Orang Sparta bukanlah pembuat tembikar, mereka juga bukan seniman - mereka tidak melakukan apa pun selain bertempur. Ketika seorang anak lelaki Sparta menginjak usia delapan tahun, dia dilatih hanya untuk melakukan satu hal, yaitu membunuh musuhnya.
Bangsa Sparta adalah adalah kelompok orang Yunani yang tinggal di negara kota Sparta. Pasukan Sparta terkenal sebagai salah satu pasukan tempur terhebat di Yunani kuno.
Sparta menjadi besar karena sistem hukumnya yang unik, dibuat oleh pembuat hukum yang terkenal bernama Lykurgos. Dia membagi tanah di antara orang Sparta, membuat 10.000 bagian lahan, ini berarti pada masa awalnya, Sparta memiliki 10.000 tentara dalam pasukannya. Hukumnya membuat Sparta berjaya sejak tahun 750-an SM hingga 450-an SM ketika hukumnya ditaati secara ketat.
Setiap aspek dalam masyarakat Sparta diarahkan untuk membentuk tentara yang sempurna. Setiap bayi yang lahir akan diperiksa, dan jika menampakkan kekurangan, kelainan, atau penyakit, maka sang bayi akan langsung dibuang. Dalam masa pertumbuhannya, para lelaki Sparta menjalani pelatihan yang amat keras dan brutal, disebut Agoge, yang bahkan dipercaya sebagai pelatihan terkeras yang pernah dilakukan. Akibat pelatihan keras itu, ketika dewasa, para lelaki Sparta menjadi para prajurit yang sangat tangguh. Bahkan para wanita Sparta juga diharuskan untuk melatih kemampuan fisik mereka, baik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi proses melahirkan maupun untuk bertugas sebagai garis pertahanan terakhir di Sparta dalam menghadapi invasi musuh.
Anak lelaki menjalani Agoge sejak usia 7 tahun. Pada usia 18 tahun, mereka bertugas melatih para anak baru yang memasuki Agoge. Mereka dimasukkan ke dalam pasukan Sparta pada usia 20 tahun dan diharuskan tinggal di barak. Ketika berusia 30 tahun, mereka diizinkan tinggal di rumahnya sendiri. Pada usia 60 tahun, mereka diperbolehkan pensiun dan menjadi pasukan cadangan yang potensial.
Sulit untuk menjadi warga negara Sparta. Untuk dapat menjadi warga Sparta, seorang lelaki harus memiliki kedua orang tua yang juga merupakan warga Sparta, meskipun ada pula pengecualian untuk peraturan ini. Selain itu, persyaratan lainnya adalah harus menyelesaikan Agoge. Setelah itu, seorang pria Sparta dapat memasuki Syssitia, yang merupakan kelompok yang terdiri atas 20 pria Sparta. Untuk dapat masuk, seorang pria harus memperoleh persetujuan dari semua anggota Syssitia. Pernyataan tidak setuju, meskipun hanya dari satu orang anggota saja, dapat mencegah seseorang masuk dan dengan demikian mencegahnya menjadi warga Sparta. Setelah berhasil masuk, para anggotanya diharuskan memberikan sejumlah hasil panen dari tanahnya ke Syssitia untuk makan. Jika tidak dilakukan, maka status warga negaranya dapat dicabut. Tanah biasanya diwariskan kepada anak pertama, sehingga anak selanjutnya biasanya tidak dapat menjadi warga negara.
Pasukan Sparta diatur menjadi sejumlah resimen yang disebut Mora, yang berisi sekitar 600 tentara. Masing-masing Mora memiliki emblem tersendiri yang unik pada perisainya. Salah satu simbol yang terkenal dipakai oleh pasukan Sparta pada perisainya adalah simbol Lambda (Λ).
Pasukan Sparta memakan sedikit kaldu sehingga mereka bisa melatih tubuh mereka untuk bertahan hidup dengan sedikit makanan, yang juga berarti bahwa pasukan hanya membutuhkan sedikit sumber daya.
Hoplites merupakan unit infanteri berat di Yunani kuno, dan di Sparta, semua warga negara prianya bertempur sebagai Hoplites.
Perlindungan
Sebagian tentara Sparta memakai zirah yang disebut linothorax, yang dibuat dari kain linen dan kulit. Sebagian lainnya mengenakan zirah yang lebih kuat, namun lebih mahal dan berat, yang dibuat dari perunggu, biasanya bagian depannya dibentuk menjadi mirip otot dada dan perut pria yang ideal, sehingga zirah ini disebut kuiras otot. Semua tentara Sparta memakai helm perunggu yang disebut helm Korinthos. Helm ini menutupi sebagian besar kepala dengan hanya menyisakan bukaan pada bagian mata dan bagian tengah mulut. Helm ini juga melindungi bagian belakang leher. Di bagian atasnya, dipasangi bulu-bulu untuk menakuti musuh. Karena bentuknya yang menutupi kepala, helm ini memberikan perlindungan yang besar namun sangat mengurangi tingkat penglihatan dan pendengaran dalam pertempuran. Pelindung lainnya yang dipakai oleh pasukan Sparta adalah grev atau pelindung kaki, yaitu sepasang lempengan perunggu untuk menutupi betis dan lutut.
Pasukan Sparta membawa perisai bundar besar yang disebut Aspis atau Hoplon. Perisai ini dibuat dari beberapa lapis kayu yang dilapisi perunggu, dengan lapisan kulit di antara kedua bahan tersebut untuk menyerap tekanan. Aspis dilengkapi penahan lengan pada bagian tengahnya dan tali pegangan pada bagian ujung kanannya. Bagian luarnya biasanya dihiasi oleh beragam simbol dan gambar. Aspis merupakan alat serbaguna. Karena ukurannya yang besar, Aspis sangat efektif untuk melindungi badan dari serangan senjata musuh. Selain itu, karena beratnya, Aspis juga dapat digunakan sebagai senjata yang cukup efektif untuk menghantam musuh. Aspis dapat pula digunakan untuk mengangkut mayat prajurit yang telah gugur, sehingga muncul suatu pepatah di Sparta, yaitu "Pulanglah dengan membawa perisaimu atau dengan berada di atasnya". Kalimat ini biasanya diucapkan oleh para istri yang akan ditinggalkan suaminya ke medan perang.
Persenjataan
Berikut ini adalah persenjataan yang dibawa oleh Hoplites Sparta:
Dory: Tombak Yunani dengan gagang kayu sepanjang 2,4 meter yang merupakan senjata utama pasukan Sparta. Pada ujung depannya, terdapat bilah tajam dari logam (Aikhme), dan pada bagian belakangnya terdapat duri logam tajam (Sauroter). Duri belakang itu berguna sebagai penyeimbang sekaligus sebagai alat cadangan jika bilah depan sudah patah. Selain itu, duri belakang juga dapat digunakan untuk menusuk musuh yang berada di belakang.
Xiphos: Pedang pendek Yunani berbilah lurus bermata ganda. Bagian ujung bilahnya melebar sehingga pedang ini cocok dipakai untuk menebas maupun untuk menusuk. Xiphos merupakan senjata sekunder pasukan Sparta dan dipakai jika Dory telah hilang atau patah.
Bangsa Sparta adalah adalah kelompok orang Yunani yang tinggal di negara kota Sparta. Pasukan Sparta terkenal sebagai salah satu pasukan tempur terhebat di Yunani kuno.
Sparta menjadi besar karena sistem hukumnya yang unik, dibuat oleh pembuat hukum yang terkenal bernama Lykurgos. Dia membagi tanah di antara orang Sparta, membuat 10.000 bagian lahan, ini berarti pada masa awalnya, Sparta memiliki 10.000 tentara dalam pasukannya. Hukumnya membuat Sparta berjaya sejak tahun 750-an SM hingga 450-an SM ketika hukumnya ditaati secara ketat.
Setiap aspek dalam masyarakat Sparta diarahkan untuk membentuk tentara yang sempurna. Setiap bayi yang lahir akan diperiksa, dan jika menampakkan kekurangan, kelainan, atau penyakit, maka sang bayi akan langsung dibuang. Dalam masa pertumbuhannya, para lelaki Sparta menjalani pelatihan yang amat keras dan brutal, disebut Agoge, yang bahkan dipercaya sebagai pelatihan terkeras yang pernah dilakukan. Akibat pelatihan keras itu, ketika dewasa, para lelaki Sparta menjadi para prajurit yang sangat tangguh. Bahkan para wanita Sparta juga diharuskan untuk melatih kemampuan fisik mereka, baik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi proses melahirkan maupun untuk bertugas sebagai garis pertahanan terakhir di Sparta dalam menghadapi invasi musuh.
Anak lelaki menjalani Agoge sejak usia 7 tahun. Pada usia 18 tahun, mereka bertugas melatih para anak baru yang memasuki Agoge. Mereka dimasukkan ke dalam pasukan Sparta pada usia 20 tahun dan diharuskan tinggal di barak. Ketika berusia 30 tahun, mereka diizinkan tinggal di rumahnya sendiri. Pada usia 60 tahun, mereka diperbolehkan pensiun dan menjadi pasukan cadangan yang potensial.
Sulit untuk menjadi warga negara Sparta. Untuk dapat menjadi warga Sparta, seorang lelaki harus memiliki kedua orang tua yang juga merupakan warga Sparta, meskipun ada pula pengecualian untuk peraturan ini. Selain itu, persyaratan lainnya adalah harus menyelesaikan Agoge. Setelah itu, seorang pria Sparta dapat memasuki Syssitia, yang merupakan kelompok yang terdiri atas 20 pria Sparta. Untuk dapat masuk, seorang pria harus memperoleh persetujuan dari semua anggota Syssitia. Pernyataan tidak setuju, meskipun hanya dari satu orang anggota saja, dapat mencegah seseorang masuk dan dengan demikian mencegahnya menjadi warga Sparta. Setelah berhasil masuk, para anggotanya diharuskan memberikan sejumlah hasil panen dari tanahnya ke Syssitia untuk makan. Jika tidak dilakukan, maka status warga negaranya dapat dicabut. Tanah biasanya diwariskan kepada anak pertama, sehingga anak selanjutnya biasanya tidak dapat menjadi warga negara.
Pasukan Sparta diatur menjadi sejumlah resimen yang disebut Mora, yang berisi sekitar 600 tentara. Masing-masing Mora memiliki emblem tersendiri yang unik pada perisainya. Salah satu simbol yang terkenal dipakai oleh pasukan Sparta pada perisainya adalah simbol Lambda (Λ).
Pasukan Sparta memakan sedikit kaldu sehingga mereka bisa melatih tubuh mereka untuk bertahan hidup dengan sedikit makanan, yang juga berarti bahwa pasukan hanya membutuhkan sedikit sumber daya.
Hoplites merupakan unit infanteri berat di Yunani kuno, dan di Sparta, semua warga negara prianya bertempur sebagai Hoplites.
Perlindungan
Sebagian tentara Sparta memakai zirah yang disebut linothorax, yang dibuat dari kain linen dan kulit. Sebagian lainnya mengenakan zirah yang lebih kuat, namun lebih mahal dan berat, yang dibuat dari perunggu, biasanya bagian depannya dibentuk menjadi mirip otot dada dan perut pria yang ideal, sehingga zirah ini disebut kuiras otot. Semua tentara Sparta memakai helm perunggu yang disebut helm Korinthos. Helm ini menutupi sebagian besar kepala dengan hanya menyisakan bukaan pada bagian mata dan bagian tengah mulut. Helm ini juga melindungi bagian belakang leher. Di bagian atasnya, dipasangi bulu-bulu untuk menakuti musuh. Karena bentuknya yang menutupi kepala, helm ini memberikan perlindungan yang besar namun sangat mengurangi tingkat penglihatan dan pendengaran dalam pertempuran. Pelindung lainnya yang dipakai oleh pasukan Sparta adalah grev atau pelindung kaki, yaitu sepasang lempengan perunggu untuk menutupi betis dan lutut.
Pasukan Sparta membawa perisai bundar besar yang disebut Aspis atau Hoplon. Perisai ini dibuat dari beberapa lapis kayu yang dilapisi perunggu, dengan lapisan kulit di antara kedua bahan tersebut untuk menyerap tekanan. Aspis dilengkapi penahan lengan pada bagian tengahnya dan tali pegangan pada bagian ujung kanannya. Bagian luarnya biasanya dihiasi oleh beragam simbol dan gambar. Aspis merupakan alat serbaguna. Karena ukurannya yang besar, Aspis sangat efektif untuk melindungi badan dari serangan senjata musuh. Selain itu, karena beratnya, Aspis juga dapat digunakan sebagai senjata yang cukup efektif untuk menghantam musuh. Aspis dapat pula digunakan untuk mengangkut mayat prajurit yang telah gugur, sehingga muncul suatu pepatah di Sparta, yaitu "Pulanglah dengan membawa perisaimu atau dengan berada di atasnya". Kalimat ini biasanya diucapkan oleh para istri yang akan ditinggalkan suaminya ke medan perang.
Persenjataan
Berikut ini adalah persenjataan yang dibawa oleh Hoplites Sparta:
Dory: Tombak Yunani dengan gagang kayu sepanjang 2,4 meter yang merupakan senjata utama pasukan Sparta. Pada ujung depannya, terdapat bilah tajam dari logam (Aikhme), dan pada bagian belakangnya terdapat duri logam tajam (Sauroter). Duri belakang itu berguna sebagai penyeimbang sekaligus sebagai alat cadangan jika bilah depan sudah patah. Selain itu, duri belakang juga dapat digunakan untuk menusuk musuh yang berada di belakang.
Xiphos: Pedang pendek Yunani berbilah lurus bermata ganda. Bagian ujung bilahnya melebar sehingga pedang ini cocok dipakai untuk menebas maupun untuk menusuk. Xiphos merupakan senjata sekunder pasukan Sparta dan dipakai jika Dory telah hilang atau patah.
No comments:
Post a Comment