Ketika rakyat Athena tahu bahwa pasukan Persia telah berlabuh, mereka berkumpul untuk memutuskan hendak melakukan apa. Banyak orang Athena yang merasa takut pada Persia, dan beberapa merasa lebih baik menyerah sebelum dibantai. Sebagian lainnya berpendapat untuk berhenti memakai demokrasi dan berganti menjadi oligarki agar lebih mudah menjalani perang. Akan tetapi ketika dilakukan voting, rakyat Athena memutuskan untuk tetap menjaga demokrasi serta bertempur melawan Persia.
Jadi rakyat Athena pun bergerak ke luar untuk menghadang pasukan Persia. Mereka akan lebih aman jika bertahan di balik dinding batu besar kota mereka, namun mereka memilih untuk keluar bertempur. Mungkin rakyat Athena takut akan ada orang yang berkhianat dan membuka gerbang untuk Persia seperti yang terjadi di Eretria, atau mungkin mereka sangat percaya pada pasukan hoplites mereka.
Pasukan Athena mengambil posisi yang kuat di perbukitan di sekitar Marathon dan (menurut legenda) mengirim seorang pelari, Pheidippides, ke kota Yunani lainnya, Sparta, untuk meminta bantuan karena Sparta punya pasukan yang lebih baik. Pheidippides tiba dua hari kemudian di Sparta. Herodotus menyebut dia berlari sekitar 240 kilometer dalam dua hari. Akan tetapi, karena alasan keagamaan, rakyat Sparta hanya bisa mengirim bantuan saat bulan purnama, yang baru terjadi beberapa hari setelahnya.
Pasukan Athena menunggu selama beberapa hari, lalu, karena tidak mendapat bantun Sparta serta lagi-lagi merasa takut akan ada yang berkhianat, mereka memutuskan untuk menyerang (dengan bantuan sejumpah orang Plataia, yang tinggal di dekat Athena).
Secara mengejutkan, pasukan hoplites Athena berhasil mengalahkan pasukan Persia. Jenderal Athena, Miltiades, rupanya membagi pasukannya menjadi tiga bagian, yaitu tengah, sayap kiri dan sayap kanan. Miltiades mengatur supaya bagian tengah berpura-pura mundur, dan pasukan Persa berlari mengejar mereka. Kemudian kedua sayap Athena menjepit pasukan Persia dari kedua sisi. Menurut Herodotos, ribuan tentara Persia terbunuhm sedangkan hanya sedikit orang Athena yang gugur. Setelah itu sisa-sisa pasukan Persia berlari kembali ke kapal-kapal mereka dan berlayar pergi. Pasukan Athena berlompatan di pantai dan bersorak.
Tapi kemudian, setelah beberapa menit, pasukan Athena mulai berpikir -- ke mana tepatnya pasukan Persia pergi? Apakah mereka kembali ke Persia, ataukah mereka berlayar ke kota Athena padahal seluruh pasukan Athena sedang berada di Marathon jadi di kota hanya ada perempuan, anak-anak serta orang lain yang tak mampu bertempur. Maka dari itu, walaupun baru saja menjalani pertempuran dan keadaan saat itu panas, pasukan Athena mulai berlari kembali ke kota mereka. Menapaki jarak skeitar 40,2 km hanya dalam delapan jam, pasukan Athena berhasil tiba lebih dulu di kota dibanding pasukan Persia, karena butuh dua belas hingga emppat belas jam untuk berlayar ke Athena. Ketika pasukan Persia di kapal-kapal mereka melihat bahwa pasukan Athena sudah menunggu di dinding kota, mereka pun menyerah dan berlayar pulang ke Persia. Keesokan harinya, pasukan Sparta akhirnya tiba, dan pasukan Athena dengan bangga memamerkan medan perang.
Rakyat Athena merasa sangat bangga karena berhasil mengalahkan Persia, misalnya peulis drama, Aiskhylos, yang telah memenangkan banyak sekali penghargaan atas drama-dramanya namun dia justu ingin di batu nisannya dituliskan bahwa dirinya ikut berjuang di Marathon melawan Persia.
Jadi rakyat Athena pun bergerak ke luar untuk menghadang pasukan Persia. Mereka akan lebih aman jika bertahan di balik dinding batu besar kota mereka, namun mereka memilih untuk keluar bertempur. Mungkin rakyat Athena takut akan ada orang yang berkhianat dan membuka gerbang untuk Persia seperti yang terjadi di Eretria, atau mungkin mereka sangat percaya pada pasukan hoplites mereka.
Pasukan Athena mengambil posisi yang kuat di perbukitan di sekitar Marathon dan (menurut legenda) mengirim seorang pelari, Pheidippides, ke kota Yunani lainnya, Sparta, untuk meminta bantuan karena Sparta punya pasukan yang lebih baik. Pheidippides tiba dua hari kemudian di Sparta. Herodotus menyebut dia berlari sekitar 240 kilometer dalam dua hari. Akan tetapi, karena alasan keagamaan, rakyat Sparta hanya bisa mengirim bantuan saat bulan purnama, yang baru terjadi beberapa hari setelahnya.
Pasukan Athena menunggu selama beberapa hari, lalu, karena tidak mendapat bantun Sparta serta lagi-lagi merasa takut akan ada yang berkhianat, mereka memutuskan untuk menyerang (dengan bantuan sejumpah orang Plataia, yang tinggal di dekat Athena).
Secara mengejutkan, pasukan hoplites Athena berhasil mengalahkan pasukan Persia. Jenderal Athena, Miltiades, rupanya membagi pasukannya menjadi tiga bagian, yaitu tengah, sayap kiri dan sayap kanan. Miltiades mengatur supaya bagian tengah berpura-pura mundur, dan pasukan Persa berlari mengejar mereka. Kemudian kedua sayap Athena menjepit pasukan Persia dari kedua sisi. Menurut Herodotos, ribuan tentara Persia terbunuhm sedangkan hanya sedikit orang Athena yang gugur. Setelah itu sisa-sisa pasukan Persia berlari kembali ke kapal-kapal mereka dan berlayar pergi. Pasukan Athena berlompatan di pantai dan bersorak.
Tapi kemudian, setelah beberapa menit, pasukan Athena mulai berpikir -- ke mana tepatnya pasukan Persia pergi? Apakah mereka kembali ke Persia, ataukah mereka berlayar ke kota Athena padahal seluruh pasukan Athena sedang berada di Marathon jadi di kota hanya ada perempuan, anak-anak serta orang lain yang tak mampu bertempur. Maka dari itu, walaupun baru saja menjalani pertempuran dan keadaan saat itu panas, pasukan Athena mulai berlari kembali ke kota mereka. Menapaki jarak skeitar 40,2 km hanya dalam delapan jam, pasukan Athena berhasil tiba lebih dulu di kota dibanding pasukan Persia, karena butuh dua belas hingga emppat belas jam untuk berlayar ke Athena. Ketika pasukan Persia di kapal-kapal mereka melihat bahwa pasukan Athena sudah menunggu di dinding kota, mereka pun menyerah dan berlayar pulang ke Persia. Keesokan harinya, pasukan Sparta akhirnya tiba, dan pasukan Athena dengan bangga memamerkan medan perang.
Rakyat Athena merasa sangat bangga karena berhasil mengalahkan Persia, misalnya peulis drama, Aiskhylos, yang telah memenangkan banyak sekali penghargaan atas drama-dramanya namun dia justu ingin di batu nisannya dituliskan bahwa dirinya ikut berjuang di Marathon melawan Persia.
No comments:
Post a Comment