Beberapa dari antara orang Farisi telah datang kepada Yesus seraya bertanya, "Bilakah kerajaan Allah itu datang?" Lebih dari tiga tahun telah lalu sejak Yohanes Pembaptis memberikan pekabaran yang laksana bunyi nafiri telah digemakan di seluruh negeri itu, "Kerajaan surga sudah dekat." Mat. 3:2. Dan sampai saat itu orang‑orang Farisi ini belum melihat bukti berdirinya kerajaan itu. Banyak dari antara mereka yang menolak Yohanes, dan pada setiap langkah telah menentang Yesus, menyindir bahwa tugas‑Nya telah gagal. Yesus menjawab, "Ada pun kedatangan kerajaan Allah itu bukannya nampak dengan lahir; tiada pula orang mengatakan: Tengoklah, ada di sini, atau ada di sana; karena kerajaan Allah itu adalah di antara kamu." Kerajaan Allah mulai dalam hati. Jangan melihat ke sini atau ke sana hendak mencari pernyataan kuasa duniawi untuk menandai kedatangannya. "Bahwa ada harinya kelak," kata‑Nya, sambil berbalik kepada murid‑murid‑Nya, "apabila kamu ingin hendak memandang satu daripada hari Anak‑manusia itu, tetapi tiada kamu dapat." Karena tidak disertai dengan kebesaran duniawi, maka ada bahayanya kamu gagal untuk melihat kemuliaan (Pasal ini dialaskan atas Lukas 17:20‑22.) tugas‑Nya. Kamu tidak menyadari betapa besarnya kesempatan kamu sekarang ini oleh hadimya di antara kamu Ia yang menjadi hidup dan terang bagi manusia, meski pun ditudungi dengan kemanusiaan. Harinya akan datang bila kamu akan menoleh ke belakang dengan penuh kerinduan pada kesempatan yang kamu nikmati sekarang untuk berjalan‑jalan dan bercakap‑cakap dengan Anak Allah.
Karena sifat mementingkan diri dan sifat duniawi, murid‑murid Yesus sekali pun tidak dapat memahami kemuliaan rohani yang diusahakan‑Nya untuk menyatakan kepada mereka. Nanti setelah kenaikan Kristus kepada Bapa‑Nya, dan setelah kecurahan Roh Kudus ke atas orang‑orang percaya, barulah murid‑murid menghargai sepenuhnya tabiat dan tugas Juruselamat. Setelah mereka menerima baptisan Roh, mulailah mereka menyadari bahwa mereka sudah berada di tengah‑tengah hadirat Tuhan Kemuliaan itu. Ketika ucapan Kristus diingatkan kepada mereka, pikiran mereka pun terbukalah untuk menyelami nubuatan‑nubuatan, serta mengerti mukjizat‑mukjizat yang telah diadakan‑Nya. Keheranan kehidupan‑Nya terkilat dalam ingatan mereka, dan mereka bagaikan orang‑orang yang dijagakan dari mimpi. Mereka menyadari bahwa "Kalam itu telah menjadi manusia serta tinggal di antara kita (dan kami sudah memandang kemuliaan‑Nya, seperti kemuliaan Anak yang tunggal yang daripada Bapa), penuh dengan anugerah dan kebenaran." Yoh. 1:14.
Sebenarnya Kristus telah datang dari Allah kepada suatu dunia yang berdosa untuk menyelamatkan anak‑anak Adam yang sudah jatuh. Kini murid‑murid tampaknya merasa diri sendiri kurang penting daripada sebelum mereka menyadari hal ini. Mereka tidak pernah merasa letih menguhngi perkataan‑Nya dan perbuatan‑Nya. Pelajaran‑Nya yang mereka pahami hanya samar‑samar, kini datang kepada mereka sebagai suatu wahyu yang segar. Bagi mereka Alkitab menjadi sebuah buku yang baru. Ketika murid‑murid menyelidiki nubuatan yang menyaksikan tentang Kristus, mereka dibawa ke dalam persekutuan dengan Ilahi, dan mempelajari tentang Dia yang telah naik ke surga untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah dirnulai‑Nya di dunia. Mereka mengakui kenyataan bahwa dalam Dia terdapatlah pengetahuan yang tidak ada seorang manusia dapat memahaminya tanpa bantuan Ilahi. Mereka memerlukan bantuan dari Dia yang sudah diramalkan oleh raja‑raja, nabi‑nabi, dan orang‑orang benar. Dengan keheran‑heranan mereka membaca dan membaca kembali lukisan nubuatan tentang tabiat dan pekerjaan‑Nya. Alangkah samar‑samar pengertian mereka akan nubuatan Kitab Suci. Alangkah lambatnya mereka menerima kebenaran yang besar yang menyaksikan tentang Kristus! Ketika memandang kepada‑Nya dalam kerendahan‑Nya, sementara Ia berjalan‑jalan di antara manusia, mereka tidak mengerti akan rahasia penjelmaan‑Nya, serta pembawaan‑Nya yang bersifat ganda. Mata mereka tertahan, sehingga mereka tidak mengenal sepenuhnya keilahian dalam kemanusiaan. Tetapi setelah mereka diterangi oleh Roh Kudus, alangkah besarnya kerinduan mereka untuk melihat Dia kembali, dan duduk di dekat kaki‑Nya! Alangkah besarnya kerinduan mereka untuk datang kepada‑Nya, serta memohon agar Ia menjelaskan Kitab Suci yang tidak dapat mereka mengerti sendiri! Alangkah besamya perhatian mereka untuk mendengar perkataan‑Nya! Apakah gerangan yang dimaksudkan Yesus ketika Ia mengatakan, "banyak lagi perkara yang Aku hendak katakan kepadamu, tetapi sekarang ini tiada dapat kamu menanggung dia?" Yoh. 16:12. Alangkah besarnya kerinduan mereka untuk mengetahui segala perkara itu! Mereka bersedih karena iman mereka sangat lemah karena mereka tidak memahaminya, karena mereka gagal semata‑mata untuk mengerti kenyataan itu.
Seorang bentara telah diutus dari Allah untuk memasyhurkan kedatangan Kristus, dan untuk menarik perhatian bangsa Yahudi serta perhatian dunia kepada tugas‑Nya, supaya manusia bersedia menerima‑Nya. Oknum yang ajaib yang telah diumumkan oleh Yohanes sudah berada di antara mereka selama lebih dari tigapuluh tahun, dan sebenarnya mereka tidak mengenal Dia sebagai Seorang yang diutus dari Allah. Penyesalan memenuhi hati murid‑murid sebab mereka telah membiarkan sifat kurang percaya yang merajalela itu mempengaruhi pendapat mereka serta mengaburkan pengertian mereka. Terang dunia yang gelap ini sudah bersinar di tengah kegelapannya, dan mereka telah gagal untuk mengerti dari mana datangnya cahaya itu. Mereka bertanya‑tanya sama sendirinya mengapa mereka telah mengikuti suatu jalan sehingga perlu bagi Yesus untuk menegur mereka. Mereka sering mengulangi percakapan‑Nya, dan mengatakan, Mengapa kita membiarkan pertimbangan duniawi serta pertentangan di pihak imam‑imam dan rabbi‑rabbi membingungkan perasaan kita, sehingga kita tidak mengerti bahwa Seorang yang lebih besar daripada Musa berada di antara kita, bahwa Seorang yang lebih bijaksana daripada Salomo sedang memberi petunjuk kepada kita? Alangkah pekaknya telinga kita! Alangkah lemahnya pengertian kita!
Tomas tidak mau percaya sampai ia telah memasukkan jarinya ke dalam luka bekas tusukan serdadu‑serdadu Roma. Petrus telah menyangkal Dia ketika Ia direndahkan dan ditolak. Kenangan yang menyedihkan ini teringat oleh mereka dalam perkataan yang jelas. Mereka telah bersama‑sama dengan Dia, tetapi mereka tidak mengenal atau menghargai Dia. Tetapi sekarang alangkah ajaibnya perkara‑perkara ini mengharukan hati mereka pada waktu mereka mengakui kekurang percayaan mereka!
Ketika imam‑imam dan penghulu‑penghulu bersatu melawan mereka, dan mereka dibawa menghadap majelis serta dimasukkan ke dalam penjara, maka para pengikut Kristus bersukacita "sebab dibilangkan berlayak menanggung kecelaan karena Nama Yesus." Kis. 5:41. Mereka bersuka‑cita membuktikan, di hadapan manusia dan malaikat, bahwa mereka mengenal kemuliaan Kristus, serta memilih untuk mengikut Dia biar pun kehilangan segala sesuatu. Sebagaimana halnya dengan pada zaman rasul‑rasul, demikian juga sekarang ini tanpa penerangan Roh Ilahi, kemanusiaan tidak dapat melihat kemuliaan Kristus. Kebenaran dan pekerjaan Allah tidak dihargai oleh kekristenan yang mengasihi dunia dan berkompromi. Para pengikut Tuhan bukannya kedapatan dalam jalan yang gampang saja, dalam kehormatan duniawi ataupun penyesuaian duniawi. Mereka sudah jauh ke muka, pada jalan kerja keras, dan kerendahan, dan kehinaan, di garis depan pada pertempuran melawan "segala penguasa dan kuasa dan penghulu dunia yang memerintahkan kegelapan, dan segala kuasa roh yang jahat di udara." Ef. 6:12. Dan sekarang, sebagaimana halnya pada zaman Kristus, mereka dimengerti dengan salah dan dihinakan dan ditindas oleh imam‑imam dan orang Farisi pada zaman mereka.
Kerajaan Allah datang bukannya dengan pertunjukan secara lahiriah. Injil anugerah Allah, dengan roh penyangkalan diri, sekali‑kali tidak pernah serasi dengan roh duniawi. Kedua prinsip itu berlawanan. "Tetapi orang duniawi tiada menerima barang yang daripada Roh Allah itu; karena perkara itu menjadi kebodohan kepadanya, dan tiada dapat mengenalnya, sebab perkara itu diselidik dengan peri rohani." 1 Kor. 2:14.
Tetapi dewasa ini dalarn dunia keagamaan banyak sekali orang yang, sementara mereka percaya, mereka sedang mendirikan kerajaan Kristus sebagai suatu kerajaan duniawi dan yang bersifat sementara saja. Mereka ingin menjadikan Tuhan kita pemerintah kerajaan‑kerajaan dunia ini, pemerintah dalam istananya, dalam ruang sidang pengadilan, di istana‑istana dan di pasar‑pasar. Mereka mengharapkan Dia untuk memerintah dengan perantaraan undang‑undang yang sah, dipaksa oleh kekuasaan manusia. Karena Kristus tidak ada di sini sekarang secara pribadi, maka mereka sendiri mau bertindak sebagai ganti‑Nya, menjalankan undang‑undang kerajaan‑Nya. Menegakkan suatu kerajaan seperti itulah yang diingini oleh orang Yahudi pada zaman Kristus. Mereka mau menerima Yesus, seandainya Ia rela mendirikan suatu kerajaan duniawi, menjalankan apa yang mereka anggap sebagai undang‑undang Allah, serta menjadikan mereka penafsir kehendak‑Nya dan alat kekuasaan‑Nya. Tetapi Ia berkata, "Kerajaan‑Ku itu bukannya daripada dunia ini," Yoh. 18:36. Ia tidak mau menerima takhta duniawi. Pemerintah di tempat Yesus tinggal bersifat bejat dan suka menindas, di mana‑mana terdapatlah ketidak‑adilan—pemerasan, sikap menolak paham lain, dan kebengisan yang menindas. Meski pun demikian Juruselamat tidak berusaha mengadakan pembaharuan sipil. Ia tidak menyerang kejelekan dalam kebiasaan nasional, atau pun mempersalahkan musuh‑musuh bangsa. Ia tidak mencampuri kekuasaan atau jabatan orang‑orang yang memegang tampuk pemerintahan. Ia yang menjadi teladan kita menjauhkan diri dari pemerintahan duniawi. Bukannya sebab Ia bersikap acuh tak acuh terhadap derita manusia, melainkan sebab penawarnya bukarmya terdapat hanya dalam tindakan manusia atau secara lahiriah. Supaya berhasil baik, penawar itu harus mencapai manusia secara pribadi, dan harus membaharui hati.
Bukannya oleh keputusan pengadilan atau dewan atau majelis pembuat undang‑undang, bukannya oleh wewenang orang‑orang besar di dunia kerajaan Kristus itu didirikan, melainkan oleh menanamkan sifat Kristus dalam manusia dengan pekerjaan Roh Kudus. "Tetapi seberapa banyak orang yang menerima Dia, kepada mereka itulah diberi‑Nya hak akan menjadi anak‑anak Allah, yaitu kepada segala orang yang percaya akan nama‑Nya; yang kejadiannya bukan daripada darah, dan bukan daripada tabiat tubuh, dan bukan daripada kehendak seorang laki‑laki, melainkan daripada Allah." Yoh. 1:12, 13. Di sinilah satu‑satunya kuasa yang dapat mengerjakan pengangkatan derajat umat manusia. Dan alat yang digunakan oleh manusia untuk melaksanakan pekerjaan ini ialah mengajar dan mempraktekkan sabda Allah.
Ketika rasul Paulus memulai pekerjaan‑Nya di Korintus, kota yang padat penduduknya, kaya dan jahat itu, yang dicemarkan oleh kejahatan‑kejahatan kekapiran yang tidak terperikan, ia berkata, "Karena aku sudah bermaksud, bukannya hendak mengetahui apa‑apa di antara kamu, melainkan Yesus Kristus, yang tersalib itu." I Kor. 2:2. Ketika ia menulis beberapa waktu kemudian kepada beberapa dari antara mereka yang telah dinajiskan oleh dosa yang paling keji, ia dapat berkata, "Tetapi kamu sudah dibasuh, dan kamu telah dikuduskan, dan kamu telah dibenarkan dengan nama Tuhan Yesus Kristus dan dengan Roh Allah Tuhan kita." "Maka senantiasalah aku mengucapkan syukur kepada Allah karena kamu sebab anugerah Allah yang dikaruniakan kepadamu di dalam Kristus Yesus." 1 Kor. 6: 11; 1:4.
Sekarang, sebagaimana pada zaman Kristus, pekerjaan kerajaan Allah bukannya terdapat pada mereka yang menuntut pengakuan dan sokongan dari pemerintah duniawi dan undang‑undang manusia, melainkan terdapat pada mereka yang menyatakan kepada orang banyak dalam nama‑Nya tentang kebenaran rohani yang akan bekerja pada orang‑orang yang mendapat pengalaman seperti Paulus: "Ada pun hidupku ini bukannya aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Gal. 2:20. Dengan demikian mereka akan bekerja seperti Paulus untuk membawa kebaikan kepada sesama manusia. Ia berkata, "Sebab itu kami menjadi utusan bagi pihak Kristus, seolah‑olah Allah minta dengan lidah kami. Maka kami mintalah bagi pihak Kristus: Biarlah kamu diperdamaikan dengan Allah!" 2 Kor. 5:20.
No comments:
Post a Comment