Kalau kita mengerti tentang apa yang Tuhan inginkan, kita pasti akan hidup bahagia di dunia ini. Namun terkadang kita hanya hidup dengan apa yang kita anggap baik. Kita sudah terbiasa hidup dengan apa yang dianggap baik menurut manusia sejak lahir sampai sebelum bertobat, padahal apa yang diberikan Tuhan jelas berbeda. Mari kita lihat di Roma 5:5-8, "…Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati…". Kalau kita berbuat baik atau mati bagi orang yang baik, itu adalah hal yang mudah, karena kita merasa dia telah berjasa dalam hidup kita. Tetapi bagaimana bagi orang benar? Apakah kita mau melakukannya? Namun di sini, Kristus telah melakukannya bagi kita. Ia rela mati di kayu salib bagi semua orang. Ia tidak hanya mati bagi orang baik atau orang benar saja, tetapi bagi semua orang. Ketika Yesus mati di kayu salib, pekerjaan-Nya sudah selesai. Dosa semua manusia sudah ditebus sehingga Yesus tidak melihat pelanggaran atau kelemahan kita lagi. Ia menjadi Imam Besar (pengantara) antara manusia dengan Bapa. Manusia tidak akan pernah bisa mempunyai hubungan dengan Bapa tanpa melalui Yesus. Perbuatan baikpun tidak akan bisa membuat manusia berhubungan dengan Tuhan.
Dalam Roma 1:1-4, berbicara juga tentang anak-Nya yaitu Yesus. Injil berbicara tentang apa yang sudah Yesus lakukan dan yang akan Ia lakukan di masa mendatang. Bahkan Injil bukan memberitakan tentang kebaikan, gereja, suksesnya kita atau apapun, tapi tentang karya Kristus akan kehidupan manusia! Hanya Kristus yang mampu membebaskan manusia dari segala ikatan. Kalau ada dari Saudara masih belum terbebas dan merdeka maka Saudara perlu Kristus. Oleh karena itu, kasih agape juga hanya diberikan oleh Tuhan. Ia memberikan Roh Kudus supaya kita dapat mengasihi orang lain dengan kasih agape. Tanpa kasih agape, kita hanya mengasihi orang yang baik terhadap kita, karena sejak kecil kita sudah diajarkan untuk membantu orang yang menguntungkan bagi kita saja, bukan untuk kebenaran. Manusia pada dasarnya adalah jahat, tapi kalau kita memiliki Roh Kudus kita pasti mau merendahkan diri untuk mentaati perintah Tuhan. Memang orang Kristen tidak otomatis langsung menjadi benar (Roma 5:9). Ada pilihan atau kehendak bebas yang diberikan Tuhan dan kita harus memilihnya. Kalaupun kita bisa memilih yang benar, itu karena Tuhan yang menaruh iman dalam hati kita, bukan karena kehebatan kita. Jadi, kita bisa hidup karena Yesus yang hidup dalam kita (Roma 5:10).
Pekerjaan Tuhan yaitu supaya semua orang diselamatkan (Yohanes 3:16-17). Kita pun sebagai utusan-Nya, datang kepada orang-orang bukan untuk menghakimi, tetapi supaya mereka diselamatkan. Kita dahulu juga orang yang layak dimurkai, tetapi sekarang tidak karena kita sudah diselamatkan. Tetapi apakah kita bisa hidup seenaknya setelah diselamatkan? Jelas tidak bisa. Kita harus terus berjuang untuk hidup di dalam keselamatan.
Jika kita harus terus berjuang untuk hidup di dalam keselamatan, maka Kristus juga terus menjadi pengantara antara manusia dengan Tuhan sampai sekarang. Di Ibrani 2:1-3, tertulis bahwa ada arus yang bisa membawa kita kepada kehidupan yang kekal atau kebinasaan yang kekal. Orang-orang yang meremehkan keselamatan dari Tuhan, pasti akan mudah terbawa arus yang menyesatkan. Kita sebagai orang-orang yang tidak meremehkan keselamatan dari Tuhan, marilah kita bersaksi kepada banyak orang tentang keselamatan ini. Jangan takut karena Tuhan sendiri yang akan meneguhkan kesaksian kita dengan tanda-tanda mukjizat dan karunia-karunia Roh (Ibrani 2:4-7). Ia akan memberikan tanda-tanda itu menurut kehendak-Nya karena sebesar apa pun keinginan kita untuk memberitakan Injil, itu tidak ada apa-apanya dengan kehendak Tuhan.
Kita harus selalu ingat bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan Yesus sejak Ia mati di kayu salib (Ibrani 2:8). Lalu Ia harus pergi supaya Roh Kudus itu datang dan Roh Kudus yang membuat kita hidup. Namun terkadang kita lupa bahwa kita memiliki Roh Kudus.
Apabila kita melupakan Roh Kudus dan tidak mengerti bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan, maka kita bisa mengeluh di tengah perjalanan kita di dalam Tuhan seperti bangsa Israel yang bersungut-sungut di padang gurun.
Yesus sampai dibuat tidak berdaya ketika Ia mati di kayu salib karena begitu besar kasih-Nya kepada manusia (Ibrani 2:9). Karena memang tidak ada kebahagiaan tanpa penderitaan dan tidak ada kehidupan tanpa kematian. Luar biasanya kita yang menerima Tuhan, akan mati terlebih dahulu, baru kita bisa hidup. Kita harus terus hidup bersama-sama dengan Kristus. Kita tidak bisa jalan sendiri untuk mendapatkan keselamatan itu (Ibrani 2:10-12). Agama juga tidak bisa menjadi jalan keselamatan. Ini yang kita sampaikan kepada orang lain tentang keselamatan itu dan kita harus memberitakannya dengan kasih. Jangan takut untuk terus bersaksi karena kalau kita takut berarti kita lupa bahwa Yesus telah menaklukkan segala sesuatu (Ibrani 2:13-15). Selain itu, jangan takut tentang bagaimana hidup kita karena kalau kita berani melepaskan segala sesuatu maka Tuhan juga mau memberikan segala sesuatu untuk kita.
Yesus sudah menjadi Imam Besar (pengantara manusia dengan Tuhan) sehingga cara-cara Perjanjian Lama sudah tidak berlaku lagi. Mari kita memberitakan kabar baik ini karena Yesus adalah pribadi yang sanggup membebaskan manusia dari dosa. Kita memberitakan dengan cara mengasihi mereka. Orang bisa tahu kalau Yesuslah jalannya yaitu melalui kita sebagai orang-orang yang dilahirkan kembali.
Seharusnya kalau kita memberitakan Injil, kita lebih banyak bercakap-cakap supaya mereka mengerti apa yang Tuhan inginkan. Kita belajar untuk mengetahui mereka seperti apa. Seperti yang dilakukan Yesus kepada Petrus (Yoh 21:15-19). Yesus ingin mengetahui apakah Petrus sungguh-sungguh mengasihi Yesus. Ketika Yesus bertanya kepada Petrus untuk pertama kalinya, Petrus masih menunjukkan kebanggaannya karena merasa dianggap lebih oleh Yesus. Lalu kedua kalinya, Petrus masih belum mengerti maksud Yesus. Yesus sebenarnya mengajarkan Petrus dan kita tentang hubungan. Ia ingin supaya manusia bisa dekat dengan-Nya karena Yesus bukanlah sesuatu yang harus dikultuskan. Kemudian pada pertanyaan yang ketiga, apakah Petrus mengasihi Yesus, Petrus baru mengerti dan hatinya benar-benar kena dengan apa yang diinginkan Yesus. Memang tidak ada yang kebetulan kenapa harus diulang sampai tiga kali. Semua itu dilakukan supaya Petrus mengerti sehingga ia tidak mengasihi dengan apa yang ia pikirkan, tetapi dengan apa yang Yesus pikirkan. Setelah Petrus mengerti, baru Yesus berkata kepada Petrus,"ikutlah Aku".
Dulunya Petrus belum mengerti sungguh-sungguh maksud Tuhan. Namun kita percaya bahwa Petrus bertumbuh. Mari kita di Lukas 24:28, Petrus waktu itu menyangkal Yesus. Namun sebelumnya Yesus telah berdoa bagi Petrus supaya imannya tidak gugur, walaupun Yesus sudah tahu bahwa Petrus akan menyangkal-Nya. Mengapa Yesus tidak berdoa bagi Yudas juga? Ya itu terserah Tuhan, tapi yang pasti waktu itu Yudas sudah memiliki keputusan untuk menjual Yesus. Berbeda dengan Petrus yang tidak pernah mengambil keputusan untuk menyangkal Yesus. Masing-masing kita sebenarnya sudah punya keputusan di dalam hati kita, yang tidak terlihat oleh orang lain. Dengan kedaulatan Tuhan, Ia tidak punya hak untuk memaksa kita. Ada kehendak bebas yang diberikan Tuhan kepada kita. Tuhan sudah memberi contoh untuk mengasihi orang lain, tapi kita punya pilihan untuk mau mengasihi orang lain atau tidak. Namun kita pasti mau mengasihi kalau kita memiliki kasih agape itu.
Di dunia ini, butuh orang-orang yang memiliki kasih agape yaitu orang yang bisa mengasihi orang lain tanpa melihat latar belakang, jabatan, status dll. Dunia sudah bersifat individualis, oleh karena itu orang-orang membutuhkan suatu kumpulan atau komunitas yang bisa untuk bercerita, saling membantu, dsb. Kita adalah kristus-kristus kecil yang diutus oleh Tuhan untuk menjadi terang dunia. Mari kita mengenakan perlengkapan senjata terang untuk menerangi dunia dan orang bisa merasakan kasih agape itu (Roma 13:8-10).
No comments:
Post a Comment