Roh Kudus yang semakin diabaikan
"Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. … Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut." (Roma 7:22 – 8:2)
Baru-baru ini diterima sebuah majalah yang diterbitkan suatu sinode gereja disertai beberapa brosur pengembangan diri a.l. berjudul 'Membuka Wawasan dan Keberanian Berwirausaha.' Yang menarik adalah sekalipun ini program dibawah gereja, tidak satu pun isi brosur yang menyebut nama Tuhan Yesus Kristus atau Peran Roh Kudus dalam latihan pengembangan diri itu, tetapi isinya yang menonjolkan kemuliaan sosok trainernya yang jebolan pelatihan NLP (Neuro-Linguistic Programming) dan programnya menekankan 'self empowering.' Brosur lainnya berbunyi: 'Temukan Potensi Diri, kembangkan Kompetensi Diri dengan total dan optimal,' brosur-brosur lainnya sama menekankan pergeseran dari 'berpusatkan Tuhan (God centered) kepada berpusatkan Diri Manusia (Man centered),' dari 'Empowered by The Holy Spirit" kepada 'Empowering Self' dan dari 'Self Sacrifice / Denial' kepada 'Human Potential Development.'
Memang psikologi seperti yang disaksikan oleh rasul Paulus dalam ayat diatas dibenak orang modern sudah dianggap usang karena dianggap bersifat negatip dan manusia tidak lagi (bahkan di gereja-gereja) menggali psikologi ke'Tuhan'an yang diberitakan Injil melainkan menggantinya dengan psikologi dalam/bawah sadar atau psikologi positif. Nabi-nabi modern seperti 'Carl Jung' (self relization) dan 'Abraham Maslow' (self actualization) lebih dikenal daripada Rasul Petrus dan Paulus. Makin banyak jemaat yang lebih gemar 'bertekun dibawah pengajaran nabi-nabi psikologi modern' daripada 'bertekun dibawah pengajaran rasul-rasul.'
Kita patut mengucap syukur kepada Allah karena dikala makin banyak jemaat dan gereja yang punya kecenderungan pergeseran yang berpaling dari 'Tuhan' kepada 'Aku/Diri' manusia, ternyata masih banyak juga gereja yang sadar bahwa pergeseran itu keliru. Baru-baru ini pula diterima undangan dari sebuah Klasis Sinoda Gereja yang ingin mengadakan seminar 'Positive Thinking dan Iman Kristen' untuk para aktivis 14 jemaat yang berada dibawah klasis tersebut. Dalam surat undangannya disebutkan alasannya bahwa: "… akhir-akhir ini banyak terjadi bahwa pelayan Tuhan lebih banyak melayani berdasarkan kemuliaan diri sendiri, jadi dengan kata lain bukan Tuhan yang dimuliakan, tetapi diri sendiri yang dimuliakan atau di-elu-elukan Jemaat."
Latihan pengembangan diri banyak diminati Gereja
Dewasa ini banyak gereja sudah mengidap demam pelatihan pengembangan diri. Banyak pelatihan pengembangan diri bahkan dipimpin oleh mereka yang tidak beriman kristen. Sekarang kita melihat kecenderungan teologi dimasuki psikologi modern dan bukan sebaliknya.
Ada Sekolah Tinggi Teologia yang rektornya mengajarkan sepenuhnya buku 'The 7 Habits of Highly Effective People' padahal buku itu merupakan pemikiran Stephen Covey (penatua Mormon) dan merupakan buku pelatihan misi Mormon yang diolah kembali untuk kalangan bisnis. Mormon mengajarkan iman bahwa manusia dilahirkan tanpa dosa dan memiliki kehendak bebas untuk menentukan masa depan hidupnya menuju keberhasilan. Seorang pendeta gereja yang dahulu menekankan 'Lawatan Roh Allah' kemudian mengikuti pelatihan pengembangan diri. Dalam situs organisasi 'pelatihan pengembangan diri itu' dimuat kesaksiannya bahwa 'setelah mengikuti pelatihan itu ia mengaku lebih percaya diri dan lebih mantab berkotbah.'
Dalam pembinaan pranikah di sebuah gereja, teori-teori psikologi lebih banyak disampaikan daripada berita Injil yang mengubah hidup oleh pembaharuan Roh Kudus. Dapat dibayangkan bagaimana keluarga-keluarga baru yang akan terbentuk kemudian, apakah keluarga yang berpusatkan Kristus ataukah keluarga yang berpusatkan diri manusia? Mirip dengan ini ada pengkotbah dalam siaran 'Life' yang menekankan kotbah berupa teori-teori inspirasi dengan contoh orang-orang sukses duniawi disertai mantra 'dahsyat'nya!
Memang generasi yang berpusat aku/diri sendiri (me generation) sudah melanda dunia. Bayangkan saja anak-anak sudah dilatih menyanyikan lagu 'Aku Pasti Bisa,' bahkan kalangan gereja termasuk pendeta juga sudah terpengaruh hal itu. Ada tokoh kristen yang melatih pengembangan diri dan mempopulerkan slogan 'if it is going to be it's up to me.' Pendeta Robert Schuller yang mempopulerkan 'possibility thinking' (nama lain untuk positive thinking) menekankan bahwa 'the me I see the me I'll be' dan berdasarkan mantra penglihatannya itu dibangunlah gereja super megah (crystal Cathedral) demi mendongkrak kemuliaan dirinya. Beberapa tahun yang lalu Ia dinyatakan bangkrut dan gereja megah itu terpaksa dijual.
Kalau dikalangan selebriti kemuliaan manusia dan prestasinya sangat dibanggakan dan diberi tepuk tangan sebagai 'manusia sukses dan dahsyat,' di gereja juga makin banyak dipraktekkan tepuk tangan memuliakan penyanyi, paduan suara, atau pendeta, bahkan ada seruan tepuk tangan untuk Roh Kudus. Tuhan tidak membutuhkan tepuk tangan karena Dia sumber kemuliaan itu maka tepat seruan di gereja tertentu yang melarang jemaatnya bertepuk tangan setelah ada penyanyi solo, paduan suara atau selesai kotbah karena 'kemuliaan hanya bagi Tuhan!'
Panggilan bagi umat beriman
Sudah saatnya umat kristen kembali kepada Tuhan dan melepaskan diri dari pemusatan yang mengarah kepada aku/dirinya itu. Firman Tuhan sudah mengajarkan pengembangan diri yang seutuhnya yang mencakup kesadaran akan dosa, penebusan dan perlunya pengampunan dosa dan keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus, dan Firman Tuhan juga mengajarkan bahwa untuk mencapai hidup yang kekal dibutuhkan iman dan kelahiran baru, kelahiran baru yang dari Roh Kudus (Yoh.3:3-7;16).
Dunia mengajarkan melalui pelatihan pengembangan diri kemampuan untuk mencapai potensi diri yang penuh untuk mencapai prestasi luar biasa dan sukses dalam hidup, tetapi firman Tuhan menekankan kelahiran baru karena Roh Kudus yang mengubah hati manusia sebagai bekal kehidupan damai-sejahtera seutuhnya. Dalam Perjanjian Lama, Nabi Jehezkiel menubuatkan:
"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." (Yeh. 36:26-27; band. Jer.31:31-33)
Yesus berfirman dalam Perjanjian Baru:
"Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. … Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yoh.14 – 16)
Salah satu hasilnya dialami rasul Paulus yang telah memberikan resep hidupnya diawal renungan ini, sehingga ia bisa dengan yakin bersaksi:
"Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Gal.2:19-20)
No comments:
Post a Comment