Dinasti Ur III juga dikenal sebagai kekaisaran Neo-Sumeria, yang berkuasa dari tahun 2112-2004 SM (108 thhn) dan berpusat Ur. Dinasti ini adalah kekuasaan bangsa Sumeria yang terakhir atas Mesopotamia, setelah beberapa abad di kuasai oleh bangsa Akkad dan Guti, mereka berhasil menguasai kota-kota Isin, Larsa dan Eshnunna.
Map Kekuasan Dinasti Ur III (Neo-Sumeria)
Dinasti Ur III muncul setelah kejatuhan Dinasti Akkad. Periode peralihan antara raja Akkad, Shar-Kali-Sharri, dan raja pertama Ur III, Ur-Nammu, tidak terdokumentasi dengan baik, hal ini dikarenakan Mesopotamia memasuki masa kegelapan (berlangsung cukup singkat), kemudian diikuti dengan perebutan kekuasaan diantara negara kota di Sumeria dan Akkad. Supremasi bangsa Akkad, kemudian dirampas oleh penyerbu dari pegunungan Zagros, yaitu bangsa Guti, yang para rajanya memerintah Mesopotamia dalam periode yang tidak pasti (ada yang mengatakan 124 thn, ada juga 25 thn). Bangsa Guti yang buta huruf dan nomaden, tidak kompeten dalam menjalankan roda pemerintahan, tidak mampu mengendalikan bidang pertanian serta tidak memiliki pencatatan administratif. Hal tersebut membuat wilayah tersebut menjadi lumpuh karena kelaparan dan mereka pun di usir, raja terakhir mereka, Tirigan disingkirkan oleh Utu-Hengal dari Uruk, dan memulai masa baru bangsa Sumeria.
Berikut adalah kronologi para raja Ur III (terdapat 2 versi kronologi, namun yang kita gunakan adalah kronologi tengah).
- Utu-hengal (2119-2113 SM)
- Ur-Nammu (2112-2095 SM)
- Shulgi (2094-2047 SM)
- Amar-Sin (2046-2038 SM)
- Shu-Sin (2037-2029 SM)
- Ibbi-Sin (2028-2004 SM)
Organisasi Politik
Wilayah kekaisaran Ur III dibagi menjadi beberapa provinsi yang masing-masing diperintah oleh seorang gubernur (disebut ensi). Pada wilayah yang rawan akan keamanan, seorang komandan militer akan mengambil alih pemerintahan sipil.
Setiap provinsi berpusat untuk menarik pajak, yang disebut "bala", dan kemudian akan dikirim ke ibukota. Pajak yang dibayarkan terdiri dari berbagai bentuk dari hasil panen sampai ternak. Pemerintah kemudian membagi-bagikan barang tersebut sesuai kebutuhan kepada orang-orang yang membutuhkan termasuk membiayai operasional kuil-kuil.
Sistem Sosial
Pandangan terbaru tentang kelompok buruh pada masa ini terbagi dalam beberapa kelompok:
- Buruh yang bekerja di bawah paksaan.
- Buruh yang bekerja untuk mendapatkan jatah ransum dari negara.
- Buruh migran yang berasal dari orang merdeka.
Hal tersebut berbeda dengan gambaran sebelumnya yang dipercaya bahwa buruh adalah sebuah kelas sosial, yang tidak dapat berubah (seperti kasta).
Budak adalah bagian dari kelompok buruh yang sangat penting bagi negara. Pada sebuah naskah kuno disebutkan bahwa beberapa orang menjadi budak karena memiliki akumulasi hutang, dijual oleh anggota keluarga. Satu ciri yang mengejutkan pada periode ini adalah para budak nampaknya mampu mengumpulkan beberapa aset dan bahkan properti selama hidup mereka sehingga dapat membeli kebebasan mereka. Dalam dokumen ini juga dirincikan tentang negosiasi akan kesepakatan yang dibuat oleh budak dan majikan untuk mendapakan kebebasan.
Kode Hukum
Salah satu ciri khas periode Ur III adalah diciptakannya sebuah kode hukum yang paling awal yang dikenal sebagai "Kode Ur-Nammu." Ia sangat mirip dengan "Kode Hammurabi" yang terkenal pada periode berikutnya, Babylon Lama, mereka memiliki kemiripan dalam strutur pembuka dan isi. Salinan yang cukup banyak, tertulis pada periode Babel Tua, ditemukan di Nippur, Sippar dan Ur.
Kalimat pembuka dari kode hukum ini, ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana sang raja (Ur-Nammu) ingin menegakkan keadilan di kerajaannya, sebuah peran yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh raja-raja lain. Ia mengklaim menginginkan terjadinya keadilan bagi semua orang, termasuk kelompok-kelompok yang tidak beruntung di kerajaannya termasuk para janda dan anak yatim.
Perselisihan hukum ditangani oleh para pejabat setempat yang selevel walikota, namun demikian keputusan mereka dapat diajukan banding kepada gubernur, dan dapat dianulir. Terkadang perselisihan hukum dibuka secara umum dengan menyertakan saksi-saksinya di ebuah alun-alun kota atau di depan kuil. Namun demikian raja digambarkan sebagai hakim agung dari kerajaan.
Industri dan Perdagangan
Pada periode ini dikembangkan sistem irigasi yang sangat kompleks dan sentralisasi pertanian (segala hal dibawah kendali raja). Sejumlah besar tenaga kerja dihimpun untuk bekerja di ladang, saluran irigasi, memanen dan menyemai.
Tekstil adalah sebuah industri penting di Ur III, dan juga dikendalikan oleh kerajaan. Banyak pria, wanita dan anak-anak dipekerjakan untuk menggenjot produksi pakaian wol dan linen.
Seni dan Sastra
Pada periode ini bahasa Akkad telah berkembang luas, dan banyak kota-kota baru di beri nama dengan nama Akkad. Namun demikian banyak naskah-naskah diproduksi masal menggunakan bahasa Sumeria, namun terbatas dalam literatur dan dokumen administrativ. Pejabat pemerintah diharuskan untuk menulis dokumen negara hanya dalam bahasa Sumeria.
Beberapa sejarawan meyakini jika Epos Gilgamesh ditulis pada periode ini dalam bentuk bahasa klasik Sumeria. Dinasti Ur III diyakini sedang berusaha untuk mengklaim sebuah hubungan keluarga dengan raja-raja Uruk di masa lampau. Hal ini terlihat dari klaim para raja Ur III sering mengklaim Gilgamesh (memiliki darah illahi), Ninsun, Lugalbanda sebagai leluhur mereka.
Naskah lain dari periode ini, yang dikenal sebagai "The Death of Ur-Nammu (Kematian Ur-Nammu)", berisi adegan di alam baka, dimana Ur-Nammu membawa banyak hadiah kepada saudaranya Gilgamesh.
Perkembangan Kerajaan
Utu-hengal (2119-2113 SM)
Banyak pendapat mengenai latar belakang Utu-henga (memerintah Sumeria selama 6 thn), ada yang mengatakan ia adalah gubernur Uruk, yang memberontak terhadap penguasa Guti pada tahun 2050 SM. Ia memimpin kota-kota Sumeria melawan raja Guti terakhir, Trigan. Setelah peperangan disebuah tempat yang tidak diketahui lokasinya, Utu-Hengal keluar sebagai pemenang, dan Trigan kembali ke daerah asal mereka di Gutium, dalam perjalanan nya ia singgah di sebuah kota bernama Dubrum (lokasinya tidak diketahui), namun ketika penduduk Dubrum mendengar Utu-Hengal menuju kota itu, mereka lalu meringkus Tirigan dan keluarganya sebagai tawanan. Ia di bawa kehadapan Utu-Hengal, dan berjanji untuk meninggalkan tanah Sumeria kembali ke tanah leluhur mereka di Gutium.
Setelah mengalahkan bangsa Guti, Utu-Hengal mengangkat dirinya menjadi raja Sumeria, namun kekuasaan nya tidak berlangsung lama, 7 tahun kemudian ia digantikan oleh Ur-Nammu, seorang gubernur dari kota Ur. Anak perempuan dari Utu-Hengal menikah dengan Ur-Nammu, dan melahirkan Shulgi, raja ke-3 dari Ur III.
Ur-Nammu (2112-2095 SM)
Dari 18 tahun masa pemerintahannya, 17 tahun masa pemerintahannya dikenal luas, namun urutannya tidak dipastikan keakuratannya. 1 tahun pada masa pemerintahannya mencatat kehancuran bangsa guti, 2 tahun mencatat mengenai reformasi hukumnya: "Tahun ketika raja Ur-Nammu, mengatur (orang-orang dikerajaan) dari level terendah hingga tinggi" dan "Tahun ketika Ur-Nammu menegakkan keadilan di negeri ini."
Diantara naskah-naskah tentang Ur-Nammu, tercatat penaklukkannya atas kota Lagash dan merebut tahta atas Sumeria dari tuannya raja Uruk, Utu-Hengal. Ia akhirnya diakui sebagai penguasa regional Ur, Eridu dan Uruk di sebuah upacara penobatan di Nippur. Ia juga di kenal memulihkan keamanan rute perdagangan darat dan ketertiban umum yang sempat kacau pada masa Gutium. Ur-Nammu dikenal memerintahkan untuk membbangun sejumlah kuil, yang disebut Ziggurat, termasuk Ziggurat Besar di Ur.
Ia digantikan oleh anaknya Shulgi, karena wafat dalam medan pertempuran melawan orang-orang Guti, setelah ditinggalkan oleh tentaranya, peristiwa ini diperingati dalam puisi-puisi Sumeria.
Shulgi (2094-2047 SM)
Ia memerintah selama 48 tahun. Dan pencapaiannya adalah menyelesaikan pembangunan Ziggurat Besar di Ur yang di mulai oleh ayah nya. Shulgi terlibat dalam serangkaian perang untuk menuntut balas atas orang-orang Guti atas kematian ayahnya.
Kota Der, adalah salah satu kota Sumeria yang terpandang dengan kuil dewa ular nya, namun pada tahun ke-20 Shulgi berkuasa, ia mengklaim para dewa memutuskan untuk menghancurkannya sebagai penghukuman.
Pada masa hidupnya banyak terdapat puisi yang memuji dirinya, dan pada tahun ke-23 ia berkuasa ia mengklaim sebagai dewa.
Beberapa naskah menyebut Shulgi tidak memiliki ketaatan: "ia tidak melakukan ritual sesuai aturan, ia masih najis dalam ritual pemurnian." ia juga dituduh "memiliki kecenderungan berbuat kriminal, dengan mengambil sebagai barang rampasan perang benda-benda di kuil Esagila dan Babel/Babylon (benda-benda milik dewa Marduk)".
Shulgi memperluas wilayah Sumeria dengan menyerang suku-suku di dataran tinggi seperti suku Lullubi, Lulubum, dan Simurum, serta ke wilayah Elam, Anshan. Namun Shulgi tidak pernah mampu untuk memerintah orang-orang di wilayah ini. Hingga pada tahun ke 37 ia berkuasa, ia memerintahkan pembangunan sebuah tembok besar untuk mencegah mereka memasuki Sumeria.
Selain pembangunan tembok pertahanan, penyelesaian Ziggurat Besar di Ur, Shulgi juga menghabiskan banyak sumber daya dan waktunya untuk memperluas, memelihara jalan raya. Dia membangun rumah-rumah penginapan di sepanjang jalan, agar para pengguna jalan dapat menemukan tempat untuk beristirahat, atas prestasi ini Samuel Noah Kramer menyebut Shulgi adalah pembangun rumah penginapan pertama.
Amar-Sin (2046-2038 SM)
Nama ini berarti "dewa bulan yang abadi", ia memerintah selama 47 tahun. Ia dikenal dengan kampanye militernya melawan penguasa Elam, dan dibawah pemerintahannya kekuasan Ur III meluas hingga ke wilayah Lullubi dan Hamazi di pegunungan Zagros, ia berhasil menjadikan wilayah tersebut sebagai provinsi Sumeria. Ia juga mampu meredam pemberontakan di Ashur dimana ia mengangkat seorang gubernur dari orang Akkad, yang bernama Zariqum.
Di bawah pemerintahan Amar-Sin, kota Eridu mulai ditinggalkan penduduknya, karena masalah kandungan kadar garam yang tinggi pada tanah pertaniannya. Dalam sebuah naskah tertulis
"Amar-Sin ... mengganti qurban persembahan dari lembu dan domba pada festival Akitu di kota Esagila. Ia di nubuatkan akan mati karena di tanduk lembu, namun ia ternyata mati karena gigitan [kalajengking] di sepatunya."
Shu-Sin (2037-2029 SM)
Pada masa ia berkuasa (selama 8 thn) terjadi pemberontakan oleh bangsa Amorit, ia kemudian memerintahkan pembangunan tembok di antara sungai Efrat dan Tigris pada tahun ke-4 ia berkuasa.
Ibbi-Sin (2028-2004 SM)
Selama ia berkuasa (selama 48 thn), kekaisaran Sumeria berulang kali diserang oleh bangsa Amorit. Melihat lemahnya kepemimpinan Ibbi-Sin, bangsa Elam mengumumkan kemerdekaannya dan turut menyerang Sumeria.
Ibbi-Sin memerintahkan tembok kota Ur dan Nippur diperkuat, namun usaha ini tidak mampu menghentikan penjarahan atau mempertahankan wilayah kekaisaran Sumeria. Banyak kota-kota mulai jatuh ke penyerang dari bangsa asing, kota Isin jatuh ke tangan bangsa Amorit dengan rajanya Ishbi-Erra.
Kekuasaan Ibbi-Sin pun hanya tersisa pada kota Ur, dan bangsa Elam yang dipimpin oleh Kindattu, bersama koalisi dari suku-suku di Pegunungan Zagros kemudian menaklukkan Ur, serta membawa Ibbi-Sin ke Elam sebagai tawanan perang, ia kemudian wafat di Elam pada tahun yang tidak di ketahui.
Keruntuhan Ur III dan Invasi bangsa Amorit
Bangsa Amori/Amorit dianggap sebagai bangsa yang terbelakang berdasarkan standar bangsa Mesopotamia; Tahun ke-17 dari Ibbi-Sin secara resmi diberi nama "Tahun bangsa Amori, si angin selatan yang dashyat, dari wilayah terpencil, yang tidak mengenal perkotaan, menyerah kepada Ibbi-Sin raja Ur." Walau ayahnya raja Shu-Sin telah membangun "Dinding Martu (Amorit)" di sepanjang Mesopotamia untuk mencegah masuknya bangsa Amorit, namun mereka berhasil menyusup pada masa awal pemerintahan Ibbi-Sin.
Para ahli mempercayai jika pada masa Ibbi-Sin, kekaisaran menderita akibat musim kemarau yang panjang - sama halnya dengan kekeringan yang menyebabkan runtuhnya kekaisaran Akkad pada tahun 2193 SM. Pada tahun ke 7 pemerintahan Ibbi-Sin, harga gandum telah meningkat hingga 60x. Kita dapat menyimpulkan keberhasilan bangsa Amorit dalam mengacaukan kekaisaran Ur III, dalam beberapa bagian, telah merusak produktivitas pertanian dan sistem irigasi; serangan ini menyebabkan kelaparan dan keruntuhan ekonomi, dan memberi jalan bagibangsa Elam.
Setelah keruntuhan dinasti Ur III (Neo-Sumeria) peta politik di Mesopotamia terbagi ke pada 4 Kekaisaran utama:
1. Kekaisaran Elam (2700–539 SM).
2. Kekaisaran Babylon Tua (Babel I) (1830—1531 SM).
3. Kekaisaran Ashur Tua (2025–1378 SM)
4. Kekaisaran Hittite/Het (1600–1178 SM).
Map Kekuasan Dinasti Ur III (Neo-Sumeria)
Dinasti Ur III muncul setelah kejatuhan Dinasti Akkad. Periode peralihan antara raja Akkad, Shar-Kali-Sharri, dan raja pertama Ur III, Ur-Nammu, tidak terdokumentasi dengan baik, hal ini dikarenakan Mesopotamia memasuki masa kegelapan (berlangsung cukup singkat), kemudian diikuti dengan perebutan kekuasaan diantara negara kota di Sumeria dan Akkad. Supremasi bangsa Akkad, kemudian dirampas oleh penyerbu dari pegunungan Zagros, yaitu bangsa Guti, yang para rajanya memerintah Mesopotamia dalam periode yang tidak pasti (ada yang mengatakan 124 thn, ada juga 25 thn). Bangsa Guti yang buta huruf dan nomaden, tidak kompeten dalam menjalankan roda pemerintahan, tidak mampu mengendalikan bidang pertanian serta tidak memiliki pencatatan administratif. Hal tersebut membuat wilayah tersebut menjadi lumpuh karena kelaparan dan mereka pun di usir, raja terakhir mereka, Tirigan disingkirkan oleh Utu-Hengal dari Uruk, dan memulai masa baru bangsa Sumeria.
Berikut adalah kronologi para raja Ur III (terdapat 2 versi kronologi, namun yang kita gunakan adalah kronologi tengah).
- Utu-hengal (2119-2113 SM)
- Ur-Nammu (2112-2095 SM)
- Shulgi (2094-2047 SM)
- Amar-Sin (2046-2038 SM)
- Shu-Sin (2037-2029 SM)
- Ibbi-Sin (2028-2004 SM)
Organisasi Politik
Wilayah kekaisaran Ur III dibagi menjadi beberapa provinsi yang masing-masing diperintah oleh seorang gubernur (disebut ensi). Pada wilayah yang rawan akan keamanan, seorang komandan militer akan mengambil alih pemerintahan sipil.
Setiap provinsi berpusat untuk menarik pajak, yang disebut "bala", dan kemudian akan dikirim ke ibukota. Pajak yang dibayarkan terdiri dari berbagai bentuk dari hasil panen sampai ternak. Pemerintah kemudian membagi-bagikan barang tersebut sesuai kebutuhan kepada orang-orang yang membutuhkan termasuk membiayai operasional kuil-kuil.
Sistem Sosial
Pandangan terbaru tentang kelompok buruh pada masa ini terbagi dalam beberapa kelompok:
- Buruh yang bekerja di bawah paksaan.
- Buruh yang bekerja untuk mendapatkan jatah ransum dari negara.
- Buruh migran yang berasal dari orang merdeka.
Hal tersebut berbeda dengan gambaran sebelumnya yang dipercaya bahwa buruh adalah sebuah kelas sosial, yang tidak dapat berubah (seperti kasta).
Budak adalah bagian dari kelompok buruh yang sangat penting bagi negara. Pada sebuah naskah kuno disebutkan bahwa beberapa orang menjadi budak karena memiliki akumulasi hutang, dijual oleh anggota keluarga. Satu ciri yang mengejutkan pada periode ini adalah para budak nampaknya mampu mengumpulkan beberapa aset dan bahkan properti selama hidup mereka sehingga dapat membeli kebebasan mereka. Dalam dokumen ini juga dirincikan tentang negosiasi akan kesepakatan yang dibuat oleh budak dan majikan untuk mendapakan kebebasan.
Kode Hukum
Salah satu ciri khas periode Ur III adalah diciptakannya sebuah kode hukum yang paling awal yang dikenal sebagai "Kode Ur-Nammu." Ia sangat mirip dengan "Kode Hammurabi" yang terkenal pada periode berikutnya, Babylon Lama, mereka memiliki kemiripan dalam strutur pembuka dan isi. Salinan yang cukup banyak, tertulis pada periode Babel Tua, ditemukan di Nippur, Sippar dan Ur.
Kalimat pembuka dari kode hukum ini, ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana sang raja (Ur-Nammu) ingin menegakkan keadilan di kerajaannya, sebuah peran yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh raja-raja lain. Ia mengklaim menginginkan terjadinya keadilan bagi semua orang, termasuk kelompok-kelompok yang tidak beruntung di kerajaannya termasuk para janda dan anak yatim.
Perselisihan hukum ditangani oleh para pejabat setempat yang selevel walikota, namun demikian keputusan mereka dapat diajukan banding kepada gubernur, dan dapat dianulir. Terkadang perselisihan hukum dibuka secara umum dengan menyertakan saksi-saksinya di ebuah alun-alun kota atau di depan kuil. Namun demikian raja digambarkan sebagai hakim agung dari kerajaan.
Industri dan Perdagangan
Pada periode ini dikembangkan sistem irigasi yang sangat kompleks dan sentralisasi pertanian (segala hal dibawah kendali raja). Sejumlah besar tenaga kerja dihimpun untuk bekerja di ladang, saluran irigasi, memanen dan menyemai.
Tekstil adalah sebuah industri penting di Ur III, dan juga dikendalikan oleh kerajaan. Banyak pria, wanita dan anak-anak dipekerjakan untuk menggenjot produksi pakaian wol dan linen.
Seni dan Sastra
Pada periode ini bahasa Akkad telah berkembang luas, dan banyak kota-kota baru di beri nama dengan nama Akkad. Namun demikian banyak naskah-naskah diproduksi masal menggunakan bahasa Sumeria, namun terbatas dalam literatur dan dokumen administrativ. Pejabat pemerintah diharuskan untuk menulis dokumen negara hanya dalam bahasa Sumeria.
Beberapa sejarawan meyakini jika Epos Gilgamesh ditulis pada periode ini dalam bentuk bahasa klasik Sumeria. Dinasti Ur III diyakini sedang berusaha untuk mengklaim sebuah hubungan keluarga dengan raja-raja Uruk di masa lampau. Hal ini terlihat dari klaim para raja Ur III sering mengklaim Gilgamesh (memiliki darah illahi), Ninsun, Lugalbanda sebagai leluhur mereka.
Naskah lain dari periode ini, yang dikenal sebagai "The Death of Ur-Nammu (Kematian Ur-Nammu)", berisi adegan di alam baka, dimana Ur-Nammu membawa banyak hadiah kepada saudaranya Gilgamesh.
Perkembangan Kerajaan
Utu-hengal (2119-2113 SM)
Banyak pendapat mengenai latar belakang Utu-henga (memerintah Sumeria selama 6 thn), ada yang mengatakan ia adalah gubernur Uruk, yang memberontak terhadap penguasa Guti pada tahun 2050 SM. Ia memimpin kota-kota Sumeria melawan raja Guti terakhir, Trigan. Setelah peperangan disebuah tempat yang tidak diketahui lokasinya, Utu-Hengal keluar sebagai pemenang, dan Trigan kembali ke daerah asal mereka di Gutium, dalam perjalanan nya ia singgah di sebuah kota bernama Dubrum (lokasinya tidak diketahui), namun ketika penduduk Dubrum mendengar Utu-Hengal menuju kota itu, mereka lalu meringkus Tirigan dan keluarganya sebagai tawanan. Ia di bawa kehadapan Utu-Hengal, dan berjanji untuk meninggalkan tanah Sumeria kembali ke tanah leluhur mereka di Gutium.
Setelah mengalahkan bangsa Guti, Utu-Hengal mengangkat dirinya menjadi raja Sumeria, namun kekuasaan nya tidak berlangsung lama, 7 tahun kemudian ia digantikan oleh Ur-Nammu, seorang gubernur dari kota Ur. Anak perempuan dari Utu-Hengal menikah dengan Ur-Nammu, dan melahirkan Shulgi, raja ke-3 dari Ur III.
Ur-Nammu (2112-2095 SM)
Dari 18 tahun masa pemerintahannya, 17 tahun masa pemerintahannya dikenal luas, namun urutannya tidak dipastikan keakuratannya. 1 tahun pada masa pemerintahannya mencatat kehancuran bangsa guti, 2 tahun mencatat mengenai reformasi hukumnya: "Tahun ketika raja Ur-Nammu, mengatur (orang-orang dikerajaan) dari level terendah hingga tinggi" dan "Tahun ketika Ur-Nammu menegakkan keadilan di negeri ini."
Diantara naskah-naskah tentang Ur-Nammu, tercatat penaklukkannya atas kota Lagash dan merebut tahta atas Sumeria dari tuannya raja Uruk, Utu-Hengal. Ia akhirnya diakui sebagai penguasa regional Ur, Eridu dan Uruk di sebuah upacara penobatan di Nippur. Ia juga di kenal memulihkan keamanan rute perdagangan darat dan ketertiban umum yang sempat kacau pada masa Gutium. Ur-Nammu dikenal memerintahkan untuk membbangun sejumlah kuil, yang disebut Ziggurat, termasuk Ziggurat Besar di Ur.
Ia digantikan oleh anaknya Shulgi, karena wafat dalam medan pertempuran melawan orang-orang Guti, setelah ditinggalkan oleh tentaranya, peristiwa ini diperingati dalam puisi-puisi Sumeria.
Shulgi (2094-2047 SM)
Ia memerintah selama 48 tahun. Dan pencapaiannya adalah menyelesaikan pembangunan Ziggurat Besar di Ur yang di mulai oleh ayah nya. Shulgi terlibat dalam serangkaian perang untuk menuntut balas atas orang-orang Guti atas kematian ayahnya.
Kota Der, adalah salah satu kota Sumeria yang terpandang dengan kuil dewa ular nya, namun pada tahun ke-20 Shulgi berkuasa, ia mengklaim para dewa memutuskan untuk menghancurkannya sebagai penghukuman.
Pada masa hidupnya banyak terdapat puisi yang memuji dirinya, dan pada tahun ke-23 ia berkuasa ia mengklaim sebagai dewa.
Beberapa naskah menyebut Shulgi tidak memiliki ketaatan: "ia tidak melakukan ritual sesuai aturan, ia masih najis dalam ritual pemurnian." ia juga dituduh "memiliki kecenderungan berbuat kriminal, dengan mengambil sebagai barang rampasan perang benda-benda di kuil Esagila dan Babel/Babylon (benda-benda milik dewa Marduk)".
Shulgi memperluas wilayah Sumeria dengan menyerang suku-suku di dataran tinggi seperti suku Lullubi, Lulubum, dan Simurum, serta ke wilayah Elam, Anshan. Namun Shulgi tidak pernah mampu untuk memerintah orang-orang di wilayah ini. Hingga pada tahun ke 37 ia berkuasa, ia memerintahkan pembangunan sebuah tembok besar untuk mencegah mereka memasuki Sumeria.
Selain pembangunan tembok pertahanan, penyelesaian Ziggurat Besar di Ur, Shulgi juga menghabiskan banyak sumber daya dan waktunya untuk memperluas, memelihara jalan raya. Dia membangun rumah-rumah penginapan di sepanjang jalan, agar para pengguna jalan dapat menemukan tempat untuk beristirahat, atas prestasi ini Samuel Noah Kramer menyebut Shulgi adalah pembangun rumah penginapan pertama.
Amar-Sin (2046-2038 SM)
Nama ini berarti "dewa bulan yang abadi", ia memerintah selama 47 tahun. Ia dikenal dengan kampanye militernya melawan penguasa Elam, dan dibawah pemerintahannya kekuasan Ur III meluas hingga ke wilayah Lullubi dan Hamazi di pegunungan Zagros, ia berhasil menjadikan wilayah tersebut sebagai provinsi Sumeria. Ia juga mampu meredam pemberontakan di Ashur dimana ia mengangkat seorang gubernur dari orang Akkad, yang bernama Zariqum.
Di bawah pemerintahan Amar-Sin, kota Eridu mulai ditinggalkan penduduknya, karena masalah kandungan kadar garam yang tinggi pada tanah pertaniannya. Dalam sebuah naskah tertulis
"Amar-Sin ... mengganti qurban persembahan dari lembu dan domba pada festival Akitu di kota Esagila. Ia di nubuatkan akan mati karena di tanduk lembu, namun ia ternyata mati karena gigitan [kalajengking] di sepatunya."
Shu-Sin (2037-2029 SM)
Pada masa ia berkuasa (selama 8 thn) terjadi pemberontakan oleh bangsa Amorit, ia kemudian memerintahkan pembangunan tembok di antara sungai Efrat dan Tigris pada tahun ke-4 ia berkuasa.
Ibbi-Sin (2028-2004 SM)
Selama ia berkuasa (selama 48 thn), kekaisaran Sumeria berulang kali diserang oleh bangsa Amorit. Melihat lemahnya kepemimpinan Ibbi-Sin, bangsa Elam mengumumkan kemerdekaannya dan turut menyerang Sumeria.
Ibbi-Sin memerintahkan tembok kota Ur dan Nippur diperkuat, namun usaha ini tidak mampu menghentikan penjarahan atau mempertahankan wilayah kekaisaran Sumeria. Banyak kota-kota mulai jatuh ke penyerang dari bangsa asing, kota Isin jatuh ke tangan bangsa Amorit dengan rajanya Ishbi-Erra.
Kekuasaan Ibbi-Sin pun hanya tersisa pada kota Ur, dan bangsa Elam yang dipimpin oleh Kindattu, bersama koalisi dari suku-suku di Pegunungan Zagros kemudian menaklukkan Ur, serta membawa Ibbi-Sin ke Elam sebagai tawanan perang, ia kemudian wafat di Elam pada tahun yang tidak di ketahui.
Keruntuhan Ur III dan Invasi bangsa Amorit
Bangsa Amori/Amorit dianggap sebagai bangsa yang terbelakang berdasarkan standar bangsa Mesopotamia; Tahun ke-17 dari Ibbi-Sin secara resmi diberi nama "Tahun bangsa Amori, si angin selatan yang dashyat, dari wilayah terpencil, yang tidak mengenal perkotaan, menyerah kepada Ibbi-Sin raja Ur." Walau ayahnya raja Shu-Sin telah membangun "Dinding Martu (Amorit)" di sepanjang Mesopotamia untuk mencegah masuknya bangsa Amorit, namun mereka berhasil menyusup pada masa awal pemerintahan Ibbi-Sin.
Para ahli mempercayai jika pada masa Ibbi-Sin, kekaisaran menderita akibat musim kemarau yang panjang - sama halnya dengan kekeringan yang menyebabkan runtuhnya kekaisaran Akkad pada tahun 2193 SM. Pada tahun ke 7 pemerintahan Ibbi-Sin, harga gandum telah meningkat hingga 60x. Kita dapat menyimpulkan keberhasilan bangsa Amorit dalam mengacaukan kekaisaran Ur III, dalam beberapa bagian, telah merusak produktivitas pertanian dan sistem irigasi; serangan ini menyebabkan kelaparan dan keruntuhan ekonomi, dan memberi jalan bagibangsa Elam.
Setelah keruntuhan dinasti Ur III (Neo-Sumeria) peta politik di Mesopotamia terbagi ke pada 4 Kekaisaran utama:
1. Kekaisaran Elam (2700–539 SM).
2. Kekaisaran Babylon Tua (Babel I) (1830—1531 SM).
3. Kekaisaran Ashur Tua (2025–1378 SM)
4. Kekaisaran Hittite/Het (1600–1178 SM).
No comments:
Post a Comment