I. Kapan Nama Allah Mulai Digunakan?
Inilah berita hangat berturut-turut dari Malaysia di sekitar pergantian tahun 2009 ke 2010. Berita demikian sebenarnya tidak aneh, karena ada sebagaian orang Malaysia yang berwatak ego-posesif. Bayangkan angklung, reog, batik, dan lainnya yang milik Indonesia diklaim sebagai miliknya dan sekarang nama "Allah" bahasa milik orang Arab diklaim sebagai milik mereka pula, padahal itu bukan bahasa ibu mereka.
Pada tahun 2007, otoritas Islam Majelis Agama Negeri Perlis mengeluarkan FATWA bahwa: "Tidak ada yang salah sama sekali dengan non-muslim menggunakan nama Allah." Gejala fundamentalis demikian memang baru karena orang Arab sendiri baik yang beragama Kristen, Yahudi maupun Islam dari dahulu sampai sekarang menggunakan nama "Allah" itu bersama-sama untuk menunjuk Allah Monotheisme Abraham yang mereka sembah meskipun masing-masing agama memiliki pengajaran (doktrin/akidah) yang berbeda. Sekalipun pengadilan Malaysia dan banyak ulama tidak melarang penggunaan nama itu, namun adanya sentimen kelompok radikal tertentu dalam agama yang memaksa kehendak mereka terhadap kelompok agama lain menjadikan pencekalan dan tindakan anarki itu terjadi. Gejala fundamentalisme demikian juga terjadi di kalangan sekte (bidat) Kristen di Indonesia yang terpengaruh Yudaisme (Gerakan Nama Suci) yang juga memaksakan kehendak mereka dan ada yang menuntut badan-badan Kristen ke pengadilan agar menarik semua Alkitab dan buku-buku Kristen yang memuat nama "Allah", namun dengan motivasi berbeda.
Kelompok sekte Kristen ini mengganggap bahwa nama 'Allah' adalah nama untuk mengacu pada Hubal (Dewa bulan) yang disembah bangsa Arab. Jadi menurut mereka nama 'Allah' dalam Alkitab sebaiknya diganti dengan nama diri "Yahweh" (YHWH) yang merupakan Elah Yisrael (Allah Israel). Mereka tidak mengetahui dan memahami bahwa sebelum zaman Muhammad dan Islam, orang Arab yang beragama Yahudi dan Kristen sudah menggunakan nama 'Allah' untuk mengacu kepada Yahweh (YHWH) dan Yesus Kristus. Jadi permasalahannya bukan terletak pada nama Allah itu sendiri, tetapi kepada Oknum Tuhan yang manakah orang menyembah dengan menggunakan nama 'Allah'. (paragraf ini ditambahkan, Red)
A. Allah dalam bahasa Arab
Apakah nama "Allah" itu milik agama Islam? Kalau benar, mengapa sudah digunakan jauh sebelum agama Islam lahir? Nama Allah sudah ada setua kelahiran bahasa Arab. Jauh sebelumnya di Mesopotamia di mana rumpun Semitik bermula, orang-orang sudah mengenal nama El atau Il sebagai nama dewa tertinggi dalam pantheon Babilonia namun bagi sebagian besar keturunan Sem (di mana nama rumpun Semitik berasal) nama itu dimengerti sebagai Tuhan Yang Mahaesa Pencipta Langit dan Bumi.
Inskripsi suku Lihyan mengungkap catatan abad ke-5/6 SM (semasa Ezra) bahwa nama 'Allah' sudah digunakan. Ada yang memberi stigmatisasi bahwa "Allah" adalah nama berhala Siria kuno namun kenyataannya inskripsi Lihyan sebagai pusat penyembahan "hlh" sehingga nama 'Allah' tidak tertuju untuk "dewa Siria".
B. Allah yang Esa dan Kekal
Perlu disadari bahwa inskripsi di Arab utara (Sabean, Lihyan, Tamudic, Safaitic) menunjukan bahwa Lihyan merupakan pusat penyembahan "Allah" dan disana berkembang dialek-dialek Arab yang mana ada yang menggunakan kata sandang "al", tetapi juga "ha" untuk menunjukan Tuhan yang satu itu. Winnet dalam penelitiannya atas inskripsi Lihyan menyebutkan bahwa pujian kepada Allah dalam inskripsi itu bersifat netral dan bisa diarahkan kepada sesembahan oknum mana saja tetapi teks Lihyan menunjukan adanya kata kunci "abtar" yang hanya ada dalam Al-Qur'an (QS.108) yang mengarah kepada 'Allah yang Esa dan Kekal'(QS.112). "Inskripsi Arab utara. …Nama-nama Allah pertama menjadi umum di teks Lihyan. …Bukti ditemukannya nama Allah menunjukan bahwa Lihyan adalah pusat penyembahan Allah di Arab. "Orang Siria menekankan kata benda umum "allah" ('a' kecil) menjadi nama diri dengan menambahkan nama elemen "a" : allaha = "the god" lalu menjadi "God" ketika orang Lihyan mengambil alih nama diri Allaha, nama itu diarabkan dengan menghilangkan elemen "a" sehingga menjadi Allah.(F.V.Winnet, Allah before Islam, dalam The Muslim world, Vol.38,1938,hlm.245-248).
Inskripsi Lihyan abad ke-5/6 SM berada di Arab utara berasal dari bahasa Nabatea Arami yang letaknya tidak jauh dari Yerusalem yang dikenal Kitab Ezra dan Daniel yang sezaman yang memuat nama Aram "Alaha" yang ditujukan kepada "Elah Yisrael" / Allah Israel. (Ezra 5:1; 6:14). Lagipula, pendahulu suku Lihyan adalah suku Dedan yang adalah keturunan Dedan cucu Ketura, isteri Abraham, tentu ada kaitannya dengan kaum Hanif. Studi yang sama dikemukakan Trimingham dalam bukunya Christianity Among the Arabs in Pre-Islamic Times, yaitu bahwa nama "Allah", sudah lama digunakan di kalangan suku-suku Arab, termasuk oleh orang Kristen dan berasal dari "Alaha" Aram yang dalam Kitab Ezra ditujukan kepada "Elah Yisrael". Bahasa Arab diketahui berkembang dari nabati-Aram. (penekanan ditambahkan, Red). Jadi, adanya dugaan bahwa "Allah" sesembahan Lihyan itu adalah Dewa Siria SANGATLAH TIDAK BENAR tetapi telah diketahui bahwa nama itu (Allah) ditujukan kepada "Alaha" Aram yang menunjuk kepada "Elah Yisrael" (Allah Israel).
II. Nama Allah Di Kalangan Arab Kristen
Berbeda dengan anggapan bahwa orang Yahudi dan Kristen Arab semula menyebut Al-Ilah dan baru pada masa Islam mereka dipaksa menggunakan nama "Allah".
Pada tahun 244 seorang Arab Kristen Philip the Arab menjadi Kaisar Roma dan pada Konsili Nicea (325) hadir 6 uskup Arab dari kawasan imperium Romawi dan 3 uskup lainnya dari kawasan Arab non-Romawi. Hal ini menunjukan bahwa umat Kristen Arab dengan bahasa Arabnya sudah menyebar bahkan menduduki jabatan tinggi Kaisar Romawi dan Uskup jemaat Arab. Peter Pacerillo, arkeolog Franciscan menemukan rumah-rumah di Siria, Lebanon dan Palestina dari abad ke-4 (300 tahun sebelum Islam) dengan inskripsi "Bism Ellah al Rahmani al Rahimi" (Dalam nama Allah yang pengasih dan penyayang), sedangkan pada Konsili Efesus (tahun 431) hadir Uskup Arab bernama Abdellas (Abdullah, band. dengan "Wahab Allah" yang diterjemahkan ke bahasa Yunani sebagai "ouaballas"). Dalam fragmen pra-Islam yang ditemukan pada tahun 1901 di Damaskus ada teks LXX Mazmur 78 di mana "hotheos" (Elohim) diterjemahkan ke dalam bahasa Arab yang ditulis dengan aksara (abjad) Yunani sebagai "allau" (ayat 22, 31, 59), dalam inskripsi itu huruf "ha" Arab ditulis sebagai "upsilon" Yunani.
Bambang Norsena SH yang mengambil pascasarjana dalam sastra Arab di Kairo selama 2 tahun, dalam bukunya menyatakan bahwa sebelum zaman Islam, pemakaian istilah 'Allah' di lingkunagn Kristen bisa dilihat dari sejumlah inskripsi dari masa pra-Islam yang ditemukan disekitar wilayan Siria di mana nama Al-Ilah dan Allah disebut.
"Ada 2 inskripsi penting: pertama, inskripsi Zabad (tahun 512 / abad ke-6) yang diawali dengan rumusan "Bism al-Ilah" (Dengan nama Al-Ilah) yang kemudian disusul dengan nama-nama Kristen Syria dan kedua, inskripsi "Umm al-jimmal" (juga berasal dari abad ke-6 M) yang diawali dengan ucapan "Allahu ghafran" (Allah mengampuni)." (History of Allah, hlm 10).
Inskripsi "Allahu ghafran" digambarkan dengan jelas dalam buku Islamic Caligraphy oleh Yasin Hamid Safadi (London: Thames and Hudson Limited, 1978, hlm.6). Noorsena juga menyebutkan bahwa ada teks Aram Suryani masa itu dimana nama Alaha diterjemahkan menjadi teks Allah Arab: "Risalah fit at Tadbir al-Khalash li Kalimat Allah al-Mutajjasad (Bahasa Suryani Arab), karya Mar Ya'qub al-Rahawi (James of Eddesa), Buku ini diawali kalimat: Allah…..., menerjemahkan teks asli yang diawali: Alaha….(Teks asli Suryani ditulis tahun 578 M)". (The History of Allah, hlm.12).
Allah sudah dikenal di Arab, Ia adalah satu dari banyak sesembahan yang disembah di Mekah kemungkinan sebagai Tuhan yang Mahakuasa dan tentu saja Tuhan pencipta. Ia sudah dikenal sejak dulu sebagai "Allah,"Al-Ilah (asal kata yang paling mungkin, saran lainnya adalah "Alaha" Aram). (Brill, vol I hlm.406). "Sebagian besar beranggapan nama diri Allah ada asalnya (mushtakk, mankul), kontraksi al-ilah, dan menganggap ilah adalah tiga huruf akar kata." (Brill, vol III hlm. 1093).
"Allah merupakan suatu nama Hakikat atau kepercayaan yang bersifat mutlak. Agaknya kata Allah merupakan pengkhususan dari kata al-ilah, ….Nama Allah telah dikenal dan dipakai sebelum Alquran ada, Kata itu tidak hanya khusus bagi Islam saja, melainkan ia juga merupakan nama yang, oleh umat Kristen yang berbahasa Arab dari gereja-gereja Timur, digunakan untuk memanggil Tuhan." (Glasse, Ensiklopedia Islam, hlm.23).
Selain dalam inskripsi dan nama, sejak awal Injil bahasa Arab juga menggunakan nama "Allah". Alkitab Peshita dalam bahasa Aram ditulis pada abad ke-2 di mana El/Elohim/Eloah Ibrani ditulis "Elah/Alaha". Seperti diketahui dari inskripsi Lihyan abad ke-5/6 dan sejarah bahasa bahwa "Alaha" Aram menurunkan "Allah" Arab Nabatea dan bahasa Arab.
Dalam injil karya pernulis Gnostik "Apokrif Infancy Gospel of Thomas" (injil Tomas) pada abad ke-2, ada cerita mengenai Allah yang mengizinkan Yesus membuat mujizat burung dari tanah liat yang akhirnya dikutip dalam injil Anak-anak apokrif dalam bahasa Arab 'injilu't Tufuliyyah' dan kemudian diceritakan dalam Alquran (QS 5 110). Pada abad ke-3 Origenes menulis dalam introduksi Hexapla bahwa ia berkonsultasi dengan salinan bahasa lain termasuk Arab, paling tidak ini berarti bahwa pada abad ke-3 sudah ada fragmen Alkitab dalam bahasa Arab.
Data Alquran sendiri mendukung adanya penggunaan nama 'Allah' sebelumnya dan menyebut bahwa pada masa Islam, di Gereja dan sinagoga sudah banyak disebut nama 'Allah', itu berarti bahwa pada masa pra-Islam nama 'Allah' sudah digunakan oleh umat Yahudi dan Kristen. Sebelum menjadi nabi bagi umat Muslim, Muhammad pernah berelasi dengan biarawan Nestorian (bidat Kristen) Waraqah ibn Nawfal yang adalah sepupu Khadijah (Isteri Muhammad).
Dari kenyataan diatas kita mengetahui bahwa pada masa dahulu, apalagi pada masa bahasa lisan pratulis, penggunaan nama "Allah" terjadi sebagai derivasi Allaha Aram, padanan/kontraksi Al-Ilah, maupun sebagai nama yang berdiri sendiri. Tetapi menarik untuk disimak bahwa di Timur Tengah, penggunaan nama Allah oleh mereka yang beragama Yahudi, Kristen dan Islam yang berbahasa Arab dilakukan bersama tanpa masalah sejak awalnya.
III. Penggunaan Nama Allah Dalam Alkitab
Tidak menutup kemungkinan bahwa di kalangan Arab Lihyan dan Arab Jahiliah pra-Islam, selain kaum Hanif/Hunafa yang menyembah Allah Monotheisme Abraham/Ibrahim, ada juga penyembah-penyembah berhala yang menyebut dewa mereka dengan sebutan 'allah' pula ("a"kecil). (penekanan ditambahkan, Red). Dalam sejarah Arab, masa jahiliah pra-islam lah yang disebut sebagai masa sinkretisme yang diimpor berhala asing, sehingga banyak yang menyembah berhala (termasuk dewa bulan "Hubal"). Hubal adalah berhala yang disembah oleh bangsa Arab sebelum zaman Islam. Hubal dilambangkan dengan bulan sabit. Namun, tampaknya pada masa Islam hadir, keyakinan monotheisme kaum Hanif itu dipulihkan kembali.
"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan nama 'Allah' sudah dikenal oleh bangsa Arab kuno. …Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah Hunafa (tunggal: Hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail. Menjelang abad ke-7 kesadaran agama Ibrahim dikalangan bangsa Arab ini telah hilang dan kedudukannya digantikan oleh sejumlah pemujaan berhala,…dalam 20 tahun seluruh tradisi Jahiliyyah tersebut terhapus oleh ajaran 'tuhan' yang terakhir, yakni Risalah Islam." (Ensiklopedia Islam, hlm. 50-51).
Di kisahkan bahwa Muhammad dengan para pengikutnya berperang menghancurkan para pemuja berhala dan menghancurkan patung-patung berhala mereka, salah satu diantaranya adalah Hubal. Sekalipun Muhammad menghancurkan segala patung berhala di tanah Arab namun agaknya ia tidak berniat untuk menghancurkan batu Hajar Aswad (batu hitam), yang merupakan batu yang disembah oleh salah satu suku di tanah Arab. Alquran menyebutkan bahwa Muhammad sangat menghormati batu itu dengan menciuminya.(paragraf ini ditambahkan,Red)
Kemerosotan dan penyimpangan penggunaan kata 'Allah' tidak hanya terjadi di kalangan Arab, sebab dikalangan Israel pun kemerosotan yang sama juga terjadi. "Elohim" di samping untuk menyebut "Pencinta langit dan bumi" (Kejadian 1:1) juga digunakan untuk menyebut dewa "berhala anak lembu" (Keluaran 32: 1.4) dan bahkan juga dirayakan sebagai Yahweh (Keluaran 32:4). Penyimpangan penyembahan bangsa Israel ini mendatangkan murka Yahweh sehingga bangsa Israel menerima hukuman atas dosa besar yang telah diperbuatnya.
Jadi disini kita melihat bahwa yang menjadi masalah bukan nama "Elohim/Allah" itu sendiri, melainkan apa kandungan akidah/pengajaran dibalik nama itu yang secara berbeda-beda diajarkan dalam Kitab Suci masing-masing agama. Kebenaran sejarah tidak dapat diubah dan perlu disadari bahwa nama "Ilah/Allah" (Arab) memiliki asal mula yang sama (cognate) dengan El/Elohim/Eloah (Ibrani) dan Elah/Alaha (Aram) ataupun El/Il Semitik (Mesopotamia) yang dipercayai beberapa agama sebagai dewa, tuhan tertinggi tetapi juga digunakan sebagai "Tuhan Yang Maha Esa Pencipta langit dan bumi".
Perlu di sadari bahwa sekalipun agama Yahudi (Tanakh), Kristen (PL+PB) dan Islam (Alquran) dalam bahasa Arab menggunakan nama Allah yang sama dan menyebutnya sebagai "Tuhan Monotheisme Abraham/Ibrahim" ketiganya mempercayai pengajaran (doktrin/akidah) yang berbeda sesuai Kitab Suci masing-masing. Kerancuan terjadi karena mencampuradukkan nama "Allah" sebagai nama sesembahan semitik/abrahamik dalam bahasa Arab dan pengajaran (doktrin) mengenai Allah yang sama itu. Karena itu, kalau mau membandingkan adalah: antara Allah Arab Kristen disbanding Allah Arab Islam. Hal ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dan kerancuan.
Coba kita simak wejangan Dr Olaf Schuman, teoloh Kristen Jerman yang fasih berbahasa Arab yang selama 3 tahun belajar dan mengajar di Universitas Al-Ashar di Kairo: "Memang tidak dapat disangkal adanya suatu masalah. Namun, yang menjadi masalah adalah soal dogmatika atau akidah, sebab tiga agama itu (Yudaisme, Kristen, Islam) mempunyai faham dogmatis yang berbeda mengenai Allah yang sama, baik hakikatnya maupun pula mengenai cara penyataan dan tindakan-tindakannya." (Keluar dari Benteng-Benteng Pertahanan, hlm.177).
A. Alkitab bahasa Arab
Sejak awal, nama Allah terus digunakan dalam Alkitab bahasa Arab, termasuk delapan versi yang sekarang digunakan oleh sekitar 29 juta umat Kristen Arab di seluruh dunia. Pada tahun 1671, gereja Katolik Roma menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Arab di Roma dan terjemahan lengkap terbit tahun 1880, namun yang lebih populer dikalangan Protestan dan gereja Ortodok adalah "Arabic Bible" (Van Dijke, 1865) yang diterbitkan di Beirut. Catholic Translation of the Bible yang diterbitkan tahun 1880 kemudian direvisi pada tahun 1988. New Translation of the Arabic Bible (1988) yang disebut 'Book of Life, an interpretative translation' (Kitab Al Hayat, tarjama tafsiria) kemudian menjadi 'New Arabic Version' (1992), dan pada tahun yang sama terbit juga 'Today Arabic Version' (Good News).
Dalam hubungan dengan kaum Muslim, pada tahun 1980-an, di Mesir ada kalangan Kristen yang menerbitkan Perjanjian Baru untuk dibaca oleh kalangan Muslim yang disebut 'The Noble Gospel' (Al-Injil Al-Syarif, 1990) dan seluruh Alkitab pada tahun 1999. Ada usaha menarik dari penulis Siria-Arab Mashaz Mallouhi (2008) yang mengumpulkan para pakar Arab Islam dan Kristen untuk duduk bersama membuat terjemahan Kitab Injil dan Para Rasul dengan nama 'The True Meaning of the Gospel of Chirst' ke dalam bahasa Arab modern yang ditujukkan kepada orang Arab Kristen ataupun Arab Islam yang sekaligus dimaksudkan sebagai pelajaran sejarah sastra Arab dengan membahas terminology bahasa Arab Alkitab yang sekarang sudah tidak umum digunakan dalam bahasa Arab modern. Semua versi Alkitab Arab hanya mengenal satu istilah untuk Tuhan, yaitu "Allah" (disamping Ar-Rabb untuk menyebut Adonai yang tertuju YHWH/Yahweh).
Di Indonesia sejak masuknya agama Islam (abad ke-13) dan Kristen (abad ke-16), nama Allah sudah terserap dalam bahasa Melayu dan kemudian masuk kosa-kata bahasa Indonesia, dan sudah digunakan sedini ditulisnya terjemahan Alkitab Melayu pada tahun 1629 sampai terjemahan Alkitab Indonesia (LAI). Sekalipun Indonesia memiliki populasi Islam terbesar di dunia selama ini tidak ada yang mempersoalkan penggunaan nama "Allah" itu, karena para pakar dan ulama Islam pada umumnya mengerti bahwa nama Allah itu digunakan bersama dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam kecuali dipersoalkan oleh sekelompok kecil fundamentalis tertentu akhir-akhir ini. Di Malaysia, usaha penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu (BM) dimulai pada tahun 1974. Perjanjian Baru diterbitkan pada tahun 1976 dan Perjanjian Lama pada tahun 1981. Alkitab bahasa Melayu (BM) lengkap diterbitkan pada tahun 1987 oleh The Bible Society of Singapore, Malaysia and Brunei. Pada tahun 1990, dimulai penerjemahan ke bahasa Melayu sehari-hari dan pada tahun 1996 terbit Alkitab Berita Baik yang diterbitkan oleh The Bible Society of Malaysia. Semua Alkitab bahasa Melayu menulis nama "Allah".
Inilah berita hangat berturut-turut dari Malaysia di sekitar pergantian tahun 2009 ke 2010. Berita demikian sebenarnya tidak aneh, karena ada sebagaian orang Malaysia yang berwatak ego-posesif. Bayangkan angklung, reog, batik, dan lainnya yang milik Indonesia diklaim sebagai miliknya dan sekarang nama "Allah" bahasa milik orang Arab diklaim sebagai milik mereka pula, padahal itu bukan bahasa ibu mereka.
Pada tahun 2007, otoritas Islam Majelis Agama Negeri Perlis mengeluarkan FATWA bahwa: "Tidak ada yang salah sama sekali dengan non-muslim menggunakan nama Allah." Gejala fundamentalis demikian memang baru karena orang Arab sendiri baik yang beragama Kristen, Yahudi maupun Islam dari dahulu sampai sekarang menggunakan nama "Allah" itu bersama-sama untuk menunjuk Allah Monotheisme Abraham yang mereka sembah meskipun masing-masing agama memiliki pengajaran (doktrin/akidah) yang berbeda. Sekalipun pengadilan Malaysia dan banyak ulama tidak melarang penggunaan nama itu, namun adanya sentimen kelompok radikal tertentu dalam agama yang memaksa kehendak mereka terhadap kelompok agama lain menjadikan pencekalan dan tindakan anarki itu terjadi. Gejala fundamentalisme demikian juga terjadi di kalangan sekte (bidat) Kristen di Indonesia yang terpengaruh Yudaisme (Gerakan Nama Suci) yang juga memaksakan kehendak mereka dan ada yang menuntut badan-badan Kristen ke pengadilan agar menarik semua Alkitab dan buku-buku Kristen yang memuat nama "Allah", namun dengan motivasi berbeda.
Kelompok sekte Kristen ini mengganggap bahwa nama 'Allah' adalah nama untuk mengacu pada Hubal (Dewa bulan) yang disembah bangsa Arab. Jadi menurut mereka nama 'Allah' dalam Alkitab sebaiknya diganti dengan nama diri "Yahweh" (YHWH) yang merupakan Elah Yisrael (Allah Israel). Mereka tidak mengetahui dan memahami bahwa sebelum zaman Muhammad dan Islam, orang Arab yang beragama Yahudi dan Kristen sudah menggunakan nama 'Allah' untuk mengacu kepada Yahweh (YHWH) dan Yesus Kristus. Jadi permasalahannya bukan terletak pada nama Allah itu sendiri, tetapi kepada Oknum Tuhan yang manakah orang menyembah dengan menggunakan nama 'Allah'. (paragraf ini ditambahkan, Red)
A. Allah dalam bahasa Arab
Apakah nama "Allah" itu milik agama Islam? Kalau benar, mengapa sudah digunakan jauh sebelum agama Islam lahir? Nama Allah sudah ada setua kelahiran bahasa Arab. Jauh sebelumnya di Mesopotamia di mana rumpun Semitik bermula, orang-orang sudah mengenal nama El atau Il sebagai nama dewa tertinggi dalam pantheon Babilonia namun bagi sebagian besar keturunan Sem (di mana nama rumpun Semitik berasal) nama itu dimengerti sebagai Tuhan Yang Mahaesa Pencipta Langit dan Bumi.
- Nama El berkembang ke wilayah utara dan barat menjadi Ela atau Elah dan di daerah Aram-Siria nama itu disebut Elah/Alaha dan di kalangan Ibrani disebut El/Elohim/Eloah.
- Nama Il berkembang ke wilayah timur dan selatan menjadi Ila atau Ilah dan di kalangan Arab disebut Ilah/Allah.
Inskripsi suku Lihyan mengungkap catatan abad ke-5/6 SM (semasa Ezra) bahwa nama 'Allah' sudah digunakan. Ada yang memberi stigmatisasi bahwa "Allah" adalah nama berhala Siria kuno namun kenyataannya inskripsi Lihyan sebagai pusat penyembahan "hlh" sehingga nama 'Allah' tidak tertuju untuk "dewa Siria".
B. Allah yang Esa dan Kekal
Perlu disadari bahwa inskripsi di Arab utara (Sabean, Lihyan, Tamudic, Safaitic) menunjukan bahwa Lihyan merupakan pusat penyembahan "Allah" dan disana berkembang dialek-dialek Arab yang mana ada yang menggunakan kata sandang "al", tetapi juga "ha" untuk menunjukan Tuhan yang satu itu. Winnet dalam penelitiannya atas inskripsi Lihyan menyebutkan bahwa pujian kepada Allah dalam inskripsi itu bersifat netral dan bisa diarahkan kepada sesembahan oknum mana saja tetapi teks Lihyan menunjukan adanya kata kunci "abtar" yang hanya ada dalam Al-Qur'an (QS.108) yang mengarah kepada 'Allah yang Esa dan Kekal'(QS.112). "Inskripsi Arab utara. …Nama-nama Allah pertama menjadi umum di teks Lihyan. …Bukti ditemukannya nama Allah menunjukan bahwa Lihyan adalah pusat penyembahan Allah di Arab. "Orang Siria menekankan kata benda umum "allah" ('a' kecil) menjadi nama diri dengan menambahkan nama elemen "a" : allaha = "the god" lalu menjadi "God" ketika orang Lihyan mengambil alih nama diri Allaha, nama itu diarabkan dengan menghilangkan elemen "a" sehingga menjadi Allah.(F.V.Winnet, Allah before Islam, dalam The Muslim world, Vol.38,1938,hlm.245-248).
Inskripsi Lihyan abad ke-5/6 SM berada di Arab utara berasal dari bahasa Nabatea Arami yang letaknya tidak jauh dari Yerusalem yang dikenal Kitab Ezra dan Daniel yang sezaman yang memuat nama Aram "Alaha" yang ditujukan kepada "Elah Yisrael" / Allah Israel. (Ezra 5:1; 6:14). Lagipula, pendahulu suku Lihyan adalah suku Dedan yang adalah keturunan Dedan cucu Ketura, isteri Abraham, tentu ada kaitannya dengan kaum Hanif. Studi yang sama dikemukakan Trimingham dalam bukunya Christianity Among the Arabs in Pre-Islamic Times, yaitu bahwa nama "Allah", sudah lama digunakan di kalangan suku-suku Arab, termasuk oleh orang Kristen dan berasal dari "Alaha" Aram yang dalam Kitab Ezra ditujukan kepada "Elah Yisrael". Bahasa Arab diketahui berkembang dari nabati-Aram. (penekanan ditambahkan, Red). Jadi, adanya dugaan bahwa "Allah" sesembahan Lihyan itu adalah Dewa Siria SANGATLAH TIDAK BENAR tetapi telah diketahui bahwa nama itu (Allah) ditujukan kepada "Alaha" Aram yang menunjuk kepada "Elah Yisrael" (Allah Israel).
II. Nama Allah Di Kalangan Arab Kristen
Berbeda dengan anggapan bahwa orang Yahudi dan Kristen Arab semula menyebut Al-Ilah dan baru pada masa Islam mereka dipaksa menggunakan nama "Allah".
Fakta Sejarah menunjukan bahwa sejak awal orang Arab beragama Yahudi dan Kristen sudah menggunakan nama 'Allah' dalam Ibadat mereka. Nama 'Allah' digunakan di kalangan Arab beragama Yahudi dapat diketahui bahwa sebelum Islam lahir ada Imam Sinagoga di Medinah yang bernama Abdallah bin Saba, dan di kalangan Kristen penggunaan nama 'Allah' juga banyak digunakan. Kekeristenan di daerah Arab sudah sudah dimulai sedini abad pertama dimana orang Arab sudah mendengar khotbah Yesus (Markus 3: 7-8) dan di hari Pentakosta mereka mendengar dalam bahasa Arab (Kis. 2:11), dan Paulus mengunjungi jemaat Kristen Arab (Galatia 1: 17).
Pada tahun 244 seorang Arab Kristen Philip the Arab menjadi Kaisar Roma dan pada Konsili Nicea (325) hadir 6 uskup Arab dari kawasan imperium Romawi dan 3 uskup lainnya dari kawasan Arab non-Romawi. Hal ini menunjukan bahwa umat Kristen Arab dengan bahasa Arabnya sudah menyebar bahkan menduduki jabatan tinggi Kaisar Romawi dan Uskup jemaat Arab. Peter Pacerillo, arkeolog Franciscan menemukan rumah-rumah di Siria, Lebanon dan Palestina dari abad ke-4 (300 tahun sebelum Islam) dengan inskripsi "Bism Ellah al Rahmani al Rahimi" (Dalam nama Allah yang pengasih dan penyayang), sedangkan pada Konsili Efesus (tahun 431) hadir Uskup Arab bernama Abdellas (Abdullah, band. dengan "Wahab Allah" yang diterjemahkan ke bahasa Yunani sebagai "ouaballas"). Dalam fragmen pra-Islam yang ditemukan pada tahun 1901 di Damaskus ada teks LXX Mazmur 78 di mana "hotheos" (Elohim) diterjemahkan ke dalam bahasa Arab yang ditulis dengan aksara (abjad) Yunani sebagai "allau" (ayat 22, 31, 59), dalam inskripsi itu huruf "ha" Arab ditulis sebagai "upsilon" Yunani.
Bambang Norsena SH yang mengambil pascasarjana dalam sastra Arab di Kairo selama 2 tahun, dalam bukunya menyatakan bahwa sebelum zaman Islam, pemakaian istilah 'Allah' di lingkunagn Kristen bisa dilihat dari sejumlah inskripsi dari masa pra-Islam yang ditemukan disekitar wilayan Siria di mana nama Al-Ilah dan Allah disebut.
"Ada 2 inskripsi penting: pertama, inskripsi Zabad (tahun 512 / abad ke-6) yang diawali dengan rumusan "Bism al-Ilah" (Dengan nama Al-Ilah) yang kemudian disusul dengan nama-nama Kristen Syria dan kedua, inskripsi "Umm al-jimmal" (juga berasal dari abad ke-6 M) yang diawali dengan ucapan "Allahu ghafran" (Allah mengampuni)." (History of Allah, hlm 10).
Inskripsi "Allahu ghafran" digambarkan dengan jelas dalam buku Islamic Caligraphy oleh Yasin Hamid Safadi (London: Thames and Hudson Limited, 1978, hlm.6). Noorsena juga menyebutkan bahwa ada teks Aram Suryani masa itu dimana nama Alaha diterjemahkan menjadi teks Allah Arab: "Risalah fit at Tadbir al-Khalash li Kalimat Allah al-Mutajjasad (Bahasa Suryani Arab), karya Mar Ya'qub al-Rahawi (James of Eddesa), Buku ini diawali kalimat: Allah…..., menerjemahkan teks asli yang diawali: Alaha….(Teks asli Suryani ditulis tahun 578 M)". (The History of Allah, hlm.12).
Allah sudah dikenal di Arab, Ia adalah satu dari banyak sesembahan yang disembah di Mekah kemungkinan sebagai Tuhan yang Mahakuasa dan tentu saja Tuhan pencipta. Ia sudah dikenal sejak dulu sebagai "Allah,"Al-Ilah (asal kata yang paling mungkin, saran lainnya adalah "Alaha" Aram). (Brill, vol I hlm.406). "Sebagian besar beranggapan nama diri Allah ada asalnya (mushtakk, mankul), kontraksi al-ilah, dan menganggap ilah adalah tiga huruf akar kata." (Brill, vol III hlm. 1093).
"Allah merupakan suatu nama Hakikat atau kepercayaan yang bersifat mutlak. Agaknya kata Allah merupakan pengkhususan dari kata al-ilah, ….Nama Allah telah dikenal dan dipakai sebelum Alquran ada, Kata itu tidak hanya khusus bagi Islam saja, melainkan ia juga merupakan nama yang, oleh umat Kristen yang berbahasa Arab dari gereja-gereja Timur, digunakan untuk memanggil Tuhan." (Glasse, Ensiklopedia Islam, hlm.23).
Selain dalam inskripsi dan nama, sejak awal Injil bahasa Arab juga menggunakan nama "Allah". Alkitab Peshita dalam bahasa Aram ditulis pada abad ke-2 di mana El/Elohim/Eloah Ibrani ditulis "Elah/Alaha". Seperti diketahui dari inskripsi Lihyan abad ke-5/6 dan sejarah bahasa bahwa "Alaha" Aram menurunkan "Allah" Arab Nabatea dan bahasa Arab.
Dalam injil karya pernulis Gnostik "Apokrif Infancy Gospel of Thomas" (injil Tomas) pada abad ke-2, ada cerita mengenai Allah yang mengizinkan Yesus membuat mujizat burung dari tanah liat yang akhirnya dikutip dalam injil Anak-anak apokrif dalam bahasa Arab 'injilu't Tufuliyyah' dan kemudian diceritakan dalam Alquran (QS 5 110). Pada abad ke-3 Origenes menulis dalam introduksi Hexapla bahwa ia berkonsultasi dengan salinan bahasa lain termasuk Arab, paling tidak ini berarti bahwa pada abad ke-3 sudah ada fragmen Alkitab dalam bahasa Arab.
Data Alquran sendiri mendukung adanya penggunaan nama 'Allah' sebelumnya dan menyebut bahwa pada masa Islam, di Gereja dan sinagoga sudah banyak disebut nama 'Allah', itu berarti bahwa pada masa pra-Islam nama 'Allah' sudah digunakan oleh umat Yahudi dan Kristen. Sebelum menjadi nabi bagi umat Muslim, Muhammad pernah berelasi dengan biarawan Nestorian (bidat Kristen) Waraqah ibn Nawfal yang adalah sepupu Khadijah (Isteri Muhammad).
Dari kenyataan diatas kita mengetahui bahwa pada masa dahulu, apalagi pada masa bahasa lisan pratulis, penggunaan nama "Allah" terjadi sebagai derivasi Allaha Aram, padanan/kontraksi Al-Ilah, maupun sebagai nama yang berdiri sendiri. Tetapi menarik untuk disimak bahwa di Timur Tengah, penggunaan nama Allah oleh mereka yang beragama Yahudi, Kristen dan Islam yang berbahasa Arab dilakukan bersama tanpa masalah sejak awalnya.
III. Penggunaan Nama Allah Dalam Alkitab
Tidak menutup kemungkinan bahwa di kalangan Arab Lihyan dan Arab Jahiliah pra-Islam, selain kaum Hanif/Hunafa yang menyembah Allah Monotheisme Abraham/Ibrahim, ada juga penyembah-penyembah berhala yang menyebut dewa mereka dengan sebutan 'allah' pula ("a"kecil). (penekanan ditambahkan, Red). Dalam sejarah Arab, masa jahiliah pra-islam lah yang disebut sebagai masa sinkretisme yang diimpor berhala asing, sehingga banyak yang menyembah berhala (termasuk dewa bulan "Hubal"). Hubal adalah berhala yang disembah oleh bangsa Arab sebelum zaman Islam. Hubal dilambangkan dengan bulan sabit. Namun, tampaknya pada masa Islam hadir, keyakinan monotheisme kaum Hanif itu dipulihkan kembali.
"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan nama 'Allah' sudah dikenal oleh bangsa Arab kuno. …Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah Hunafa (tunggal: Hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail. Menjelang abad ke-7 kesadaran agama Ibrahim dikalangan bangsa Arab ini telah hilang dan kedudukannya digantikan oleh sejumlah pemujaan berhala,…dalam 20 tahun seluruh tradisi Jahiliyyah tersebut terhapus oleh ajaran 'tuhan' yang terakhir, yakni Risalah Islam." (Ensiklopedia Islam, hlm. 50-51).
Di kisahkan bahwa Muhammad dengan para pengikutnya berperang menghancurkan para pemuja berhala dan menghancurkan patung-patung berhala mereka, salah satu diantaranya adalah Hubal. Sekalipun Muhammad menghancurkan segala patung berhala di tanah Arab namun agaknya ia tidak berniat untuk menghancurkan batu Hajar Aswad (batu hitam), yang merupakan batu yang disembah oleh salah satu suku di tanah Arab. Alquran menyebutkan bahwa Muhammad sangat menghormati batu itu dengan menciuminya.(paragraf ini ditambahkan,Red)
Kemerosotan dan penyimpangan penggunaan kata 'Allah' tidak hanya terjadi di kalangan Arab, sebab dikalangan Israel pun kemerosotan yang sama juga terjadi. "Elohim" di samping untuk menyebut "Pencinta langit dan bumi" (Kejadian 1:1) juga digunakan untuk menyebut dewa "berhala anak lembu" (Keluaran 32: 1.4) dan bahkan juga dirayakan sebagai Yahweh (Keluaran 32:4). Penyimpangan penyembahan bangsa Israel ini mendatangkan murka Yahweh sehingga bangsa Israel menerima hukuman atas dosa besar yang telah diperbuatnya.
Jadi disini kita melihat bahwa yang menjadi masalah bukan nama "Elohim/Allah" itu sendiri, melainkan apa kandungan akidah/pengajaran dibalik nama itu yang secara berbeda-beda diajarkan dalam Kitab Suci masing-masing agama. Kebenaran sejarah tidak dapat diubah dan perlu disadari bahwa nama "Ilah/Allah" (Arab) memiliki asal mula yang sama (cognate) dengan El/Elohim/Eloah (Ibrani) dan Elah/Alaha (Aram) ataupun El/Il Semitik (Mesopotamia) yang dipercayai beberapa agama sebagai dewa, tuhan tertinggi tetapi juga digunakan sebagai "Tuhan Yang Maha Esa Pencipta langit dan bumi".
Perlu di sadari bahwa sekalipun agama Yahudi (Tanakh), Kristen (PL+PB) dan Islam (Alquran) dalam bahasa Arab menggunakan nama Allah yang sama dan menyebutnya sebagai "Tuhan Monotheisme Abraham/Ibrahim" ketiganya mempercayai pengajaran (doktrin/akidah) yang berbeda sesuai Kitab Suci masing-masing. Kerancuan terjadi karena mencampuradukkan nama "Allah" sebagai nama sesembahan semitik/abrahamik dalam bahasa Arab dan pengajaran (doktrin) mengenai Allah yang sama itu. Karena itu, kalau mau membandingkan adalah: antara Allah Arab Kristen disbanding Allah Arab Islam. Hal ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dan kerancuan.
Coba kita simak wejangan Dr Olaf Schuman, teoloh Kristen Jerman yang fasih berbahasa Arab yang selama 3 tahun belajar dan mengajar di Universitas Al-Ashar di Kairo: "Memang tidak dapat disangkal adanya suatu masalah. Namun, yang menjadi masalah adalah soal dogmatika atau akidah, sebab tiga agama itu (Yudaisme, Kristen, Islam) mempunyai faham dogmatis yang berbeda mengenai Allah yang sama, baik hakikatnya maupun pula mengenai cara penyataan dan tindakan-tindakannya." (Keluar dari Benteng-Benteng Pertahanan, hlm.177).
A. Alkitab bahasa Arab
Sejak awal, nama Allah terus digunakan dalam Alkitab bahasa Arab, termasuk delapan versi yang sekarang digunakan oleh sekitar 29 juta umat Kristen Arab di seluruh dunia. Pada tahun 1671, gereja Katolik Roma menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Arab di Roma dan terjemahan lengkap terbit tahun 1880, namun yang lebih populer dikalangan Protestan dan gereja Ortodok adalah "Arabic Bible" (Van Dijke, 1865) yang diterbitkan di Beirut. Catholic Translation of the Bible yang diterbitkan tahun 1880 kemudian direvisi pada tahun 1988. New Translation of the Arabic Bible (1988) yang disebut 'Book of Life, an interpretative translation' (Kitab Al Hayat, tarjama tafsiria) kemudian menjadi 'New Arabic Version' (1992), dan pada tahun yang sama terbit juga 'Today Arabic Version' (Good News).
Dalam hubungan dengan kaum Muslim, pada tahun 1980-an, di Mesir ada kalangan Kristen yang menerbitkan Perjanjian Baru untuk dibaca oleh kalangan Muslim yang disebut 'The Noble Gospel' (Al-Injil Al-Syarif, 1990) dan seluruh Alkitab pada tahun 1999. Ada usaha menarik dari penulis Siria-Arab Mashaz Mallouhi (2008) yang mengumpulkan para pakar Arab Islam dan Kristen untuk duduk bersama membuat terjemahan Kitab Injil dan Para Rasul dengan nama 'The True Meaning of the Gospel of Chirst' ke dalam bahasa Arab modern yang ditujukkan kepada orang Arab Kristen ataupun Arab Islam yang sekaligus dimaksudkan sebagai pelajaran sejarah sastra Arab dengan membahas terminology bahasa Arab Alkitab yang sekarang sudah tidak umum digunakan dalam bahasa Arab modern. Semua versi Alkitab Arab hanya mengenal satu istilah untuk Tuhan, yaitu "Allah" (disamping Ar-Rabb untuk menyebut Adonai yang tertuju YHWH/Yahweh).
Di Indonesia sejak masuknya agama Islam (abad ke-13) dan Kristen (abad ke-16), nama Allah sudah terserap dalam bahasa Melayu dan kemudian masuk kosa-kata bahasa Indonesia, dan sudah digunakan sedini ditulisnya terjemahan Alkitab Melayu pada tahun 1629 sampai terjemahan Alkitab Indonesia (LAI). Sekalipun Indonesia memiliki populasi Islam terbesar di dunia selama ini tidak ada yang mempersoalkan penggunaan nama "Allah" itu, karena para pakar dan ulama Islam pada umumnya mengerti bahwa nama Allah itu digunakan bersama dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam kecuali dipersoalkan oleh sekelompok kecil fundamentalis tertentu akhir-akhir ini. Di Malaysia, usaha penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu (BM) dimulai pada tahun 1974. Perjanjian Baru diterbitkan pada tahun 1976 dan Perjanjian Lama pada tahun 1981. Alkitab bahasa Melayu (BM) lengkap diterbitkan pada tahun 1987 oleh The Bible Society of Singapore, Malaysia and Brunei. Pada tahun 1990, dimulai penerjemahan ke bahasa Melayu sehari-hari dan pada tahun 1996 terbit Alkitab Berita Baik yang diterbitkan oleh The Bible Society of Malaysia. Semua Alkitab bahasa Melayu menulis nama "Allah".
No comments:
Post a Comment