Sebuah hipotesa baru-baru ini dilontarkan para peneliti, bahwa suku asli Australia Aborigin berasal dari Asia, tepatnya India. Studi genetik ini ditulis dalam laporan Akademi Nasional Ilmu Pengetahuan, dan menyebutkan bahkan dingo - anjing liar Australia - juga dibawa oleh pendatang dari India. Alasannya karena catatan fosil memperkirakan anjing liar itu tiba di Australia dalam waktu yang hampir bersamaan. Studi ini menunjukkan bahwa DNA dari suku asli Australia Aborigin mengungkapkan adanya perpindahan orang dari India sekitar 4000 tahun yang lalu. Peneliti juga memperkirakan imigran dari India kemungkinan membawa peralatan batu yang disebut microliths ke kediaman mereka yang baru.
Padahal sebelumnya banyak ahli yakin benua Australia terisolasi cukup lama, seperti dijelaskan Prof. Mark Stoneking, dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman berikut ini, "Untuk waktu yang lama, telah muncul dugaan mengenai kolonialisasi awal, Australia terisolasi seperti tak adanya bukti yang cukup atau kontak dengan dunia luar." Dalam melakukan studi mengenai asal usul populasi Australia, tim membandingkan materi genetik dari suku asli Aborigin Australia dengan orang-orang dari Papua Nugini, Asia Tenggara dan India. Dengan mengamati lokasi yang spesifik, yang disebut pembuat genetik, dalam rangkaian DNA, para peneliti dapat melacak gen untuk mengetahui siapa yang paling dekat hubungannya.
Mereka menemukan asosiasi genetik nenek moyang antara Papua Nugini dan Australia, yang diperkirakan sekitar 35.000 sampai 45.000 tahun lalu. Pada saat itu, Australia dan Papua Nugini merupakan pulau yang menyatu, disebut sahul, dan berkaitan dengan periode ketika manusia pertama tiba. Tetapi para peneliti juga menemukan gen dengan jumlah yang cukup banyak antara India dan Australia. Prof Stoneking mengatakan :"Kami mendapatkan sinyal yang jelas dengan melihat sejumlah gen penilai dari seluruh genetika bahwa adanya kaitan antara India dan Australia antara periode 4.000 sampai 5.000 tahun yang lalu." Dia mengatakan bahwa data genetik tidak dapat menemukan rute India dapat mencapai benua itu, tetapi itu merupakan bukti bahwa Australia bukanlah tidak terhubung seperti asumsi sebelumnya. "Hasil kami menunjukan bahwa adanya orang yang memberikan sebuah kontribusi genetis kepada orang Australia dari India," jelas Prof Stoneking.
Padahal sebelumnya banyak ahli yakin benua Australia terisolasi cukup lama, seperti dijelaskan Prof. Mark Stoneking, dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman berikut ini, "Untuk waktu yang lama, telah muncul dugaan mengenai kolonialisasi awal, Australia terisolasi seperti tak adanya bukti yang cukup atau kontak dengan dunia luar." Dalam melakukan studi mengenai asal usul populasi Australia, tim membandingkan materi genetik dari suku asli Aborigin Australia dengan orang-orang dari Papua Nugini, Asia Tenggara dan India. Dengan mengamati lokasi yang spesifik, yang disebut pembuat genetik, dalam rangkaian DNA, para peneliti dapat melacak gen untuk mengetahui siapa yang paling dekat hubungannya.
Mereka menemukan asosiasi genetik nenek moyang antara Papua Nugini dan Australia, yang diperkirakan sekitar 35.000 sampai 45.000 tahun lalu. Pada saat itu, Australia dan Papua Nugini merupakan pulau yang menyatu, disebut sahul, dan berkaitan dengan periode ketika manusia pertama tiba. Tetapi para peneliti juga menemukan gen dengan jumlah yang cukup banyak antara India dan Australia. Prof Stoneking mengatakan :"Kami mendapatkan sinyal yang jelas dengan melihat sejumlah gen penilai dari seluruh genetika bahwa adanya kaitan antara India dan Australia antara periode 4.000 sampai 5.000 tahun yang lalu." Dia mengatakan bahwa data genetik tidak dapat menemukan rute India dapat mencapai benua itu, tetapi itu merupakan bukti bahwa Australia bukanlah tidak terhubung seperti asumsi sebelumnya. "Hasil kami menunjukan bahwa adanya orang yang memberikan sebuah kontribusi genetis kepada orang Australia dari India," jelas Prof Stoneking.
No comments:
Post a Comment