Raja-Raja merupakan babak ketiga dari sejarah Israel. Babak ini mengikuti zaman para Bapa Bangsa (Abraham di tahun 1750 S.M) dan Keluaran dan penaklukan (Musa di tahun 1250 S.M).
Daud menduduki Yerusalem sekitar tahun 1000 S.M. Setelah wafatnya Salomo di tahun 932 S.M, kerajaan Daud dan putranya Salomo terpecah. Bagian Utara yang disebut Kerajaan Israel akan lenyap sebagai bangsa dua abad kemudian. Bagian Selatan yang disebut Kerajaan Yehuda bertahan hingga tahun 587 S.M, tahun penghancuran Yerusalem serta Kenisah dan pembuangan ke Babel.
Masa ini mencakup seluruhnya empat abad. Keempat abad masa raja-raja adalah masa yang terpenting dalam sejarah suci karena pada masa inilah Allah mengangkat para nabi dari antara bangsa pilihan-Nya.
Sebagian besar dari Kitab Suci ditulis pada masa empat abad ini. Bukan hanya para nabi besar yang menghasilkan tulisan-tulisan ini, seperti Yesaya dan Yeremia, tetapi juga kelompok nabi yang kurang peranannya dalam menulis sejarah Israel: sebagian besar dari bagian-bagian kitab Kejadian dan Keluaran, kitab Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, dan Raja-Raja.
Dapat dikatakan bahwa masa Raja-Raja adalah masa yang terpenting dalam sejarah suci; masa ini jugalah yang dapat kita ketahui dengan sangat pasti.
Keempat abad ini juga tampak menjadi masa kemerosotan kerajaan Israel bila kita hanya memperhatikan kekayaan dan kekuasaannya. Tetapi selama empat abad ini, melalui pencobaan-pencobaan, penganiayaan-penganiayaan dan berbagai bentuk kesulitan, iman Israel menjadi matang sampai akhir, dalam diri para nabi besar, suatu keagungan dan kejelasan yang hanya dilampaui oleh Kristus.
Kitab Raja-Raja
Pada mulanya Kitab Raja-Raja yang asli membentuk satu kitab saja. Karya ini hasil permenungan nabi dan disempurnakan selama masa pengasingan di Babel.
Kitab ini merupakan suatu sejarah keagamaan. Kejadian-kejadian yang bagi sejarahwan lain dianggap penting dengan sengaja dihilangkan. Kitab ini hampir tidak membicarakan masa pemerintahan yang penting dari Omri dan Yerobeam II di Samaria. Penilaiannya ter-hadap Raja-Raja Israel (kerajaan Samaria) selalu negatif, mempersalahkan mereka atas perpecahan kerajaan Daud kuno. Hanya beberapa raja Yehuda yang dipuji karena kesetiaannya pada Tuhan.
Dengan mudah kita dapat mencatat tiga bagian:
• 2.1 Bagian pertama dari Kitab Raja-Raja ini mengetengahkan dengan jelas ketiga lembaga yang bertugas membentuk bangsa yang muda ini: raja-raja, para nabi, dan imam-imam. Para imam dalam diri Zadok yang akan menggantikan Abiatar, ke¬turunan Heli (Yes 3:32-35). Para imam merupakan pembantu (pendukung) paling kuat bagi keturunan Daud (2Raj 11).
Nabi-nabi, di sini diwakili oleh nabi Natan, akan menumbuhkan kesadaran terhadap janji Allah kepada Daud (2Sam 7:12), yang sudah tentu, pada awalnya sama sekali tidak jelas. Secara perlahan-lahan orang-orang akan tahu seberapa jauh kese¬tiaan Allah.
Kedua bab pertama berbicara tentang pergantian Raja Daud.
Pada akhir masa hidupnya, Daud, yang sudah kehilangan dua putranya dalam perebutan kekua¬saan (lih. 2Sam 3:2), memilih istri yang putranya menjadi ahli waris takhta. Karena itu, Batsyeba dipilih (1Raj 1:17) menjadi ratu dan putranya Salomo akan memerintah menggantikan ayahnya Daud. Sejak saat ini, sadar akan pentingnya wangsa Daud dalam sejarah keselamatan, Kitab Raja-Raja akan menyebut dari setiap pemerintahan istri yang diang¬kat menjadi ratu yang putranya akan ditak¬h¬takan di Yerusalem (ini tidak berlaku bagi Raja Israel dari kerajaan yang memberontak). Dan pada saat Yesus, putra Daud yang sesungguhnya, datang, Injil menceritakan kepada kita siapa wanita yang dipilih di antara segala wanita, ibu yang oleh Allah, dengan kekuasaan-Nya, telah ditentukan untuk melahirkan Putra (Allah) dan Ahli Waris (Luk 1:31; 1:42; Ibr1:2).
Penuhilah hukum-hukum Tuhan Allahmu. Inilah kebijaksanaan para nabi: bila raja dan rakyatnya memenuhi hukum-hukum tersebut, mereka akan makmur.
Yoab…Simei…(ay. 5 dan 8) Daud telah me¬ngam¬puni mereka; mengapa sekarang ia meminta Salomo untuk membunuh mereka? Ini tak ada hubungannya dengan dendam Daud dengan mereka tetapi karena dia percaya pada takhayul sebagaimana orang pada masa itu. Bagi mereka kutukan yang diucapkan Simei (2Sam 16:6) atau oleh siapa pun yang masih berlaku dapat secara tiba-tiba jatuh menimpa keturunan Daud. Cara yang paling baik untuk mencegah kutukan yang dapat menyusahkan mereka adalah dengan mengem¬balikan kepada Simei sendiri dan dengan demikian menyelamatkan keturunan Daud. Dengan cara yang sama, darah yang ditumpahkan oleh Yoab (2Sam 3:28) berseru ke surga, dan karena itu lebih baik mengucilkan dia sehingga keadilan Allah jatuh atas dirinya (Yoab) dan bukan atas anak-anak Daud.
• 3.1 Kitab ini menceritakan 3 kegiatan Salomo yang membuatnya menjadi seorang raja terkenal:
Kita tahu bahwa putri Firaun adalah satu di antara istri-istri Salomo: bukti kemasyhuran yang dimiliki kerajaan kecil Israel pada waktu itu karena putri Firaun tidak diizinkan menikah dengan sembarang orang.
Dikatakan bahwa ia melakukan pemujaan di mezbah-mezbah yang disebut “Tempat-tempat tinggi”. Ini kemudian dilarang ketika Kenisah Yerusalem menjadi satu-satunya tempat yang layak bagi Tuhan. Untuk saat itu tak ada aturan tentang itu, dan Salomo pergi ke Gibeon di mana terdapat satu mezbah yang sangat tua. Ia sendiri yang memba¬wakan kurban-kurbannya. Hal ini tidak lama lagi akan menjadi hak istimewa dari para imam dari suku Lewi.
• 4. “Impian” Salomo sangatlah masyhur. Ba¬rang¬kali impian ini hanyalah sebuah perumpamaan yang dengannya penulis menggambarkan watak Salomo ketika ia mulai memerintah.
“Mintalah apa yang kauinginkan.” Inilah tawaran Allah kepada Salomo muda, yang dicintai-Nya. Ini juga tawaran Allah kepada setiap orang muda yang dihadapkan pada tanggung jawab untuk pertama kali. Hidupnya bukanlah suatu takdir yang dijatuhkan kepadanya, melainkan dengan satu dan lain cara, Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia sendiri inginkan. Apakah yang kamu cari (Yoh 1:38).
Engkau telah memperlihatkan kepada hamba-Mu Daud, ayahku. Raja muda tidak memulai dari awal. Ia menerima segala sesuatu yang ia miliki dari nenek moyangnya, dan segala yang dia terima dari mereka berasal dari Allah. Salomo tahu bahwa Tuhan setia kepada Daud untuk selamanya: “Aku tak akan pernah menolak anak-anakmu”.
“Berikanlah kepada hamba-Mu pikiran yang berpengertian dalam memerintah rakyat-Mu. Salomo peduli akan pelaksanaan tanggung jawab¬nya dan tak ingin rakyatnya dirampas harapan-harapannya.
Namun Salomo dalam pikirannya mempunyai bentuk-bentuk “kebijaksanaan lain” yang dihargai pada masa itu:
• 16. Di sini, keputusan Salomo yang terkenal itu membuktikan kebijaksanaan yang diterimanya demi kebaikan bangsanya.
Marilah kita lihat lebih dekat tingkah laku Salomo. Ia dapat saja mengusir kedua wanita itu, seraya mengatakan pada dirinya: “Orang-orang ini tidak menarik. Biarkan mereka menyelesaikan per¬cek¬cokan mereka sendiri”. Salomo tidak melihat kea¬daan mereka sebagai pelacur, tetapi ia berusaha mencari seorang ibu di antara mereka. Karena itu, ia menemukan suatu jalan keluar yang tidak terdapat dalam hukum.
Tindakannya menunjukkan bahwa keadilan tidak dapat diperoleh melulu melalui teks-teks hukum. Mereka yang bertanggung jawab harus melihat pada pribadinya dengan pengertian yang sama yang dengannya Allah menyelami hati setiap orang.
• 5.1 Arif dalam keputusannya, arif dalam pemerintahan negaranya, arif dalam menulis peribahasa, ungkapan-ungkapan dan mazmur-mazmur; dari Salomolah muncul pokok-pokok pikiran dari Kitab Kebijaksanaan (Salomo). Kemudian siapa pun yang menulis buku tentang kebijaksanaan akan menghubungkannya dengan karya Salomo: karena itu dalam Kitab Suci, Kitab Pengkhotbah, “Kidung Agung” dan Kitab Kebijak¬sanaan dihubungkan dengan Salomo kendatipun dalam kenyataannya ditulis oleh orang lain.
Salomo mengumpulkan para penulis di istananya untuk mengumpulkan dan menulis tentang tradisi-tradisi Israel, yang hingga saat itu masih tercecer dan diturunkan secara lisan. Inilah saat buku-buku tua dari Kitab Suci ditulis (lih. Pengantar Kitab Kejadian).
• 6.1 Pembangunan pertama Salomo adalah rumah Tuhan, yaitu Kenisah Yerusalem, yang ter¬masuk dalam keajaiban-keajaiban masa lalu.
Kemah tempat Tabut di padang gurun telah menjadi pusat ibadat seperti yang dilakukan oleh suku-suku Pengembara. Sejak saat itu, Kenisah yang agak mirip dengan kuil-kuil orang-orang Kanaan, menjadi pusat suatu kebudayaan kota dan kebu¬dayaan menetap. Persembahan-persembahan dan pesta-pesta yang diselenggarakan di sana diilhami oleh cara ibadat orang-orang Kanaan. Israel maju selangkah dalam kebudayaannya, dan cara ibadat juga disesuaikan dengan keadaan yang baru.
Bukan Allah tetapi manusia yang memerlukan Kenisah (lih. 2Sam 7:7):
• 14. Bagian yang paling suci dari Kenisah, tempat yang paling kudus, hanya berisikan Tabut dengan loh batu yang di atas itu perjanjian Tuhan dan bangsa-Nya telah dikukuhkan. Sebelumnya ruang ini adalah Tempat Kudus di mana lilin-lilin suci dibakar dan dupa dinyalakan. Di sini juga disimpan kedua belas ketul roti yang dipersem¬bahkan setiap minggu (lih. 1Sam 21:5). Sebuah ruang masuk melengkapi rumah ini dan di seke¬lilingnya ada halaman yang lebar dan luas di mana orang berdiri untuk berdoa.
Penataan beberapa ruang menuju tempat yang tersuci, merupakan hal yang biasa di dalam keper¬cayaan-kepercayaan kuno. Hal ini mengajarkan bahwa kita tidak dapat mendekati Allah tanpa persiapan yang baik. Walaupun Tuhan tetap berada di tengah bangsa-Nya, misteri-Nya tak dapat diselami.
Dalam beberapa hal, penataan tersebut mencer¬minkan apa yang menjadi paling hakiki pada manusia, Kenisah yang sesungguhnya bagi Allah. Allah di dalam diri kita, suatu tempat yang sangat khusus di mana Allah hadir (Yoh 14:23). Ketika Yesus meminta kita untuk “bertemu Bapa di tempat tersembunyi” (Mat 6:6), hal itu berarti tidak saja berdoa di suatu tempat sunyi, melainkan juga mencari di dalam diri kita tempat yang paling suci di mana Roh menyampaikan cara-Nya untuk mera¬sakan dan berpikir.
• 7.1 Salomo akan mendirikan istananya di bukit Kenisah di samping rumah Allah. Pemindahan kediaman raja dari bagian bawah kota ke bukit Kenisah mungkin tampak tidak penting bagi kita. Tetapi di balik ini ada suatu paham baru tentang kekuasaan yang diperkenalkan Salomo ke Israel. Daud ayahnya, “raja seturut hati Allah” ini, mem¬bangun istananya di tengah bangsa-Nya (2Sam 5:9). Dan ketika dia mendirikan suatu mezbah untuk Tuhan, ia mendirikannya di atas bukit yang me¬nguasai kota di utara. Tetapi Salomo meninggalkan istana ayahnya dan mendirikan kediamannya yang mewah di atas bukit, di samping Kenisah. Hal ini merupakan suatu isyarat yang penting. Untuk seterusnya, Allah dan raja akan berdiam di atas gunung kudus, dan rakyat berdiam di bawah. Dan Samuel dengan tegas sudah mengingatkan Saul, raja pertama, bahwa tuntutan hukum berlaku baik bagi raja maupun bagi rakyat (2Sam 12:14-15).
Tetapi Salomo tidak mau mendengarkan; seperti begitu banyak putra mahkota dan diktator lain, dia berniat memberikan wewenang mutlak kepada kekuasaannya sama seperti kekuasaan Allah. Dia menjauhi rakyat dan menempatkan dirinya di sam¬ping Allah. Penyimpangan dari makna kekuasaan ini dikritik atau dikecam oleh nabi-nabi (Yer 22:13-19), dan Yesus akan menunjukkan dengan contoh-Nya sendiri bahwa semua kekuasaan adalah pelayanan (Mrk 10:41-45).
• 8.2 Pada hari pentahbisan Kenisah itu, Allah membuat kehadiran-Nya terasa dalam bentuk awan. Dalam Kitab Keluaran, ini adalah tanda yang ke¬lihatan dari kehadiran Tuhan di Yerusalem yang melindungi mereka (Kel 14:19 dan 40:34) di ma¬na pun mereka berada.
Dalam perjalanan waktu, banyak hal yang tidak patut terjadi di halaman Kenisah, mereka bahkan mendirikan mezbah-mezbah bagi dewa-dewa dan mempraktekkan pelacuran-pelacuran rahasia sesuai budaya-budaya kafir (lih. 2Raj 23:4-7). Namun tidak dikatakan bahwa Tuhan meninggalkan kemah-Nya di mana Ia tinggal karena kesetiaan-Nya pada per¬janjian-Nya.
Hanya pada tahun-tahun terakhir dari kerajaan, nabi Yehezkiel memperoleh penampakan di mana awan itu meninggalkan Kenisah. Ini berarti Tuhan bisa saja tinggal di antara umat-Nya yang setia yang diasingkan ke Babel (Yeh 9:3).
Beberapa waktu kemudian, Rasul Yohanes me¬lihat awan itu di atas Kenisah Surga (Why 15:8) setelah melihatnya di atas diri Yesus dalam peristiwa transfigurasi-Nya.
• 22. Tuhan telah memenuhi janji-Nya (ay. 20 dan 25).
Daud telah menerima dua janji dari Allah. Pertama, putranya akan mendirikan Kenisah; kedua, keturunannya akan menduduki takhta Israel.
Baik untuk diketahui bagaimana Allah, yang tak kelihatan dan Pencipta alam jagat raya ini, mau berada di suatu tempat tertentu, Yerusalem; dan berada di antara satu bangsa tertentu, keturunan Daud. Pusat yang kelihatan dari kehadiran Sang Ilahi adalah Gereja. Kerajaan Allah adalah universal, namun Gereja berhubungan dengan Kristus melalui orang-orang yang ditunjuk: para Uskup dan Paus.
Doa Salomo ini, yang mungkin disusun oleh seorang nabi pada zaman raja-raja, menekankan pentingnya kenisbian Kenisah. Di sanalah “Nama” Allah bersemayam, di sana Allah akan mende¬ngar¬kan doa-doa bangsa pilihan-Nya (8:30-35). Namun Kenisah ini yang didirikan oleh tangan manusia “tidak dapat menampung” Allah dalam kemuliaan-Nya. Surga yang tak kelihatan tidak dapat menampung-Nya, apalagi kediaman duniawi ini! Pandangan tentang Kenisah ini akan terus-menerus ada dalam ajaran para nabi. Betapapun besarnya, Kenisah tidak pernah akan menjadi satu pesan magis bagi kaum Israel. Kenisah merupakan lambang dan peringatan akan kehadiran Allah yang kudus.
Karena hal ini, secara bertahap semua teologi Israel akan berpusat pada Kenisah. Bumi dan langit milik Allah, tetapi di atas bumi ada satu kerajaan yang menjadi milik-Nya secara khusus – itulah Tanah Terjanji. Di tanah terjanji ini, semua kita adalah milik-Nya, tetapi ada satu kota di antara semua kota menjadi sangat istimewa. Dan di kota ini, di pusat kota ini, ada gunung yang suci yang di atasnya telah didirikan tempat tinggal Tuhan.
Kenisah, menjadi seperti pusat yang sekitarnya seluruh jagat raya berputar atau bergerak. Karena itu dapat dimengerti bahwa bagi iman Israel kehan¬curannya di tahun 587 merupakan cobaan yang tak dapat dibayangkan: tanpa ada Kenisah di Yeru¬salem, jagat raya kehilangan pusatnya.
Kalau jagat raya sedikit demi sedikit sudah terpusat, berkumpul sekitar Kenisah, di Perjanjian Baru, sebaliknya, Kristus – Kenisah Baru – yang men¬jadi titik tolak untuk penyebaran keselamatan: “Kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku, di Yudea dan Samaria dan ke ujung bumi”.
• 30. Setelah menyampaikan permohonan bagi keturunannya, Salomo mengajukan suatu per¬min¬taan bagi bangsanya. Mari kita perhatikan beberapa pokok.
Belalah orang benar. Permohonan pertama sejalan dengan budaya pada masa itu (lih. Bil 5:11). Apabila kebenaran dari suatu kejahatan tidak dapat diputuskan, yang tertuduh harus bersumpah bahwa ia tak bersalah dan bahwa ia mau menerima hukuman apa pun dari Allah bila ia telah melakukan sumpah palsu. Orang yakin bahwa Allah tak akan membiarkan penipu tidak dihukum.
Bila tak ada hujan turun karena mereka telah berdosa terhadapmu. Doa ini untuk para pendosa dan yang tahu bahwa mereka adalah pendosa. Mereka takut akan hukuman Allah tetapi percaya bahwa Allah mengampuni; mereka tahu bahwa Allah tak dapat dibujuk dengan doa-doa dan upacara-upacara melainkan dengan pertobatan.
Sehingga mereka takut kepada-Mu (ay. 40). Dalam Kitab suci, takut akan Allah berarti menganggap Dia dengan sungguh-sungguh dan meng¬hormati Dia. Tetapi benar juga bahwa pada saat itu penyembahan yang sempurna “dalam roh dan ke¬benaran” tidak dikenal (Yoh 4:23), dan orang-orang takut akan Allah dan hukuman-Nya.
Ketika seorang asing datang dari negeri yang jauh. Doa ini ditulis setelah berabad-abad kemudian, ketika usaha misioner kaum Yahudi telah membawa banyak orang kafir ke dalam iman mereka.
• 10.1 Salomo menjalankan perdagangan. Ia mendapat satu armada kapal Tarnish untuk perjalanan-perjalanan jauh dan mengirim mereka untuk mendapatkan emas dan minyak wangi dari Afrika. Ia menjual kereta-kereta orang Mesir kepada orang Hitit di sebelah utara, dan kepada orang-orang Mesir dia menjual kuda-kuda Hitit. Cerita tentang kekayaan dan kebijaksanaannya sampai ke telinga Ratu Syeba di selatan Arabia.
Dalam kenyataan, Israel adalah suatu bangsa kecil di antara dua kerajaan besar Mesir dan Babylonia. Secara kebetulan, selama masa Raja Daud dan Salomo, kedua kerajaan tersebut hidup dalam kea¬daan damai dan tenang. Hal ini sudah cukup mem¬buat bangsa Israel berpikir bahwa mereka (Israel) merupakan negara pertama di dunia, dan mereka melihat Salomo sebagai seorang raja yang paling mulia sepanjang masa.
Ratu Syeba datang untuk mengujinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Kitab Suci tidak memperhatikan aspek dagang dari kunjungan ini yang hanya muncul menjelang akhir dengan cara saling tukar yang disebut dalam ay. 10 dan13.
Pertemuan Salomo dengan Ratu Syeba merupakan suatu peristiwa sejarah:
• 23. Untuk sesaat kaum Israel mengagumi kekayaan Salomo, kereta dan kuda yang tak ter¬bilang yang membentuk pasukannya. Beberapa abad kemudian, mereka melihat betapa sedikitnya kekuatan ini bermanfaat bagi mereka dan betapa banyak biaya yang ditanggung oleh bangsa mereka; politik demi kemasyhuran dan demi karya-karya besar menuntut dilaksanakannya kerja paksa di antara bangsa itu. Ini adalah satu alasan mengapa kerajaan terpecah-belah setelah Salomo meninggal. Itulah sebabnya mereka tidak lagi mengenang dan bangga akan kesemarakan bangsanya, tetapi justru mereka lebih menunjukkan kepercayaan pada keadilan (Salomo).
Pengikut yang benar-benar menginginkan kemakmuran bangsanya, tak dapat dikelabui dengan ilusi-ilusi kebesaran. Gereja akan selalu mencela dosa yang bersangkut paut dengan dana untuk membangun kekuatan militer atau dana khusus untuk mendapatkan kemasyhuran. Setiap orang tahu dana semacam ini jauh melebihi dana untuk memajukan semua bangsa.
• 11.1 Kitab Suci tidak menyembunyikan banyaknya istri Salomo. Pada masa itu mempunyai banyak istri menunjukkan kekayaan seseorang. Kitab Suci mencelanya karena mengambil istri-istri dari orang kafir. Ia menambah istri-istri dari suku asing dan pada saat yang sama masuk dalam persekutuan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan meniru aliran materialisme yang mereka anut.
Kemewahan merusak kebijaksanaan. Salomo menunjukkan kehebatannya, tanpa sadar bahwa istri-istrinya menguasainya. Istri-istri dari suku asing ini datang bersama imam-imamnya dan upacara-upacara yang akan membawa Israel ke dalam berhala dan materialisme. Bahkan hati Salomo sendiri berpaling dari Allah.
Orang-orang berpikir bahwa raja-raja yang diberkati Tuhan harus hidup dalam kemewahan dan kehormatan. Tetapi kemudian, nabi-nabi menga¬takan bahwa kekuasaan, kekayaan, dan kemewahan mematikan hati seorang penguasa (Ul 17:14). Semua bangsa dalam perjalanan sejarah mem¬punyai pengalaman yang sama. Bahkan di dalam Gereja, selama berabad-abad kaum beriman berpikir bahwa pantas bila uskup-uskup dan paus-paus tampak seperti orang ningrat, dan mereka masih merasakan akibat dari kesalahan tersebut.
Engkau belum memenuhi perjanjian-Ku (ay. 11). Kesalahan Salomo sesungguhnya adalah mengatur hidupnya dan bangsanya tanpa menuruti kehendak Allah. Ia hidup seperti raja lainnya dan bekerja untuk mewujudkan ambisi-ambisinya, seraya berpikir bahwa sudah cukup meminta berkat berlimpah dari Tuhan.
• 26. Yerobeam juga memberontak melawan raja. Dalam tahun-tahun terakhir masa Salomo, beberapa penentangnya mengadakan pemberon¬takan-pemberontakan. Sekarang muncul orang yang akan menguasai hampir seluruh kerajaan dari putra Salomo dan memecah belah bangsa itu secara pasti.
Dalam syair tentang menara Babel (Kej 11), perpecahan bangsa diketengahkan sebagai akibat dan hukuman atas sikap yang sombong. Hal yang sama akan terjadi pada kerajaan Israel.
Aku akan memberi kamu sepuluh suku, Israel terdiri dari dua belas suku. Dalam kenyataan, se¬seorang boleh mengatakan hanya dua. Di Selatan, terdapat Yehuda dengan tetangga Simeon, suatu kelompok yang sangat kecil. Di bagian utara, terdapat Israel yang memimpin suku-suku lain yang kurang penting. Setelah Daud mempersatukan mereka, Absalom, dan yang lainnya setelah Daud membangkitkan hasrat berdikari di bagian utara. Salomo, sebagai diktator yang lebih terasa atas suku-suku di bagian utara, memicu mereka untuk memisahkan diri.
Nabi Ahia mengatakan bahwa Tuhan akan memecah kerajaan untuk menghukum Salomo. Ini adalah salah satu gaya berbicara. Setiap orang menyiapkan hukuman bagi dirinya sendiri dan perpecahan datang langsung dari kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa raja.
• 12.1 Segera setelah kematian Salomo, apa yang diumumkan oleh nabi Ahia benar terjadi:
Kerajaan terpecah belah. Penulis menonjolkan kesalahan dan kebodohan Yerobeam. Raja tidak mendengarkan rakyatnya. Begitu juga Salomo tidak mendengarkan mereka ketika ia hidup terkurung dalam kemewahannya.
Tetapi ketika bangsa Israel terpecah, mereka kehilangan janji yang diberikan Allah kepada Daud, dan tidak akan ditarik walau dari keturunan Daud yang bersalah sekalipun. Kerajaan Utara (atau Kerajaan Israel) akan melewati suatu masa di mana muncul nabi-nabi besar: Elia, Hosea. Akan tetapi tidak akan ada kemantapan dalam kekuasaan, dan banyak pemberontak menjadi raja, tetapi ketu¬ru¬n¬annya tidak dapat mempertahankan kedudukan-nya sebagai raja. Kelihatan bahwa Allah memper¬lakukan mereka menurut jasanya masing-masing.
Sebaliknya, selama masa inidi Yudea, raja-raja – keturunan Daud, yang baik dan yang jahat – saling menggantikan tanpa hambatan selama empat abad. Sejarah mereka diatur dan didominasi oleh janji Allah. Santo Paulus mengatakan bahwa kejadian-kejadian dalam Perjanjian Lama menggambarkan apa yang terjadi dengan Yesus dan yang terjadi dalam Gereja (Ibr 9). Di sini kita mendapat gam¬baran tentang perpecahan yang telah memecah belah Gereja Kristus yang unik.
Sepanjang abad ke-15 Gereja lebih mirip satu kerajaan dengan lebih banyak kepentingan manusiawi daripada pelayanan kepada Allah. Pemimpin-pemimpinnya sering didorong oleh keinginan untuk meninggalkan tanda yang tak dapat rusak akan kebesaran mereka, membebani umat dengan pajak untuk membiayai bangunan basilika yang megah, tetapi tidak menjawab kehausan spiritual dari orang beriman. Orang-orang (beriman) ini memberontak demi kesetiaan kepada Injil, dan menimbulkan Protestantisme.
Akan tetapi, walaupun kita mengakui semua yang baik dari kaum Protestan dan Evangelis, jelas bahwa sesudah perpecahan dari pengganti rasul-rasul, mereka harus menghadapi perpecahan lagi, sambil mencari persatuan yang tak dapat mereka temukan. Gereja Katolik telah mengalami banyak krisis di mana Gereja bertanggung jawab penuh, akan tetapi rupanya Allah memperlakukan Gereja sesuai janji-Nya, dan bukan menurut jasanya, untuk mengem¬balikannya di jalan yang benar. Gereja tentu saja mengakui segi susunan dan praktek saat ini yang begitu jauh dari semangat Injil, meskipun Gereja tahu bahwa Gereja harus bergantung pada janji Kristus. Gereja menjadi pusat, tempat pertemuan, di mana kiranya semua orang pada suatu hari nanti harus bersatu (lih. Yeh 16:52-59; Mzm 87).
• 26. Kedua belas suku dipersatukan oleh agama yang sama, tetapi Yerobeam sadar dan merasa yakin bahwa kekuasaannya akan lemah bila kaum Israel naik ke Yerusalem untuk memberikan persem¬bahan mereka di sana. Ia membuat perpecahan politik me¬la¬lui suatu perpecahan, yaitu perpecahan agama. Ia menyuruh orang membuat seekor anak lembu untuk menggambarkan Allah yang tak keli¬hatan kendati ada larangan untuk membuat gambar Allah dan menurunkan derajat-Nya sampai pada tingkatan binatang.
Dalam menceritakan perbuatan-perbuatan raja Israel di bagian utara, Kitab Suci secara terus-menerus mengulangi: “mereka mengikuti Yero¬beam dan melakukan dosa Yerobeam”. Demikian¬lah Kitab Suci menekankan perlunya tetap bersatu pada satu pusat yang didirikan Allah di Yerusalem. Tidakkah cukup untuk memikirkan: “Kita menyem¬bah Allah yang sama”, tetapi “kita menyembahnya dengan cara kita sendiri”.
Yerobeam adalah contoh penguasa-penguasa lain yang memerintah bertahun-tahun kemudian yang berusaha mendirikan Gereja-geraja berukuran na¬sional di Inggris pada masa reformasi, di Perancis setelah masa revolusi, di Cina dan negara-negara So¬sialis setelah revolusi komunis. Banyak orang Ka¬tolik dihukum dan mati karena tetap percaya kepada Gereja yang satu, Katolik atau Universal.
• 13.1 Ketaatan lebih bernilai daripada kurban (1Sam 15:22). Demikian sabda Tuhan ketika Ia mengingkari Saul dalam beberapa keadaan yang mirip.
Teks ini menyoroti berbagai aspek ketaatan yang sejati dan sangat menyenangkan Allah. Nabi sendiri harus tetap tegar, karena tahu bahwa kelak tidak mengubah perintahnya.
• 14.1 Kata-kata Ahia mempermaklumkan kudeta yang pertama dalam sejarah Israel. Akan ada lebih banyak kudeta, setiap kali anggota keluarga dan putra-putra dari seorang raja yang dijatuhkan akan dibunuh. Menyusul peristiwa ini adalah sejarah dua kerajaan selama 50 tahun pertamanya.
• 16.29 Ahab melakukan hal yang tidak menyenangkan bahkan lebih dari semua pendahulunya. Mulai dari teks ini (bab ini) dan di dalam 6 bab berikutnya, cerita menyoroti pemerintahan Ahab di Israel. Karena pada masa inilah iman bangsa Israel diselamatkan nabi yang paling besar: Elia, dan penggantinya Elisa.
Ahab bahkan menikahi Yezebel, putri raja orang-orang Sidon. Orang-orang Tirus dan Sidon adalah bangsa yang kuno dan makmur yang mendiami pelabuhan-pelabuhan bagian utara Palestina; me¬reka juga disebut sebagai bangsa “Fenisia”. Raja mereka Hiram adalah sekutu Daud tetapi dari kota mereka pengaruh kafir sampai ke Israel. Pemerin¬tahan Ahab membawa kepada Israel tahun-tahun kemakmuran dan kebesaran militer tetapi krisis kepercayaan juga mencapai titik puncak.
Dengan kemenangan-kemenangannya, Daud telah mempersatukan berbagai kelompok orang Kanaan ke dalam kerajaannya. Mereka tetap mempertahankan praktek kafirnya yang merusak iman kaum Israel. Kegairahan tampak berkurang. Ketika kebudayaan orang Tirus memiliki kepercayaan sama dengan orang-orang Kanaan masuk ke Israel lebih kuat, tiba-tiba tampak jelas bahwa ke¬percayaan mereka telah menggantikan keper¬ca¬yaan bangsa Israel terhadap Tuhan: Kaum Israel membiarkan dirinya terbawa ke meja Baal dan Asheroth.
Baal adalah dewa-dewa, penguasa hidup, seks, hujan dan musim, (lih. kata pengantar Kitab Hakim-Hakim). Karena percaya bahwa dewa-dewa ini mempunyai kuasa atas kesuburan, orang-orang bersumpah kepada mereka untuk bertemu dengan pelacur yang disucikan untuk mereka. Karena itu kata pelacuran dalam Kitab Suci merujuk baik pada tindakan tak bermoral maupun tindakan menjauhi Tuhan dengan memberikan diri seluruhnya kepada dewa-dewa lain. Tidak semuanya jelek dalam kepercayaan yang bebas ini: tidak salah menikmati hidup ini. Namun kepercayaan tersebut membuat manusia bertindak hanya pada tingkatan naluri.
Yezebel menggunakan kekuasaannya untuk melaksanakan suatu hukuman berdarah. Yang pertama dibunuh adalah para nabi Tuhan. Mereka ini adalah para nabi yang ditulis di dalam 1Sam 19:18 dan 2Raj 2:15. Mereka ditentang oleh keempat pesaing dari para nabi Baal.
Hiel mengorbankan Segub putra bungsunya. Dengan pengaruh ibadat orang-orang kafir, praktek mengorbankan anak-anak meningkat jumlahnya.
• 17.1 Sekarang Elia muncul; namanya akan tetap menjadi yang terbesar di antara para nabi. Pada peristiwa transfigurasi Yesus, Elia berada di samping-Nya (lih. Mrk 9:2).
Nama Elia adalah simbolis, yang berarti: Tuhan adalah Allahku. Ia berasal dari Tisbe, sebuah kota di seberang Yordan. Daerah yang miskin dan terpencil ini terlindung dari pengaruh-pengaruh baru, dan tetap teguh pada imannya.
Menghadapi kemurtadan, yaitu: ketidaksetiaan semua orang (bangsa Israel), Elia berdiri seorang diri. Ia merasa dirinya bertanggung jawab atas perkara Allah, dan bertindak tanpa menunggu yang lain untuk memulai.
Tak ada embun atau hujan yang turun. Elia, orang yang kuat imannya ini, mengetahui bahwa kata-kata ini berasal dari Allah dan akan terjadi. Dalam hubungan dengan ini, lih. Yakobus 5:17, di mana Elia digambarkan sebagai teladan iman.
Tak ada embun maupun hujan. Tentu saja kekeringan adalah kejadian alamiah. Tetapi, tanpa secara langsung mencampuri setiap saat, Allah mengatur berbagai peristiwa. Iman orang yang percaya merupakan kekuatan, seperti hukum-hukum fisik di jagat raya ini, dan ketika meminta dari Allah sesuatu yang mustahil, dan yakin bahwa Ia sendiri mau memberikannya, Ia membuat ini terjadi, tanpa sarana-sarana.
Orang-orang menganggap Baal sebagai dewa hujan dan alam. Kekeringan yang datang akan menunjukkan kepada mereka bahwa Tuhan, Allah bangsa Israel, adalah juga Allah pencipta.
Elia memulai misinya sebagai seorang nabi dengan mengeritik kekacauan-kekacuan besar: tidak menempatkan Allah di atas segalanya.
• 7. Pergilah ke Sarfat! Kekeringan meru¬gikan setiap orang, termasuk Elia yang telah meminta tanda ini dari Allah. Tetapi bagi yang beriman, bencana ini adalah kesempatan untuk mengalami bahwa Bapa Surgawi tidak mening¬gal¬kannya.
Aku telah berfirman kepada seorang janda untuk memberi kamu makan. Nabi yang akan menerima makanan juga akan mendapatkan kenyamanan dari Allah dengan menemukan perempuan yang percaya ini. Janda miskin mempunyai sesuatu untuk diberi¬kannya kepada nabi besar ini, dan ini merupakan rahmat bagi keduanya.
Bawakan saya sedikit air adalah sebuah langkah awal. Bawakan saya sepotong roti. Elia memuji imannya, “pertama engkau harus membuat untuk saya sedikit roti”, dan janda itu memberikannya. Janda ini sama dengan yang dipuji Yesus dalam Mrk. 12:41.
Tempayan tepung tidak pernah kosong. Allah mengganjari iman seperti ini yang rela mengorbankan segala sesuatu yang dimiliki.
• 17. Ini merupakan kebangkitan pertama yang kita temukan di dalam Kitab Suci.
Allah biasanya mengatur dunia dan jemaat-Nya melalui proses-proses alamiah, melalui akibat hukum-hukum alam yang diadakan sendiri. Tetapi Ia juga mempunyai hak untuk membuat pengecualian-pengecualian atas hukum-hukum itu: air berubah menjadi anggur, roti dilipatgandakan.
Apakah engkau datang untuk mengingatkan dosa-dosa masa lampau, manusia pilihan Allah? Kema¬tian putra satu-satunya membuat wanita malang itu ketakutan tanpa alasan seperti mereka yang melihat Allah sebagai pendakwa yang memata-matai ma¬nusia untuk memberi hukuman kepada mereka. Ia berpikir bahwa kehadiran nabi telah menarik perhatian Tuhan atas rumahnya dan Allah meng¬hukumnya dengan kemarahan-Nya.
Ia merebahkan dirinya di atas anak itu tiga kali. Dengan tanda nabi ini, yang memberi hidup dengan napasnya sendiri, siapa yang tidak mengenal Kristus yang datang untuk mempersatukan diri-Nya lebih dekat dengan manusia untuk memberi kekuatan kebangkitan?
Tuhan mendengar suara Elia. Elia adalah orang yang terpilih untuk membalikkan suatu situasi yang penuh dengan keputusasaan dan membatalkan semua ramalan manusia. Tuhan mengizinkannya untuk membangkitkan anak janda itu dan beberapa waktu kemudian di gunung Karmel, ia akan mem-bangkitkan kembali iman bangsanya.
• 18.17 Kurban persembahan di gunung Kar¬mel merupakan satu dari manifestasi agung dari Allah di dalam Perjanjian Lama. Tuhan berpra¬karsa untuk memberi semangat kepada bangsa yang acuh tak acuh.
Baal atau Tuhan. Bangsa Israel tidak dapat melihat secara jelas perbedaan antara keduanya. Mereka menganggap keduanya sebagai dua kekuatan atau dua orang yang memiliki kemampuan yang berbeda tetapi sama-sama berguna. Tuhan adalah Allah dari bangsa ini, penolong yang setia dalam perang. Sementara Baal selalu siap melayani kaum tani: melalui persembahan-persembahan dan pesta-pesta, mereka meminta hujan darinya.
Berapa lama lagi kalian mau mengikuti dua jalan pada waktu yang sama? Elia mengharuskan kaum Israel membuat satu keputusan. Orang yang percaya tidak boleh mempunyai dua tuan:
Israel juga perlu diubah “dengan api”, dan kemudian dengan Yesus, kita akan dibaptis atau malah dibersihkan dan diperbarui “melalui api dan Roh Kudus” (Luk 3:16).
Mereka memanggil Baal tetapi tidak ada jawaban. Kita yang membaca ejekan Elia terhadap Baal, apakah kita yakin bahwa Allah mendengarkan dan menja¬wabi doa-doa kita? Allah tidak perlu memenuhi semua keinginan kita, tetapi kita mempunyai keharusan untuk meminta sebegitu rupa dan dengan sebegitu tekun hingga Ia akan mewujudkan tanda-tanda kehadiran-Nya di antara kita.
Engkaulah yang membawa kembali mereka ke¬padamu. Api, mukjizat, hujan tidak mempunyai tujuan lain: Tuhan mencintai Israel dan ingin membangkitkan cinta mereka sekali lagi. Ia tidak bermaksud menakuti atau membuat mereka kagum, tetapi sebaliknya membuat bangsa ini menemukan bahwa Allah hidup dan ingin mencari mereka.
Kemenangan di Karmel adalah kemenangan Tuhan. Itu juga adalah kemenangan Elia. Allah menemukan nabi-nabi dan menyelamatkan bangsa-Nya melalui mereka. Kita terkejut dengan pem¬bunuhan massal yang menyusul; tetapi Elia hidup di suatu dunia yang kejam di mana kematian adalah hukuman normal bagi yang kalah, dan pemikirannya sejalan dengan zaman itu.
Selain itu, hukuman kejam ini mengajarkan kepada kita bahwa kehilangan hidup seseorang tidaklah seserius kehilangan diri sendiri karena menganut nilai-nilai yang salah, menipu diri sendiri, dan menipu setiap orang.
• 19.1 Elia takut dan lari menyelamatkan hidupnya. Maka mukjizat tidak menyelesaikan masalah-masalah iman secara ajaib. Pertobatan bangsa ini akan menjadi suatu pekerjaan yang lama dan berat. Kita dapat melihat pada peta bagaimana Elia melewati dua kerajaan Israel dan Yudea dari utara ke selatan. Karmel letaknya 250 km dari Bersyeba, kota terakhir sebelum padang pasir di sebelah selatan Yudea. Perjalanan ini terlalu panjang untukmu. Elia hanya mencari jalan masuk ke padang pasir untuk menyelamatkan dirinya, tetapi Allah membawanya lebih jauh lagi. Ia diberi roti yang ajaib yang mengingatkan kita pada manna yang diterima bangsa Yahudi di padang gurun dan meramalkan roti Ekaristi yang akan diberi Yesus bagi perjalanan rohani kita (Yoh 6:8).
Ia berjalan 40 hari 40 malam (Kel 24:18). Elia pergi bertemu muka dengan Tuhan. Yesus sendiri akan pergi ke padang pasir sebagai bukti penting dan kita juga waktu-waktu tertentu, perlu “pergi ke padang pasir” (kadang kala Allah sendiri me¬nem¬patkan kita di padang pasir (Hos 2:16). Perjalanan Elia seorang diri menunjukkan apa yang harus dijalani oleh mereka yang mencari Allah. Betapapun kita membutuhkan dukungan dari pasangan kita, teman-teman kita, dari Gereja, setiap kita membuat perjalanan sendiri-sendiri, dan Allah memanggilnya secara pribadi untuk bertemu dengan-Nya.
• 9. Demikian Elia tiba di Horeb: Horeb adalah nama lain dari Sinai, di mana Tuhan menyatakan diri kepada Musa empat abad sebelumnya.
Naiklah menggantikan Tuhan. Kepada dia yang terbakar oleh cinta yang besar kepada Allah, Allah menyatakan kelembutan-Nya yang luar biasa yang tak dapat kita bayangkan. Demikian, Tuhan lebih sering menyatakan diri melalui angin sepoi-sepoi daripada badai atau gempa.
Apa yang sedang engkau kerjakan di sini, Elia? Pertama, Allah mengajukan sebuah pertanyaan dan mengharuskan sang nabi untuk menyelami keda¬laman hatinya. Tetapi tak ada sesuatu dalam diri Elia, kecuali cintanya yang sepenuh hati kepada Tuhan. Sebaliknya Tuhan menyatakan rencana-rencana-Nya yang sempurna.
Hazael, Yehu, Elisa. Tuhan mengatakan kepada Elia tentang masa depan Israel dengan sebuah kebenarannya yang tragis: kerajaan yang secara gemilang lahir pada masa Daud dan Salomo akan lenyap. Ini merupakan akibat dari ketidaktaatan bangsa Israel.
Wahyu ini menjelaskan perutusan dari para nabi dalam Kitab Suci. Kebanyakan dari mereka, dan yang terbesar di antara mereka, hidup selama tiga abad di mana Israel melewati masa keemasan Salomo ke masa pengasingan. Demikian para nabi:
• 21.1 Nabot menjaga kebun anggurnya, lebih karena merasa hormat atas warisan dari ayahnya daripada untuk kenyamanan dirinya.
Umumkan suatu masa puasa (ay. 9). Tentu saja Izebel mengambil keuntungan dari malapetaka saat itu, baik musim kemarau atau wabah. Para tetua kota harus mengumpulkan semua orang untuk berpuasa dengan khidmat dan suatu pertemuan di mana mereka dapat menemukan “siapa yang mendatangkan hukuman Allah ini”.
Yang bersalah adalah Nabot dan dengan ini Izebel secara sah memerintahkan untuk mem¬bunuh dia.
Engkau membunuh dan pada saat yang sama mengambil harta. Kejahatan Ahab tidak lebih jelek dari kejahatan Daud yang menyuruh membunuh Uria agar ia mendapatkan istrinya (2Sam 12). Elia menemui Ahab seperti Natan datang dan mema¬rahi Daud.
• 22.1 Pada masa itu, perang adalah sesuatu yang biasa. Suatu bangsa tidak akan bertahan hidup tanpa terus-menerus berperang dengan yang lain. Berperang, membunuh dan mati bukan apa-apa melainkan tanda-tanda kehidupan (lih. 2Sam 11:1). Paling tidak satu kali raja-raja Israel dan Yudea bersatu tetapi penulis menggambarkan keduanya sangat berbeda.
• 5. Mikha ini tidak boleh dikacaukan/disa¬makan dengan nabi Mikha dari Morasti (Mi 1:1). Raja-raja duduk pada pintu gerbang. Pada abad-abad itu, pintu masuk ke kota sangat sering berupa pintu gerbang dari tembok yang mengelilingi seluruh kota. Di sanalah tempat orang-orang berkumpul, seperti yang dilakukan sekarang di alun-alun. Di sanalah pengadilan memutuskan hukuman dan perkara-perkara disidangkan; di sanalah para tetua menghabiskan waktu berjam-jam bercerita sambil duduk.
Teks ini ingin mengajarkan dua hal:
Aku akan mengatakan apa yang Tuhan perintahkan. Inilah ciri utama nabi yang benar untuk menghadapi pertentangan.
Aku telah melihat Tuhan (ay. 9). Mikha mengatakan kepada kita secara jelas bahwa seseorang tidak boleh percaya pada mimpi-mimpi dan khayalan-khayalan yang datang dari dalam rohnya sendiri.
Juga seorang hendaknya tidak percaya begitu saja kepada mereka yang berpura-pura mendapat ilham, seperti politisi, teoritisi, para ahli perdagangan dan semua yang berjanji membuat kita bahagia.
• 39. Pernyataan yang mengacu kepada Ahab membuat orang berpikir bahwa ia mengalami kematian secara biasa. Orang dapat melihat bahwa semua kisah terdahulu hanya berbicara tentang raja Israel, dan menyebut Ahab sekali saja pada 22:20. Sesungguhnya, kisah ini pada awalnya merujuk pada Yoram, putra Ahab (2Raj 1:14-16), dan dalam dia (Yoram) nubuat Elia dalam 1Raj 21:21 dipenuhi.
Daud menduduki Yerusalem sekitar tahun 1000 S.M. Setelah wafatnya Salomo di tahun 932 S.M, kerajaan Daud dan putranya Salomo terpecah. Bagian Utara yang disebut Kerajaan Israel akan lenyap sebagai bangsa dua abad kemudian. Bagian Selatan yang disebut Kerajaan Yehuda bertahan hingga tahun 587 S.M, tahun penghancuran Yerusalem serta Kenisah dan pembuangan ke Babel.
Masa ini mencakup seluruhnya empat abad. Keempat abad masa raja-raja adalah masa yang terpenting dalam sejarah suci karena pada masa inilah Allah mengangkat para nabi dari antara bangsa pilihan-Nya.
Sebagian besar dari Kitab Suci ditulis pada masa empat abad ini. Bukan hanya para nabi besar yang menghasilkan tulisan-tulisan ini, seperti Yesaya dan Yeremia, tetapi juga kelompok nabi yang kurang peranannya dalam menulis sejarah Israel: sebagian besar dari bagian-bagian kitab Kejadian dan Keluaran, kitab Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, dan Raja-Raja.
Dapat dikatakan bahwa masa Raja-Raja adalah masa yang terpenting dalam sejarah suci; masa ini jugalah yang dapat kita ketahui dengan sangat pasti.
Keempat abad ini juga tampak menjadi masa kemerosotan kerajaan Israel bila kita hanya memperhatikan kekayaan dan kekuasaannya. Tetapi selama empat abad ini, melalui pencobaan-pencobaan, penganiayaan-penganiayaan dan berbagai bentuk kesulitan, iman Israel menjadi matang sampai akhir, dalam diri para nabi besar, suatu keagungan dan kejelasan yang hanya dilampaui oleh Kristus.
Kitab Raja-Raja
Pada mulanya Kitab Raja-Raja yang asli membentuk satu kitab saja. Karya ini hasil permenungan nabi dan disempurnakan selama masa pengasingan di Babel.
Kitab ini merupakan suatu sejarah keagamaan. Kejadian-kejadian yang bagi sejarahwan lain dianggap penting dengan sengaja dihilangkan. Kitab ini hampir tidak membicarakan masa pemerintahan yang penting dari Omri dan Yerobeam II di Samaria. Penilaiannya ter-hadap Raja-Raja Israel (kerajaan Samaria) selalu negatif, mempersalahkan mereka atas perpecahan kerajaan Daud kuno. Hanya beberapa raja Yehuda yang dipuji karena kesetiaannya pada Tuhan.
Dengan mudah kita dapat mencatat tiga bagian:
- Kebesaran pemerintahan Salomo dan Kenisah.
- Sejarah dua kerajaan: Israel dan Yehuda, setelah perpecahan.
- Setelah kehancuran kerajaan Israel, sejarah kerajaan Yehuda sampai penghancuran Yerusalem di tahun 587.
• 2.1 Bagian pertama dari Kitab Raja-Raja ini mengetengahkan dengan jelas ketiga lembaga yang bertugas membentuk bangsa yang muda ini: raja-raja, para nabi, dan imam-imam. Para imam dalam diri Zadok yang akan menggantikan Abiatar, ke¬turunan Heli (Yes 3:32-35). Para imam merupakan pembantu (pendukung) paling kuat bagi keturunan Daud (2Raj 11).
Nabi-nabi, di sini diwakili oleh nabi Natan, akan menumbuhkan kesadaran terhadap janji Allah kepada Daud (2Sam 7:12), yang sudah tentu, pada awalnya sama sekali tidak jelas. Secara perlahan-lahan orang-orang akan tahu seberapa jauh kese¬tiaan Allah.
Kedua bab pertama berbicara tentang pergantian Raja Daud.
Pada akhir masa hidupnya, Daud, yang sudah kehilangan dua putranya dalam perebutan kekua¬saan (lih. 2Sam 3:2), memilih istri yang putranya menjadi ahli waris takhta. Karena itu, Batsyeba dipilih (1Raj 1:17) menjadi ratu dan putranya Salomo akan memerintah menggantikan ayahnya Daud. Sejak saat ini, sadar akan pentingnya wangsa Daud dalam sejarah keselamatan, Kitab Raja-Raja akan menyebut dari setiap pemerintahan istri yang diang¬kat menjadi ratu yang putranya akan ditak¬h¬takan di Yerusalem (ini tidak berlaku bagi Raja Israel dari kerajaan yang memberontak). Dan pada saat Yesus, putra Daud yang sesungguhnya, datang, Injil menceritakan kepada kita siapa wanita yang dipilih di antara segala wanita, ibu yang oleh Allah, dengan kekuasaan-Nya, telah ditentukan untuk melahirkan Putra (Allah) dan Ahli Waris (Luk 1:31; 1:42; Ibr1:2).
Penuhilah hukum-hukum Tuhan Allahmu. Inilah kebijaksanaan para nabi: bila raja dan rakyatnya memenuhi hukum-hukum tersebut, mereka akan makmur.
Yoab…Simei…(ay. 5 dan 8) Daud telah me¬ngam¬puni mereka; mengapa sekarang ia meminta Salomo untuk membunuh mereka? Ini tak ada hubungannya dengan dendam Daud dengan mereka tetapi karena dia percaya pada takhayul sebagaimana orang pada masa itu. Bagi mereka kutukan yang diucapkan Simei (2Sam 16:6) atau oleh siapa pun yang masih berlaku dapat secara tiba-tiba jatuh menimpa keturunan Daud. Cara yang paling baik untuk mencegah kutukan yang dapat menyusahkan mereka adalah dengan mengem¬balikan kepada Simei sendiri dan dengan demikian menyelamatkan keturunan Daud. Dengan cara yang sama, darah yang ditumpahkan oleh Yoab (2Sam 3:28) berseru ke surga, dan karena itu lebih baik mengucilkan dia sehingga keadilan Allah jatuh atas dirinya (Yoab) dan bukan atas anak-anak Daud.
• 3.1 Kitab ini menceritakan 3 kegiatan Salomo yang membuatnya menjadi seorang raja terkenal:
- Kebijaksanaannya (Bab 3-5).
- Pembangunannya (Bab 6-8).
- Usaha-usahanya (Bab 9-10).
Kita tahu bahwa putri Firaun adalah satu di antara istri-istri Salomo: bukti kemasyhuran yang dimiliki kerajaan kecil Israel pada waktu itu karena putri Firaun tidak diizinkan menikah dengan sembarang orang.
Dikatakan bahwa ia melakukan pemujaan di mezbah-mezbah yang disebut “Tempat-tempat tinggi”. Ini kemudian dilarang ketika Kenisah Yerusalem menjadi satu-satunya tempat yang layak bagi Tuhan. Untuk saat itu tak ada aturan tentang itu, dan Salomo pergi ke Gibeon di mana terdapat satu mezbah yang sangat tua. Ia sendiri yang memba¬wakan kurban-kurbannya. Hal ini tidak lama lagi akan menjadi hak istimewa dari para imam dari suku Lewi.
• 4. “Impian” Salomo sangatlah masyhur. Ba¬rang¬kali impian ini hanyalah sebuah perumpamaan yang dengannya penulis menggambarkan watak Salomo ketika ia mulai memerintah.
“Mintalah apa yang kauinginkan.” Inilah tawaran Allah kepada Salomo muda, yang dicintai-Nya. Ini juga tawaran Allah kepada setiap orang muda yang dihadapkan pada tanggung jawab untuk pertama kali. Hidupnya bukanlah suatu takdir yang dijatuhkan kepadanya, melainkan dengan satu dan lain cara, Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia sendiri inginkan. Apakah yang kamu cari (Yoh 1:38).
Engkau telah memperlihatkan kepada hamba-Mu Daud, ayahku. Raja muda tidak memulai dari awal. Ia menerima segala sesuatu yang ia miliki dari nenek moyangnya, dan segala yang dia terima dari mereka berasal dari Allah. Salomo tahu bahwa Tuhan setia kepada Daud untuk selamanya: “Aku tak akan pernah menolak anak-anakmu”.
“Berikanlah kepada hamba-Mu pikiran yang berpengertian dalam memerintah rakyat-Mu. Salomo peduli akan pelaksanaan tanggung jawab¬nya dan tak ingin rakyatnya dirampas harapan-harapannya.
Namun Salomo dalam pikirannya mempunyai bentuk-bentuk “kebijaksanaan lain” yang dihargai pada masa itu:
- Mempersiapkan bagi dirinya suatu kehidupan yang panjang dan tenang, tidak mempunyai masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan, dan dijauhkan dari pengorbanan-pengorbanan yang dituntut dari suatu kehidupan sebagai seorang bangsawan.
- Kekayaan, menikmati hidup, “hidup nyaman”.
- Kematian musuh-musuhnya, yaitu kekuatan yang membawa kemenangan, kepuasan, kebang¬gaan diri pribadi.
• 16. Di sini, keputusan Salomo yang terkenal itu membuktikan kebijaksanaan yang diterimanya demi kebaikan bangsanya.
Marilah kita lihat lebih dekat tingkah laku Salomo. Ia dapat saja mengusir kedua wanita itu, seraya mengatakan pada dirinya: “Orang-orang ini tidak menarik. Biarkan mereka menyelesaikan per¬cek¬cokan mereka sendiri”. Salomo tidak melihat kea¬daan mereka sebagai pelacur, tetapi ia berusaha mencari seorang ibu di antara mereka. Karena itu, ia menemukan suatu jalan keluar yang tidak terdapat dalam hukum.
Tindakannya menunjukkan bahwa keadilan tidak dapat diperoleh melulu melalui teks-teks hukum. Mereka yang bertanggung jawab harus melihat pada pribadinya dengan pengertian yang sama yang dengannya Allah menyelami hati setiap orang.
• 5.1 Arif dalam keputusannya, arif dalam pemerintahan negaranya, arif dalam menulis peribahasa, ungkapan-ungkapan dan mazmur-mazmur; dari Salomolah muncul pokok-pokok pikiran dari Kitab Kebijaksanaan (Salomo). Kemudian siapa pun yang menulis buku tentang kebijaksanaan akan menghubungkannya dengan karya Salomo: karena itu dalam Kitab Suci, Kitab Pengkhotbah, “Kidung Agung” dan Kitab Kebijak¬sanaan dihubungkan dengan Salomo kendatipun dalam kenyataannya ditulis oleh orang lain.
Salomo mengumpulkan para penulis di istananya untuk mengumpulkan dan menulis tentang tradisi-tradisi Israel, yang hingga saat itu masih tercecer dan diturunkan secara lisan. Inilah saat buku-buku tua dari Kitab Suci ditulis (lih. Pengantar Kitab Kejadian).
• 6.1 Pembangunan pertama Salomo adalah rumah Tuhan, yaitu Kenisah Yerusalem, yang ter¬masuk dalam keajaiban-keajaiban masa lalu.
Kemah tempat Tabut di padang gurun telah menjadi pusat ibadat seperti yang dilakukan oleh suku-suku Pengembara. Sejak saat itu, Kenisah yang agak mirip dengan kuil-kuil orang-orang Kanaan, menjadi pusat suatu kebudayaan kota dan kebu¬dayaan menetap. Persembahan-persembahan dan pesta-pesta yang diselenggarakan di sana diilhami oleh cara ibadat orang-orang Kanaan. Israel maju selangkah dalam kebudayaannya, dan cara ibadat juga disesuaikan dengan keadaan yang baru.
Bukan Allah tetapi manusia yang memerlukan Kenisah (lih. 2Sam 7:7):
- Ada keinginan yang tulus untuk menghormati Tuhan dengan menyediakan bagi-Nya rumah yang terindah. Karena itu Kenisah di dalam Kitab Suci selalu disebut rumah Tuhan.
- Di pihak lain, bangsa Israel ingin menunjukkan kemakmuran mereka dan mereka bangga memiliki satu Kenisah yang dapat bersaing dengan Kenisah bangsa lain.
- Ada juga keinginan untuk memiliki sesuatu yang indah yang menjadi gambaran yang kelihatan dari kemuliaan Allah yang tak kelihatan. Bagi bangsa Israel, Kenisah Yerusalem adalah tumpuan dari Kenisah yang tak kelihatan di mana Tuhan berse¬mayam dalam kemuliaan-Nya. Allah melarang me¬reka untuk melukiskannya dengan gambar-gambar dari ciptaan-ciptaan-Nya; tetapi paling tidak, Rumah itu dapat dihiasi dengan emas dan kayu yang berharga.
- Akhirnya ada perhatian menghadirkan Allah untuk melindungi bangsa-Nya. Walaupun Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak mempunyai Kenisah melainkan jagat raya ini (8:27), Ia ingin hadir di tengah-tengah bangsa-Nya (Ul 12:5). Di Yerusalem Tuhan bersemayam “di tempat yang suci” (Yer 25:30) untuk membela bangsa-Nya (Yes 31:5).
• 14. Bagian yang paling suci dari Kenisah, tempat yang paling kudus, hanya berisikan Tabut dengan loh batu yang di atas itu perjanjian Tuhan dan bangsa-Nya telah dikukuhkan. Sebelumnya ruang ini adalah Tempat Kudus di mana lilin-lilin suci dibakar dan dupa dinyalakan. Di sini juga disimpan kedua belas ketul roti yang dipersem¬bahkan setiap minggu (lih. 1Sam 21:5). Sebuah ruang masuk melengkapi rumah ini dan di seke¬lilingnya ada halaman yang lebar dan luas di mana orang berdiri untuk berdoa.
Penataan beberapa ruang menuju tempat yang tersuci, merupakan hal yang biasa di dalam keper¬cayaan-kepercayaan kuno. Hal ini mengajarkan bahwa kita tidak dapat mendekati Allah tanpa persiapan yang baik. Walaupun Tuhan tetap berada di tengah bangsa-Nya, misteri-Nya tak dapat diselami.
Dalam beberapa hal, penataan tersebut mencer¬minkan apa yang menjadi paling hakiki pada manusia, Kenisah yang sesungguhnya bagi Allah. Allah di dalam diri kita, suatu tempat yang sangat khusus di mana Allah hadir (Yoh 14:23). Ketika Yesus meminta kita untuk “bertemu Bapa di tempat tersembunyi” (Mat 6:6), hal itu berarti tidak saja berdoa di suatu tempat sunyi, melainkan juga mencari di dalam diri kita tempat yang paling suci di mana Roh menyampaikan cara-Nya untuk mera¬sakan dan berpikir.
• 7.1 Salomo akan mendirikan istananya di bukit Kenisah di samping rumah Allah. Pemindahan kediaman raja dari bagian bawah kota ke bukit Kenisah mungkin tampak tidak penting bagi kita. Tetapi di balik ini ada suatu paham baru tentang kekuasaan yang diperkenalkan Salomo ke Israel. Daud ayahnya, “raja seturut hati Allah” ini, mem¬bangun istananya di tengah bangsa-Nya (2Sam 5:9). Dan ketika dia mendirikan suatu mezbah untuk Tuhan, ia mendirikannya di atas bukit yang me¬nguasai kota di utara. Tetapi Salomo meninggalkan istana ayahnya dan mendirikan kediamannya yang mewah di atas bukit, di samping Kenisah. Hal ini merupakan suatu isyarat yang penting. Untuk seterusnya, Allah dan raja akan berdiam di atas gunung kudus, dan rakyat berdiam di bawah. Dan Samuel dengan tegas sudah mengingatkan Saul, raja pertama, bahwa tuntutan hukum berlaku baik bagi raja maupun bagi rakyat (2Sam 12:14-15).
Tetapi Salomo tidak mau mendengarkan; seperti begitu banyak putra mahkota dan diktator lain, dia berniat memberikan wewenang mutlak kepada kekuasaannya sama seperti kekuasaan Allah. Dia menjauhi rakyat dan menempatkan dirinya di sam¬ping Allah. Penyimpangan dari makna kekuasaan ini dikritik atau dikecam oleh nabi-nabi (Yer 22:13-19), dan Yesus akan menunjukkan dengan contoh-Nya sendiri bahwa semua kekuasaan adalah pelayanan (Mrk 10:41-45).
• 8.2 Pada hari pentahbisan Kenisah itu, Allah membuat kehadiran-Nya terasa dalam bentuk awan. Dalam Kitab Keluaran, ini adalah tanda yang ke¬lihatan dari kehadiran Tuhan di Yerusalem yang melindungi mereka (Kel 14:19 dan 40:34) di ma¬na pun mereka berada.
Dalam perjalanan waktu, banyak hal yang tidak patut terjadi di halaman Kenisah, mereka bahkan mendirikan mezbah-mezbah bagi dewa-dewa dan mempraktekkan pelacuran-pelacuran rahasia sesuai budaya-budaya kafir (lih. 2Raj 23:4-7). Namun tidak dikatakan bahwa Tuhan meninggalkan kemah-Nya di mana Ia tinggal karena kesetiaan-Nya pada per¬janjian-Nya.
Hanya pada tahun-tahun terakhir dari kerajaan, nabi Yehezkiel memperoleh penampakan di mana awan itu meninggalkan Kenisah. Ini berarti Tuhan bisa saja tinggal di antara umat-Nya yang setia yang diasingkan ke Babel (Yeh 9:3).
Beberapa waktu kemudian, Rasul Yohanes me¬lihat awan itu di atas Kenisah Surga (Why 15:8) setelah melihatnya di atas diri Yesus dalam peristiwa transfigurasi-Nya.
• 22. Tuhan telah memenuhi janji-Nya (ay. 20 dan 25).
Daud telah menerima dua janji dari Allah. Pertama, putranya akan mendirikan Kenisah; kedua, keturunannya akan menduduki takhta Israel.
Baik untuk diketahui bagaimana Allah, yang tak kelihatan dan Pencipta alam jagat raya ini, mau berada di suatu tempat tertentu, Yerusalem; dan berada di antara satu bangsa tertentu, keturunan Daud. Pusat yang kelihatan dari kehadiran Sang Ilahi adalah Gereja. Kerajaan Allah adalah universal, namun Gereja berhubungan dengan Kristus melalui orang-orang yang ditunjuk: para Uskup dan Paus.
Doa Salomo ini, yang mungkin disusun oleh seorang nabi pada zaman raja-raja, menekankan pentingnya kenisbian Kenisah. Di sanalah “Nama” Allah bersemayam, di sana Allah akan mende¬ngar¬kan doa-doa bangsa pilihan-Nya (8:30-35). Namun Kenisah ini yang didirikan oleh tangan manusia “tidak dapat menampung” Allah dalam kemuliaan-Nya. Surga yang tak kelihatan tidak dapat menampung-Nya, apalagi kediaman duniawi ini! Pandangan tentang Kenisah ini akan terus-menerus ada dalam ajaran para nabi. Betapapun besarnya, Kenisah tidak pernah akan menjadi satu pesan magis bagi kaum Israel. Kenisah merupakan lambang dan peringatan akan kehadiran Allah yang kudus.
Karena hal ini, secara bertahap semua teologi Israel akan berpusat pada Kenisah. Bumi dan langit milik Allah, tetapi di atas bumi ada satu kerajaan yang menjadi milik-Nya secara khusus – itulah Tanah Terjanji. Di tanah terjanji ini, semua kita adalah milik-Nya, tetapi ada satu kota di antara semua kota menjadi sangat istimewa. Dan di kota ini, di pusat kota ini, ada gunung yang suci yang di atasnya telah didirikan tempat tinggal Tuhan.
Kenisah, menjadi seperti pusat yang sekitarnya seluruh jagat raya berputar atau bergerak. Karena itu dapat dimengerti bahwa bagi iman Israel kehan¬curannya di tahun 587 merupakan cobaan yang tak dapat dibayangkan: tanpa ada Kenisah di Yeru¬salem, jagat raya kehilangan pusatnya.
Kalau jagat raya sedikit demi sedikit sudah terpusat, berkumpul sekitar Kenisah, di Perjanjian Baru, sebaliknya, Kristus – Kenisah Baru – yang men¬jadi titik tolak untuk penyebaran keselamatan: “Kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku, di Yudea dan Samaria dan ke ujung bumi”.
• 30. Setelah menyampaikan permohonan bagi keturunannya, Salomo mengajukan suatu per¬min¬taan bagi bangsanya. Mari kita perhatikan beberapa pokok.
Belalah orang benar. Permohonan pertama sejalan dengan budaya pada masa itu (lih. Bil 5:11). Apabila kebenaran dari suatu kejahatan tidak dapat diputuskan, yang tertuduh harus bersumpah bahwa ia tak bersalah dan bahwa ia mau menerima hukuman apa pun dari Allah bila ia telah melakukan sumpah palsu. Orang yakin bahwa Allah tak akan membiarkan penipu tidak dihukum.
Bila tak ada hujan turun karena mereka telah berdosa terhadapmu. Doa ini untuk para pendosa dan yang tahu bahwa mereka adalah pendosa. Mereka takut akan hukuman Allah tetapi percaya bahwa Allah mengampuni; mereka tahu bahwa Allah tak dapat dibujuk dengan doa-doa dan upacara-upacara melainkan dengan pertobatan.
Sehingga mereka takut kepada-Mu (ay. 40). Dalam Kitab suci, takut akan Allah berarti menganggap Dia dengan sungguh-sungguh dan meng¬hormati Dia. Tetapi benar juga bahwa pada saat itu penyembahan yang sempurna “dalam roh dan ke¬benaran” tidak dikenal (Yoh 4:23), dan orang-orang takut akan Allah dan hukuman-Nya.
Ketika seorang asing datang dari negeri yang jauh. Doa ini ditulis setelah berabad-abad kemudian, ketika usaha misioner kaum Yahudi telah membawa banyak orang kafir ke dalam iman mereka.
• 10.1 Salomo menjalankan perdagangan. Ia mendapat satu armada kapal Tarnish untuk perjalanan-perjalanan jauh dan mengirim mereka untuk mendapatkan emas dan minyak wangi dari Afrika. Ia menjual kereta-kereta orang Mesir kepada orang Hitit di sebelah utara, dan kepada orang-orang Mesir dia menjual kuda-kuda Hitit. Cerita tentang kekayaan dan kebijaksanaannya sampai ke telinga Ratu Syeba di selatan Arabia.
Dalam kenyataan, Israel adalah suatu bangsa kecil di antara dua kerajaan besar Mesir dan Babylonia. Secara kebetulan, selama masa Raja Daud dan Salomo, kedua kerajaan tersebut hidup dalam kea¬daan damai dan tenang. Hal ini sudah cukup mem¬buat bangsa Israel berpikir bahwa mereka (Israel) merupakan negara pertama di dunia, dan mereka melihat Salomo sebagai seorang raja yang paling mulia sepanjang masa.
Ratu Syeba datang untuk mengujinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Kitab Suci tidak memperhatikan aspek dagang dari kunjungan ini yang hanya muncul menjelang akhir dengan cara saling tukar yang disebut dalam ay. 10 dan13.
Pertemuan Salomo dengan Ratu Syeba merupakan suatu peristiwa sejarah:
- Salomo yang bijak bersama bangsanya menemukan kekayaan dan barang-barang dari negeri lain. “Jadi, dunia lebih besar dari apa yang kita pikir”. Hubungan-hubungan ini menolong kaum Israel memperoleh visi keagamaan yang lebih luas. Tuhan tidak hanya Allah bagi suatu bangsa kecil, Ia berdaulat atas jagat raya yang lebih luas.
- Ratu Syeba adalah seorang wanita kaya, tetapi ia tidak puas. Tidak disebutkan suaminya. Ia tertarik akan kebijaksanaan Ilahi yang ditunjukkan oleh raja, “yang dikasihi Tuhan” (2Sam 12:24). Yesus akan mengingat kembali kunjungan ini dalam Mat 12:42.
• 23. Untuk sesaat kaum Israel mengagumi kekayaan Salomo, kereta dan kuda yang tak ter¬bilang yang membentuk pasukannya. Beberapa abad kemudian, mereka melihat betapa sedikitnya kekuatan ini bermanfaat bagi mereka dan betapa banyak biaya yang ditanggung oleh bangsa mereka; politik demi kemasyhuran dan demi karya-karya besar menuntut dilaksanakannya kerja paksa di antara bangsa itu. Ini adalah satu alasan mengapa kerajaan terpecah-belah setelah Salomo meninggal. Itulah sebabnya mereka tidak lagi mengenang dan bangga akan kesemarakan bangsanya, tetapi justru mereka lebih menunjukkan kepercayaan pada keadilan (Salomo).
Pengikut yang benar-benar menginginkan kemakmuran bangsanya, tak dapat dikelabui dengan ilusi-ilusi kebesaran. Gereja akan selalu mencela dosa yang bersangkut paut dengan dana untuk membangun kekuatan militer atau dana khusus untuk mendapatkan kemasyhuran. Setiap orang tahu dana semacam ini jauh melebihi dana untuk memajukan semua bangsa.
• 11.1 Kitab Suci tidak menyembunyikan banyaknya istri Salomo. Pada masa itu mempunyai banyak istri menunjukkan kekayaan seseorang. Kitab Suci mencelanya karena mengambil istri-istri dari orang kafir. Ia menambah istri-istri dari suku asing dan pada saat yang sama masuk dalam persekutuan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan meniru aliran materialisme yang mereka anut.
Kemewahan merusak kebijaksanaan. Salomo menunjukkan kehebatannya, tanpa sadar bahwa istri-istrinya menguasainya. Istri-istri dari suku asing ini datang bersama imam-imamnya dan upacara-upacara yang akan membawa Israel ke dalam berhala dan materialisme. Bahkan hati Salomo sendiri berpaling dari Allah.
Orang-orang berpikir bahwa raja-raja yang diberkati Tuhan harus hidup dalam kemewahan dan kehormatan. Tetapi kemudian, nabi-nabi menga¬takan bahwa kekuasaan, kekayaan, dan kemewahan mematikan hati seorang penguasa (Ul 17:14). Semua bangsa dalam perjalanan sejarah mem¬punyai pengalaman yang sama. Bahkan di dalam Gereja, selama berabad-abad kaum beriman berpikir bahwa pantas bila uskup-uskup dan paus-paus tampak seperti orang ningrat, dan mereka masih merasakan akibat dari kesalahan tersebut.
Engkau belum memenuhi perjanjian-Ku (ay. 11). Kesalahan Salomo sesungguhnya adalah mengatur hidupnya dan bangsanya tanpa menuruti kehendak Allah. Ia hidup seperti raja lainnya dan bekerja untuk mewujudkan ambisi-ambisinya, seraya berpikir bahwa sudah cukup meminta berkat berlimpah dari Tuhan.
• 26. Yerobeam juga memberontak melawan raja. Dalam tahun-tahun terakhir masa Salomo, beberapa penentangnya mengadakan pemberon¬takan-pemberontakan. Sekarang muncul orang yang akan menguasai hampir seluruh kerajaan dari putra Salomo dan memecah belah bangsa itu secara pasti.
Dalam syair tentang menara Babel (Kej 11), perpecahan bangsa diketengahkan sebagai akibat dan hukuman atas sikap yang sombong. Hal yang sama akan terjadi pada kerajaan Israel.
Aku akan memberi kamu sepuluh suku, Israel terdiri dari dua belas suku. Dalam kenyataan, se¬seorang boleh mengatakan hanya dua. Di Selatan, terdapat Yehuda dengan tetangga Simeon, suatu kelompok yang sangat kecil. Di bagian utara, terdapat Israel yang memimpin suku-suku lain yang kurang penting. Setelah Daud mempersatukan mereka, Absalom, dan yang lainnya setelah Daud membangkitkan hasrat berdikari di bagian utara. Salomo, sebagai diktator yang lebih terasa atas suku-suku di bagian utara, memicu mereka untuk memisahkan diri.
Nabi Ahia mengatakan bahwa Tuhan akan memecah kerajaan untuk menghukum Salomo. Ini adalah salah satu gaya berbicara. Setiap orang menyiapkan hukuman bagi dirinya sendiri dan perpecahan datang langsung dari kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa raja.
• 12.1 Segera setelah kematian Salomo, apa yang diumumkan oleh nabi Ahia benar terjadi:
Kerajaan terpecah belah. Penulis menonjolkan kesalahan dan kebodohan Yerobeam. Raja tidak mendengarkan rakyatnya. Begitu juga Salomo tidak mendengarkan mereka ketika ia hidup terkurung dalam kemewahannya.
Tetapi ketika bangsa Israel terpecah, mereka kehilangan janji yang diberikan Allah kepada Daud, dan tidak akan ditarik walau dari keturunan Daud yang bersalah sekalipun. Kerajaan Utara (atau Kerajaan Israel) akan melewati suatu masa di mana muncul nabi-nabi besar: Elia, Hosea. Akan tetapi tidak akan ada kemantapan dalam kekuasaan, dan banyak pemberontak menjadi raja, tetapi ketu¬ru¬n¬annya tidak dapat mempertahankan kedudukan-nya sebagai raja. Kelihatan bahwa Allah memper¬lakukan mereka menurut jasanya masing-masing.
Sebaliknya, selama masa inidi Yudea, raja-raja – keturunan Daud, yang baik dan yang jahat – saling menggantikan tanpa hambatan selama empat abad. Sejarah mereka diatur dan didominasi oleh janji Allah. Santo Paulus mengatakan bahwa kejadian-kejadian dalam Perjanjian Lama menggambarkan apa yang terjadi dengan Yesus dan yang terjadi dalam Gereja (Ibr 9). Di sini kita mendapat gam¬baran tentang perpecahan yang telah memecah belah Gereja Kristus yang unik.
Sepanjang abad ke-15 Gereja lebih mirip satu kerajaan dengan lebih banyak kepentingan manusiawi daripada pelayanan kepada Allah. Pemimpin-pemimpinnya sering didorong oleh keinginan untuk meninggalkan tanda yang tak dapat rusak akan kebesaran mereka, membebani umat dengan pajak untuk membiayai bangunan basilika yang megah, tetapi tidak menjawab kehausan spiritual dari orang beriman. Orang-orang (beriman) ini memberontak demi kesetiaan kepada Injil, dan menimbulkan Protestantisme.
Akan tetapi, walaupun kita mengakui semua yang baik dari kaum Protestan dan Evangelis, jelas bahwa sesudah perpecahan dari pengganti rasul-rasul, mereka harus menghadapi perpecahan lagi, sambil mencari persatuan yang tak dapat mereka temukan. Gereja Katolik telah mengalami banyak krisis di mana Gereja bertanggung jawab penuh, akan tetapi rupanya Allah memperlakukan Gereja sesuai janji-Nya, dan bukan menurut jasanya, untuk mengem¬balikannya di jalan yang benar. Gereja tentu saja mengakui segi susunan dan praktek saat ini yang begitu jauh dari semangat Injil, meskipun Gereja tahu bahwa Gereja harus bergantung pada janji Kristus. Gereja menjadi pusat, tempat pertemuan, di mana kiranya semua orang pada suatu hari nanti harus bersatu (lih. Yeh 16:52-59; Mzm 87).
• 26. Kedua belas suku dipersatukan oleh agama yang sama, tetapi Yerobeam sadar dan merasa yakin bahwa kekuasaannya akan lemah bila kaum Israel naik ke Yerusalem untuk memberikan persem¬bahan mereka di sana. Ia membuat perpecahan politik me¬la¬lui suatu perpecahan, yaitu perpecahan agama. Ia menyuruh orang membuat seekor anak lembu untuk menggambarkan Allah yang tak keli¬hatan kendati ada larangan untuk membuat gambar Allah dan menurunkan derajat-Nya sampai pada tingkatan binatang.
Dalam menceritakan perbuatan-perbuatan raja Israel di bagian utara, Kitab Suci secara terus-menerus mengulangi: “mereka mengikuti Yero¬beam dan melakukan dosa Yerobeam”. Demikian¬lah Kitab Suci menekankan perlunya tetap bersatu pada satu pusat yang didirikan Allah di Yerusalem. Tidakkah cukup untuk memikirkan: “Kita menyem¬bah Allah yang sama”, tetapi “kita menyembahnya dengan cara kita sendiri”.
Yerobeam adalah contoh penguasa-penguasa lain yang memerintah bertahun-tahun kemudian yang berusaha mendirikan Gereja-geraja berukuran na¬sional di Inggris pada masa reformasi, di Perancis setelah masa revolusi, di Cina dan negara-negara So¬sialis setelah revolusi komunis. Banyak orang Ka¬tolik dihukum dan mati karena tetap percaya kepada Gereja yang satu, Katolik atau Universal.
• 13.1 Ketaatan lebih bernilai daripada kurban (1Sam 15:22). Demikian sabda Tuhan ketika Ia mengingkari Saul dalam beberapa keadaan yang mirip.
Teks ini menyoroti berbagai aspek ketaatan yang sejati dan sangat menyenangkan Allah. Nabi sendiri harus tetap tegar, karena tahu bahwa kelak tidak mengubah perintahnya.
• 14.1 Kata-kata Ahia mempermaklumkan kudeta yang pertama dalam sejarah Israel. Akan ada lebih banyak kudeta, setiap kali anggota keluarga dan putra-putra dari seorang raja yang dijatuhkan akan dibunuh. Menyusul peristiwa ini adalah sejarah dua kerajaan selama 50 tahun pertamanya.
• 16.29 Ahab melakukan hal yang tidak menyenangkan bahkan lebih dari semua pendahulunya. Mulai dari teks ini (bab ini) dan di dalam 6 bab berikutnya, cerita menyoroti pemerintahan Ahab di Israel. Karena pada masa inilah iman bangsa Israel diselamatkan nabi yang paling besar: Elia, dan penggantinya Elisa.
Ahab bahkan menikahi Yezebel, putri raja orang-orang Sidon. Orang-orang Tirus dan Sidon adalah bangsa yang kuno dan makmur yang mendiami pelabuhan-pelabuhan bagian utara Palestina; me¬reka juga disebut sebagai bangsa “Fenisia”. Raja mereka Hiram adalah sekutu Daud tetapi dari kota mereka pengaruh kafir sampai ke Israel. Pemerin¬tahan Ahab membawa kepada Israel tahun-tahun kemakmuran dan kebesaran militer tetapi krisis kepercayaan juga mencapai titik puncak.
Dengan kemenangan-kemenangannya, Daud telah mempersatukan berbagai kelompok orang Kanaan ke dalam kerajaannya. Mereka tetap mempertahankan praktek kafirnya yang merusak iman kaum Israel. Kegairahan tampak berkurang. Ketika kebudayaan orang Tirus memiliki kepercayaan sama dengan orang-orang Kanaan masuk ke Israel lebih kuat, tiba-tiba tampak jelas bahwa ke¬percayaan mereka telah menggantikan keper¬ca¬yaan bangsa Israel terhadap Tuhan: Kaum Israel membiarkan dirinya terbawa ke meja Baal dan Asheroth.
Baal adalah dewa-dewa, penguasa hidup, seks, hujan dan musim, (lih. kata pengantar Kitab Hakim-Hakim). Karena percaya bahwa dewa-dewa ini mempunyai kuasa atas kesuburan, orang-orang bersumpah kepada mereka untuk bertemu dengan pelacur yang disucikan untuk mereka. Karena itu kata pelacuran dalam Kitab Suci merujuk baik pada tindakan tak bermoral maupun tindakan menjauhi Tuhan dengan memberikan diri seluruhnya kepada dewa-dewa lain. Tidak semuanya jelek dalam kepercayaan yang bebas ini: tidak salah menikmati hidup ini. Namun kepercayaan tersebut membuat manusia bertindak hanya pada tingkatan naluri.
Yezebel menggunakan kekuasaannya untuk melaksanakan suatu hukuman berdarah. Yang pertama dibunuh adalah para nabi Tuhan. Mereka ini adalah para nabi yang ditulis di dalam 1Sam 19:18 dan 2Raj 2:15. Mereka ditentang oleh keempat pesaing dari para nabi Baal.
Hiel mengorbankan Segub putra bungsunya. Dengan pengaruh ibadat orang-orang kafir, praktek mengorbankan anak-anak meningkat jumlahnya.
• 17.1 Sekarang Elia muncul; namanya akan tetap menjadi yang terbesar di antara para nabi. Pada peristiwa transfigurasi Yesus, Elia berada di samping-Nya (lih. Mrk 9:2).
Nama Elia adalah simbolis, yang berarti: Tuhan adalah Allahku. Ia berasal dari Tisbe, sebuah kota di seberang Yordan. Daerah yang miskin dan terpencil ini terlindung dari pengaruh-pengaruh baru, dan tetap teguh pada imannya.
Menghadapi kemurtadan, yaitu: ketidaksetiaan semua orang (bangsa Israel), Elia berdiri seorang diri. Ia merasa dirinya bertanggung jawab atas perkara Allah, dan bertindak tanpa menunggu yang lain untuk memulai.
Tak ada embun atau hujan yang turun. Elia, orang yang kuat imannya ini, mengetahui bahwa kata-kata ini berasal dari Allah dan akan terjadi. Dalam hubungan dengan ini, lih. Yakobus 5:17, di mana Elia digambarkan sebagai teladan iman.
Tak ada embun maupun hujan. Tentu saja kekeringan adalah kejadian alamiah. Tetapi, tanpa secara langsung mencampuri setiap saat, Allah mengatur berbagai peristiwa. Iman orang yang percaya merupakan kekuatan, seperti hukum-hukum fisik di jagat raya ini, dan ketika meminta dari Allah sesuatu yang mustahil, dan yakin bahwa Ia sendiri mau memberikannya, Ia membuat ini terjadi, tanpa sarana-sarana.
Orang-orang menganggap Baal sebagai dewa hujan dan alam. Kekeringan yang datang akan menunjukkan kepada mereka bahwa Tuhan, Allah bangsa Israel, adalah juga Allah pencipta.
Elia memulai misinya sebagai seorang nabi dengan mengeritik kekacauan-kekacuan besar: tidak menempatkan Allah di atas segalanya.
• 7. Pergilah ke Sarfat! Kekeringan meru¬gikan setiap orang, termasuk Elia yang telah meminta tanda ini dari Allah. Tetapi bagi yang beriman, bencana ini adalah kesempatan untuk mengalami bahwa Bapa Surgawi tidak mening¬gal¬kannya.
Aku telah berfirman kepada seorang janda untuk memberi kamu makan. Nabi yang akan menerima makanan juga akan mendapatkan kenyamanan dari Allah dengan menemukan perempuan yang percaya ini. Janda miskin mempunyai sesuatu untuk diberi¬kannya kepada nabi besar ini, dan ini merupakan rahmat bagi keduanya.
Bawakan saya sedikit air adalah sebuah langkah awal. Bawakan saya sepotong roti. Elia memuji imannya, “pertama engkau harus membuat untuk saya sedikit roti”, dan janda itu memberikannya. Janda ini sama dengan yang dipuji Yesus dalam Mrk. 12:41.
Tempayan tepung tidak pernah kosong. Allah mengganjari iman seperti ini yang rela mengorbankan segala sesuatu yang dimiliki.
• 17. Ini merupakan kebangkitan pertama yang kita temukan di dalam Kitab Suci.
Allah biasanya mengatur dunia dan jemaat-Nya melalui proses-proses alamiah, melalui akibat hukum-hukum alam yang diadakan sendiri. Tetapi Ia juga mempunyai hak untuk membuat pengecualian-pengecualian atas hukum-hukum itu: air berubah menjadi anggur, roti dilipatgandakan.
Apakah engkau datang untuk mengingatkan dosa-dosa masa lampau, manusia pilihan Allah? Kema¬tian putra satu-satunya membuat wanita malang itu ketakutan tanpa alasan seperti mereka yang melihat Allah sebagai pendakwa yang memata-matai ma¬nusia untuk memberi hukuman kepada mereka. Ia berpikir bahwa kehadiran nabi telah menarik perhatian Tuhan atas rumahnya dan Allah meng¬hukumnya dengan kemarahan-Nya.
Ia merebahkan dirinya di atas anak itu tiga kali. Dengan tanda nabi ini, yang memberi hidup dengan napasnya sendiri, siapa yang tidak mengenal Kristus yang datang untuk mempersatukan diri-Nya lebih dekat dengan manusia untuk memberi kekuatan kebangkitan?
Tuhan mendengar suara Elia. Elia adalah orang yang terpilih untuk membalikkan suatu situasi yang penuh dengan keputusasaan dan membatalkan semua ramalan manusia. Tuhan mengizinkannya untuk membangkitkan anak janda itu dan beberapa waktu kemudian di gunung Karmel, ia akan mem-bangkitkan kembali iman bangsanya.
• 18.17 Kurban persembahan di gunung Kar¬mel merupakan satu dari manifestasi agung dari Allah di dalam Perjanjian Lama. Tuhan berpra¬karsa untuk memberi semangat kepada bangsa yang acuh tak acuh.
Baal atau Tuhan. Bangsa Israel tidak dapat melihat secara jelas perbedaan antara keduanya. Mereka menganggap keduanya sebagai dua kekuatan atau dua orang yang memiliki kemampuan yang berbeda tetapi sama-sama berguna. Tuhan adalah Allah dari bangsa ini, penolong yang setia dalam perang. Sementara Baal selalu siap melayani kaum tani: melalui persembahan-persembahan dan pesta-pesta, mereka meminta hujan darinya.
Berapa lama lagi kalian mau mengikuti dua jalan pada waktu yang sama? Elia mengharuskan kaum Israel membuat satu keputusan. Orang yang percaya tidak boleh mempunyai dua tuan:
- Allah atau uang (Mat 6:24).
- Mengikuti Kristus atau menentangnya (Mat 12:30).
- Anggota Gereja yang suka bekerja sama atau menjadi bagian dari pendengar yang suam-suam kuku pada suatu hari akan dimuntahkan Allah dari mulut-Nya (Why 3:6).
Israel juga perlu diubah “dengan api”, dan kemudian dengan Yesus, kita akan dibaptis atau malah dibersihkan dan diperbarui “melalui api dan Roh Kudus” (Luk 3:16).
Mereka memanggil Baal tetapi tidak ada jawaban. Kita yang membaca ejekan Elia terhadap Baal, apakah kita yakin bahwa Allah mendengarkan dan menja¬wabi doa-doa kita? Allah tidak perlu memenuhi semua keinginan kita, tetapi kita mempunyai keharusan untuk meminta sebegitu rupa dan dengan sebegitu tekun hingga Ia akan mewujudkan tanda-tanda kehadiran-Nya di antara kita.
Engkaulah yang membawa kembali mereka ke¬padamu. Api, mukjizat, hujan tidak mempunyai tujuan lain: Tuhan mencintai Israel dan ingin membangkitkan cinta mereka sekali lagi. Ia tidak bermaksud menakuti atau membuat mereka kagum, tetapi sebaliknya membuat bangsa ini menemukan bahwa Allah hidup dan ingin mencari mereka.
Kemenangan di Karmel adalah kemenangan Tuhan. Itu juga adalah kemenangan Elia. Allah menemukan nabi-nabi dan menyelamatkan bangsa-Nya melalui mereka. Kita terkejut dengan pem¬bunuhan massal yang menyusul; tetapi Elia hidup di suatu dunia yang kejam di mana kematian adalah hukuman normal bagi yang kalah, dan pemikirannya sejalan dengan zaman itu.
Selain itu, hukuman kejam ini mengajarkan kepada kita bahwa kehilangan hidup seseorang tidaklah seserius kehilangan diri sendiri karena menganut nilai-nilai yang salah, menipu diri sendiri, dan menipu setiap orang.
• 19.1 Elia takut dan lari menyelamatkan hidupnya. Maka mukjizat tidak menyelesaikan masalah-masalah iman secara ajaib. Pertobatan bangsa ini akan menjadi suatu pekerjaan yang lama dan berat. Kita dapat melihat pada peta bagaimana Elia melewati dua kerajaan Israel dan Yudea dari utara ke selatan. Karmel letaknya 250 km dari Bersyeba, kota terakhir sebelum padang pasir di sebelah selatan Yudea. Perjalanan ini terlalu panjang untukmu. Elia hanya mencari jalan masuk ke padang pasir untuk menyelamatkan dirinya, tetapi Allah membawanya lebih jauh lagi. Ia diberi roti yang ajaib yang mengingatkan kita pada manna yang diterima bangsa Yahudi di padang gurun dan meramalkan roti Ekaristi yang akan diberi Yesus bagi perjalanan rohani kita (Yoh 6:8).
Ia berjalan 40 hari 40 malam (Kel 24:18). Elia pergi bertemu muka dengan Tuhan. Yesus sendiri akan pergi ke padang pasir sebagai bukti penting dan kita juga waktu-waktu tertentu, perlu “pergi ke padang pasir” (kadang kala Allah sendiri me¬nem¬patkan kita di padang pasir (Hos 2:16). Perjalanan Elia seorang diri menunjukkan apa yang harus dijalani oleh mereka yang mencari Allah. Betapapun kita membutuhkan dukungan dari pasangan kita, teman-teman kita, dari Gereja, setiap kita membuat perjalanan sendiri-sendiri, dan Allah memanggilnya secara pribadi untuk bertemu dengan-Nya.
• 9. Demikian Elia tiba di Horeb: Horeb adalah nama lain dari Sinai, di mana Tuhan menyatakan diri kepada Musa empat abad sebelumnya.
Naiklah menggantikan Tuhan. Kepada dia yang terbakar oleh cinta yang besar kepada Allah, Allah menyatakan kelembutan-Nya yang luar biasa yang tak dapat kita bayangkan. Demikian, Tuhan lebih sering menyatakan diri melalui angin sepoi-sepoi daripada badai atau gempa.
Apa yang sedang engkau kerjakan di sini, Elia? Pertama, Allah mengajukan sebuah pertanyaan dan mengharuskan sang nabi untuk menyelami keda¬laman hatinya. Tetapi tak ada sesuatu dalam diri Elia, kecuali cintanya yang sepenuh hati kepada Tuhan. Sebaliknya Tuhan menyatakan rencana-rencana-Nya yang sempurna.
Hazael, Yehu, Elisa. Tuhan mengatakan kepada Elia tentang masa depan Israel dengan sebuah kebenarannya yang tragis: kerajaan yang secara gemilang lahir pada masa Daud dan Salomo akan lenyap. Ini merupakan akibat dari ketidaktaatan bangsa Israel.
- Hezael, raja Siria, adalah raja musuh yang akan menaklukkan dan mempermalukan Israel.
- Yehu akan menghancurkan keluarga Ahab dan membasmi para pemuja Baal.
- Elisa akan menyebarkan kata-kata ancaman dari Tuhan.
Wahyu ini menjelaskan perutusan dari para nabi dalam Kitab Suci. Kebanyakan dari mereka, dan yang terbesar di antara mereka, hidup selama tiga abad di mana Israel melewati masa keemasan Salomo ke masa pengasingan. Demikian para nabi:
- Mencoba menghentikan ketidaksetiaan bangsa terpilih yang sedang menuju kebinasaan.
- Menganjurkan perubahan dari dalam, yaitu hati mereka.
- Mengajarkan masa depan yang indah yang telah disediakan Allah bagi “sisa” kaum Israel, setelah kehancuran kerajaan mereka di tanah Palestina.
• 21.1 Nabot menjaga kebun anggurnya, lebih karena merasa hormat atas warisan dari ayahnya daripada untuk kenyamanan dirinya.
Umumkan suatu masa puasa (ay. 9). Tentu saja Izebel mengambil keuntungan dari malapetaka saat itu, baik musim kemarau atau wabah. Para tetua kota harus mengumpulkan semua orang untuk berpuasa dengan khidmat dan suatu pertemuan di mana mereka dapat menemukan “siapa yang mendatangkan hukuman Allah ini”.
Yang bersalah adalah Nabot dan dengan ini Izebel secara sah memerintahkan untuk mem¬bunuh dia.
Engkau membunuh dan pada saat yang sama mengambil harta. Kejahatan Ahab tidak lebih jelek dari kejahatan Daud yang menyuruh membunuh Uria agar ia mendapatkan istrinya (2Sam 12). Elia menemui Ahab seperti Natan datang dan mema¬rahi Daud.
• 22.1 Pada masa itu, perang adalah sesuatu yang biasa. Suatu bangsa tidak akan bertahan hidup tanpa terus-menerus berperang dengan yang lain. Berperang, membunuh dan mati bukan apa-apa melainkan tanda-tanda kehidupan (lih. 2Sam 11:1). Paling tidak satu kali raja-raja Israel dan Yudea bersatu tetapi penulis menggambarkan keduanya sangat berbeda.
• 5. Mikha ini tidak boleh dikacaukan/disa¬makan dengan nabi Mikha dari Morasti (Mi 1:1). Raja-raja duduk pada pintu gerbang. Pada abad-abad itu, pintu masuk ke kota sangat sering berupa pintu gerbang dari tembok yang mengelilingi seluruh kota. Di sanalah tempat orang-orang berkumpul, seperti yang dilakukan sekarang di alun-alun. Di sanalah pengadilan memutuskan hukuman dan perkara-perkara disidangkan; di sanalah para tetua menghabiskan waktu berjam-jam bercerita sambil duduk.
Teks ini ingin mengajarkan dua hal:
- Sabda Allah yang mengutuk keluarga Ahab dinyatakan secara sempurna: penipuan-penipuan nabi-nabi, strategi raja dan kejadian-kejadian yang tak terduga terjadi bersamaan untuk memenuhi apa yang telah diumumkan: raja akan mati dan anjing-anjing akan menjilat darahnya.
- Pertentangan antara nabi-nabi yang benar dan nabi-nabi yang palsu.
Aku akan mengatakan apa yang Tuhan perintahkan. Inilah ciri utama nabi yang benar untuk menghadapi pertentangan.
Aku telah melihat Tuhan (ay. 9). Mikha mengatakan kepada kita secara jelas bahwa seseorang tidak boleh percaya pada mimpi-mimpi dan khayalan-khayalan yang datang dari dalam rohnya sendiri.
Juga seorang hendaknya tidak percaya begitu saja kepada mereka yang berpura-pura mendapat ilham, seperti politisi, teoritisi, para ahli perdagangan dan semua yang berjanji membuat kita bahagia.
• 39. Pernyataan yang mengacu kepada Ahab membuat orang berpikir bahwa ia mengalami kematian secara biasa. Orang dapat melihat bahwa semua kisah terdahulu hanya berbicara tentang raja Israel, dan menyebut Ahab sekali saja pada 22:20. Sesungguhnya, kisah ini pada awalnya merujuk pada Yoram, putra Ahab (2Raj 1:14-16), dan dalam dia (Yoram) nubuat Elia dalam 1Raj 21:21 dipenuhi.
No comments:
Post a Comment