Seusai Perang Peloponnesos, semua kota di Yunani mengalami kerusakan dan kemiskinan. Akibatnya, banyak orang Yunani yang menjadi tentara bayaran bagi Persia. Sementara sebagian lainnya berupaya membangun kembali kota-kota mereka. Pada masa inilah muncul Sokrates dan muridnya Plato, keduanya merupakan filsuf besar.
Di sebelah utara Yunani terdapat sebuah negara yang disebut Makedonia. Rajanya, Philippos, menyadari bahwa Yunani sedang lemah. Ia pun mmeutuskan untuk menyerang Yunani dan berhasil merebut satu per satu kota Yunani. Setelah Philippos dibunuh pada 336 SM, putranya Alexander diangkat sebagai raja Makedonia, yang juga berkuasa atas Yunani. Alexander baru berusia 20 tahun ketika menjadi raja. Akan tetapi, pada usia semuda itu, ia sudah berani memimpin pasukan besar Yunani-Makedinia dan menyerang Kekaisaran Persia.
Alexander adalah jenderal yang hebat, sedangkan Persia sedang lemah saat itu. Akibatnya, sedikit demi sedikit Alexander berhasil menguasai wilayah Persia, dimulai dari Anatolia, lalu berlanjut ke Fenisia, Israel, Mesir, Mesopotamia, hingga wilayah pusat Persia. Alexander bahkan terus melanjutkan serangannya hingga tiba di Afghanistan dan India. Di India, pasukan Alexander sudah amat kelelahan sehingga tak mau bertempur lagi, memaksa Alexander untuk berhenti dan pulang. Dalam perjalanan pulang, banyak tentaranya yang mati, dan pada 323 SM di Babilonia, Alexander juga meninggal pada usia 33 tahun akibat suatu penyakit.
Alexander wafat tanpa meninggalkan anak lelaki dewasa, sehingga kerajaannya dibagi-bagi oleh para jenderalnya menjadi banyak kerajaan yang lebih kecil. Ada tiga wilayah utama hasil dari pembagian ini, yaitu Mesir yang dipimpin oleh Ptolemaios, Seleukia (Israel, Suriah, Irak, Iran, dan Afghanistan modern) yang dipimpin oleh Seleukos, Anatolia-Thrakia yang dipimpin oleh Lysimakhos, dan Yunani-Makedonia yang dipimpin oleh Kassandros. Kerajaan-kerajaan ini saling berperang satu sama lain, namun periode Hellenistik merupakan masa kemakmuran dan pengetahuan. Sebuah universitas besar didirikan di Alexandria, Mesir. Filsuf Aristoteles hidup di Athena. Banyak filsuf dan ilmuwan yang bepergian ke dan dari Yunani dan India. Gabungan pengetahuan Asia Barat, India, dan Yunai mendorong munculnya banyak perkembangan dalam sains, filsafat, dan seni.
Di sebelah utara Yunani terdapat sebuah negara yang disebut Makedonia. Rajanya, Philippos, menyadari bahwa Yunani sedang lemah. Ia pun mmeutuskan untuk menyerang Yunani dan berhasil merebut satu per satu kota Yunani. Setelah Philippos dibunuh pada 336 SM, putranya Alexander diangkat sebagai raja Makedonia, yang juga berkuasa atas Yunani. Alexander baru berusia 20 tahun ketika menjadi raja. Akan tetapi, pada usia semuda itu, ia sudah berani memimpin pasukan besar Yunani-Makedinia dan menyerang Kekaisaran Persia.
Alexander adalah jenderal yang hebat, sedangkan Persia sedang lemah saat itu. Akibatnya, sedikit demi sedikit Alexander berhasil menguasai wilayah Persia, dimulai dari Anatolia, lalu berlanjut ke Fenisia, Israel, Mesir, Mesopotamia, hingga wilayah pusat Persia. Alexander bahkan terus melanjutkan serangannya hingga tiba di Afghanistan dan India. Di India, pasukan Alexander sudah amat kelelahan sehingga tak mau bertempur lagi, memaksa Alexander untuk berhenti dan pulang. Dalam perjalanan pulang, banyak tentaranya yang mati, dan pada 323 SM di Babilonia, Alexander juga meninggal pada usia 33 tahun akibat suatu penyakit.
Alexander wafat tanpa meninggalkan anak lelaki dewasa, sehingga kerajaannya dibagi-bagi oleh para jenderalnya menjadi banyak kerajaan yang lebih kecil. Ada tiga wilayah utama hasil dari pembagian ini, yaitu Mesir yang dipimpin oleh Ptolemaios, Seleukia (Israel, Suriah, Irak, Iran, dan Afghanistan modern) yang dipimpin oleh Seleukos, Anatolia-Thrakia yang dipimpin oleh Lysimakhos, dan Yunani-Makedonia yang dipimpin oleh Kassandros. Kerajaan-kerajaan ini saling berperang satu sama lain, namun periode Hellenistik merupakan masa kemakmuran dan pengetahuan. Sebuah universitas besar didirikan di Alexandria, Mesir. Filsuf Aristoteles hidup di Athena. Banyak filsuf dan ilmuwan yang bepergian ke dan dari Yunani dan India. Gabungan pengetahuan Asia Barat, India, dan Yunai mendorong munculnya banyak perkembangan dalam sains, filsafat, dan seni.
No comments:
Post a Comment