Dalam misi yang dikerjakan para ilmuwan Cassini NASA, mereka menganalisis data yang memiliki bukti kuat lautan di bulan Titan, bulan yang mengorbit pada Saturnus mungkin memiliki air laut asin seperti Laut Mati.
Penelitian terbaru mengarah pada studi gravitasi dan topografi data yang dikumpulkan selama penerbangan Cassini berulang-ulang di Titan dalam waktu 10 tahun terakhir. Dengan menggunakan data Cassini, ilmuwan mempresentasikan struktur model bulan Titan, sehingga diperoleh peningkatan pemahaman struktur lapisan es terluar permukaan bulan. Hasil penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Icarus edisi Juli 2014.
Kadar Garam Bulan Titan Setara Laut Mati
Penemuan tambahan mendukung indikasi sebelumnya tentang lapisan dingin bulan Titan diperkirakan kaku dan dalam proses pembekuan padat. Para peneliti memperkirakan bahwa kepadatan permukaan relatif tinggi yang dijelaskan melalui data gravitasi. Lautan bulan Titan mungkin merupakan air garam sangat asin berasal dari air yang dicampur dengan garam terlarut, kemungkinan terdiri dari sulfur, natrium dan kalium. Kepadatan permukaan bulan Titan diindikasikan memiliki kandungan air garam kurang lebih sama dengan Laut Mati di Bumi.
Menurut Giuseppe Mitri dari Universitas Nantes di Perancis, lautan bulan Titan sangat asin menurut standar Bumi. Hal ini dapat mengubah cara ilmuwan menganalisis laut ini sebagai tempat tinggal yang mungkin bisa untuk kehidupan masa kini, tetapi kondisinya mungkin sangat berbeda di masa lalu.
Data Cassini menunjukkan ketebalan kerak es bulan Titan sedikit bervariasi di beberapa tempat. Para peneliti mengatakan bahwa kulit terluar bulan Titan adalah kaku, seperti yang terjadi jika laut beku perlahan-lahan dan berubah menjadi es. Jika tidak, bentuk bulan Titan cenderung untuk meratakan sendiri dari waktu ke waktu, seperti lilin hangat. Proses pembekuan ini memiliki implikasi penting untuk kehidupan dalam laut bulan Titan, karena akan membatasi kemampuan untuk bertukar bahan.
Konsekuensi lain dengan adanya pembekuan, bahwa setiap gas metana terlepas ke atmosfer bulan Titan terjadi dengan cara menyebar, seperti hot spot di Bumi yang muncul di Pulau Hawaii. Gas metana di bulan Titan tidak muncul dari konveksi atau pelat tektonik dan daur ulang lapisan es.
Gas metana masuk ke atmosfer bulan Titan sebagai molekul gas yang rusak terpisah oleh sinar matahari pada rentang waktu geologi yang singkat. Atmosfer Titan mengandung sekitar lima persen gas metana, beberapa proses dianggap geologi di alam seharusnya ikut mengisi. Proses apapun yang terjadi menyebabkan pemulihan gas metana bulan Titan terlokalisir dan berselang.
Menurut Jonathan Lunine, seorang ilmuwan pada misi Cassini di Cornell University, para ilmuwan yang terlibat mengakui kesulitan dalam mencari tanda-tanda keluarnya gas metana di bulan Titan dengan perangkat Cassini, dan mungkin memerlukan misi selanjutnya dimasa depan yang dapat menemukan sumber metana lokal.
No comments:
Post a Comment