Ketika kita menengadah ke langit-langit Kapel Sistina, figur-figur yang ada di sana seolah-olah turun ke bawah, dengan jelas menghidupkan sembilan babak dalam Kitab Kejadian, tujuh nabi Ibrani dan lima sibil, malaikat yang mengumumkan kedatangan Mesias. Sepintas lalu kita dapat melihat bahwa ini adalah sesuatu yang berbeda dari seni lukis Abad Pertengahan.
Seni lukis Abad Pertengahan yang spiritual, tetapi sering dengan gaya yang tinggi dan tidak realistis, telah membuka jalan bagi realisme baru yang banyak menggunakan perspektif dan pengetahuan anatomi. Namun seni lukis baru ini mencerminkan berbagai perubahan pemikiran mendalam yang telah mengubah dunia Kristen.
Selama abad-abad kelima belas dan keenam belas, Renaisans telah mulai menguasai Eropa. Pujangga Kristen, Petrarch, menggali manuskrip-manuskrip Latin kuno dan mempopulerkan studinya. Dari sini berkembanglah rasa kemanusiaan, yang memberi dorongan untuk mempelajari sastra klasik dan menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan. Dengan perlahan tapi pasti, penekanan yang lebih besar sudah mulai diterapkan pada manusia, kemampuan berpikir dan tindakannya. Meskipun kekristenan masih sering mempunyai dampak besar pada pemikiran, namun dunia ini perlahan-lahan beralih dari kehidupan yang berpusat pada gereja.
Seperti kebanyakan orang-orang Renaisans, Michelangelo Buonarroti mencapai wawasan luas. Ia menulis sajak indah, menjadi pelukis, pemahat dan arsitek sempurna. Di bawah perlindungan Paus Julius II, Leo X, Clemens VII dan Paulus III, ia mewujudkan berbagai lukisan dan patung hebat yang mencerminkan semangat zamannya.
Di bawah Julius II, Michelangelo menerima proyek melukis langit-langit kapel Sistina, kapel pribadi paus. Dari tahun 1508 sampai 1512 ia mewujudkan fresco hebat yang menggambarkan lelaki dan wanita yang berdarah-daging, yang tampaknya dapat menerima hidup ini dengan senang hati. Kisah-kisah Alkitab yang dilukiskan secara duniawi adalah hal asing bagi seni lukis Abad Pertengahan. Meskipun bertemakan spiritual, orang-orang tersebut tampaknya bercitra duniawi ketimbang surgawi.
Pada tahun 1534, Michelangelo kembali ke Kapel Sistina untuk melukis tembok di belakang altar. Last Judgement (Penghakiman Terakhir) melukiskan Yesus yang teguh. Figur-figur masif yang diselamatkan bangkit, sementara yang terkutuk jatuh dengan sedih, tanpa harapan untuk mengubah nasib mereka. Ketika Paus Paulus pertama kali melihat karya ini, dengan rasa kagum ia berdoa, "Tuhan, janganlah menghukum aku akan dosa-dosaku bila Engkau datang pada Hari Penghakiman."
Meskipun mungkin ia terkenal karena lukisannya, Michelangelo tidak menganggap dirinya sepenuhnya sebagai seorang pelukis. Cinta pertamanya adalah seni pahat patung, bidang kemahirannya, seperti dibuktikannya pada patung David (Daud) yang hebat, Pieta yang lembut, yang menggambarkan Maria dengan Putra-nya yang telah menjadi kurban; dan Musa yang saleh sedang marah.
Ketika manusia semakin menjadi ukuran segala sesuatu dan ketika Reformasi menantang otoritas Gereja Katolik, pengaruh humanisme pun meningkat. Itu bermula dari orang-orang Kristen – dan sebagian besar humanis tetap berpegang pada iman (Kristen).
No comments:
Post a Comment