Di seberang hari‑hari pekerjaan Kristus yang cemerlang di Galilea, muncullah suatu bayangan yang gelap. Orang Nazaret menolak Dia. "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" kata mereka itu.
Selama masa kanak‑kanak dan masa muda Yesus telah berbakti bersama saudara‑saudara‑Nya dalam sinagog di Nazaret. Sejak Ia mulai bekerja. Ia tidak lagi bersama‑sama mereka itu, tetapi dalam hal ini mereka memperhatikan apa yang telah terjadi kepada‑Nya. Pada saat Ia muncul lagi di antara mereka, minat dan harapan mereka sangat tinggi. Di sini Ia bertemu kembali dengan bentuk dan wajah yang pernah Ia kenal sejak kecilnya. Di sinilah ibu‑Nya, saudara‑saudara‑Nya laki dan perempuan dan segala mata pun diarahkan kepada‑Nya ketika Ia memasuki tempat kebaktian pada hari Sabat, dan mengambil tempat duduk‑Nya bersama orang‑orang yang berbakti.
Sebagai acara perbaktian setiap hari, ketua membaca suratan nabi‑nabi dan menasehati hadirin agar tetap berharap pada Seorang yang akan membawa pemerintahan yang mulia, dan akan membasmi penindasan. Ia berusaha menguatkan hati para pendengarnya dengan mengulangi akan buktinya bahwa kedatangannya Mesias itu telah dekat. Ia melukiskan kemuliaan kedatangan‑Nya, dengan pengertian bahwa Ia akan nampak sebagai penghulu tentara untuk melepaskan bangsa Israel.
Apabila seorang rabbi hadir dalam kaabah, ia diharapkan untuk memberikan suatu khotbah, dan siapa pun dari antara orang Israel boleh memberikan bacaan suratan nabi‑nabi. Pada hari Sabat ini, Yesus telah diminta untuk mengambil bahagian dalam acara perbaktian. Ia "berdiri hendak membacakan dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya." Yesaya 4:16, 17. Bacaan Kitab Suci yang telah dibacakan‑Nya adalah tulisan yang menunjukkan pada Mesias itu.
"Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
"Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, . . . dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. . . . Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya." Lukas 4:17‑20, 22.
Yesus berdiri di hadapan orang banyak itu sebagai seorang penafsir nubuatan yang hidup mengenai diri‑Nya Sendiri. Dengan menjelaskan perkataan‑perkataan yang telah dibacakan‑Nya, Ia berbicara mengenai Mesias sebagai seorang yang melepaskan orang yang tertindas, membebaskan orang yang tertawan, menghiburkan orang. yang susah hatinya, memulihkan orang yang buta, dan menyatakan kepada dunia terang kebenaran. Cara‑Nya yang berkesan dan perkataan‑Nya yang ajaib itu telah menjamah hati yang mendengar oleh suatu kuasa yang mereka belum pernah rasai dulu. Arus pengaruh Ilahi merombak segala rintangan; sebagaimana Musa, mereka melihat yang Tidak Dapat Dilihat. Pada saat hati mereka digerakkan oleh Roh Suci, mereka menyahut dengan mengatakan amin dan puji Tuhan.
Tetapi bila Yesus mengucapkan, "Pada hari ini isi kitab yang kamu dengar itu sudah sampai," dengan tiba‑tiba mereka diingatkan untuk memikirkan tentang diri mereka sendiri, dan pengakuan akan Dia yang sedang berbicara kepada mereka itu. Mereka, bangsa Israel, anak‑anak Ibrahim, telah diumpamakan sebagai dalam perhambaan. Mereka dikatakan sebagai orang yang tertawan yang harus dilepaskan daripada kuasa kejahatan; sebagai orang yang berada dalam kegelapan dan memerlukan terang kebenaran. Kesombongan mereka diganggu dan ketakutan mereka dibangkitkan. Perkataan Yesus menyatakan bahwa pekerjaan‑Nya bagi mereka itu adalah sangat bertentangan dengan apa yang mereka telah rindukan. Perbuatan mereka mungkin dapat diselidiki dengan teliti. Walau pun mereka tepat dan cermat dalam upacara‑upacara secara luar, mereka takut akan mata yang terang yang mengamat‑amati mereka itu.
Siapakah Yesus ini? tanya mereka itu. Ia yang telah menyatakan diri‑Nya kemuliaan Mesias adalah anak seorang tukang kayu, dan telah bekerja derigan bapa‑Nya Yusuf. Mereka telah melihat Dia pergi bekerja naik‑turun bukit, mereka telah berkenalan dengan saudara‑saudaranya laki‑laki dan perempuan, dan mengetahui hidup dan pekerjaan‑Nya. Mereka telah melihat Dia bertumbuh dari kanak‑kanak hingga menjadi orang muda, dan dari orang muda hingga dewasa. Walau pun kehidupan‑Nya tidak bercacat, mereka tidak mau percaya bahwa Ia adalah seorang yang telah dijanjikan itu.
Alangkah besar perbedaannya di antara pengajaran‑Nya mengenai kerajaan yang baru itu dengan apa yang mereka dengar daripada ketua‑ketua mereka! Yesus tidak berkata apa‑apa mengenai kelepasan mereka dari jajahan Rom. Mereka telah mendengar tentang mukjizat‑mukjizat‑Nya, dan telah mengharap bahwa kuasa‑Nya akan dipakai bagi keuntungan mereka, tetapi mereka melihat bahwa tidak ada pernyataan bagi maksud yang seperti ini.
Pada saat mereka membuka pintu untuk kebimbangan, hati mereka menjadi keras hingga tidak mudah dilembutkan lagi pada saat itu. Setan telah bertekad bahwa mata yang telah buta itu tidak boleh dibuka hari itu, atau jiwa‑jiwa yang terbelenggu dibebaskan. Dengan giat ia bekerja untuk mengikat mereka dalam keadaan tidak percaya itu. Mereka tidak memikirkan tanda yang telah diberikan, ketika mereka digoncangkan oleh keyakinan bahwa Ialah Penebus mereka yang sedang berkata pada mereka itu.
Tetapi Yesus kini memberikan suatu bukti Keilahian‑Nya dengan menyatakan pikiran mereka yang tersembunyi. "Maka berkatalah Ia kepada mereka: 'Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!' Dan kata-Nya lagi: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.'" Lukas 4:23‑27.
Oleh hubungan peristiwa ini dalam kehidupan nabi‑nabi, Yesus menemui pertanyaan para pendengarnya. Hamba‑hamba yang telah dipilih Allah untuk suatu pekerjaan yang istimewa, tidak diizinkan bekerja bagi orang yang berhati keras dan tidak percaya. Tetapi mereka yang mempunyai hati untuk merasa dan iman untuk percaya yang menyetujui akan bukti kuasa‑Nya melalui nabi‑nabi. Pada zaman Elia, orang Israel telah meninggalkan Allah. Mereka bergantung pada dosa mereka, dan menolak amaran Roh Suci melalui pesuruh‑pesuruh Allah. Dengan demikian mereka mengeratkan diri mereka dari saluran oleh mana berkat‑berkat Allah dapat disalurkan kepada mereka. Tuhan meliwati rumah orang Israel, di dalam suatu negeri kapir, dengan seorang perempuan yang tidak tergolong pada umat pilihan. Tetapi wanita ini diperkenankan karena ia telah mengikuti terang yang telah diterimanya, dan hatinya dibuka bagi suatu terang yang lebih besar yang dikirimkan Tuhan kepadanya melalui nabi‑Nya.
Adalah bagi sebab yang sama sehingga pada zaman Elisa orang kusta pada bani Israel diliwati. Tetapi Naaman, seorang kapir yang berkedudukan tinggi, setia kepada keyakinannya akan yang benar, dan telah merasa keperluannya yang besar akan pertolongan. Ia berada dalam suatu keadaan untuk menerima pemberian rahmat Allah. Ia bukan hanya disucikan daripada penyakit kusta, tetapi juga diberkati dengan suatu pengetahuan akan Allah yang benar.
Derajat kita di hadapan Allah bergantung bukannya atas banyaknya terang yang telah kita terima, tetapi atas penggunaan atas barang yang kita miliki. Maka dengan hal ini walau pun orang kafir yang memilih yang benar seberapa jauh mereka dapat membedakannya, berada dalam suatu keadaan yang lebih diperkenankan daripada mereka yang telah memiliki terang yang besar, dan mengaku melayani Allah, tetapi tidak memperdulikan akan terang itu, dan kehidupan mereka setiap hari berlawanan dengan pengakuan mereka.
Perkataan Yesus kepada para pendengar‑Nya di dalam rumah sembahyang menempelak akar dari sikap membenarkan diri mereka, menekankan kepada mereka kebenaran yang pahit bahwa mereka telah terpisah jauh daripada Allah, dan menghilangkan pengakuan mereka sebagai umat‑Nya. Tiap‑tiap perkataan adalah sebagai sembilu yang menyayat pada saat keadaan mereka yang sebenarnya yang dibentangkan di hadapan mereka itu. Mereka melecehkan kepercayaan yang pada mulanya telah diilhamkan oleh Yesus kepada mereka itu. Mereka tidak mengaku bahwa Ia yang telah lahir dari kemiskinan dan kehinaan itu adalah lain daripada orang yang biasa.
Roh tidak percaya mereka menimbulkan permusuhan. Setan telah mengendalikan diri mereka itu, dan dengan murka mereka berseru melawan Juruselamat. Mereka telah berpaling daripada‑Nya yang pekerjaan‑Nya adalah menyembuhkan dan memperbaiki; kini mereka menyatakan sifat‑sifat sipembinasa.
Waktu Yesus menyinggung mengenai berkat‑berkat yang diberikan kepada orang kapir, roh kesombongan kebangsaan dari para pendengarnya telah dibangkitkan, dan perkataan‑Nya telah ditelan oleh suara gemuruh banyak orang yang tidak merasa puas. Orang‑orang ini telah menyombongkan diri mereka karena memelihara taurat, tetapi kini kesombongan mereka diserang, sehingga mereka hampir mengadakan pembunuhan. Rombongan bubar, dan mereka pun menangkap Yesus, mendorong Dia keluar dari dalam tempat sembahyang dan keluar dari dalam kota. Rupanya semua mengingini kebinasaan‑Nya. Mereka menarik Dia hingga ke tepi jurang, dengan maksud untuk menolak Dia jatuh. Teriakan kutukan memenuhi angkasa. Ada yang melempar batu pada‑Nya, ketika dengan tiba‑tiba Ia menghilang dari pada pemandangan mereka itu. Pesuruh‑pesuruh surga yang menyertai Dia di dalam rumah sembahyang juga menghantar Dia di tengah‑tengah komplotan yang sedang marah itu. Mereka menutup dia daripada musuh‑musuh‑Nya dan membawa ke suatu tempat yang aman.
Demikianlah caranya malaikat melindungi Lot, dan memimpin dia keluar dengan selamat dari dalam negeri Sodom. Demikian pula caranya mereka melindungi Elisa di suatu bukit kecil di dalam kota. Bila bukit‑bukit yang melingkar itu telah dipenuhi oleh kuda dan rata raja Syam, dan sejumlah besar tentara yang lengkap, Elisa melihat lereng bukit yang lebih dekat telah ditutupi oleh tentara Allah—kuda dan rata api mengelilingi hamba Allah.
Demikian pula, pada sepanjang zaman, malaikat Tuhan menyertai pengikut‑pengikut Kristus yang setia. Pasukan kejahatan yang sangat besar dikerahkan melawan segala orang yang akan menang; tetapi Kristus mengajak kita memandang kepada perkara yang tidak kelihatan, kepada tentara surga yang berpasukan mengelilingi segala orang yang kasih akan Allah, untuk melepaskan mereka itu. Dari bahaya apa pun, kelihatan dan tidak kelihatan, kita telah dipelihara oleh perantaraan malaikat‑malaikat, kita tidak pernah akan mengetahui rahasia penjagaan Allah sampai dalam terang kekekalan kita melihat pemeliharaan Allah. Maka kita akan mengetahui bahwa seluruh keluarga surga menaruh perhatian pada keluarga Allah di atas dunia ini, bahwa pesuruh‑pesuruh dari takhta Allah menyertai langkah kita tiap‑tiap hari.
Apabila Yesus di dalam rumah sembahyang membaca suratan nubuatan, Ia berhenti sejenak untuk penjelasan terakhir mengenai pekerjaan Mesias. Setelah membaca perkataan ini "akan berseru‑serukan tahun kesenangan Tuhan," Ia lewatkan bagian kalimat, "hari pembalasan Allah kita." Yesaya 61:2. Hal ini adalah kebenarannya sebagaimana juga yang terutama dalam nubuatan, dan dengan tenang Yesus tidak menyangkal akan kebenarannya. Ucapan yang terakhir ini dengan senang hati diterima oleh para pendengarnya dan yang mereka rindukan digenapi. Mereka mengumumkan hukuman yang menantang orang kafir, dengan tidak menyadari bahwa kesalahan mereka itu sendiri lebih besar dari kesalahan orang lain. Mereka sendiri sebenarnya sangat memerlukan‑rakhmat yang mereka ingkari pada orang kafir. Pada hari itu di dalam rumah sembahyang, waktu Yesus berdiri di hadapan mereka itu adalah menjadi kesempatan mereka untuk menerima panggilan surga. Ia yang "berkenan kepada kasih setia" Mikha 7:18 dengan seorang akan menyelamat kan mereka daripada kebinasaan yang disebabkan oleh dosa‑dosa mereka.
Tidak ada suatu panggilan lagi yang Ia dapat berikan pada mereka untuk bertobat. Menjelang akhir masa kerja‑Nya di Galilea kembali Ia mengunjungi rumah di mana Ia tinggal di masa kanak‑kanak. Sejak Ia ditolak di sana, kemashuran pengajaran dan mukjizat‑Nya tersebar di seluruh negeri itu. Tidak dapat disangkal lagi bahwa Ia mempunyai kuasa yang melebihi kuasa manusia. Orang Nazaret mengetahui bahwa Ia berjalan keliling berbuat baik dan menyembuhkan sekalian orang yang ditindas oleh setan. Di seluruh negeri tidak kedengaran lagi keluhan penyakit karena Ia telah melalui rumah mereka, menyembuhkan segala penyakit. Rakhmat dinyatakan dalam tiap‑tiap tindakan hidup‑Nya yang membuktikan pengurapan Ilahi.
Sekali lagi di saat mereka mendengar perkataan‑Nya, orang Nazaret tergerak oleh Roh Suci. Tetapi kini mereka tidak mau mengakui bahwa orang ini, yang telah dibesarkan di antara mereka adalah lain atau lebih besar daripada mereka itu sendiri. Masih mendengung di tambur telinga mereka itu ingatan yang pahit ketika Yesus mengakui bahwa Ia sendiri yang dijanjikan itu, Ia telah menyangkali mereka tidak setempat dengan bangsa Israel; karena telah ditunjukkan‑Nya bahwa mereka itu kurang layak pada pemandangan Allah daripada seorang kafir. Dari saat inilah walau pun mereka bertanya, "Dari manakah orang ini beroleh hikmat yang demikian serta mukjizat itu?" Mereka tidak mau menerima Dia sebagai Kristus yang datang daripada Allah. Karena kurang percaya mereka, Juruselamat tidak dapat mengadakan banyak mukjizat di antara mereka. Hanya beberapa hati yang dibuka untuk menerima berkat‑Nya, dan dengan terpaksa Ia meninggalkan tempat itu dan tidak pernah kembali lagi.
Sekali roh tidak percaya itu digemari, maka roh itu mengendalikan orang‑orang Nazaret. Roh itu pun telah mengendalikan anggota Sanhedrin dan seluruh bangsanya. Dengan imam‑imam dan orang banyak, penolakan pertama akan pernyataan kuasa Roh Suci adalah menjadi permulaan kebinasaan mereka. Untuk membuktikan bahwa penolakan yang pertama benar adanya, mereka meneruskan untuk mencari kesalahan pada perkataan Kristus. Penolakan mereka akan Roh Suci yang berpuncak di kayu palang Joljuta, menghasilkan kebinasaan kotanya, dan tercerai berainya bangsa sebagai ditiup oleh angin.
Oh, alangkah rindunya Kristus untuk membuka pada orang Israel akan harta kebenaran yang indah itu! Tetapi karena kebutaan kerohanian mereka yang semacam itu sehingga mustahillah bagi Dia untuk menyatakan pada mereka itu kebenaran yang berhubungan dengan kerajaan‑Nya. Mereka bergantung kepada kepercayaan dan upacara‑upacara mereka yang tidak ada gunanya, di kala kebenaran surga menanti penerimaan mereka. Mereka menghabiskan uang mereka hanya untuk sampah dan sekam duniawi, di saat roti hidup dapat mereka peroleh. Mengapakah mereka tidak pergi kepada firman Allah dan menyelidik dengan rajin untuk mengetahui kalau mereka berada dalam kesalahan? Perjanjian Lama menyatakan dengan jelas segala seluk beluk pelayanan Kristus, dan berulang‑ulang Ia mengutip dari suratan nabi‑nabi dan menyatakan "Hari ini suratan ini digenapi di dalam telingamu." Jikalau mereka dengan setia telah menyelidik Kitab Suci, membawa segala teori mereka untuk diuji oleh firman Allah, Yesus tidak perlu meratapi akan penyesalan mereka. Ia tidak perlu lagi mengatakan, "Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi" Lukas 13:35. Mungkin mereka telah mengenal akan bukti Ia sebagai Mesias dan bahaya yang sedang mengancam kota mereka yang sombong itu dapat disingkirkan. Tetapi pikiran orang Yahudi telah menjadi sempit oleh kesombongan yang tidak masuk di akal. Ajaran Kristus menyatakan kekurangan tabiat mereka dan menuntut pertobatan, Jika mereka menerima akan pengajaran‑Nya, perbuatan mereka harus dirubah, dan harapan mereka yang disimpan dalam hati itu ditinggalkan. Agar dihormati oleh surga, mereka patut mengorbankan kehormatan manusia. Jika mereka hendak menurut perkataan rabbi yang baru ini, mereka harus menjalani arah yang bertentangan dengan pikiran ahli pikir dan guru besar zaman itu.
Kebenaran itu tidaklah populer pada zaman Kristus. Begitu pula pada zaman kita ini. Tidak populer sejak Setan pertama‑tama memberikan pada manusia tipuan oleh mengemukakan dongengan yang membawa pada kesombongan diri. Tidakkah kita zaman ini menemui teori‑teori dan doktrin‑doktrin yang tidak beralaskan sabda Allah? Manusia bergantung dengan teguhnya pada ajaran dan teori itu, sebagaimana orang Yahudi bergantung pada tradisi mereka.
Para pemimpin Yahudi telah dipenuhi dengan kesombongan rohani. Keinginan hati mereka bagi kemuliaan diri ternyata hingga di dalam upacara kaabah. Mereka mencintai kursi yang tertinggi di dalam kaabah. Mereka sangat senang dengan hormat yang diberikan oleh orang banyak di pasar‑pasar, dan merasa bangga dengan gelaran mereka yang disebut‑sebut oleh orang banyak. Pada saat kesucian yang benar berkurang, mereka menjadi lebih cemburu terhadap tradisi‑tradisi dan upacara‑upacara mereka.
Oleh karena pengertian mereka telah digelapkan oleh roh cinta diri yang fanatik, mereka tidak hgi mengimbangi kuasa perkataan Kristus yang meyakinkan itu dengan kerendahan kehidupan‑Nya. Mereka tidak menghargai akan fakta bahwa kebesaran yang benar tidak dapat ditunjukkan oleh perkara‑perkara di luar. Kekurangan manusia itu ternyata seluruhnya tidak sesuai dengan pengakuanNya sebagai Mesias. Mereka bertanya, Jikalau Ia benar sebagai pengakuan‑Nya, mengapakah Ia begitu sederhana? Jika Ia merasa puas tanpa bala tentara, apakah akan terjadi dengan kerajaannya? Bagaimana dapat kuasa dan kemuliaan yang begitu lama diharapkan membawa bangsa‑bangsa‑Nya sebagai rakyat bagi kota orang Yahudi? Bukankah imam telah mengajarkan bahwa bangsa Israel yang akan memegang pemerintahan di seluruh dunia? Dan mungkinkah bahwa guru‑guru agama itu bersalah?
Tetapi bukanlah karena tidak ada penarikan luar dalam kehidupan Yesus yang membawa bangsa Yahudi menolak Yesus. Ia adalah lambang kesucian, dan mereka tidak suci. Ia tinggal di antara manusia sebagai suatu teladan kesucian yang tidak bercacat. Kehidupan‑Nya yang tidak bernoda itu memancarkan terang pada hati mereka itu. Kesungguh‑sungguhan hati‑Nya menyatakan ketidak sungguhan mereka. Hal ini hanyalah membuka kedok kesucian yang berpura‑pura dan menyatakan kejahatan mereka sampai ke akar‑akarnya. Terang inilah yang tidak diterima.
Jikalau Kristus menaruh perhatian pada orang‑orang Parisi, dan meninggikan ajaran dan peribadatan mereka, tentu mereka telah menyambut Dia dengan kesukaan. Tetapi bila Ia berbicara tentang kerajaan surga sebagai suatu hadiah anugerah bagi seluruh manusia, Ia sedang mengemukakan suatu ajaran agama yang tidak disetujui sama sekali oleh mereka itu. Teladan dan ajaran mereka itu sendiri tidak pernah menjadikan pelajaran terhadap Allah itu berkenan. Bila melihat Yesus memberikan perhatian pada seorang yang mereka benci dan tolak, hal itu membangkitkan hawa nafsu kesombongan hati mereka. Walau pun mereka bangga karena di bawah "Singa dari suku Yahuda" Wahyu 5:5, Israel harus ditinggikan melebihi seluruh bangsa, tetapi mereka lebih sanggup menerima akan kekecewaan cita‑cita yang telah gagal daripada mereka menerima pukulan dalam teguran Kristus bagi dosa mereka itu, yang mereka rasai dari hadirat kesucian‑Nya.
No comments:
Post a Comment