Sekitar 1000 SM penduduk Yunani mulai membangun kembali peradaban mereka seusai Zaman Kegelapan. Populasi Yunani mulai bertambah banyak dan banyak bangunan baru yang didirikan. Meskipun demikian, istana para raja tidak dibangun lagi karena sebagian besar kota Yunani tak lagi diperintah oleh raja. Alih-alih, banyak kota yang kini dipimpin oleh sekelompok orang kaya yang disebut aristokrat. Bentuk pemerintahan ini disebut oligarki. Di bekas lokasi istana, orang Yunani membangun kuil untuk para dewa, biasanya di atas bukit.
Saking tingginya peningkatan populasi Yunani, banyak orang yang bermigrasi dari Yunani ke berbagai daerah yang belum dihuni untuk mendirikan kota-kota baru di sebagian Eropa dan Afrika. Salah satu contohnya adalah kota Marseilles di Prancis selatan. Contoh lainnya adalah kota di pesisir Laut Hitam yang disebut Byzantion, yang kini menjadi Istanbul. Kota-kota ini disebut dengan istilah koloni.
Bangsa Yunani (terutama orang Korinthos) juga mulai berdagang lagi dengan Asia Barat, terutama dengan orang Fenisia. Mereka mempelajari alfabet Fenisia sekitar 750 SM. Setelah menguasai alfabet, bangsa Yunani pun mampu membuat tulisan, salah satunya adalah kisah Perang Troya karya Homeros. Bangsa Yunani juga belajar seni dari Asia Barat. Selain itu, mereka juga kembali bekerja sebagai tentara bayaran di Mesir dan Lydia (Turki).
Sekitar 650 SM, muncul inovasi baru dalam dua bidang. Kedua inovasi ini kemungkinan diciptakan sendiri oleh bangsa Yunani tanpa meniru bangsa lain. Yang pertama adalah cara bertempur. Pada masa sebelumnya, pertempuran berlangsung tanpa pola yang jelas, kedua pasukan saling berlari menerjang musuhnya sambil berteriak. Mereka bertempur hingga salah satu pihak melarikan diri atau menyerah. Dengan cara yang baru, pasukan bertempur dalam barisan yang teratur, setiap orang memegang perisai yang melindungi orang di sampingnya, membentuk dinding perisai. Cara baru ini membutuhkan kerjasama, disiplin, dan latihan yang banyak. Selain itu, setiap orang harus memiliki perisai. Namun, jika dilakukan dengan baik, cara ini dapat menjadi lebih sukses dibanding cara lama. Tentara yang bertempur dengan cara ini disebut hoplites.
Gagasan lainnya adalah jenis pemerintahan yang baru. Beberapa kota Yunani masih memiliki raja, contohnya Sparta, namun sebagian besar dipimpin oleh kelompok aristokrat. Para aristokrat ini sering berselisih satu sama lain demi kekuasaan. Beberapa berusaha mengajak para aristokrat lainnya untuk bekerjasama. Namun kemudian ada aristokrat yang berusaha mendekati rakyat miskin, yang memang jarang diperhatikan. Aristokrat yang didukung oleh rakyat dapat menguasai kota, namun ia tidak disebut raja, melainkan tiran. Tiran pertama muncul di Korinthos. Dengan cepat gagasan ini menyebar ke berbagai kota lain di Yunani dan Asia Barat. Pada 550 SM, banyak kota masih dipimpin oleh para aristokrat, terutama kota yang dihuni oleh orang Doria, namun banyak pula yang kini diperintah oleh tiran, khususnya di kota-kota Ionia, seperti Athena. Tiran dibenci oleh para aristokrat namun didukung oleh rakyat. Sebagian besar tiran memerintah dengan lumayan baik. Mereka mendirikan banyak bangunan dan mempermudah perdagangan dengan kota atau bangsa lain.
Saking tingginya peningkatan populasi Yunani, banyak orang yang bermigrasi dari Yunani ke berbagai daerah yang belum dihuni untuk mendirikan kota-kota baru di sebagian Eropa dan Afrika. Salah satu contohnya adalah kota Marseilles di Prancis selatan. Contoh lainnya adalah kota di pesisir Laut Hitam yang disebut Byzantion, yang kini menjadi Istanbul. Kota-kota ini disebut dengan istilah koloni.
Bangsa Yunani (terutama orang Korinthos) juga mulai berdagang lagi dengan Asia Barat, terutama dengan orang Fenisia. Mereka mempelajari alfabet Fenisia sekitar 750 SM. Setelah menguasai alfabet, bangsa Yunani pun mampu membuat tulisan, salah satunya adalah kisah Perang Troya karya Homeros. Bangsa Yunani juga belajar seni dari Asia Barat. Selain itu, mereka juga kembali bekerja sebagai tentara bayaran di Mesir dan Lydia (Turki).
Sekitar 650 SM, muncul inovasi baru dalam dua bidang. Kedua inovasi ini kemungkinan diciptakan sendiri oleh bangsa Yunani tanpa meniru bangsa lain. Yang pertama adalah cara bertempur. Pada masa sebelumnya, pertempuran berlangsung tanpa pola yang jelas, kedua pasukan saling berlari menerjang musuhnya sambil berteriak. Mereka bertempur hingga salah satu pihak melarikan diri atau menyerah. Dengan cara yang baru, pasukan bertempur dalam barisan yang teratur, setiap orang memegang perisai yang melindungi orang di sampingnya, membentuk dinding perisai. Cara baru ini membutuhkan kerjasama, disiplin, dan latihan yang banyak. Selain itu, setiap orang harus memiliki perisai. Namun, jika dilakukan dengan baik, cara ini dapat menjadi lebih sukses dibanding cara lama. Tentara yang bertempur dengan cara ini disebut hoplites.
Gagasan lainnya adalah jenis pemerintahan yang baru. Beberapa kota Yunani masih memiliki raja, contohnya Sparta, namun sebagian besar dipimpin oleh kelompok aristokrat. Para aristokrat ini sering berselisih satu sama lain demi kekuasaan. Beberapa berusaha mengajak para aristokrat lainnya untuk bekerjasama. Namun kemudian ada aristokrat yang berusaha mendekati rakyat miskin, yang memang jarang diperhatikan. Aristokrat yang didukung oleh rakyat dapat menguasai kota, namun ia tidak disebut raja, melainkan tiran. Tiran pertama muncul di Korinthos. Dengan cepat gagasan ini menyebar ke berbagai kota lain di Yunani dan Asia Barat. Pada 550 SM, banyak kota masih dipimpin oleh para aristokrat, terutama kota yang dihuni oleh orang Doria, namun banyak pula yang kini diperintah oleh tiran, khususnya di kota-kota Ionia, seperti Athena. Tiran dibenci oleh para aristokrat namun didukung oleh rakyat. Sebagian besar tiran memerintah dengan lumayan baik. Mereka mendirikan banyak bangunan dan mempermudah perdagangan dengan kota atau bangsa lain.
No comments:
Post a Comment