengerti bahwa mereka tidak disuruh pergi jauh dari hadapan‑Nya. Mereka duduk dekat Yesus agar mereka jangan sampai kehilangan sepatah kata pun daripada nasihat‑Nya. Mereka itu pendengar yang sungguh‑sungguh, sangat ingin mengetahui kebenaran yang mereka akan masyhurkan kepada seluruh negeri dan segala zaman.
Dengan satu perasaan akan sesuatu yang lebih daripada biasa yang dapat diharapkan, mereka makin dekat kepada Kristus. Mereka yakin bahwa kerajaan itu tidak lama lagi akan didirikan, dan mulai dari peristiwa pada pagi hari itu mereka merasa bahwa akan ada beberapa pengumuman yang berhubungan dengan itu yang akan dimaklumkan. Orang banyak itu juga berharap demikian, mereka sangat mengharapkan bukti kerinduan mereka itu. Ketika orang banyak duduk di rumput di kaki bukit itu, menunggu perkataan dari Guru Ilahi itu, hati mereka dipenuhi dengan pikiran akan kemuliaan yang akan datang. Di sana terdapat juga ahli‑ahli torat dan orang‑orang Parisi yang sangat mengharapkan saat di masa mendatang bila mereka menguasai bangsa Rom yang dibenci itu, serta menikmati kekayaan dan keindahan kerajaan duniawi. Petani‑petani miskin dan penangkap ikan berharap mendengar jaminan bahwa pondok mereka yang buruk, makanan yang sedikit, hidup membanting tulang, dan takut akan kekurangan akan digantikan dengan kemewahan dan hidup yang senang. Gantinya pakaian yang kasar yang mereka pakai pada siang hari, dan selimut yang mereka pakai pada waktu malam, mereka mengharapkan bahwa Kristus akan memberikan pakaian yang indah‑indah daripada penakluk‑penakluk mereka itu. Semua digerakkan oleh kebanggaan bahwa tidak lama lagi orang Israel akan diagungkan di hadapan bangsa‑bangsa sebagai umat pilihan Tuhan,dan Yerusalem akan dimuliakan sebagai pusat dari segenap kerajaan.
Kristus mengecewakan pengharapan kebesaran duniawi. Di dalam khotbah di atas Gunung Ia berusaha mengubah haluan pekerjaan yang telah dilakukan pendidikan palsu, dan memberikan kepada pendengar‑Nya pengertian yang benar tentang kerajaan‑Nya dan sifat‑Nya yang benar. Namun demikian Ia tidak mengadakan serangan langsung kepada kesalahan orang banyak itu. Ia melihat kemelaratan dunia oleh sebab dosa, tetapi Ia tidak mengemukakan kepada mereka dengan terang‑terangan tentang kekejian mereka. Diajar‑Nya mereka tentang yang jauh lebih baik daripada apa yang mereka telah ketahui. Tanpa memperdebatkan pendapat mereka tentang kerajaan Allah, diceriterakan‑Nya syarat‑syarat masuk ke dalam kerajaan itu dan membiarkan mereka mengambil kesimpulannya. Kebenaran yang diajarkan‑Nya tidak kurang pentingnya bagi kita daripada kepada orang banyak yang mengikuti Dia. Kita tidak boleh lebih sedikit dari mereka perlu mempelajari dasar dasar prinsip kerajaan Allah.
Perkataan yang pertama diucapkan Kristus di atas gunung adalah kata bahagia. Berbahagialah mereka, kata‑Nya, yang merasa dirinya miskin rohani dan yang merasa perlu akan keselamatannya. Injil itu harus dikabarkan kepada orang miskin. Bukannya menyombongkan kerohanian, mereka yang mengaku dirinya kaya dan yang tidak memerlukan pertolongan, melainkan hanya bagi mereka yang rendah hati dan yang menyesal. Satu‑satunya pancaran air yang dibuka bagi dosa yakni sebuah pancaran air bagi yang lemah lembut hati.
Hati yang sombong berusaha mendapat keselamatan; tetapi baik hak kita ke surga dan kelayakan kita untuk itu hanya boleh didapat di dalam kebenaran Kristus. Tuhan tidak dapat berbuat sesuatu untuk memulihkan manusia sampai manusia itu mengaku kelemahannya, dan mengikis segala kesombongan diri, dan menyerahkan dirinya ke bawah pengawasan Tuhan. Kemudian barulah ia dapat menerima pemberian Allah yang sudah siap untuk dicurahkan. Dari jiwa yang merasa kekurangannya, tidak ada yang ditahankan. Ia tidak dihalangi datang kepada‑Nya yang mempunyai tempat tinggal penuh. "Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus namaNya: 'Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk." Yesaya 57:15.
"Berbahagialah segala orang yang berdukacita, karena mereka itu akan dihiburkan." Dengan perkataan ini Kristus bukannya mengajarkan bahwa berdukacita itu mempunyai kuasa untuk membuangkan kesalahan dosa. Ia tidak mengeratkan kepura‑puraan atau kerendahan sekehendak hati. Dukacita yang dikatakan‑Nya itu bukanlah hati yang diisi kemurungan dan ratap tangis. Sementara kita menyesal akan dosa, kita akan bersuka atas kesempatan menjadi anak‑anak Allah.
Kadang‑kadang kita menyesal sebab akibat dari perbuatan yang jahat yang menimpa kita; tetapi ini bukanlah pertobatan. Penyesalan yang sesungguhnya akan dosa adalah akibat dari pekerjaan Roh Suci. Roh Suci menunjukkan hati yang tiada berterimakasih yang telah meremehkan dan mendukakan Juruselamat, dan membawa kita kepada penyesalan ke kaki salib. Oleh tiap‑tiap dosa Yesus dilukai lagi; dan apabila kita memandang kepada‑Nya yang telah kita tusuk, kita berdukacita karena dosa‑dosa yang membawa kepedihan kepada‑Nya. Dukacita yang demikian itu akan membawa kepada penolakan dosa.
Dunia mungkin berpendapat bahwa penyesalan ini satu kelemahan; tetapi itulah kekuatan yang mengikat orang yang bertobat kepada yang tidak terbatas dengan mata rantai yang tidak dapat diputuskan. Dinyatakannya bahwa malaikat‑malaikat Allah membawa kembali kepada jiwa kemurahan yang telah hilang oleh kekerasan hati dan pelanggaran. Air mata orang‑orang yang menyesal itu hanyalah rintihan hujan yang mendahului cahaya terang kemuliaan. Dukacita ini memaklumkan satu kesukaan yang akan menjadi satu pancaran hidup di dalam jiwa. "Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap Tuhan, Allahmu" "Muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati, demikianlah firman Tuhan." Yeremia 3:12, 13. "Kepada segala orang Sion yang berdukacita." Ia telah berjanji memberikan "perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar." Yesaya 61:3.
Dan bagi mereka yang berduka di dalam ujian dan kedukaan terdapatlah penghiburan. Pahitnya kesusahan dan penghinaan adalah lebih baik daripada bermanja‑manja dalam dosa. Melalui kesengsaraan Allah menunjukkan kepada kita noda kotor di dalam tabiat kita, dan oleh kemurahan Allah kita dapat menaklukkan kesalahan kita. Bab yang tidak tampak mengenai diri kita sendiri dibukakan kepada kita, dan ujian datang, apakah kita akan menerima teguran dan nasihat Allah. Jika terbawa ke dalam ujian, kita tidak boleh gusar dan bersungut. Kita jangan melawan, atau menggelisahkan diri kita lepas daripada tangan Kristus. Kita harus merendahkan jiwa di hadapan Allah. Cara‑cara Tuhan itu kurang jelas bagi mereka yang ingin melihat sesuatu di dalam satu terang yang berkenan bagi dirinya sendiri. Mereka kelihatan suram dan tanpa kegembiraan kepada sifat kita manusia. Akan tetapi jalan Tuhan adalah jalan kemurahan dan akhirnya adalah keselamatan. Elia tidak mengetahui apa yang diperbuatnya apabila di padang belantara ia berkata bahwa ia sudah cukup lama hidup, dan ia berdoa agar ia mati saja. Allah dalam kemurahan‑Nya tidak menuruti dia pada waktu itu. Masih ada pekerjaan yang besar yang akan dikerjakan Elia, dan sesudah pekerjaannya selesai, ia tidak akan binasa dalam kekecewaan dan kesepian di padang belantara. Bukanlah masuk liang lahat, tetapi akan diangkat di dalam kemuliaan dengan pasukan kereta surga, menuju takhta yang mahatinggi.
Firman Tuhan terhadap dukacita yang demikian ialah: "Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang berkabung." "Aku mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka." Yesaya 57:18; Yermia 31:13.
"Berbahagialah segala orang yang lemah hatinya." Kesukaran yang akan kita hadapi boleh berkurang oleh kelemah‑lembutan yang tersembunyi di dalam Kristus. Jika kita memiliki kerendahan hati Tuhan kita, kita akan lepas dari sifat remeh, penolakan, sakit hati, yang ke dalamnya kita terjerumus tiap hari, dan itulah yang mencegah kegelapan atas jiwa. Bukti yang tertinggi dari ketinggian budi di dalam ke‑Kristenan ialah pengendalian diri. Orang yang ada di bawah kejahatan dan kebengisan gagal memiliki sifat tenang dan roh yang penuh kepercayaan merampok Tuhan daripada hak‑Nya untuk menyatakan di dalamnya kesempurnaan tabiat‑Nya. Kerendahan hati itu adalah kekuatan yang memberi kemenangan kepada pengikut‑pengikut Kristus; itu adalah tanda hubungan mereka dengan pengadilan surga.
"Tuhan itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina." Mazmur 138:6. Mereka yang menunjukkan kelemah‑lembutan dan kerendahan hati Kristus itulah yang berkenan pada pandangan Allah. Boleh jadi dunia menganggap mereka hina, tetapi pada pemandangan‑Nya mereka tinggi nilainya. Bukan hanya yang bijaksana, yang besar, dermawan, akan memperoleh paspor ke halaman surga; bukan hanya pekerja yang sibuk yang penuh semangat dan tidak kenal berhenti. Bukan; yang rendah hatinya, yang merindukan kehadiran Kristus, yang lemah‑lembut‑hati, yang mempunyai cita‑cita tertinggi melakukan kehendak Allah mereka ini akan memperoleh hak masuk yang berkelimpahan. Mereka akan berada di antara orang yang membasuh jubah mereka dan membuat mereka putih di dalam darah Anak domba. "Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka." Wahyu 7:15.
"Berbahagialah segala orang yang lapar dan dahaga akan kebenaran." Perasaan tidak layak akan menuntun hati yang lapar dan dahaga akan kebenaran, dan kerinduan yang semacam ini tidak akan dikecewakan. Mereka yang menyediakan tempat di hati mereka bagi Yesus akan memahami kasih‑Nya. Semua yang rindu memakai tabiat Allah akan dipuaskan. Roh Suci tidak pernah membiarkan tanpa penolong akan jiwa yang rindu kepada Yesus. Roh Suci membawa perkara‑perkara tentang Kristus dan menunjukkannya kepadanya. Jika mata tetap ditujukan kepada Kristus, pekerjaan Roh tidak akan berhenti sampai jiwa itu serupa dengan peta‑Nya. Unsur. kasih sejati akan mengembangkan jiwa, memberi kesanggupan yang lebih tinggi, untuk meluaskan pengetahuan tentang perkara‑perkara surga, supaya tidak berhenti sampai penuh. "Berbahagialah segala orang yang lapar dan dahaga akan kebenaran, karena mereka itu akan dijamu sehingga kenyang."
Yang menaruh kasihan akan beroleh kasihan, dan yang suci hatinya akan melihat Allah. Setiap pikiran yang kotor menajiskan jiwa, merusakkan perasaan, ahlak dan membuangkan pengaruh Roh Suci. Hal itu menudungi pandangan kerohanian, agar manusia tidak dapat memandang Allah. Tuhan mengampuni orang berdosa yang bertobat; tetapi walau pun telah diampuni jiwa itu telah berbekas. Semua percakapan dan pikiran yang tidak pantas harus dihindarkan oleh orang yang mau memperhatikan dengan jelas kebenaran rohani.
Tetapi perkataan Kristus menutupi kebebasan lebih luas daripada kesenangan yang tidak suci, lebih daripada upacara kecemaran yang dihindarkan orang Yahudi. Cinta akan diri sendiri menghalangi kita memandang Allah. Roh orang yang memikirkan diri sendiri menganggap Allah adalah sama seperti dirinya sendiri, mementingkan diri. Sebelum kita membuangkan sifat itu, kita tidak akan dapat mengerti Dia yang mempunyai kasih. Hanya hati yang tidak mementingkan diri, yang lemah lembut dan mempunyai roh yang tulus, akan melihat Tuhan sebagai "Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya." Keluaran 34:6.
"Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang." Damai Kristus lahir daripada kebenaran. Damai itu selaras dengan Allah. Dunia ini berseteru dengan hukum Allah; orang berdosa berseteru dengan Khaliknya; dan sebagai akibatnya mereka saling bermusuhan satu dengan yang lain. Tetapi penulis mazmur berkata, "Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka." Mazmur 119: 165. Manusia tidak dapat membuat damai. Rencana manusia untuk penyucian dan pengangkatan perseorangan atau masyarakat akan gagal menghasilkan damai, sebab mereka tidak mencapai hati nuraninya. Satu‑satunya kuasa yang dapat menciptakan atau mengekalkan damai ialah anugerah Kristus. Bilamana ini ditanamkan di dalam hati, itu akan mencampakkan bujukan‑bujukan jahat yang menjadi sebab perselisihan dan percekcokan. "Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad" dan "padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga; seperti bunga mawar." Yesaya 55: 13; 35:1.
Orang banyak itu heran akan pengajaran ini, yang amat berlainan dengan ajaran dan teladan orang‑orang Parisi. Orang banyak telah beranggapan bahwa kebahagiaan itu terdiri dari harta benda duniawi, dan bahwa nama dan kehormatan manusia sangat diidam‑idamkan. Sangatlah menyenangkan jika dipanggil "Rabbi" dan dianggap seperti orang cendekiawan dan beragama, dan jasa‑jasa mereka dipaparkan di hadapan umum. Ini dianggap sebagai mahkota kebahagiaan. Tetapi di hadapan orang banyak Kristus menjelaskan bahwa harta dan kehormatan duniawi adalah segala pahala yang akan diterima oleh orang seperti itu. Ia berkata dengan kepastian dan kuasa yang meyakinkan terdapat dalam perkataan‑Nya. Orang banyak itu diam, dan dengan perasaan takut menudungi mereka. Mereka memandang satu dengan yang lain dengan penuh keragu‑raguan. Siapakah dari antara mereka yang akan diselamatkan jika ajaran Orang ini benar? Banyak orang telah yakin bahwa Guru yang mengherankan ini digerakkan oleh Roh Allah, dan perasaan yang diutarakan‑Nya adalah Ilahi.
Setelah menerangkan apakah kebahagiaan yang sebenarnya dan bagaimana cara memperolehnya, Yesus lebih jelas menyatakan tugas murid‑murid‑Nya, sebagai guru‑guru yang dipilih oleh Allah untuk memimpin orang‑orang kepada jalan kebenaran dan hidup kekal. Ia tahu bahwa mereka sering mengalami kekecewaan dan putus asa, bahwa mereka akan mendapat perlawanan yang hebat, bahwa mereka akan dihinakan, dan kesaksian mereka ditolak. Ia mengetahui dengan jelas bahwa di dalam menjalankan pekabaran mereka, orang‑orang yang rendah hati yang mendengarkan dengan teliti akan perkataan‑Nya akan menanggung fitnah, aniaya, penjara, dan kematian, dan kemudian dilanjutkan‑Nya:
"Berbahagialah segala orang yang teraniaya karena kebenaran; karena mereka itu yang empunya kerajaan surga. Berbahagialah kamu apabila orang mencela kamu dan menganiaya kamu serta mengumpat kamu dengan dusta oleh sebab Aku. Bersuka‑citalah kamu sambil bersuka‑ria, sebab besarlah pahalamu di surga: karena sedemikian itu juga segala nabi yang dahulu daripada kamu, terkena aniaya."
Dunia mengasihi dosa, dan membenci kebenaran, dan inilah yang menyebabkan permusuhan kepada Yesus. Semua yang menolak kasih‑Nya yang tiada taranya itu akan merasa bahwa ke‑Kristenan itu merupakan unsur yang menyulitkan. Terang dari Kristus menjauhkan kegelapan yang menudungi dosa‑dosa mereka, dan perlunya pembaharuan dinyatakan. Sementara orang‑orang yang berserah kepada pengaruh Roh Suci memulai peperangan di dalam diri mereka sendiri, barang siapa yang berpaut kepada dosa berperang melawan kebenaran dan utusan‑utusannya.
Dengan demikian pertengkaran sudah terjadi dan pengikut‑pengikut Kristus dituduh sebagai pengacau orang banyak. Tetapi perhubungan dengan Allah itulah yang menjadikan mereka musuh dunia ini. Mereka itu menanggung hinaan karena Kristus. Mereka mengikuti jejak jalan yang telah dijejaki oleh yang termulia di dunia ini. Bukannya dengan dukacita melainkan dengan sukaria, walau pun menghadapi aniaya. Setiap api ujian adalah jalan Tuhan untuk menghaluskan mereka. Masing‑masing melayakkan mereka bagi pekerjaan mereka sebagai orang yang bekerjasama dengan Allah. Setiap kesukaran mempunyai tempatnya dalam kebenaran yang besar itu dan masing‑masing akan menambahkan kesukaan kemenangan mereka yang terakhir. Memandang hal ini, ujian iman dan kesabaran mereka akan diterima dengan tulus daripada ditakuti dan disingkirkan. Ingin memenuhi kewajiban mereka kepada dunia ini, menetapkan keinginan mereka pada persetujuan Allah, hamba‑hamba‑Nya harus memenuhi setiap kewajiban, dengan tiada menghiraukan ketakutan atau persetujuan sesama manusia.
"Kamu inilah garam dunia," kata Kristus. Janganlah menarik diri dari dunia ini dengan maksud untuk meluputkan diri dari aniaya. Kamu harus tinggal di antara manusia, agar kesenangan kasih Ilahi menjadi seperti garam untuk mencegah dunia ini dari kemerosotan.
Hati yang menyambut pengaruh Roh Suci adalah saluran yang melalui itu berkat Tuhan mengalir. Jika mereka yang melayani Allah dikeluarkan dari dunia dan Roh‑Nya ditarik dari antara manusia, maka dunia ini akan tinggal sunyi‑senyap dan rusak, sebagai hasil dari kekuasaan setan. Walau pun orang jahat tidak mengetahuinya, mereka berhutang budi atas berkat‑berkat dalam kehidupan ini yang ada sampai saat ini, di dalam dunia ini, karena adanya umat Tuhan yang mereka hinakan dan tindas. Tetapi jika orang Kristen hanya di dalam nama saja, mereka itu hanyalah bagaikan garam yang sudah tawar. Mereka tidak mempunyai pengaruh untuk kebaikan dalam dunia ini. Oleh gambaran buruk yang ditunjukkan tentang Allah, maka mereka itu lebih jahat daripada orang‑orang yang tidak percaya.
"Kamu ini terang dunia." Orang Yahudi berpikir untuk membatasi keselamatan itu kepada bangsa mereka sendiri; tetapi Kristus menunjukkan kepada mereka bahwa keselamatan itu adalah seperti cahaya matahari. Ia milik dunia. Agama Alkitab itu bukanlah terbatas di antara sebuah sampul buku, dan bukan pula sampai di dinding sebuah gereja. Bukan pula dikeluarkan sekali‑sekali untuk keperluan kita sendiri, dan kemudian dengan hati‑hati dikesampingkan lagi. Itulah yang menyucikan kehidupan sehari‑hari, untuk menyatakan dirinya sendiri di dalam tiap‑tiap urusan transaksi dan di dalam segala urusan sosial kita.
Tabiat yang benar tidak dibentuk dari luar, dan diletakkan; ia bersinar dari dalam. Jika kita ingin‑ menuntun orang‑orang lain di dalam jalan kebenaran, azas‑azas kebenaran haruslah disimpan dalam hati kita sendiri. Pengakuan iman kita boleh jadi dapat menyatakan teori agama, tetapi perbuatan kita yang mengkhotbahkan firman kebenaran. Kehidupan yang tetap, percakapan yang suci, kejujuran yang tidak menyimpang, Roh yang giat dan murah hati, teladan yang baik, inilah pengantara yang olehnya terang itu disampaikan kepada dunia.
Kristus tidak memikir hukum secara terperinci, tetapi la tidak membiarkan pendengar‑pendengar‑Nya mengambil kesimpulan bahwa Ia datang untuk mengesampingkan segala tuntutan hukum itu. Ia mengetahui bahwa mata‑mata selalu siap sedia untuk menangkap tiap‑tiap perkataan‑Nya yang mungkin dapat diputar balikkan untuk melayani tujuan mereka. Ia mengetahui prasangka yang ada di dalam pikiran kebanyakan para pendengar‑Nya, dan Ia tidak mengatakan apa‑apa untuk mengacaukan iman mereka di dalam agama dan lembaga‑lembaga yang telah diberikan kepada mereka melalui Musa. Kristus Sendirilah yang telah memberikan kedua‑duanya baik hukum moral mau pun hukum syariat. Ia bukannya datang hendak merusakkan keyakinan yang ada di dalam petunjuk‑Nya sendiri. Oleh karena penghormatan‑Nya yang besar terhadap hukum dan nabi‑nabi sehingga Ia berusaha memecahkan dinding tradisi yang telah mengelilingi orang‑orang Yahudi. Meski pun Ia mengesampingkan tafsiran mereka yang palsu tentang hukum, dengan hati‑hati Ia mengawasi murid‑murid‑Nya supaya jangan mendiamkan kebenaran yang diamanatkan kepada orang Ibrani.
Orang Farisi menyombongkan diri mereka sendiri atas penurutan kepada hukum; tetapi mereka hanya mengetahui sedikit tentang azas‑azasnya melalui perbuatan setiap hari sehingga perkataan Kristus kedengaran bertentangan dengan yang asli. Meski pun Ia mengikis omong kosong yang telah menutupi kebenaran, mereka pikir Ia membuang kebenaran itu sendiri. Mereka berbisik satu kepada yang lain bahwa Ia meremehkan hukum itu. Ia membaca pikiran mereka dan menjawab kepada mereka, sambil berkata:
"Jangan kamu sangkakan Aku datang hendak merombak hukum Taurat atau kitab nabi‑nabi; bukannya Aku datang hendak merombak, melainkan hendak menggenapkan." Di sini Ia membantah tuduhan orang orang Parisi itu. Tugas‑Nya ke dunia ini ialah membenarkan tuntutan yang suci dari hukum itu yang mereka tuduh Dia sedang merombaknya. Jika sekiranya hukum Allah boleh diobahkan atau dihilangkan, maka Kristus tidak perlu menanggung kesengsaraan akibat pendurhakaan kita. Ia datang untuk menerangkan hubungan antara hukum kepada manusia, dan untuk menerangkan ajaran‑Nya melalui hidup penurutan‑Nya.
Allah telah memberikan kepada kita ajaran‑ajaran‑Nya yang kudus, sebab Ia mengasihi umat manusia. Untuk melindungi kita dari akibat pelanggaran, Ia menunjukkan prinsip‑prinsip kebenaran. Hukum itu adalah satu pernyataan pikiran Allah; apabila diterima di dalam Kristus, maka itu menjadi pikiran kita. Ajaran itu mengangkat kita di atas keinginan alami dan kecenderungannya, di atas pencobaan yang menuntun kepada dosa. Allah rindu agar kita berbahagia, dan Ia memberikan syariat hukum itu agar dengan menurutnya kita beroleh kesenangan. Waktu kelahiran‑Nya malaikat‑malaikat menyanyi:
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya," (Lukas 2:14), telah dinyatakannya prinsip‑prinsip hukum sehingga Ia datang untuk mengagungkan dan memuliakannya.
Waktu hukum itu diproklamirkan dari gunung Torsina, Allah memberitahukan kepada manusia kesucian tabiat‑Nya agar oleh membandingkannya mereka dapat melihat dosa mereka sendiri. Hukum itu telah diberikan untuk meyakinkan mereka dari dosa, dan menyatakan perlunya Juruselamat bagi mereka. Ini terlaksana apabila azas‑azas itu telah ditetapkan ke dalam hati oleh Roh Suci. Pekerjaan ini masih tetap berlaku. Di dalam kehidupan Kristus prinsip‑prinsip hukum itu telah nyata dengan jelas; dan sedang Roh Suci menjamah hati, sedang terang Kristus menyatakan kepada manusia perlunya mereka akan darah‑Nya yang menyucikan dan pembenaran oleh kebenaran‑Nya, hukum itu masih tetap merupakan alat yang membawa kita kepada Kristus, sehingga kita dapat dibenarkan oleh iman. "Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa." Mazmur 19:8.
"Hingga langit dan bumi lenyap," kata Yesus, "satu noktah atau satu titik pun sekali‑kali tiada akan lenyap daripada hukum Taurat itu sampai semuanya telah jadi." Matahari bercahaya di langit, dunia yang teguh yang engkau diami, adalah saksi‑saksi Allah bahwa hukum‑Nya tidak berubah, dan kekal. Walau pun mereka itu lenyap, perintah Ilahi itu akan tetap berdiri. "Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal." Lukas 16:17. Upacara‑upacara menunjuk kepada Yesus sebagai Anak Domba Allah dihapuskan ketika. kematian‑Nya; tetapi ajaran Sepuluh Hukum adalah kekal sebagaimana takhta Allah kekal adanya.
Karena "hukum Allah itu sempurna adanya," setiap perubahan daripadanya mestilah yang jahat. Orang orang yang tidak menurut hukum Allah, dan mengajar orang berbuat yang sama, dihukum oleh Kristus. Kehidupan penurutan Juruselamat memenuhi tuntutan hukum; hal ini membuktikan bahwa hukum itu dapat dilakukan di dalam kehidupan manusia dan menunjukkan keluhuran tabiat sehingga penurutan dipertumbuhkan. Barangsiapa yang menurut sama seperti penurutan‑Nya menyatakan bahwa hukum itu "kudus, benar dan baik." Roma 7:12. Sebaliknya, barangsiapa yang melanggar hukum Allah berarti membantu pernyataan Setan bahwa hukum itu tidak adil, dan tidak dapat diturut. Dengan demikian mereka menguatkan penipuan pembohong besar itu dan melemparkan hinaan atas Allah. Mereka itu adalah anak‑anak si jahil, yang pertama‑tama melawan hukum Allah. Memperkenankan mereka masuk surga berarti membawa masuk kembali unsur perpecahan dan pemberontakan, dan membahayakan kesejahteraan semesta alam. Tidak seorang pun yang akan masuk kerajaan itu yang sengaja melanggar salah satu azas hukum Allah.
Rabbi‑rabbi menganggap kebenaran mereka surat izin masuk ke surga; tetapi Yesus mengatakan bahwa itu tidak cukup dan tidak ada artinya. Upacara secara lahir dan pengetahuan teoritis akan kebenaran adalah undang‑undang kebenaran orang Parisi. Rabbi‑rabbi atas mengaku suci oleh usaha mereka menurut hukum; tetapi perbuatan mereka telah menceraikan kebenaran dari agama. Sedang mereka amat cermat di dalam mengadakan upacara‑upacara kehidupan mereka tidak senonoh dan hina. Apa yang disebut kebenaran mereka tidak dapat membawa masuk ke dalam kerajaan surga.
Penipuan yang terbesar daripada pikiran manusia pada zaman Kristus ialah hanya oleh menyetujui kebenaran yang mereka anggap sebagai kebenaran. Di dalam semua pengalaman umat manusia satu pengetahuan teoritis saja tidak cukup untuk menyelamatkan jiwa. Itu tidak mengeluarkan buah‑buah kebenaran. Satu perhatian yang disertai perasaan cemburu untuk apa yang disebut kebenaran agama sering menyertai kebencian atas kebenaran yang sejati seperti yang dinyatakan di dalam kehidupan. Bab‑bab yang tergelap dalam sejarah dibebani dengan catatan perbuatan‑perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh orang orang beragama yang sangat fanatik. Orang Parisi mengaku bahwa mereka adalah anak‑anak Ibrahim, dan membanggakan petunjuk‑petunjuk Allah yang ada pada mereka; meski pun demikian keuntungan ini tidak melindungi mereka daripada mementingkan diri sendiri, permusuhan, loba, dan kemunafikan yang hina. Mereka menganggap bahwa merekalah yang paling beragama di dunia, tetapi apa yang mereka sebut berpegang pada agama membawa mereka menyalibkan Tuhan kemuliaan itu.
Bahaya yang sama masih tetap ada. Banyak orang yang hanya mengambil nama Kristen saja, hanya karena mereka setuju kepada rukun agama tertentu saja. Tetapi mereka tidak mempraktekkan kebenaran itu di dalam kehidupan. Mereka belum percaya dan mencintainya, oleh karena itu mereka belum menerima kuasa dan kemurahan yang datang melalui penyucian oleh kebenaran. Manusia dapat saja mengaku percaya akan kebenaran; tetapi jika hal itu tidak menjadikan mereka tulus, manis budi, sabar, menahan nafsu, memikirkan hal semawi, itu akan menjadi kutuk bagi yang mengaku memilikinya, dan melalui pengaruh mereka itulah mendatangkan kutuk kepada dunia ini.
Kebenaran yang diajarkan oleh Kristus adalah kecocokan hati dan kehidupan untuk menyatakan kehendak Allah. Orang berdosa dapat menjadi benar hanya oleh percaya kepada Allah dan memelihara hubungan yang amat penting dengan Dia. Jadi kesalehan yang sejati akan mengangkat pikiran dan meninggikan taraf hidup. Jadi bentuk agama secara lahiriah sepadan dengan kesucian hidup Kekristenan. Dengan demikian upacara‑upacara yang dituntut di dalam melayani Allah bukanlah upacara yang tidak berfaedah, seperti yang dibuat oleh orang‑orang Farisi yang munafik.
Yesus mengambil hukum itu secara terpisah, dan menerangkan dalamnya dan lebarnya tuntutannya. Gantinya menghapuskan satu noktah dari kekuasaannya, Ia menunjukkan betapa luas daya cakup prinsip‑prinsip itu, dan menunjukkan kesalahan orang Yahudi dalam penurutan mereka secara lahir. Dikatakan‑Nya bahwa oleh pikiran jahat atau pandangan hawa nafsu, hukum Allah telah dilanggar. Barang siapa yang menggabungkan diri kepada perbuatan yang tidak adil yang kecil berarti melanggar hukum dan merendahkan ahlaknya sendiri. Pembunuhan yang mula‑mula terjadi dalam pikiran. Barang siapa yang memberikan tempat kebencian di dalam hatinya ialah meletakkan kakinya pada jalan pembunuhan, dan persembahannya ialah kebencian kepada Allah.
Orang‑orang Yahudi menanamkan roh dendam. Di dalam kebencian mereka kepada orang Rom mereka mengeluarkan ucapan yang mencela, dan berkenan kepada orang jahat dengan jalan menyatakan yang bertalian dengan sifatnya itu. Jadi mereka telah mendidik diri mereka sendiri melakukan perbuatan yang mengerikan yang menuntun mereka ke arah itu. Di dalam hidup keagamaan orang‑orang Parisi tidak ada sesuatu yang memujikan kesalahan kepada orang kafir. Yesus minta supaya mereka jangan menipu diri sendiri dengan pikiran bahwa mereka dapat membangkitkan di dalam hati perlawanan terhadap penindas mereka, menghasratkan saat membalas dendam atas kesalahan mereka itu.
Memang benar bahwa ada kemarahan yang boleh dikatakan benar, sekali pun pada pengikut‑pengikut Kristus. Apabila mereka melihat bahwa Allah dihina, dan pelayanan‑Nya diperbantahkan, apabila mereka melihat orang yang tidak bersalah ditindas, amarah yang patut timbul dalam jiwa. Amarah yang demikian, terbit dari moral yang halus, bukanlah dosa. Tetapi mereka yang menimbulkan perasaan yang membangkit‑bangkitkan amarah atau dendam ialah membukakan hati kepada Setan. Kepahitan dan kebencian haruslah dibuangkan dari jiwa jika kita mau selaras dengan surga.
Lebih jauh Yesus mengatakan hal seperti ini. Kata‑Nya: "Sebab itu, jikalau engkau hendak mempersembahkan persembahanmu di tempat korban, dan di sana engkau teringat, bahwa saudaramu ada sakit hati maka tinggalkanlah persembahanmu pada tempat kurban itu, baliklah engkau berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembalilah pula mempersembahkan persembahanmu." Banyak orang yang sungguh‑sungguh di dalam perbaktian agama, sementara di antara mereka dan saudara‑saudara mereka banyak perbedaan yang perlu diperdamaikan. Allah menuntut agar mereka melakukan dengan segenap kuasa untuk memulihkan persesuaian. Kecuali mereka berbuat perkara ini, Ia tidak dapat menerima pelayanan mereka itu. Tugas‑tugas orang Kristen di dalam hal ini telah ditunjukkan dengan jelas.
Allah mencurahkan berkat‑berkat‑Nya kepada semua orang. "Ia menjadikan matahari bersinar atas orang jahat dan atas orang baik, dan menurunkan hujan atas orang yang benar dan atas orang yang tidak benar." "Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat." Lukas 6:35 Ia mengundang kita supaya serupa dengan Dia. "Berkatilah orang yang mengutuk akan dikau" kata Yesus; "berbuatlah baik kepada mereka yang benci akan kamu . . . agar kamu boleh menjadi anak‑anak Bapamu yang di surga." Inilah prinsip‑prinsip dari hukum, dan mereka itulah mata air hidup.
Cita‑cita Allah bagi anak‑anak‑Nya ialah lebih tinggi daripada apa yang dapat dicapai oleh pikiran manusia. "Hendaklah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya perintah ini adalah suatu perjanjian. Rencana keselamatan bermaksud untuk melepaskan kita sepenuhnya dari kuasa setan. Kristus selalu memisahkan jiwa yang bertobat dari dosa. Ia datang untuk memusnahkan pekerjaan si jahat, dan Ia telah mengadakan ikhtiar agar Roh Suci dicurahkan kepada tiap‑tiap jiwa yang bertobat, untuk memelihara dia daripada dosa.
Agen‑agen Setan janganlah dianggap sebagai maaf untuk suatu perbuatan yang salah. Setan sangat gembira apabila didengarnya orang‑orang yang mengaku pengikut Kristus mengadakan maaf untuk tabiat mereka yang bercela. Maaf inilah yang membawa ke dalam dosa. Tidak ada maaf untuk berdosa. Perangai yang suci, hidup seperti Kristus, dapat dicapai oleh tiap‑tiap anak Allah yang bertobat dan percaya.
Bercita‑cita menjadi seperti Kristus adalah pantas menjadi sifat orang Kristen. Sebagaimana Anak manusia sempurna di dalam hidup‑Nya, demikian pula pengikut‑pengikut‑Nya sempurna di dalam hidup mereka. Yesus di dalam segala sesuatu dijadikan sama dengan saudara‑saudara‑Nya. Ia menjadi daging, sama seperti kita. Ia lapar, haus dan letih. Ia dibantu oleh makanan dan tidur yang segar. Ia turut merasai perasaan manusia; walau pun demikian Ialah Anak Allah yang tiada bercacat cela. Ia adalah Allah di dalam daging. Tabiat‑Nya harus menjadi milik kita. Tuhan berkata kepada mereka yang percaya kepada‑Nya. "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku." 2 Korintus 6:16.
Kristus adalah anak tangga yang dilihat oleh Yakub, alasnya di bumi ini, dan ujungnya sampai di pintu surga, di ambang pintu kemuliaan. Jikalau tangga itu telah gagal oleh satu langkah mencapai bumi ini, sudah pasti kita hilang. Tetapi Kristus telah mendapatkan kita di mana kita berada. Ia telah mengambil sifat kita dan mengalahkannya, agar kita oleh mengambil sifat‑Nya dapat mengalahkannya; Terbuat "serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa" (Roma 8:3), Ia hidup tanpa dosa. Sekarang oleh keilahian‑Nya Ia berpegang pada takhta surga, sedangkan dengan kemanusiaan‑Nya Ia datang kepada kita. Ia mengundang kita melalui iman di dalam Dia untuk memperoleh kemuliaan sifat Allah. Dengan demikian kita harus sempurna, sebagairnana "Bapa kita yang di surga sempurna adanya."
Yesus telah menunjukkan apa kebenaran itu, dan menunjukkan kepada Allah sebagai sumbernya. Sekarang Ia berpaling kepada pelaksanaan tanggung jawab itu. Di dalam memberi sedekah, di dalam doa, di dalam puasa, Ia berkata: janganlah dilakukan semata‑mata untuk menarik perhatian atau untuk memuliakan diri sendiri. Berilah dengan tulus hati, untuk memenuhi penderitaan orang yang miskin. Di dalam doa, biarlah jiwa itu berhubungan dengan Allah. Di dalam berpuasa, jangan pergi dengan kepala tunduk, dan hati dipenuhi dengan pikiran akan diri sendiri. Hati orang Parisi tandus dan merupakan tanah yang kering, tempat bibit‑bibit Ilahi itu tidak dapat bertumbuh. Orang yang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah dengan tidak terbatas akan memberikan pelayanan yang layak kepada‑Nya. Karena melalui persahabatan dengan Allah manusia menjadi teman pekerja dengan Dia di dalam menyatakan sifat‑Nya di dalam kemanusiaan.
Pelayanan yang dibaktikan dengan sungguh sungguh hati besar ganjarannya. "Bapamu yang tak dapat dilihat itu akan memberi berkat dengan limpahnya." Oleh hidup yang kita terima dengan kemurahan Kristus tabiat dibentuk. Keindahan yang sejati itu mulai dipulihkan ke dalam jiwa. Sifat‑sifat tabiat Kristus diberikan, dan peta Allah mulai bersinar. Wajah pria dan wanita yang berjalan dan bekerjasama Allah menyatakan damai surga. Mereka dikelilingi oleh suasana surga. Bagi jiwa‑jiwa ini kerajaan Allah telah dimulai. Mereka telah memiliki kegembiraan Kristus, kegembiraan yang menjadi berkat bagi sesama manusia. Mereka memiliki kehormatan karena menerima Kristus dalam pekerjaan‑Nya; mereka dipercaya melakukan pekerjaan‑Nya di dalam nama‑Nya.
"Tiada seorang dapat melayani dua tuan." Kita tidak dapat melayani Allah dengan hati yang terbagi‑bagi. Agama Alkitab itu bukanlah satu pengaruh di antara banyak yang lain; pengaruhnya itulah yang tertinggi, memenuhi dan menguasai sekaliannya. Bukanlah pula seperti percikan cat di sana‑sini di atas kain, tetapi ia memenuhi segenap hidup, seakan‑akan kain layar itu dicelupkan ke dalam cat, sampai tiap‑tiap benang telah tercelup baik, menjadi warna yang indah.
"Sebab itu jika matamu jujur, seluruh tubuhmu akan bercahaya terang. Tetapi jika matamu jahat, seluruh tubuhmu akan penuh dengan kejahatan." Kesucian dan keteguhan hati adalah syarat‑syarat menerima terang dari Allah. Orang yang ingin mengetahui kebenaran harus mau menerima segala sesuatu yang dinyatakan di dalamnya. Ia tidak dapat berkompromi dengan kesalahan. Jika tidak tetap dan hanya setengah‑setengah hati di dalam kepatuhan kepada kebenaran berarti memilih kegelapan dosa dan penipuan Setan.
Peraturan dunia dan prinsip kebenaran yang tidak tergoyahkan janganlah dipadukan dengan yang lain, sebagaimana warna‑warna dari pelangi. Di antara keduanya, garis yang lebar dan jelas ditarik oleh Allah yang kekal. Keserupaan Kristus berbeda daripada Setan, seperti siang yang terang berbeda dengan gelap gulita. Dan hanyalah mereka yang menghidupkan hidup Kristus yang bekerjasama dengan Dia. Jikalau satu dosa ditaruh dalam jiwa atau satu kebiasaan yang salah masih ada dalam kehidupan, maka seluruh tubuh itu ternoda. Manusia menjadi alat kejahatan.
Semua yang memilih melayani Tuhan tinggal di dalam penjagaan‑Nya. Kristus menunjuk pada burung‑burung yang terbang di udara, kepada bunga‑bunga di ladang, dan meminta pendengar‑pendengar memperhatikan benda‑benda kejadian Tuhan. "Bukankah kamu jauh melebihi dari burung-burung itu?" kata‑Nya. Matius 6:26. Ukuran perhatian Ilahi yang dicurahkan kepada sesuatu benda sebanding derajatnya di dalam neraca. Burung pipit yang kecil dijaga oleh Allah. Bunga‑bunga di ladang, rumput‑rumput yang menutupi bumi turut dalam perhatian dan penjagaan Bapa yang di sorga. Guru Besar itu memperhatikan bunga bakung, menjadikan mereka begitu indah sehingga mereka melebihi kemuliaan Solaiman. Betapa besar bagi penjagaan‑Nya kepada manusia, yang dijadikan menurut peta dan kemuliaan Allah. Ia ingin agar anak‑anak‑Nya menyatakan tabiat yang serupa dengan Dia di hadapan orang banyak itu. Sebagaimana sinar matahari membuat bunga‑bunga itu berwarna‑warni, demikian Allah memberikan kepada jiwa keindahan tabiat‑Nya.
Semua yang memilih kerajaan‑kasih, kebenaran dan damai Kristus, menjadikan perhatiannya lebih penting dari yang lain, dihubungkan dengan dunia yang di atas, dan tiap‑tiap berkat yang diperlukan untuk kehidupan ini menjadi milik mereka. Di dalam buku Tuhan, masing‑masing kita diberi suatu halaman. Halaman itu berisi sejarah‑hidup kita; sekali pun rambut kepala dihitung. Anak‑anak Allah tidak pernah dilupakan‑Nya.
"Janganlah kamu kuatir akan hari besok" Mat. 6:34. Kita mengikut Kristus hari demi hari. Tuhan tidak menganugerahkan bantuan untuk besok. Ia tidak memberikan kepada anak‑anak‑Nya semua petunjuk untuk perjalanan hidup mereka sekaligus, supaya jangan mereka itu menjadi bingung. Ia mengatakan kepada mereka seberapa banyak yang dapat mereka ingat dan perbuat. Kekuatan dan akal budi yang diberikan adalah untuk keadaan darurat sekarang ini. "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat," untuk hari ini, "hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dnegan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya." Yakobus 1:5.
"Janganlah kamu menuduh orang, supaya jangan kamu dituduh." Janganlah kamu berpikir bahwa kamu lebih baik dari orang lain, dan jangan angkat dirimu sebagai hakim mereka. Sedang kamu tidak dapat melihat motif, engkau tidak sanggup menghukumkan orang lain. Di dalam mengeritik dia, kamu mengundang hukuman atasmu; karena nyatalah kamu turut campur dengan Setan, penuduh saudara‑saudaramu itu. Allah berkata: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!" Inilah tugas kita. "Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita." 2 Kor. 13:5; 1 Kor. 11:31.
Pohon yang baik itu akan menghasilkan buah yang baik. Jikalau buahnya tidak enak dan tidak berharga, pohon itu tidak baik. Demikian pula buah dibuahkan di dalam kehidupan menjadi saksi keadaan hati dan kesempurnaan tabiat. Perbuatan yang baik tidak dapat membeli keselamatan, tetapi perbuatan itu ialah bukti iman yang bekerja oleh kasih dan membersihkan jiwa. Dan walau pun upah yang kekal itu tidak diberikan sebab jasa kita, tetapi itu akan sepadan dengan pekerjaan yang telah dikerjakan melalui anugerah Kristus.
Jadi Kristus menyatakan asas‑asas kerajaan‑Nya, dan menunjukkan kepada mereka menjadi peraturan hidup yang besar, supaya pelajaran itu lebih berkesan Ia menambahkan sebuah perumpamaan. Tidaklah cukup, kata‑Nya, bagimu hanya mendengar perkataan‑Ku. Oleh penurutan engkau harus menjadikannya dasar tabiatmu. Diri senditi itu adalah seperti pasir yang berpindah. Jikalau engkau mengalaskannya di atas teori dan penemuan manusia, rumahmu akan rubuh. Oleh angin percobaan, ujian yang hebat, ia akan dihanyutkan. Tetapi dengan prinsip yang telah Aku berikan itu akan tetap berdiri, Terimalah Aku, bangunkanlah atas firman‑Ku.
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." Mat. 7:24, 25.
No comments:
Post a Comment