Kristus mengatakan kepada bangsawan yang anak‑Nya telah disembuhkan‑Nya: "Jikalau tiada kamu nampak tanda ajaib dan mukjizat, tiadalah kamu percaya" Yohanes 4:48. Ia sedih karena bangsa‑Nya sendiri menuntut tanda‑tanda ajaib secara luar ini, bahwa Dialah Mesias itu. Berulang‑ulang Ia merasa heran atas ketidak‑percayaan mereka. Tetapi Ia mengagumi iman penghulu laskar yang datang kepada‑Nya. Penghulu laskar itu tidak menanyakan tentang kuasa Juruselamat. Ia tidak memohon supaya Kristus datang untuk mengadakan mukjizat. "Hanya katakanlah sepatah kata sahaja," katanya, "niscaya budah sahaya akan sembuh."
Hamba penghulu laskar itu diserang penyakit lumpuh, dan sudah hampir mati. Di kalangan orang‑orang Rom hamba adalah budak, diperjual belikan di pasar‑pasar, diperlakukan dengan kejam dan bengis; tetapi penghulu laskar itu memperlakukan hambanya dengan baik, dan ia sangat mengharapkan supaya hamba itu sehat kembali. Ia percaya bahwa Kristus dapat menyembuhkannya. Ia belum pernah melihat Juruselamat, tetapi
Pasal ini dialaskan pada Mat. 8:5‑13; Luk. 7:1‑17 berita‑berita yang didengarnya menggerakkan imannya. Meski pun tatacara orang Yahudi, orang Rom ini telah diyakinkan bahwa agama mereka lebih tinggi daripada agamanya. Ia telah mematahkan rintangan prasangka dan kebencian kebangsaan yang memisahkan penjajah dengan yang dijajah Ia telah menunjukkan rasa hormat terhadap pelayanan kepada Allah, dan menunjukkan keramahan kepada orang Yahudi selaku penyembah Dia. Di dalam ajaran Kristus, sebagaimana telah yang dilaporkan kepadanya, ia dapati apakah keperluan jiwa. Semua sifat rohani yang ada padanya menyambut sabda Juruselamat. Tetapi ia merasa tidak layak menghadap Yesus dan meminta ia kepada tua‑tua orang Yahudi untuk memohonkan kesembuhan hambanya. Mereka kenal sekali Guru Besar itu dan tahu cara mendekati‑Nya sehingga dengan demikian dapat memenangkan belas kasihan‑Nya.
Ketika Yesus memasuki Kapernaum, Ia telah ditemui oleh suatu utusan tua‑tua, yang memberitahukan kepada‑Nya keinginan penghulu laskar itu. Mereka mengatakan "layaklah ia ditolong oleh Tuhan, karena ia mengasihi bangsa kita, dan ialah yang mendirikan rumah sembahyang kita."
Dengan segera Yesus menuju rumah pejabat itu, tetapi oleh karena didesak oleh orang banyak, Ia maju dengan pelahan. Kabar kedatangan‑Nya mendahului Dia, dan penghulu laskar, di dalam kekurang percayaan kepada dirinya sendiri, mengirim pesanan kepada Yesus, "Ya Tuhan, janganlah bersusah, karena sahaya tiada layak diliwati oleh Tuhan ke dahm rumah sahaya." Tetapi Juruselamat meneruskan jalan‑Nya, dan penghulu hskar akhirnya menghampiri Dia, melengkapi beritanya, lalu berkata, "Sahaya sendiri tiada berlayak datang kepada Tuhan, hanya katakanlah sepatah kata sahaja, niscaya hamba sahaya akan sembuh. Karena sahaya ini pun seorang yang di bawah perintah, dan di bawah perintah sahaya pula ada beberapa laskar. Jikalau sahaya berkata kepada seorangnya: 'Pergilah,' ia pun pergi; dan kepada yang lain pula: 'Marilah', ia pun datang; dan kepada hamba sahaya: 'Buatlah itu', maka dibuatnyalah." Sebagaimana sahaya mewakili kuasa Rom dan serdadu‑serdadu saya mengetahui kuasa saya yang lebih tinggi, demikian pula Engkau mewakili kuasa Allah yang tiada batasnya dan segah sesuatu yang dijadikannya menurut firman‑Mu. Engkau dapat memerintahkan supaya penyakit itu enyah daripadanya, dan akan diturutnya Dikau. Engkau dapat memanggil suruhan dari surga, dan mereka akan menyembuhkannya. Katakan sajalah, hamba sahaya akan sembuh.
"Apabila didengar oleh Yesus demikian, heranlah Ia akan dia, lalu berpaling kepada orang banyak yang mengikut Dia, katanya: 'Aku berkata kepadamu, di antara orang Israil sekali pun belum pernah Aku melihat iman yang sebegitu besar'. Dan kepada penghulu laskar itu Ia berkata: "Sama seperti yang engkau percaya menjadilah bagimu. Maka budak itu pun sembuhlah pada ketika itu juga."
Tua‑tua orang Yahudi yang memujikan penghulu itu kepada Kristus telah menunjukkan betapa jauh mereka daripada memilih roh Injil. Mereka tidak menyadari bahwa keperluan kita yang besar hanyalah tuntutan kita atas kemurahan Allah. Di dalam sifat mereka yang membenarkan diri sendiri mereka memuji penghulu laskar itu sebab ia telah menunjukkan kebaikannya kepada "bangsa kita." Tetapi penghulu laskar itu berkata tentang dirinya sendiri: "Sahaya tidak layak." Hatinya telah dijamah oleh anugerah Kristus. Ia melihat ketidaklayakannya; tetapi ia takut tidak meminta pertolongan. Ia tidak bergantung kepada kebaikannya; alasannya merupakan keperluannya yang besar. Imannya berpegang teguh pada Kristus, di dalam tabiat‑Nya yang benar itu. Ia bukannya percaya kepada‑Nya hanya karena mengadakan tanda‑tanda ajaib, melainkan sebagai sahabat dan Juruselamat umat manusia.
Itulah sebabnya maka setiap orang berdosa dapat datang kepada Kristus. "Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya" Titus 3:5. Bila Setan mengatakan bahwa engkau seorang berdosa, dan tidak mempunyai harapan menerima berkat dari Allah, katakanlah kepadanya bahwa Kristus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan orang berdosa. Kita tidak mempunyai sesuatu untuk memujikan kita kepada Allah; tetapi permohonan yang kita pohonkan sekarang dan selamanya ialah ucapan kita yang dalam keadaan tidak berdaya sehingga menjadikan kuasa penebusan‑Nya suatu keperluan. Membuangkan sifat yang hanya berpaut pada diri sendiri, kita dapat memandang kepada salib Golgota dan berkata, "Aku datang dengan tangan hampa, hanya bergantung pada salib‑Mu"
Orang orang Yahudi telah dididik mulai dari kecilnya mengenai pekerjaan Mesias itu. Ucapan bapa‑bapa dan nabi‑nabi yang diilhamkan serta lambang ajaran upacara pengorbanan telah ada pada mereka. Tetapi mereka tidak mengindahkan terang itu, dan sekarang mereka melihat di dalarn Yesus tidak ada yang mereka ingini. Tetapi penghulu laskar itu dilahirkan di dalam kekafiran, dididik di dalam berhala kerajaan Rom, dilatih sebagai seorang tentara, seolah‑olah sama sekali lepas daripada kehidupan rohani oleh pendidikan dan keadaan sekelilingnya, dan masih tetap dihalangi oleh kefanatikan orang‑orang Yahudi, dan oleh hinaan bangsanya kepada orang Israel,—orang ini menerima kebenaran yang anak‑anak Ibrahim buta terhadapnya. Ia tidak menunggu melihat apakah orang‑orang Yahudi sendiri akan menerima Seorang yang akan dimaklumkan menjadi Mesias mereka. Karena sebagai "terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." (Yohanes 1:9) telah bercahaya padanya, ia telah dapat melihat kemuliaan Anak Allah walau pun dari jauh.
Bagi Yesus inilah pekerjaan yang sungguh yakni kabar Injil diselesaikan di antara orang kafir. Dengan gembira Ta melihat ke depan untuk mengumpulkan jiwa‑jiwa dari segala bangsa ke dalam kerajaan‑Nya. Dengan kesedihan yang mendalam Ia menggambarkan kepada orang‑orang Yahudi akibat penolakan mereka akan kemurahan‑Nya: "Aku berkata kepadamu, bahwa banyaklah orang akan datang dari sebelah timur dan barat, dan duduk bersama‑sama dengan Ibrahim dan Ishak dan Yakub di dalam kerajaan surga. Tetapi anak buah kerajaan itu akan dibuangkan ke dalam gelap yang di luar, di sanalah kelak tangisan dan kertak gigi." Wai, berapa banyak yang bersedia akan kekecewaan yang hebat itu! Sedangkan jiwa‑jiwa orang kafir yang di dalam kegelapan menerima anugerah‑Nya, berapa banyak orang di negeri Kristen di mana ada terang diabaikan begitu saja.
Lebih duapuluh mil dari Kapernaum, di atas suatu lembah tempat dapat menatap dengan luas keelokan lembah Esdraelon, terdapatlah kampung Nain, dan kemudian Kristus menuju ke sana. Kebanyakan murid‑murid‑Nya dan orang‑orang lain yang bersama‑sama dengan Dia, dan sepanjang jalan orang banyak datang berduyun‑duyun, rindu mendengarkan firman‑Nya yang penuh kasih dan kasihan, membawa orang sakit untuk disembuhkan‑Nya, dan dengan pengharapan bahwa Ia yang berkuasa besar itu akan mengurnumkan diri‑Nya sendiri sebagai Raja orang Israil. Orang banyak mengikuti jalan‑Nya, dan adalah hal itu menggembirakan sekali, rombongan yang penuh harapan itu mengikuti Dia mendaki jalan yang berbatu menuju gerbang kampung di gunung itu.
Ketika mereka datang lebih dekat, suatu iring‑iringan penguburan tampak keluar dari pintu gerbang. Dengan langkah yang perlahan‑lahan dan susah rombongan itu mendekati tempat kuburan. Pada usungan yang terbuka di depan terdapatlah mayat orang mati itu, dikelilingi oleh orangorang yang meratap, memenuhi udara dengan ratapan mereka. Semua penduduk kota itu berkumpul untuk menunjukkan penghormatan mereka kepada yang mati dan simpati mereka bagi yang berdukacita.
Pemandangan itu membangkitkan rasa simpati. Yang meninggal itu anak tunggal dan ibunya sudah menjadi janda. Orang berkabung yang merasa kesepian sedang mengikuti dia ke kubur, seorang penolong dan penghibur satu‑satunya di dunia ini. "Serta Tuhan melihat perempuan itu, jatuhlah kasihannya akan dia." Ketika perempuan itu berjalan dengan buta dan menangis, tidak mengetahui bahwa Yesus. ada di sana, Yesus mendekati perempuan itu, dan dengan lembut berkata, "Janganlah engkau menangis." Yesus sudah hampir mengubah dukanya kepada kesukaan, namun Ia tidak sabar menyatakan simpati‑Nya yang menghiburkan ini.
"Maka dihampirinya dan dijamahnya usungan itu," bagi‑Nya walau pun menyentuh orang mati tidak mencemarkan. Rombongan orang yang berkabung berdiri, dan ratapan berhenti. Kedua rombongan itu mengelilingi usungan itu dengan mengharapkan sesuatu yang tidak pernah mereka harapkan. Ada seorang yang hadir yakni orang yang telah membuang penyakit dan mengusir setan; apakah maut juga takluk pada kuasa‑Nya?
Lebih jelas, suara yang penuh kuasa itu diucapkan, "Hai orang muda! Aku berkata kepadamu: Bangkitlah". Suara itu menembusi telinga orang mati itu. Orang muda itu membuka matanya. Yesus memegang tangannya, dan mengangkat dia. Pandangannya tertuju kepada perempuan yang menangis di sampingnya, ibu dan anak berpeluk dalam kegembiraan. Orang banyak diam, seolah terpukau. "Maka ketakutanlah sekalian orang itu." Dengan tenang dan diam mereka berdiri sebentar, seolah berada di hadapan Allah. Kemudian mereka memuliakan Allah, katanya: Seorang nabi yang besar telah terbit di antara kita, dan Allah telah melawat kaumnya." Iringan jenazah itu kembali ke Nain bagaikan satu arak‑arakan kemenangan. "Maka masyhurlah kabar dari hal Yesus itu ke seluruh tanah Yudea dan segala jajahan sekeliling."
Ia yang berdiri di samping ibu yang berduka di pintu gerbang Nain, memperhatikan tiap‑tiap orang yang berduka dekat usungan itu. Hati‑Nya menjamah kesusahan kita dengan simpati. Hati‑Nya, yang penuh kasih dan kasihan, adalah hati kelemah‑lembutan yang tiada berubah. Firman‑Nya, yang memanggil orang mati supaya hidup kembali, tidak kurang kesanggupannya sekarang daripada waktu dikatakan kepada orang muda di Nain itu. Ia berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." Matius 28:18. Kuasa itu tidak berkurang oleh berlalunya tahun, atau oleh pekerjaan yang tidak berhenti‑hentinya dan kegiatan kemurahan‑Nya yang terus mengalir. Kepada mereka yang percaya kepadanya. Ia masih tetap seorang Juruselamat yang hidup.
Yesus telah mengubah duka ibu itu menjadi kesukaan tatkala Ia mengembalikan anaknya kepada perempuan itu; namun demikian orang muda itu telah dipanggil untuk hidup di dunia ini, merasakan derita menanggung duka, mara bahaya, dan sekali lagi melalui kuasa maut. Tetapi Yesus menghibur duka kita atas kematian dengan berita pengharapan yang tiada taranya: "Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut." "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan." Wahyu 1:18; Ibrani 2:14, 15.
Setan tidak dapat menahan orang mati itu di dalam genggamannya jika Anak Allah memanggil mereka hidup kembali. Ia tidak dapat menahan di dalam kematian rohani satu jiwa yang di dalam iman menerima kuasa perkataan Kristus. Tuhan berkata kepada semua orang yang mati di dalam dosa, "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati." Efesus 5:14. Perkataan itu kekal. Sebagaimana perkataan Allah yang memanggil orang mati yang pertama hidup, masih tetap juga memberikan hidup bagi kita; sebagaimana Kristus berkata, "Hai orang muda, Aku berkata kepadamu; Bangkitlah!", memberi hidup kepada orang muda di Nain, demikian juga perkataan, "Bangkitlah dari antara orang mati" merupakan kehidupan bagi jiwa yang menerimanya. Tuhan "telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih." Kolose 1:13. Inilah semua yang diberikan kepada kita di dalam firman‑Nya. Jika kita menerima firman itu, kita mendapat kelepasan.
Dan "jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu." "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." Roma 8:11; 1 Tes. 4:16, 17. Inilah perkataan penghiburan dengan mana kita diminta saling menghiburkan satu sama lain.
Hamba penghulu laskar itu diserang penyakit lumpuh, dan sudah hampir mati. Di kalangan orang‑orang Rom hamba adalah budak, diperjual belikan di pasar‑pasar, diperlakukan dengan kejam dan bengis; tetapi penghulu laskar itu memperlakukan hambanya dengan baik, dan ia sangat mengharapkan supaya hamba itu sehat kembali. Ia percaya bahwa Kristus dapat menyembuhkannya. Ia belum pernah melihat Juruselamat, tetapi
Pasal ini dialaskan pada Mat. 8:5‑13; Luk. 7:1‑17 berita‑berita yang didengarnya menggerakkan imannya. Meski pun tatacara orang Yahudi, orang Rom ini telah diyakinkan bahwa agama mereka lebih tinggi daripada agamanya. Ia telah mematahkan rintangan prasangka dan kebencian kebangsaan yang memisahkan penjajah dengan yang dijajah Ia telah menunjukkan rasa hormat terhadap pelayanan kepada Allah, dan menunjukkan keramahan kepada orang Yahudi selaku penyembah Dia. Di dalam ajaran Kristus, sebagaimana telah yang dilaporkan kepadanya, ia dapati apakah keperluan jiwa. Semua sifat rohani yang ada padanya menyambut sabda Juruselamat. Tetapi ia merasa tidak layak menghadap Yesus dan meminta ia kepada tua‑tua orang Yahudi untuk memohonkan kesembuhan hambanya. Mereka kenal sekali Guru Besar itu dan tahu cara mendekati‑Nya sehingga dengan demikian dapat memenangkan belas kasihan‑Nya.
Ketika Yesus memasuki Kapernaum, Ia telah ditemui oleh suatu utusan tua‑tua, yang memberitahukan kepada‑Nya keinginan penghulu laskar itu. Mereka mengatakan "layaklah ia ditolong oleh Tuhan, karena ia mengasihi bangsa kita, dan ialah yang mendirikan rumah sembahyang kita."
Dengan segera Yesus menuju rumah pejabat itu, tetapi oleh karena didesak oleh orang banyak, Ia maju dengan pelahan. Kabar kedatangan‑Nya mendahului Dia, dan penghulu laskar, di dalam kekurang percayaan kepada dirinya sendiri, mengirim pesanan kepada Yesus, "Ya Tuhan, janganlah bersusah, karena sahaya tiada layak diliwati oleh Tuhan ke dahm rumah sahaya." Tetapi Juruselamat meneruskan jalan‑Nya, dan penghulu hskar akhirnya menghampiri Dia, melengkapi beritanya, lalu berkata, "Sahaya sendiri tiada berlayak datang kepada Tuhan, hanya katakanlah sepatah kata sahaja, niscaya hamba sahaya akan sembuh. Karena sahaya ini pun seorang yang di bawah perintah, dan di bawah perintah sahaya pula ada beberapa laskar. Jikalau sahaya berkata kepada seorangnya: 'Pergilah,' ia pun pergi; dan kepada yang lain pula: 'Marilah', ia pun datang; dan kepada hamba sahaya: 'Buatlah itu', maka dibuatnyalah." Sebagaimana sahaya mewakili kuasa Rom dan serdadu‑serdadu saya mengetahui kuasa saya yang lebih tinggi, demikian pula Engkau mewakili kuasa Allah yang tiada batasnya dan segah sesuatu yang dijadikannya menurut firman‑Mu. Engkau dapat memerintahkan supaya penyakit itu enyah daripadanya, dan akan diturutnya Dikau. Engkau dapat memanggil suruhan dari surga, dan mereka akan menyembuhkannya. Katakan sajalah, hamba sahaya akan sembuh.
"Apabila didengar oleh Yesus demikian, heranlah Ia akan dia, lalu berpaling kepada orang banyak yang mengikut Dia, katanya: 'Aku berkata kepadamu, di antara orang Israil sekali pun belum pernah Aku melihat iman yang sebegitu besar'. Dan kepada penghulu laskar itu Ia berkata: "Sama seperti yang engkau percaya menjadilah bagimu. Maka budak itu pun sembuhlah pada ketika itu juga."
Tua‑tua orang Yahudi yang memujikan penghulu itu kepada Kristus telah menunjukkan betapa jauh mereka daripada memilih roh Injil. Mereka tidak menyadari bahwa keperluan kita yang besar hanyalah tuntutan kita atas kemurahan Allah. Di dalam sifat mereka yang membenarkan diri sendiri mereka memuji penghulu laskar itu sebab ia telah menunjukkan kebaikannya kepada "bangsa kita." Tetapi penghulu laskar itu berkata tentang dirinya sendiri: "Sahaya tidak layak." Hatinya telah dijamah oleh anugerah Kristus. Ia melihat ketidaklayakannya; tetapi ia takut tidak meminta pertolongan. Ia tidak bergantung kepada kebaikannya; alasannya merupakan keperluannya yang besar. Imannya berpegang teguh pada Kristus, di dalam tabiat‑Nya yang benar itu. Ia bukannya percaya kepada‑Nya hanya karena mengadakan tanda‑tanda ajaib, melainkan sebagai sahabat dan Juruselamat umat manusia.
Itulah sebabnya maka setiap orang berdosa dapat datang kepada Kristus. "Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya" Titus 3:5. Bila Setan mengatakan bahwa engkau seorang berdosa, dan tidak mempunyai harapan menerima berkat dari Allah, katakanlah kepadanya bahwa Kristus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan orang berdosa. Kita tidak mempunyai sesuatu untuk memujikan kita kepada Allah; tetapi permohonan yang kita pohonkan sekarang dan selamanya ialah ucapan kita yang dalam keadaan tidak berdaya sehingga menjadikan kuasa penebusan‑Nya suatu keperluan. Membuangkan sifat yang hanya berpaut pada diri sendiri, kita dapat memandang kepada salib Golgota dan berkata, "Aku datang dengan tangan hampa, hanya bergantung pada salib‑Mu"
Orang orang Yahudi telah dididik mulai dari kecilnya mengenai pekerjaan Mesias itu. Ucapan bapa‑bapa dan nabi‑nabi yang diilhamkan serta lambang ajaran upacara pengorbanan telah ada pada mereka. Tetapi mereka tidak mengindahkan terang itu, dan sekarang mereka melihat di dalarn Yesus tidak ada yang mereka ingini. Tetapi penghulu laskar itu dilahirkan di dalam kekafiran, dididik di dalam berhala kerajaan Rom, dilatih sebagai seorang tentara, seolah‑olah sama sekali lepas daripada kehidupan rohani oleh pendidikan dan keadaan sekelilingnya, dan masih tetap dihalangi oleh kefanatikan orang‑orang Yahudi, dan oleh hinaan bangsanya kepada orang Israel,—orang ini menerima kebenaran yang anak‑anak Ibrahim buta terhadapnya. Ia tidak menunggu melihat apakah orang‑orang Yahudi sendiri akan menerima Seorang yang akan dimaklumkan menjadi Mesias mereka. Karena sebagai "terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." (Yohanes 1:9) telah bercahaya padanya, ia telah dapat melihat kemuliaan Anak Allah walau pun dari jauh.
Bagi Yesus inilah pekerjaan yang sungguh yakni kabar Injil diselesaikan di antara orang kafir. Dengan gembira Ta melihat ke depan untuk mengumpulkan jiwa‑jiwa dari segala bangsa ke dalam kerajaan‑Nya. Dengan kesedihan yang mendalam Ia menggambarkan kepada orang‑orang Yahudi akibat penolakan mereka akan kemurahan‑Nya: "Aku berkata kepadamu, bahwa banyaklah orang akan datang dari sebelah timur dan barat, dan duduk bersama‑sama dengan Ibrahim dan Ishak dan Yakub di dalam kerajaan surga. Tetapi anak buah kerajaan itu akan dibuangkan ke dalam gelap yang di luar, di sanalah kelak tangisan dan kertak gigi." Wai, berapa banyak yang bersedia akan kekecewaan yang hebat itu! Sedangkan jiwa‑jiwa orang kafir yang di dalam kegelapan menerima anugerah‑Nya, berapa banyak orang di negeri Kristen di mana ada terang diabaikan begitu saja.
Lebih duapuluh mil dari Kapernaum, di atas suatu lembah tempat dapat menatap dengan luas keelokan lembah Esdraelon, terdapatlah kampung Nain, dan kemudian Kristus menuju ke sana. Kebanyakan murid‑murid‑Nya dan orang‑orang lain yang bersama‑sama dengan Dia, dan sepanjang jalan orang banyak datang berduyun‑duyun, rindu mendengarkan firman‑Nya yang penuh kasih dan kasihan, membawa orang sakit untuk disembuhkan‑Nya, dan dengan pengharapan bahwa Ia yang berkuasa besar itu akan mengurnumkan diri‑Nya sendiri sebagai Raja orang Israil. Orang banyak mengikuti jalan‑Nya, dan adalah hal itu menggembirakan sekali, rombongan yang penuh harapan itu mengikuti Dia mendaki jalan yang berbatu menuju gerbang kampung di gunung itu.
Ketika mereka datang lebih dekat, suatu iring‑iringan penguburan tampak keluar dari pintu gerbang. Dengan langkah yang perlahan‑lahan dan susah rombongan itu mendekati tempat kuburan. Pada usungan yang terbuka di depan terdapatlah mayat orang mati itu, dikelilingi oleh orangorang yang meratap, memenuhi udara dengan ratapan mereka. Semua penduduk kota itu berkumpul untuk menunjukkan penghormatan mereka kepada yang mati dan simpati mereka bagi yang berdukacita.
Pemandangan itu membangkitkan rasa simpati. Yang meninggal itu anak tunggal dan ibunya sudah menjadi janda. Orang berkabung yang merasa kesepian sedang mengikuti dia ke kubur, seorang penolong dan penghibur satu‑satunya di dunia ini. "Serta Tuhan melihat perempuan itu, jatuhlah kasihannya akan dia." Ketika perempuan itu berjalan dengan buta dan menangis, tidak mengetahui bahwa Yesus. ada di sana, Yesus mendekati perempuan itu, dan dengan lembut berkata, "Janganlah engkau menangis." Yesus sudah hampir mengubah dukanya kepada kesukaan, namun Ia tidak sabar menyatakan simpati‑Nya yang menghiburkan ini.
"Maka dihampirinya dan dijamahnya usungan itu," bagi‑Nya walau pun menyentuh orang mati tidak mencemarkan. Rombongan orang yang berkabung berdiri, dan ratapan berhenti. Kedua rombongan itu mengelilingi usungan itu dengan mengharapkan sesuatu yang tidak pernah mereka harapkan. Ada seorang yang hadir yakni orang yang telah membuang penyakit dan mengusir setan; apakah maut juga takluk pada kuasa‑Nya?
Lebih jelas, suara yang penuh kuasa itu diucapkan, "Hai orang muda! Aku berkata kepadamu: Bangkitlah". Suara itu menembusi telinga orang mati itu. Orang muda itu membuka matanya. Yesus memegang tangannya, dan mengangkat dia. Pandangannya tertuju kepada perempuan yang menangis di sampingnya, ibu dan anak berpeluk dalam kegembiraan. Orang banyak diam, seolah terpukau. "Maka ketakutanlah sekalian orang itu." Dengan tenang dan diam mereka berdiri sebentar, seolah berada di hadapan Allah. Kemudian mereka memuliakan Allah, katanya: Seorang nabi yang besar telah terbit di antara kita, dan Allah telah melawat kaumnya." Iringan jenazah itu kembali ke Nain bagaikan satu arak‑arakan kemenangan. "Maka masyhurlah kabar dari hal Yesus itu ke seluruh tanah Yudea dan segala jajahan sekeliling."
Ia yang berdiri di samping ibu yang berduka di pintu gerbang Nain, memperhatikan tiap‑tiap orang yang berduka dekat usungan itu. Hati‑Nya menjamah kesusahan kita dengan simpati. Hati‑Nya, yang penuh kasih dan kasihan, adalah hati kelemah‑lembutan yang tiada berubah. Firman‑Nya, yang memanggil orang mati supaya hidup kembali, tidak kurang kesanggupannya sekarang daripada waktu dikatakan kepada orang muda di Nain itu. Ia berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." Matius 28:18. Kuasa itu tidak berkurang oleh berlalunya tahun, atau oleh pekerjaan yang tidak berhenti‑hentinya dan kegiatan kemurahan‑Nya yang terus mengalir. Kepada mereka yang percaya kepadanya. Ia masih tetap seorang Juruselamat yang hidup.
Yesus telah mengubah duka ibu itu menjadi kesukaan tatkala Ia mengembalikan anaknya kepada perempuan itu; namun demikian orang muda itu telah dipanggil untuk hidup di dunia ini, merasakan derita menanggung duka, mara bahaya, dan sekali lagi melalui kuasa maut. Tetapi Yesus menghibur duka kita atas kematian dengan berita pengharapan yang tiada taranya: "Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut." "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan." Wahyu 1:18; Ibrani 2:14, 15.
Setan tidak dapat menahan orang mati itu di dalam genggamannya jika Anak Allah memanggil mereka hidup kembali. Ia tidak dapat menahan di dalam kematian rohani satu jiwa yang di dalam iman menerima kuasa perkataan Kristus. Tuhan berkata kepada semua orang yang mati di dalam dosa, "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati." Efesus 5:14. Perkataan itu kekal. Sebagaimana perkataan Allah yang memanggil orang mati yang pertama hidup, masih tetap juga memberikan hidup bagi kita; sebagaimana Kristus berkata, "Hai orang muda, Aku berkata kepadamu; Bangkitlah!", memberi hidup kepada orang muda di Nain, demikian juga perkataan, "Bangkitlah dari antara orang mati" merupakan kehidupan bagi jiwa yang menerimanya. Tuhan "telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih." Kolose 1:13. Inilah semua yang diberikan kepada kita di dalam firman‑Nya. Jika kita menerima firman itu, kita mendapat kelepasan.
Dan "jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu." "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." Roma 8:11; 1 Tes. 4:16, 17. Inilah perkataan penghiburan dengan mana kita diminta saling menghiburkan satu sama lain.
No comments:
Post a Comment