Sebuah film dokumenter pernah ditayangkan BBC pada tahun 2006 yang menceritakan sekelompok manusia berkaki empat. Menurut Liza Shapiro, antropolog University of Texas di Austin, film dokumenter ini menggambarkan ketidakmampuan mereka berjalan tegak dan tidak mewakili contoh kemunduran evolusi manusia.
Tetapi menurut studi Shapiro yang dipublikasikan online pada jurnal PLoS One edisi Juli 2014, menyatakan teori yang bertentangan dengan klaim sebelumnya, kondisi fisik dan cara berjalan merangkak disebut Uner Tan Syndrome (UTS), tidak berjalan pada pola karakteristik diagonal dari primata bukan manusia, seperti kera dan monyet. Menurut teori yang dikembangkan Uner Tan dari Cukurova University di Turki, orang-orang dengan UTS merupakan bagian dari model manusia yang mengalami evolusi terbalik atau devolusi, wawasan baru transisi manusia dari berkaki empat menjadi berkaki dua.
Studi Manusia Berjalan Merangkak
Lima saudara kandung yang tinggal wilayah terpencil Turki, dikabarkan berjalan merangkak secara eksklusif menggunakan tangan dan kaki mereka. Kondisi seperti ini ditemukan pertama kali pada tahun 2005, dimana kemudian para ilmuwan mulai memperdebatkan sifat kecacatan dengan spekulasi bahwa mereka mewakili tahap kemunduran evolusi.
Penelitian sebelumnya menolak pandangan ini, menyatakan berjalan merangkak terkait dengan UTS hanyalah respon adaptif terhadap gangguan kemampuan untuk berjalan menggunakan dua kaki pada individu melalui mutasi genetik. Tapi hal ini dianggap sebagai studi pertama yang membantah klaim bentuk kaki manusia menyerupai primata.
Ilmuwan yang terlibat telah menganalisis 518 cara berjalan berkaki empat yang diambil dari beberapa video dari orang-orang yang mengidap berbagai bentuk UTS, termasuk cuplikan dari film dokumenter lima bersaudara Turki di BBC. Mereka membandingkan langkah kaki dengan pola berjalan orang dewasa sehat yang diminta untuk merangkak di sekitar laboratorium.
Menurut analisa, hampir semua subjek manusia (98 persen dari total langkah) berjalan dalam urutan lateral. Artinya, mereka menempatkan kaki ke bawah dan kemudian tangan pada sisi yang sama, dan pindah kedalam urutan yang sama disisi lain. Kera dan makhluk primata bukan manusia, berjalan dalam urutan diagonal dimana mereka meletakkan kaki disatu sisi dan kemudian tangan berada disisi lain, melanjutkan pola ketika bergerak bersama.
Shapiro menyatakan, manusia pengidap UTS biasanya berjalan merangkak menyerupai orang dewasa yang sehat dan sama sekali tidak terduga. Seperti yang ditunjukkan, berjalan merangkak pada orang dewasa sehat atau orang-orang dengan cacat fisik dapat dijelaskan dengan menggunakan prinsip biomekanik daripada asumsi evolusi.
Studi ini juga membuktikan dugaan sebelumnya mungkin telah salah mengidentifikasi pola berjalan merangkak diantara pengidap UTS dianggap primata. Pengidap UTS lebih sering menggunakan urutan diagonal daripada lateral, dimana setiap jenis memiliki kelebihan urutan biomekanik dengan lateral yang berfungsi untuk menghindari gangguan ekstremitas, dan urutan diagonal memberikan stabilitas. Penggunaan urutan diagonal pada manusia dewasa berjalan merangkak dapat dijelaskan atas dasar pertimbangan biomekanik, bukan sebaliknya yang dikategorikan evolusi.
No comments:
Post a Comment