Selain dari tentara Rom di Palestina, tidak ada orang yang paling dibenci oleh rakyat dari pada seorang pemungut cukai. Sebabnya ialah pajak yang dituntut oleh kuasa asing adalah merupakan gangguan yang terus menerus kepada bangsa Yahudi, karena hal ini hanyalah mengingatkan pada mereka bahwa kemerdekaan mereka telah hilang. Dan pemungut cukai ini bukan saja menjadi alat penindasan Rom, tetapi mereka juga mencahari keuntungan diri sendiri dengan menggaruk harta orang banyak. Seorang Yahudi yang menerima pekerjaan ini di bawah pengawasan bangsa Rom dianggap sebagai seorang pengkhianat bangsanya. Ia dihina sebagai seorang yang telah murtad dan digolongkan dengan orang yang terjahat dalam masyarakat. Matius orang Lewi ini termasuk dalam golongan ini, seorang yang telah dipanggil untuk bekerja bagi Kristus setelah empat murid yang lain dipanggil di Nazaret. Orang Parisi menghakimkan Matius menurut pekerjaannya, tetapi Yesus melihat di dalam orang ini suatu hati yang terbuka untuk menerima pekabaran. Matius telah mendengar pengajaran Juruselamat. Pada saat Roh Allah yang meyakinkan itu menyatakan akan hidupnya yang penuh dosa itu, ia rindu mencahari pertolongan dari Kristus tetapi ia telah biasa terpencil dari rabbi‑rabbi dan tidak berpikir bahwa Guru Besar ini akan memperhatikan dirinya.
Pada suatu hari sementara ia duduk di kursi pemungut cukai, ia melihat Yesus yang sedang datang menuju padanya. Ia sangat heran mendengar perkataan yang ditujukan kepada dirinya, "Ikutlah Aku." Oleh Matius "ditinggalkannya semua, lalu bangun mengikut Yesus." Tidak terdapat keragu‑raguan dalam hatinya, atau pertanyaan dalam pikirannya mengenai pekerjaannya yang akan diganti dengan kemiskinan dan kesukaran. Telah cukup baginya jika ia telah bersama‑sama dengan Yesus, agar ia boleh mendengar akan firman‑Nya, dan bersatu dengan Dia di dalam pekerjaan‑Nya. Demikian pula dengan murid‑murid yang mula‑mula dipanggil. Apabila Yesus memanggil Petrus dan kawan‑kawannya untuk mengikuti Dia, dengan segera mereka meninggalkan perahu dan jala mereka itu. Beberapa dari murid‑murid ini mempunyai kawan‑kawan yang hidupnya bergantung pada mereka itu; tetapi bila mereka menerima undangan Juruselamat, mereka tidak ragu‑ragu dan bertanya "Bagaimana saya akan hidup dan membiayai keluargaku? Mereka patuh pada panggilan‑Nya. dan setelah itu bila Yesus bertanya kepada mereka, "Tatkala Aku menyuruhkan kamu keluar dengan tiada membawa pundi‑pundi atau tempat bekal atau kasut, adakah kamu kekurangan barang sesuatu?" Maka jawab mereka itu, "Tidak". gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah menimbulkan suatu kemarahan yang besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut cukai dengan secara tiba‑tiba menjadi seorang pengikut‑Nya adalah suatu hal yang menentang syarat‑syarat agama, sosial dan adat istiadat bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang Parisi berharap dapat merubah aliran perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang baru. Hati mereka tertarik kepada Guru Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid yang baru, Matius rindu membawa kawan‑kawannya kepada Yesus. Itulah sebabnya ia telah mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan telah mengundang kaum keluarga dan sahabat‑sahabatnya. Bukan saja pemungut cukai yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan oleh tetangga‑tetangga mereka yang lebih teliti.
Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia tidak menolak untuk menerima kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini akan menyinggung cara‑cara pesta orang Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi tidak ada soal peraturan yang dapat mempengaruhi tindakan‑Nya itu. Bagi‑Nya perbedaan luar itu tidak ada artinya. Apa yang menarik hati‑Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup.
Yesus duduk sebagai seorang tamu terhormat di meja pemungut‑cukai, oleh perasaan simpati dan keramah‑tamahan‑Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan keagungan kemanusiaan itu; dan manusia rindu mendapat kepercayaan‑Nya. Di atas hati mereka yang haus perkataan‑Nya jatuh bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup. Dorongan yang baru telah dibangunkan, dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu masyarakat yang terpencil dan dibenci ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah digerakkan oleh pengajaran Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah kenaikan‑Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan, tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari antara jiwa‑jiwa ini banyaklah orang yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut cukai ini dan beberapa dari mereka itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri, teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang dihina itu menjadi salah seorang pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti akan jejak‑jejak Tuhannya.
Apabila rabbi‑rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta Matius. mereka mengambil kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih kepada Matius dengan kekayaannya dan kepada Andreas serta Petrus dengan kekurangannya, ujian yang sama telah diberikan dan penyerahan yang sama pula dibuat oleh mereka itu masing‑masing. Pada saat mereka makmur, ialah bila jala mereka itu penuh dengan ikan dan disaat dorongan kehidupan yang lama menjadi lebih kuat, Yesus minta kepada murid‑murid yang berada di tepi pantai itu untuk meninggalkan segala sesuatu untuk pengabaran Injil. Oleh sebab itu tiap‑tiap jiwa diuji di dalam hal manakah yang lebih kuat kerinduannya bagi harta duniawi atau persekutuannya dengan Kristus.
Prinsip selamanya tepat. Tidak ada seorang dapat maju di dalam pekerjaan Allah kecuali seluruh hatinya berada di dalam pekerjaan itu dan ia menganggap segala sesuatu itu kerugian adanya untuk kebaikan pengetahuan Kristus. Tidak seorang pun yang masih mempunyai cadangan dalam hidupnya yang dapat menjadi murid Kristus, ataupun menjadi teman kerja‑Nya. Apabila manusia menghargai akan keselamatan yang besar itu. maka pengorbanan diri yang dilihat di dalam kehidupan Kristus akan terlihat dalam hidup mereka itu juga. Ke mana saja Ia pergi, dengan gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah menimbulkan suatu kemarahan yang besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut cukai dengan secara tiba‑tiba menjadi seorang pengikut‑Nya adalah suatu hal yang menentang syarat‑syarat agama, sosial dan adat istiadat bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang Parisi berharap dapat merubah aliran perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang baru. Hati mereka tertarik kepada Guru Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid yang baru, Matius rindu membawa kawan‑kawannya kepada Yesus. Itulah sebabnya ia telah mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan telah mengundang kaum keluarga dan sahabat‑sahabatnya. Bukan saja pemungut cukai yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan oleh tetangga‑tetangga mereka yang lebih teliti. Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia tidak menolak untuk menerima kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini akan menyinggung cara‑cara pesta orang Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi tidak ada soal peraturan yang dapat mempengaruhi tindakan‑Nya itu. Bagi‑Nya perbedaan luar itu tidak ada artinya. Apa yang menarik hati‑Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup. Yesus duduk sebagai seorang tamu terhormat di meja pemungut‑cukai, oleh perasaan simpati dan keramah‑tamahan‑Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan keagungan kemanusiaan itu; dan manusia rindu mendapat kepercayaan‑Nya. Di atas hati mereka yang haus perkataan‑Nya jatuh bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup. Dorongan yang baru telah dibangunkan, dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu masyarakat yang terpencil dan dibenci ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah digerakkan oleh pengajaran Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah kenaikan‑Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan, tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari antara jiwa‑jiwa ini banyaklah orang yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut cukai ini dan beberapa dari mereka itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri, teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang dihina itu menjadi salah seorang pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti akan jejak‑jejak Tuhannya.
Apabila rabbi‑rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta Matius. mereka mengambil kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih untuk memperalat murid‑murid‑Nya. Dengan membangkitkan prasangka mereka, maka mereka mengharap dapat merenggangkan murid‑murid daripada Tuhan mereka. Adalah menurut peraturan mereka untuk menuduh Kristus kepada murid‑murid‑Nya dan murid‑murid itu kepada Kristus, sambil mengarahkan anak panah mereka ke sasaran di mana mereka lebih suka dilukai. Inilah caranya setan bekerja sejak terjadi pemberontakan di surga, dan segala orang yang mencoba untuk menyebabkan perpecahan dan keretakan dihasut oleh roh setan ini.
"Apakah sebabnya Guru kamu makan bersama dengan orang pemungut cukai dan orang berdosa?" tanya seorang rabbi yang penuh dengan perasaan dengki.
Yesus tidak menunggu murid‑murid‑Nya untuk menjawab tuduhan ini, tetapi Ia sendiri yang telah menjawabnya dengan: "Orang yang sehat itu tiada memerlukan tabib, hanyalah orang yang sakit. Tetapi pergilah kamu sambil memikirkan arti perkataan ini, bahwa belas kasihan yang Aku kehendaki bukanlah persembahan, karena bukannya Aku datang memanggil orang yang benar, hanyalah orang yang berdosa." Orang Parisi merasa pengakuan kerohanian mereka itu telah sehat, sebab itu tidak perlu lagi seorang tabib, di saat mereka menganggap pemungut cukai dan orang kapir sedang dibinasakan oleh penyakit rohani. Bukankah ini pekerjaan‑Nya, sebagai seorang tabib, pergi kepada tiap‑tiap golongan manusia yang memerlukan pertolongan‑Nya?
Tetapi walau pun orang Parisi menganggap diri mereka begitu tinggi, sebenarnya mereka berada di dalam suatu keadaan yang lebih buruk daripada orang‑orang yang mereka anggap hina itu. Pemungut cukai itu tidak menyombongkan diri dan merasa diri mereka sanggup, sehingga hati mereka lebih terbuka bagi kebenaran. Yesus berkata kepada rabbi‑rabbi itu: "Pergilah kamu sambil memikirkan arti perkataan ini bahwa belas kasihan yang Aku kehendaki bukanlah persembahan.'' Dengan demikian Ia menunjukkan bahwa tatkala mereka mengaku mentafsirkan firman Allah, sebenarnya mereka tidak tahu sama sekali akan rohnya.
Orang Parisi berdiam seketika lamanya, tetapi hanya menjadi lebih keras dalam permusuhan mereka. Sesudah itu mereka pergi mencari murid‑murid Yohanes Pembaptis, dan mencoba menghasut mereka untuk menentang Juruselamat. Orang orang Parisi ini tidak menerima pekerjaan pekabaran Yohanes Pembaptis. Mereka menunjuk dengan secara menghina pada kehidupannya yang bertarak, kebiasaannya yang sederhana, pakaiannya yang kasar. serta menyatakan bahwa ia adalah seorang yang fanatik. Oleh karena ia menempelak sifat mereka yang pura‑pura itu, mereka menolak pekabarannya dan berusaha menghasut orang banyak untuk melawan Yohanes. Roh Allah telah bekerja di dalam hati pengolok‑pengolok ini, meyakinkan segala dosa mereka itu; tetapi mereka telah menolak nasihat Allah, dan mengatakan bahwa Yohanes telah dirasuk roh setan. Kini apabila Yesus datang bercampur gaul dengan orang banyak, makan dan minum bersama‑sama di hadapan meja, mereka menuduh Dia sebagai seorang pelahap dan seorang pemabuk. Orang yang mengajukan tuduhan ini sebenarnya bersalah. Sebagaimana Allah dilukiskan salah, dan dibungkus oleh Setan dengan sifatnya sendiri, demikian juga dengan pesuruh‑pesuruh Allah telah dipalsukan oleh orang‑orang jahat ini.
Orang‑orang Parisi tidak mau memikirkan bahwa Yesus duduk makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa ini untuk membawa terang surga kepada mereka yang sedang berada dalam kegelapan. Mereka tidak melihat bahwa tiap‑tiap perkataan yang terbit dari bibir Guru Besar ini adalah sebagai suatu benih yang hidup yang akan bertumbuh dan mengeluarkan buah‑buah bagi kemuliaan Allah. Mereka telah bertekad untuk tidak menerima terang itu; dan walau pun mereka telah menentang pekerjaan Yohanes Pembaptis, mereka kini sedia untuk mengadakan persahabatan dengan murid‑muridnya sambil mengharap dapat bekerja sama dengan mereka itu untuk menentang Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus telah meniadakan tradisi‑tradisi dahulu kala; dan mereka membandingkan kesucian dan kesetiaan Yohanes Pembaptis dengan sikap Yesus di dalam turut bersama dalam pesta pemungut cukai dan orang berdosa. Murid‑murid Yohanes saat itu sedang berada dalam dukacita yang besar. Saat itu ialah sebelum kunjungan mereka kepada Yesus dengan menyampaikan berita mengenai Yohanes. Guru mereka yang sangat dikasihi kini meringkuk di dalam penjara dan mereka sangatlah bersusah hati dengan hal ini. Dan Yesus pun tidak berusaha untuk melepaskan Yohanes, dan juga seakan‑akan merendahkan pengajarannya. Jikalau Yohanes telah diutus oleh Allah, mengapakah Yesus dan murid‑murid‑Nya memberikan pelajaran yang sangat berbeda?
Murid‑murid Yohanes tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai pekerjaan Kristus; mereka merasa bahwa ada alasan untuk tuduhan orang Parisi. Mereka mengikuti banyak peraturan yang dikeluarkan oleh rabbi‑rabbi dan juga mengharap dibenarkan oleh perbuatan taurat. Berpuasa dijalankan oleh orang Yahudi sebagai suatu perbuatan kebajikan dan orang yang benar‑benar beragama berpuasa dua hari dalam setiap minggu. Orang‑orang Parisi serta murid‑murid Yohanes sedang berpuasa bila mereka datang pada Yesus dengan pertanyaan, "Apa sebabnya kami dan orang Parisi pun puasa, tetapi murid‑murid‑Mu sendiri tidak?" Dengan sangat lemah lembut Yesus menjawab pada mereka itu. Ia tidak mencoba mengoreksi pengertian mereka yang salah tentang berpuasa, tetapi Ia hanya menjelaskan pada mereka itu mengenai pekerjaan‑Nya sendiri. Dan Ia mengemukakan hal ini dengan memakai gambaran yang sama yang telah digunakan oleh Yohanes sendiri dalam kesaksiannya dari hal Yesus. Yohanes telah berkata, "Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh." Yohanes 3:29. Murid‑murid Yohanes tidak dapat melupakan perkataan ini dari guru mereka, dan sementara mengemukakan ilustrasi ini, Yesus berkata: "Bolehkah sahabat‑sahabat mempelai itu disuruh puasa olehmu, selagi ada mempelai itu sertanya?"
Putera surga sedang berada di antara umat‑Nya. Anugerah Allah yang terbesar telah diberikan kepada dunia. Kesukaan kepada orang miskin karena Kristus telah datang untuk menjadikan mereka ahli waris kerajaan‑Nya Kesukaan kepada orang kaya; karena Ia akan mengajar mereka itu bagaimana mendapat kekayaan yang kekal. Kesukaan kepada bodoh; karena Ia akan menjadikan mereka bijaksana kepada keselamatan. Kesukaan kepada yang terpelajar; karena Ia akan membuka pada mereka rahasia yang lebih dalam yang mereka pernah selami; kebenaran yang telah tersembunyi sejak bumi ini dialaskan akan dibuka kepada manusia oleh pekerjaan Juruselamat. Yohanes Pembaptis telah bersuka melihat Juruselamat. Alangkah gembiranya bila seorang murid mendapat kesempatan berjalan‑jalan dan berkatakata dengan Raja surga. Ini bukan saatnya bagi mereka untuk berduka dan berpuasa. Mereka patut membuka hati mereka untuk menerima terang kemuliaan‑Nya, agar mereka dapat memancarkan terang itu kepada mereka yang berada dalam kegelapan dan dalam bayang maut.
Suatu gambaran yang terang yang diingatkan oleh perkataan Kristus; tetapi di seberangnya terletak suatu bayangan yang gelap, yang hanya dapat dilihat oleh mata‑Nya sendiri. "Harinya akan tiba", kata‑Nya, "apabila mempelai laki‑laki akan diangkat dari mereka itu, dan kemudian mereka akan berpuasa pada hari‑hari itu." Apabila mereka melihat Tuhan dikhianati dan dipalangkan, murid‑murid akan berduka dan berpuasa. Dalam perkataan‑Nya yang terakhir di ruangan atas, Ia berkata: "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita." Yohanes 16:19, 20. Pada saat Ia keluar dari dalam kubur, duka‑cita mereka akan berubah menjadi suka‑cita. Setelah Ia naik, maka secara pribadi Ia tidak bersama‑sama dengan mereka itu lagi; tetapi melalui Penghibur, Ia akan tetap bersama‑sama dengan mereka dan tidak patut lagi mereka berduka‑cita. Hal inilah yang dikehendaki setan. Ia menghendaki mereka itu memberikan kepada dunia suatu kesan bahwa mereka telah ditipu dan dikecewakan; tetapi oleh percaya, mereka harus memandang pada kaabah yang di dalam surga, di mana Yesus sedang bekerja bagi mereka itu; mereka harus membuka hati mereka kepada Roh Suci, wakil‑Nya dan bersuka‑cita di dalam terang hadirat‑Nya. Tetapi walau pun demikian, hari‑hari pencobaan dan ujian akan tiba, apabila mereka akan dibawa untuk berperang melawan penghulu‑penghulu dunia ini dan pemimpin‑pemimpin kerajaan kegelapan; serta apabila Kristus secara pribadi tidak dapat bersama‑sama mereka itu, dan mereka gagal melihat Penghibur itu, maka ada baiknya bagi mereka untuk berpuasa.
Orang Parisi mencoba meninggikan diri mereka dengan perbaktian secara bentuk, tetapi hati mereka itu dipenuhi dengan perasaan cemburu dan perbantahan. "Pandanglah" kata Kitab Suci, "sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan?" Yesaya 58:4, 5.
Puasa yang benar bukanlah hanya mengikuti acara yang biasa. Kitab Suci menerangkan bahwa puasa yang telah dipilih Allah,"membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas." Yesaya 58:6, 10. Di sinilah letaknya roh dan sifat pekerjaan Kristus. Seluruh kehidupan‑Nya dikorbankan untuk menyelamatkan dunia. Baik di saat berpuasa di padang pencobaan, atau makan sehidangan dengan pemungut‑pemungut cukai pada pesta Matius, Ia memberikan kehidupan‑Nya untuk menebus yang hilang. Bukannya dalam duka‑cita yang malas atau di dalam pengorbanan badani dan di hadapan orang banyak, roh penyerahan yang benar itu dinyatakan, tetapi haruslah ditunjukkan di dalam penyerahan diri, di dalam kerelaan hati untuk melayani Allah dan sesama manusia.
Menyambung jawab‑Nya kepada murid‑murid Yohanes, Yesus telah memberikan sebuah perumpamaan katanya: "Maka seorang pun tiada menampalkan secarik kain yang baharu pada pakaian yang lama, karena koyaklah pula penampal itu, yaitu kain yang baharu mengoyak yang lama itu sehingga koyaknya lebih besar lagi." Pekabaran Yohanes Pembaptis tidak patut dicampur baur dengan tradisi dan ketahyulan. Suatu usaha untuk mencampurkan kepura‑puraan orang Parisi dengan penyerahan Yohanes, hanyalah lebih menyatakan perbedaan di antara mereka itu.
Atau sama pula dengan mencampurkan azas pengajaran Kristus dengan agama orang Parisi yang secara bentuk saja. Kristus tidak akan menutup keretakan yang telah dibuat oleh ajaran Yohanes. Ia akan lebih menjelaskan pemisahan di antara yang lama dan yang baru. Lebih lanjut Yesus menerangkan fakta ini katanya: "Seorang pun tiada membubuh air anggur yang baru ke dalam kerbat kulit yang lama, karena air anggur yang baharu itu kelak memecahkan kerbat kulit." Kerbat kulit yang dipergunakan untuk mengisi anggur baru, setelah sedikit waktu akan menjadi kering dan rapuh dan tidak layak lagi dipakai untuk maksud yang sama. Dalam ilustrasi yang biasa ini Yesus mengemukakan keadaan para pemimpin Yahudi, para imam dan katib‑katib serta penghulu‑penghulu yang telah diikat oleh roda upacara dan tradisi. Hati mereka telah rapuh, sebagaimana kerbat kulit air anggur yang telah kering itu. Selama mereka tetap merasa puas dengan suatu agama yang sah, maka mustahillah bagi mereka itu untuk menjadi tempat simpanan kebenaran surga yang hidup itu. Mereka merasa bahwa cukuplah dengan kebenaran mereka sendiri, dan tidak menghendaki lagi suatu bahan yang baru yang harus dimasukkan ke dalam agama mereka. Kehendak Allah yang baik bagi manusia tidak diterima oleh mereka karena sesuatu yang terpisah dari diri mereka sendiri. Mereka menghubungkan hal itu dengan kebajikan mereka sendiri karena perbuatan mereka baik yang baik itu. Iman yang bekerja oleh kasih dan menyucikan jiwa tidak mendapat tempat di dalam agama orang Parisi yang hanya terdiri dari upacara‑upacara dan syarat‑syarat buatan manusia. Usaha untuk mempersatukan ajaran Kristus dengan agama yang dibangunkan akan sia‑sia belaka. Kebenaran Allah yang penting ini, sebagai anggur yang baru, akan memecahkan berkas tradisi bangsa Parisi yang lama serta yang sedang menjadi busuk itu.
Orang Parisi merasa diri mereka terlalu pandai sehingga mereka tidak memerlukan lagi petunjuk; merasa diri mereka terlalu benar sehingga tidak memerlukan lagi keselamatan; merasa diri mereka terlalu tinggi sehingga tidak memerlukan lagi penghormatan yang berasal daripada Kristus. Iuruselamat berbalik dari mereka dan mencahari orang lain yang akan menerima pekabaran dari surga. Di dalam nelayan yang tidak terdidik ini, di dalam pemungut cukai yang bekerja di pasar‑pasar, di dalam perempuan Samaria, di dalam orang banyak yang suka mendengar Dia dengan suka hati inilah Ia mendapat kerbat untuk anggur yang baru itu. Perkakas yang akan dipergunakan di dalam pekerjaan Injil ini adalah jiwa‑jiwa yang dengan gembira menerima terang yang diberikan Allah kepada mereka itu. Mereka inilah yang menjadi alat‑alat‑Nya untuk memberikan pengetahuan dari hal kebenaran kepada seluruh isi dunia. Jika oleh anugerah Kristus umat‑Nya akan menjadi kerbat yang baru, Ia akan mengisi mereka itu dengan anggur yang baru pula. Ajaran Kristus, walau pun itu diumpamakan dengan air anggur yang baru, bukanlah berarti bahwa itu adalah suatu doktrin yang baru pula tetapi sebaliknya adalah suatu kenyataan tentang apa yang telah diajarkan sejak permulaan dunia. Tetapi kepada orang Parisi kebenaran Allah itu telah hilang artinya yang asli serta keindahannya. Bagi mereka itu ajaran Kristus adalah sangat baru hampir dalam segala segi, dan hal itu tidak dikenal serta tidak diketahui.
Yesus menunjukkan kuasa pengajaran palsu yang membinasakan penghargaan dan kerinduan seseorang terhadap kebenaran. "Tiada seorangpun" kata‑Nya, "yang minum air anggur yang lama, ingin akan air anggur yang baharu; karena katanya, yang lama itulah sedap rasanya." Segala kebenaran yang telah diberikan kepada dunia melalui bapa‑bapa dan nabi‑nabi bersinar dalam suatu keindahan yang baharu dalam perkataan Kristus. Tetapi katib‑katib dan orang Parisi tidak merindukan anggur yang baru itu. Sehingga walau pun kosong dari tradisi lama, adat istiadat, serta kebiasaan, dalam hati mereka tidak terdapat suatu tempat apa pun bagi pengajaran Kristus. Mereka bergantung pada syarat‑syarat agama yang mati, dan berpaling dari kebenaran yang hidup dan dari kuasa Allah. Hal inilah yang membawa kebinasaan bangsa Yahudi, dan hal ini pulalah yang akan membawa kebinasaan banyak jiwa pada zaman kita sekarang ini. Beribu‑ribu orang melakukan kesalahan yang sama seperti orang Parisi yang telah ditegur oleh Kristus pada pesta Matius itu. Daripada membuang beberapa pendapat yang dipelihara atau menyingkirkan beberapa pikiran terhadap berhala, banyak yang menolak akan kebenaran yang datang dari Bapa terang. Mereka menaruh percaya pada diri mereka sendiri, dan bergantung pada kepandaian mereka sendiri serta tidak mau menyadari kekurangan kerohanian mereka. Mereka bertahan dengan suatu pendapat bahwa merekalah yang dapat diselamatkan dengan melakukan beberapa pekerjaan yang penting. Apabila mereka melihat bahwa tidak ada jalan untuk memboncengkan diri dalam suatu pekerjaan, mereka menolak akan keselamatan yang telah disediakan.
Agama yang menurut undang‑undang tidak pernah akan membawa jiwa kepada Kristus, karena tidak mempunyai cinta dan tidak mempunyai Kristus. Berpuasa atau berdoa yang didorong oleh roh mementingkan diri sendiri menjadi suatu kebencian pada pemandangan Allah. Perkumpulan perbaktian yang tekun, ucapan‑ucapan agama bersama, kerendahan hati secara lahir, korban yang mengesankan, itu semua menyatakan bahwa orang yang berbuat perkara‑perkara itu menganggap dirinya sebagai seorang yang suci dan berhak masuk dalam kerajaan surga, tetapi semuanya itu adalah suatu penipuan belaka. Perbuatan kita sendiri tidak dapat membeli keselamatan berupa apa pun.
Sebagaimana pada zaman Kristus, begitu pula pada zaman ini; orang‑orang Parisi tidak mengetahui kekurangan kerohanian mereka. Kepada mereka itu datanglah pekabaran ini, "Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat." Wahyu 3: 17, 18.
Iman dan kasih adalah emas yang telah diuji di dalam api. Tetapi bagi kebanyakan orang, emas itu telah suram dan harta yang mewah itu telah hilang. Kebenaran Kristus bagi mereka itu sebagai suatu jubah yang tidak dapat dipakai, suatu sumber air yang tidak dapat dijamah. Bagi mereka itu dikatakan "Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." Wahyu 2:4, 5.
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19. Seorang harus mengosongkan dirinya sebelum ia dapat menjadi seorang pengikut Kristus yang sebenarnya. Apabila diri itu disingkirkan, maka Tuhan dapat menjadikan seseorang suatu kejadian yang baharu. Kerbat yang baru dapatlah diisi dengan air anggur yang baru pula. Kasih Kristus akan memberikan pada orang percaya itu suatu kehidupan yang baharu. Di dalam orang yang memandang kepada permulaan dan kesudahan dari iman kita, tabiat Kristus akan nyata.
Pada suatu hari sementara ia duduk di kursi pemungut cukai, ia melihat Yesus yang sedang datang menuju padanya. Ia sangat heran mendengar perkataan yang ditujukan kepada dirinya, "Ikutlah Aku." Oleh Matius "ditinggalkannya semua, lalu bangun mengikut Yesus." Tidak terdapat keragu‑raguan dalam hatinya, atau pertanyaan dalam pikirannya mengenai pekerjaannya yang akan diganti dengan kemiskinan dan kesukaran. Telah cukup baginya jika ia telah bersama‑sama dengan Yesus, agar ia boleh mendengar akan firman‑Nya, dan bersatu dengan Dia di dalam pekerjaan‑Nya. Demikian pula dengan murid‑murid yang mula‑mula dipanggil. Apabila Yesus memanggil Petrus dan kawan‑kawannya untuk mengikuti Dia, dengan segera mereka meninggalkan perahu dan jala mereka itu. Beberapa dari murid‑murid ini mempunyai kawan‑kawan yang hidupnya bergantung pada mereka itu; tetapi bila mereka menerima undangan Juruselamat, mereka tidak ragu‑ragu dan bertanya "Bagaimana saya akan hidup dan membiayai keluargaku? Mereka patuh pada panggilan‑Nya. dan setelah itu bila Yesus bertanya kepada mereka, "Tatkala Aku menyuruhkan kamu keluar dengan tiada membawa pundi‑pundi atau tempat bekal atau kasut, adakah kamu kekurangan barang sesuatu?" Maka jawab mereka itu, "Tidak". gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah menimbulkan suatu kemarahan yang besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut cukai dengan secara tiba‑tiba menjadi seorang pengikut‑Nya adalah suatu hal yang menentang syarat‑syarat agama, sosial dan adat istiadat bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang Parisi berharap dapat merubah aliran perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang baru. Hati mereka tertarik kepada Guru Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid yang baru, Matius rindu membawa kawan‑kawannya kepada Yesus. Itulah sebabnya ia telah mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan telah mengundang kaum keluarga dan sahabat‑sahabatnya. Bukan saja pemungut cukai yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan oleh tetangga‑tetangga mereka yang lebih teliti.
Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia tidak menolak untuk menerima kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini akan menyinggung cara‑cara pesta orang Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi tidak ada soal peraturan yang dapat mempengaruhi tindakan‑Nya itu. Bagi‑Nya perbedaan luar itu tidak ada artinya. Apa yang menarik hati‑Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup.
Yesus duduk sebagai seorang tamu terhormat di meja pemungut‑cukai, oleh perasaan simpati dan keramah‑tamahan‑Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan keagungan kemanusiaan itu; dan manusia rindu mendapat kepercayaan‑Nya. Di atas hati mereka yang haus perkataan‑Nya jatuh bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup. Dorongan yang baru telah dibangunkan, dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu masyarakat yang terpencil dan dibenci ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah digerakkan oleh pengajaran Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah kenaikan‑Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan, tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari antara jiwa‑jiwa ini banyaklah orang yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut cukai ini dan beberapa dari mereka itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri, teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang dihina itu menjadi salah seorang pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti akan jejak‑jejak Tuhannya.
Apabila rabbi‑rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta Matius. mereka mengambil kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih kepada Matius dengan kekayaannya dan kepada Andreas serta Petrus dengan kekurangannya, ujian yang sama telah diberikan dan penyerahan yang sama pula dibuat oleh mereka itu masing‑masing. Pada saat mereka makmur, ialah bila jala mereka itu penuh dengan ikan dan disaat dorongan kehidupan yang lama menjadi lebih kuat, Yesus minta kepada murid‑murid yang berada di tepi pantai itu untuk meninggalkan segala sesuatu untuk pengabaran Injil. Oleh sebab itu tiap‑tiap jiwa diuji di dalam hal manakah yang lebih kuat kerinduannya bagi harta duniawi atau persekutuannya dengan Kristus.
Prinsip selamanya tepat. Tidak ada seorang dapat maju di dalam pekerjaan Allah kecuali seluruh hatinya berada di dalam pekerjaan itu dan ia menganggap segala sesuatu itu kerugian adanya untuk kebaikan pengetahuan Kristus. Tidak seorang pun yang masih mempunyai cadangan dalam hidupnya yang dapat menjadi murid Kristus, ataupun menjadi teman kerja‑Nya. Apabila manusia menghargai akan keselamatan yang besar itu. maka pengorbanan diri yang dilihat di dalam kehidupan Kristus akan terlihat dalam hidup mereka itu juga. Ke mana saja Ia pergi, dengan gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah menimbulkan suatu kemarahan yang besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut cukai dengan secara tiba‑tiba menjadi seorang pengikut‑Nya adalah suatu hal yang menentang syarat‑syarat agama, sosial dan adat istiadat bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang Parisi berharap dapat merubah aliran perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang baru. Hati mereka tertarik kepada Guru Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid yang baru, Matius rindu membawa kawan‑kawannya kepada Yesus. Itulah sebabnya ia telah mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan telah mengundang kaum keluarga dan sahabat‑sahabatnya. Bukan saja pemungut cukai yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan oleh tetangga‑tetangga mereka yang lebih teliti. Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia tidak menolak untuk menerima kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini akan menyinggung cara‑cara pesta orang Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi tidak ada soal peraturan yang dapat mempengaruhi tindakan‑Nya itu. Bagi‑Nya perbedaan luar itu tidak ada artinya. Apa yang menarik hati‑Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup. Yesus duduk sebagai seorang tamu terhormat di meja pemungut‑cukai, oleh perasaan simpati dan keramah‑tamahan‑Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan keagungan kemanusiaan itu; dan manusia rindu mendapat kepercayaan‑Nya. Di atas hati mereka yang haus perkataan‑Nya jatuh bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup. Dorongan yang baru telah dibangunkan, dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu masyarakat yang terpencil dan dibenci ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah digerakkan oleh pengajaran Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah kenaikan‑Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan, tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari antara jiwa‑jiwa ini banyaklah orang yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut cukai ini dan beberapa dari mereka itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri, teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang dihina itu menjadi salah seorang pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti akan jejak‑jejak Tuhannya.
Apabila rabbi‑rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta Matius. mereka mengambil kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih untuk memperalat murid‑murid‑Nya. Dengan membangkitkan prasangka mereka, maka mereka mengharap dapat merenggangkan murid‑murid daripada Tuhan mereka. Adalah menurut peraturan mereka untuk menuduh Kristus kepada murid‑murid‑Nya dan murid‑murid itu kepada Kristus, sambil mengarahkan anak panah mereka ke sasaran di mana mereka lebih suka dilukai. Inilah caranya setan bekerja sejak terjadi pemberontakan di surga, dan segala orang yang mencoba untuk menyebabkan perpecahan dan keretakan dihasut oleh roh setan ini.
"Apakah sebabnya Guru kamu makan bersama dengan orang pemungut cukai dan orang berdosa?" tanya seorang rabbi yang penuh dengan perasaan dengki.
Yesus tidak menunggu murid‑murid‑Nya untuk menjawab tuduhan ini, tetapi Ia sendiri yang telah menjawabnya dengan: "Orang yang sehat itu tiada memerlukan tabib, hanyalah orang yang sakit. Tetapi pergilah kamu sambil memikirkan arti perkataan ini, bahwa belas kasihan yang Aku kehendaki bukanlah persembahan, karena bukannya Aku datang memanggil orang yang benar, hanyalah orang yang berdosa." Orang Parisi merasa pengakuan kerohanian mereka itu telah sehat, sebab itu tidak perlu lagi seorang tabib, di saat mereka menganggap pemungut cukai dan orang kapir sedang dibinasakan oleh penyakit rohani. Bukankah ini pekerjaan‑Nya, sebagai seorang tabib, pergi kepada tiap‑tiap golongan manusia yang memerlukan pertolongan‑Nya?
Tetapi walau pun orang Parisi menganggap diri mereka begitu tinggi, sebenarnya mereka berada di dalam suatu keadaan yang lebih buruk daripada orang‑orang yang mereka anggap hina itu. Pemungut cukai itu tidak menyombongkan diri dan merasa diri mereka sanggup, sehingga hati mereka lebih terbuka bagi kebenaran. Yesus berkata kepada rabbi‑rabbi itu: "Pergilah kamu sambil memikirkan arti perkataan ini bahwa belas kasihan yang Aku kehendaki bukanlah persembahan.'' Dengan demikian Ia menunjukkan bahwa tatkala mereka mengaku mentafsirkan firman Allah, sebenarnya mereka tidak tahu sama sekali akan rohnya.
Orang Parisi berdiam seketika lamanya, tetapi hanya menjadi lebih keras dalam permusuhan mereka. Sesudah itu mereka pergi mencari murid‑murid Yohanes Pembaptis, dan mencoba menghasut mereka untuk menentang Juruselamat. Orang orang Parisi ini tidak menerima pekerjaan pekabaran Yohanes Pembaptis. Mereka menunjuk dengan secara menghina pada kehidupannya yang bertarak, kebiasaannya yang sederhana, pakaiannya yang kasar. serta menyatakan bahwa ia adalah seorang yang fanatik. Oleh karena ia menempelak sifat mereka yang pura‑pura itu, mereka menolak pekabarannya dan berusaha menghasut orang banyak untuk melawan Yohanes. Roh Allah telah bekerja di dalam hati pengolok‑pengolok ini, meyakinkan segala dosa mereka itu; tetapi mereka telah menolak nasihat Allah, dan mengatakan bahwa Yohanes telah dirasuk roh setan. Kini apabila Yesus datang bercampur gaul dengan orang banyak, makan dan minum bersama‑sama di hadapan meja, mereka menuduh Dia sebagai seorang pelahap dan seorang pemabuk. Orang yang mengajukan tuduhan ini sebenarnya bersalah. Sebagaimana Allah dilukiskan salah, dan dibungkus oleh Setan dengan sifatnya sendiri, demikian juga dengan pesuruh‑pesuruh Allah telah dipalsukan oleh orang‑orang jahat ini.
Orang‑orang Parisi tidak mau memikirkan bahwa Yesus duduk makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa ini untuk membawa terang surga kepada mereka yang sedang berada dalam kegelapan. Mereka tidak melihat bahwa tiap‑tiap perkataan yang terbit dari bibir Guru Besar ini adalah sebagai suatu benih yang hidup yang akan bertumbuh dan mengeluarkan buah‑buah bagi kemuliaan Allah. Mereka telah bertekad untuk tidak menerima terang itu; dan walau pun mereka telah menentang pekerjaan Yohanes Pembaptis, mereka kini sedia untuk mengadakan persahabatan dengan murid‑muridnya sambil mengharap dapat bekerja sama dengan mereka itu untuk menentang Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus telah meniadakan tradisi‑tradisi dahulu kala; dan mereka membandingkan kesucian dan kesetiaan Yohanes Pembaptis dengan sikap Yesus di dalam turut bersama dalam pesta pemungut cukai dan orang berdosa. Murid‑murid Yohanes saat itu sedang berada dalam dukacita yang besar. Saat itu ialah sebelum kunjungan mereka kepada Yesus dengan menyampaikan berita mengenai Yohanes. Guru mereka yang sangat dikasihi kini meringkuk di dalam penjara dan mereka sangatlah bersusah hati dengan hal ini. Dan Yesus pun tidak berusaha untuk melepaskan Yohanes, dan juga seakan‑akan merendahkan pengajarannya. Jikalau Yohanes telah diutus oleh Allah, mengapakah Yesus dan murid‑murid‑Nya memberikan pelajaran yang sangat berbeda?
Murid‑murid Yohanes tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai pekerjaan Kristus; mereka merasa bahwa ada alasan untuk tuduhan orang Parisi. Mereka mengikuti banyak peraturan yang dikeluarkan oleh rabbi‑rabbi dan juga mengharap dibenarkan oleh perbuatan taurat. Berpuasa dijalankan oleh orang Yahudi sebagai suatu perbuatan kebajikan dan orang yang benar‑benar beragama berpuasa dua hari dalam setiap minggu. Orang‑orang Parisi serta murid‑murid Yohanes sedang berpuasa bila mereka datang pada Yesus dengan pertanyaan, "Apa sebabnya kami dan orang Parisi pun puasa, tetapi murid‑murid‑Mu sendiri tidak?" Dengan sangat lemah lembut Yesus menjawab pada mereka itu. Ia tidak mencoba mengoreksi pengertian mereka yang salah tentang berpuasa, tetapi Ia hanya menjelaskan pada mereka itu mengenai pekerjaan‑Nya sendiri. Dan Ia mengemukakan hal ini dengan memakai gambaran yang sama yang telah digunakan oleh Yohanes sendiri dalam kesaksiannya dari hal Yesus. Yohanes telah berkata, "Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh." Yohanes 3:29. Murid‑murid Yohanes tidak dapat melupakan perkataan ini dari guru mereka, dan sementara mengemukakan ilustrasi ini, Yesus berkata: "Bolehkah sahabat‑sahabat mempelai itu disuruh puasa olehmu, selagi ada mempelai itu sertanya?"
Putera surga sedang berada di antara umat‑Nya. Anugerah Allah yang terbesar telah diberikan kepada dunia. Kesukaan kepada orang miskin karena Kristus telah datang untuk menjadikan mereka ahli waris kerajaan‑Nya Kesukaan kepada orang kaya; karena Ia akan mengajar mereka itu bagaimana mendapat kekayaan yang kekal. Kesukaan kepada bodoh; karena Ia akan menjadikan mereka bijaksana kepada keselamatan. Kesukaan kepada yang terpelajar; karena Ia akan membuka pada mereka rahasia yang lebih dalam yang mereka pernah selami; kebenaran yang telah tersembunyi sejak bumi ini dialaskan akan dibuka kepada manusia oleh pekerjaan Juruselamat. Yohanes Pembaptis telah bersuka melihat Juruselamat. Alangkah gembiranya bila seorang murid mendapat kesempatan berjalan‑jalan dan berkatakata dengan Raja surga. Ini bukan saatnya bagi mereka untuk berduka dan berpuasa. Mereka patut membuka hati mereka untuk menerima terang kemuliaan‑Nya, agar mereka dapat memancarkan terang itu kepada mereka yang berada dalam kegelapan dan dalam bayang maut.
Suatu gambaran yang terang yang diingatkan oleh perkataan Kristus; tetapi di seberangnya terletak suatu bayangan yang gelap, yang hanya dapat dilihat oleh mata‑Nya sendiri. "Harinya akan tiba", kata‑Nya, "apabila mempelai laki‑laki akan diangkat dari mereka itu, dan kemudian mereka akan berpuasa pada hari‑hari itu." Apabila mereka melihat Tuhan dikhianati dan dipalangkan, murid‑murid akan berduka dan berpuasa. Dalam perkataan‑Nya yang terakhir di ruangan atas, Ia berkata: "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita." Yohanes 16:19, 20. Pada saat Ia keluar dari dalam kubur, duka‑cita mereka akan berubah menjadi suka‑cita. Setelah Ia naik, maka secara pribadi Ia tidak bersama‑sama dengan mereka itu lagi; tetapi melalui Penghibur, Ia akan tetap bersama‑sama dengan mereka dan tidak patut lagi mereka berduka‑cita. Hal inilah yang dikehendaki setan. Ia menghendaki mereka itu memberikan kepada dunia suatu kesan bahwa mereka telah ditipu dan dikecewakan; tetapi oleh percaya, mereka harus memandang pada kaabah yang di dalam surga, di mana Yesus sedang bekerja bagi mereka itu; mereka harus membuka hati mereka kepada Roh Suci, wakil‑Nya dan bersuka‑cita di dalam terang hadirat‑Nya. Tetapi walau pun demikian, hari‑hari pencobaan dan ujian akan tiba, apabila mereka akan dibawa untuk berperang melawan penghulu‑penghulu dunia ini dan pemimpin‑pemimpin kerajaan kegelapan; serta apabila Kristus secara pribadi tidak dapat bersama‑sama mereka itu, dan mereka gagal melihat Penghibur itu, maka ada baiknya bagi mereka untuk berpuasa.
Orang Parisi mencoba meninggikan diri mereka dengan perbaktian secara bentuk, tetapi hati mereka itu dipenuhi dengan perasaan cemburu dan perbantahan. "Pandanglah" kata Kitab Suci, "sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan?" Yesaya 58:4, 5.
Puasa yang benar bukanlah hanya mengikuti acara yang biasa. Kitab Suci menerangkan bahwa puasa yang telah dipilih Allah,"membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas." Yesaya 58:6, 10. Di sinilah letaknya roh dan sifat pekerjaan Kristus. Seluruh kehidupan‑Nya dikorbankan untuk menyelamatkan dunia. Baik di saat berpuasa di padang pencobaan, atau makan sehidangan dengan pemungut‑pemungut cukai pada pesta Matius, Ia memberikan kehidupan‑Nya untuk menebus yang hilang. Bukannya dalam duka‑cita yang malas atau di dalam pengorbanan badani dan di hadapan orang banyak, roh penyerahan yang benar itu dinyatakan, tetapi haruslah ditunjukkan di dalam penyerahan diri, di dalam kerelaan hati untuk melayani Allah dan sesama manusia.
Menyambung jawab‑Nya kepada murid‑murid Yohanes, Yesus telah memberikan sebuah perumpamaan katanya: "Maka seorang pun tiada menampalkan secarik kain yang baharu pada pakaian yang lama, karena koyaklah pula penampal itu, yaitu kain yang baharu mengoyak yang lama itu sehingga koyaknya lebih besar lagi." Pekabaran Yohanes Pembaptis tidak patut dicampur baur dengan tradisi dan ketahyulan. Suatu usaha untuk mencampurkan kepura‑puraan orang Parisi dengan penyerahan Yohanes, hanyalah lebih menyatakan perbedaan di antara mereka itu.
Atau sama pula dengan mencampurkan azas pengajaran Kristus dengan agama orang Parisi yang secara bentuk saja. Kristus tidak akan menutup keretakan yang telah dibuat oleh ajaran Yohanes. Ia akan lebih menjelaskan pemisahan di antara yang lama dan yang baru. Lebih lanjut Yesus menerangkan fakta ini katanya: "Seorang pun tiada membubuh air anggur yang baru ke dalam kerbat kulit yang lama, karena air anggur yang baharu itu kelak memecahkan kerbat kulit." Kerbat kulit yang dipergunakan untuk mengisi anggur baru, setelah sedikit waktu akan menjadi kering dan rapuh dan tidak layak lagi dipakai untuk maksud yang sama. Dalam ilustrasi yang biasa ini Yesus mengemukakan keadaan para pemimpin Yahudi, para imam dan katib‑katib serta penghulu‑penghulu yang telah diikat oleh roda upacara dan tradisi. Hati mereka telah rapuh, sebagaimana kerbat kulit air anggur yang telah kering itu. Selama mereka tetap merasa puas dengan suatu agama yang sah, maka mustahillah bagi mereka itu untuk menjadi tempat simpanan kebenaran surga yang hidup itu. Mereka merasa bahwa cukuplah dengan kebenaran mereka sendiri, dan tidak menghendaki lagi suatu bahan yang baru yang harus dimasukkan ke dalam agama mereka. Kehendak Allah yang baik bagi manusia tidak diterima oleh mereka karena sesuatu yang terpisah dari diri mereka sendiri. Mereka menghubungkan hal itu dengan kebajikan mereka sendiri karena perbuatan mereka baik yang baik itu. Iman yang bekerja oleh kasih dan menyucikan jiwa tidak mendapat tempat di dalam agama orang Parisi yang hanya terdiri dari upacara‑upacara dan syarat‑syarat buatan manusia. Usaha untuk mempersatukan ajaran Kristus dengan agama yang dibangunkan akan sia‑sia belaka. Kebenaran Allah yang penting ini, sebagai anggur yang baru, akan memecahkan berkas tradisi bangsa Parisi yang lama serta yang sedang menjadi busuk itu.
Orang Parisi merasa diri mereka terlalu pandai sehingga mereka tidak memerlukan lagi petunjuk; merasa diri mereka terlalu benar sehingga tidak memerlukan lagi keselamatan; merasa diri mereka terlalu tinggi sehingga tidak memerlukan lagi penghormatan yang berasal daripada Kristus. Iuruselamat berbalik dari mereka dan mencahari orang lain yang akan menerima pekabaran dari surga. Di dalam nelayan yang tidak terdidik ini, di dalam pemungut cukai yang bekerja di pasar‑pasar, di dalam perempuan Samaria, di dalam orang banyak yang suka mendengar Dia dengan suka hati inilah Ia mendapat kerbat untuk anggur yang baru itu. Perkakas yang akan dipergunakan di dalam pekerjaan Injil ini adalah jiwa‑jiwa yang dengan gembira menerima terang yang diberikan Allah kepada mereka itu. Mereka inilah yang menjadi alat‑alat‑Nya untuk memberikan pengetahuan dari hal kebenaran kepada seluruh isi dunia. Jika oleh anugerah Kristus umat‑Nya akan menjadi kerbat yang baru, Ia akan mengisi mereka itu dengan anggur yang baru pula. Ajaran Kristus, walau pun itu diumpamakan dengan air anggur yang baru, bukanlah berarti bahwa itu adalah suatu doktrin yang baru pula tetapi sebaliknya adalah suatu kenyataan tentang apa yang telah diajarkan sejak permulaan dunia. Tetapi kepada orang Parisi kebenaran Allah itu telah hilang artinya yang asli serta keindahannya. Bagi mereka itu ajaran Kristus adalah sangat baru hampir dalam segala segi, dan hal itu tidak dikenal serta tidak diketahui.
Yesus menunjukkan kuasa pengajaran palsu yang membinasakan penghargaan dan kerinduan seseorang terhadap kebenaran. "Tiada seorangpun" kata‑Nya, "yang minum air anggur yang lama, ingin akan air anggur yang baharu; karena katanya, yang lama itulah sedap rasanya." Segala kebenaran yang telah diberikan kepada dunia melalui bapa‑bapa dan nabi‑nabi bersinar dalam suatu keindahan yang baharu dalam perkataan Kristus. Tetapi katib‑katib dan orang Parisi tidak merindukan anggur yang baru itu. Sehingga walau pun kosong dari tradisi lama, adat istiadat, serta kebiasaan, dalam hati mereka tidak terdapat suatu tempat apa pun bagi pengajaran Kristus. Mereka bergantung pada syarat‑syarat agama yang mati, dan berpaling dari kebenaran yang hidup dan dari kuasa Allah. Hal inilah yang membawa kebinasaan bangsa Yahudi, dan hal ini pulalah yang akan membawa kebinasaan banyak jiwa pada zaman kita sekarang ini. Beribu‑ribu orang melakukan kesalahan yang sama seperti orang Parisi yang telah ditegur oleh Kristus pada pesta Matius itu. Daripada membuang beberapa pendapat yang dipelihara atau menyingkirkan beberapa pikiran terhadap berhala, banyak yang menolak akan kebenaran yang datang dari Bapa terang. Mereka menaruh percaya pada diri mereka sendiri, dan bergantung pada kepandaian mereka sendiri serta tidak mau menyadari kekurangan kerohanian mereka. Mereka bertahan dengan suatu pendapat bahwa merekalah yang dapat diselamatkan dengan melakukan beberapa pekerjaan yang penting. Apabila mereka melihat bahwa tidak ada jalan untuk memboncengkan diri dalam suatu pekerjaan, mereka menolak akan keselamatan yang telah disediakan.
Agama yang menurut undang‑undang tidak pernah akan membawa jiwa kepada Kristus, karena tidak mempunyai cinta dan tidak mempunyai Kristus. Berpuasa atau berdoa yang didorong oleh roh mementingkan diri sendiri menjadi suatu kebencian pada pemandangan Allah. Perkumpulan perbaktian yang tekun, ucapan‑ucapan agama bersama, kerendahan hati secara lahir, korban yang mengesankan, itu semua menyatakan bahwa orang yang berbuat perkara‑perkara itu menganggap dirinya sebagai seorang yang suci dan berhak masuk dalam kerajaan surga, tetapi semuanya itu adalah suatu penipuan belaka. Perbuatan kita sendiri tidak dapat membeli keselamatan berupa apa pun.
Sebagaimana pada zaman Kristus, begitu pula pada zaman ini; orang‑orang Parisi tidak mengetahui kekurangan kerohanian mereka. Kepada mereka itu datanglah pekabaran ini, "Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat." Wahyu 3: 17, 18.
Iman dan kasih adalah emas yang telah diuji di dalam api. Tetapi bagi kebanyakan orang, emas itu telah suram dan harta yang mewah itu telah hilang. Kebenaran Kristus bagi mereka itu sebagai suatu jubah yang tidak dapat dipakai, suatu sumber air yang tidak dapat dijamah. Bagi mereka itu dikatakan "Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." Wahyu 2:4, 5.
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19. Seorang harus mengosongkan dirinya sebelum ia dapat menjadi seorang pengikut Kristus yang sebenarnya. Apabila diri itu disingkirkan, maka Tuhan dapat menjadikan seseorang suatu kejadian yang baharu. Kerbat yang baru dapatlah diisi dengan air anggur yang baru pula. Kasih Kristus akan memberikan pada orang percaya itu suatu kehidupan yang baharu. Di dalam orang yang memandang kepada permulaan dan kesudahan dari iman kita, tabiat Kristus akan nyata.
No comments:
Post a Comment