Nama Babylon (Akkad: Babili atau Babilim; Aramaik: Babel; Ibrani: Bavel; Syria: Bawel; Arab: Babil) berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan adaptasi dari bahasa Akkad Babili, yaitu sebutan pada millenium ke-2 SM, yang merupakan adaptasi dari bahasa non-Semit, dan nama aslinya yang tidak diketahui.
Pada millenium ke-1 SM, namanya populer dengan sebutan Babili dibawah pengaruh legenda rakyat populer, yang ditelusuri pada kata "bab-ili" yang berarti "gerbang-para dewa" atau "gerbang-el" dalam bahasa Aramaik/Ibrani. Hal ini mirip dengan bahasa Ibrani "balal" yang berarti "bingung", dan "bilbel" yang berarti "membingungkan".
Kejadian 11:9
Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN (Yahweh) bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Reruntuhan kota Babylon dapat disaksikan di kota Hillah, Irak, sekitar 85 KM dari kota Baghdad, yang berupa tumpukan batu bata dan pecahan batu, seluas kurang dari 2 x 1 KM, di tepi sungai Efrat. Awalnya aliran sungai ini membelah kota Babylon, namun alirannya bergeser, sehingga sebagian wilayah kota terendam sungai.
Meskipun situs ini telah di huni oleh manusia sejak millenium ke-3 SM, namun hampir tidak ada sisa dari periode itu, sebagian besar rerutuhan adalah dari periode Neo-Babylon (bangsa Chaldean/Kasdim). Naiknya ketinggian air di wilayah ini menyebabkan reruntuhan yang berasal dari masa sebelum Neo-Babylon mustahil untuk ditemukan. Selain itu, pada periode Neo-Babel, terjadi proyek besar untuk membangun kembali kota ini, dan mungkin telah menghancurkan sebagian besar peninggalan dari periode sebelumnya. Kota Babel juga seringkali diserang oleh bangsa-bangsa asing, seperti Hittite/Het, Kassit, Elam, Ashur, Achaemenid. Juga sebagian situs ini dijadikan bahan baku untuk bangunan komersil oleh penduduk setempat.
Sejarah Kuno
Sebuah tablet, yang dikenal sebagai "Weidner Chronicle (ABC 19)" menggambarkan jika Sargon telah membangun Babylon di depan kota Akkad (berdampingan).
Ahli bahasa I.J. Gelb berpendapat kemungkinan nama Babil merujuk pada sebuah nama kota lain yakni Bawel, dari periode sebelumnya yang berasal di Iran kuno. David Rohl berpendapat jika Babel mungkin merujuk kepada kota Eridu. Joan Oates mengklaim dalam bukunya jika Babel yang berarti Gerbang para dewa tidak lagi diterima oleh para ilmuwan moderen.
Sekitar akhir abad ke-19 SM, sebagian besar Mesopotamia bagian selatan diduduki oleh orang-orang Amorit, suku nomaden yang berasal dari wilayah utara Levant (Syam) yang berbahasa Semit Barat, tidak seperti orang Akkad dan Ashur yang berbahasa Semit Timur. Orang Amorit awalnya sangat awam mengenai pertanian, mereka berpola hidup semi-nomaden, penggembala domba.
Seiring waktu, orang Amorit lalu menjadi pedagang gandum, dan ketika menjadi kuat mereka mendirikian pemerintahan tersendiri di beberapa kota di Mesopotamia, seperti kota Isin, Larsa, Eshnunna, Lagash, hingga mendirikian sebuah kekaisaran yaitu Babylon.
Mengenal Bangsa Amorit
Penanggalan Babylon Oleh Bangsa Yunani & Romawi (Era Klasik)
Pernyataan Ctesias, dikutip oleh Diodorus Siculus dan dalam George Syncellus, Chronographia mengklaim memiliki akses terhadap naskah dari Babylon, yang menyebut Babylon di dirikan pada tahun 2286 SM, dan raja pertamanya adalah Belus. Gambaran serupa ditemukan dalam tulisan Berossus, yang mengutip Pliny, menyatakan bahwa pengamatan astronomi di Babylon telah dimulai 490 tahun sebelum era Phoroneus di Yunani, dan mengindikasikan pada tahun 2243 SM. Stephanus dari Byzantium menulis jika Babylon di bangun 1002 tahun sebelum pengepungan kota Troy pada tahun 1229 SM (tanggal Troy diberikan oleh Hellanicus dari Lesbos), yang menanggalkan Babel pada tahun 2231 SM.
Semua penanggalan ini menempatkan pembangunan Babel pada abad ke-23 SM; namun naskah-naskah dalam tulisan Akkad belum mengkonfirmasi informasi dari era Klasik ini.
Kronologi Raja-Raja Babylon (Amorit)
Kronologi dari dinasti bertama Babylon terdiri dari 2 daftar, namun yang populer adalah daftar dari kronologi pendek:
1. Sumu-abum atau Su-abu (1830-1817 SM)
2. Sumu-la-El (1817-1781 SM)
3. Sabium atau Sabum (1781-1767 SM)
4. Apil-Sin (1767-1749 SM)
5. Sin-muballit (1748-1729 SM)
6. Hammurabi (1728-1686 SM)
7. Samsu-iluna (1686-1648 SM)
8. Abi-eshuh (1648-1620 SM)
9. Ammi-ditana (1620-1583 SM)
10. Ammi-saduqa (1582-1562 SM)
11. Samsu-Ditana (1562-1531 SM) (penghancuran Babylon)
Periode Babilon (I) Tua
Dinasti pertama Babel di dirikan oleh kepada suku Amorit bernama Sumu-abum pada tahun 1894 SM, yang mendeklarasikan kemerdekaan dari negara-kota tetangga mereka Kazallu. Orang Amorit bukanlah pribumi Mesopotamia, mereka adalah sekelompok pendatang semi-nomaden yang berasal dari utara Kanaan.
Sekitar tahun 1800 SM atau 1720 SM, di Mesir, sebuah kelompok yang diperkirakan juga berasal dari Kanaan memasuki wilayah delta sungai Nil. Mereka akan dikenal sebagai Hyksos (heqa khaseshet, yang berarti penguasa dari negeri asing)
Bangsa Amorit (dari barat) dan Elam (dari timur) sebelumnya telah dicegah untuk mengambil alih kota-kota di Mesopotamia Selatan oleh bangsa Ashur (kekaisaran Ashur Tua) selama abad ke 21 dan 20 SM, sebuah intervensi dari Mesopotamia Utara. Namun, ketika bangsa Ashur mengalihkan perhatian mereka untuk mengembangkan koloni di Asia kecil, bangsa Amorit mulai mengambil kesempatan dengan menggulingkan penguasa-penguasa di wilayah selatan Mesopotamia.
Awalnya Babylon hanyalah sebuah negara-kota kecil, dan mengontol wilayah sekitarnya yang tidak luas, dan 4 penguasa Amorit tidak mengklaim gelar raja untuk kota-kota ini. Ia berada di belakang negara kuat dan mapan yaitu Ashur, Elam, Isin dan Larsa.
Periode Hammurabi (1792-1750 SM atau 1810-1750 SM)
Hammurabi atau Ammurapi naik tahta dengan wilayah yang sangat kecil, dan situasi geopolitik yang kompleks. Kerajaan kuat Eshnunna mengontrol wilayah bagian atas dari sungai Tigris, sementara Larsa mengendalikan delta sungai. Di timur terdapat kerajaan Elam yang kuat dan sering kali menyerang dan memaksa upeti dari negara kecil di Mesopotamia selatan. Di utara raja Ashur, Shamsi-Adad I, sangat kuat dan mengontol wilayah hingga ke Asia Kecil, Levant (Syam), dan Mesopotamia tengah.
Pada masa awal memerintah, Hammurabi memperkuat & meninggikan tembok kota, memperluas kuil-kuil. Kemudian kerajaan Elam menyerang Mesopotamia, dan menghancurkan kerajaan Eshnunna, serta beberapa kota kecil lainnya, Elam mencoba menimbulkan peperangan antara Babylon dan Larsa, namun sebaliknya mereka bersatu melawan Elam.
Ketika terjadi pertikaian militer, Larsa ternyata tidak berkontribusi. Hammurabi yang murka lalu menyerang Larsa, dan akhirnya ia berhasil mengendalikan seluruh Mesopotamia selatan. Selama berperang melawan Elam, Hammurabi dibantu oleh sekutunya dari wilayah utara yaitu Yamhad dan Mari, namun karena di wilayah utara tersebut kekurangan tentara timbul lah kekacauan di negara sekutu tersebut. Setelah mengalahkan Eshnunna, tentara Hammurabi lalu bergerak ke wilayah utara, dan menaklukkan bekas sekutunya Mari, meskipun sebenarnya Mari menyerah tanpa terjadinya konflik.
Hammurabi lalu terlibat dalam peperangan panjang dengan Ishme-Dagan I raja Ashur untuk mengontrol Mesopotamia, masing-masing dari kedua raja ini kemudian melakukan aliansi dengan negara-negara kecil untuk mendapatkan kekuatan mayoritas. Namun setelah kematian Ishme-Dagan I, raja Ashur berikut Mut-Ashkur berhasil ditundukkan oleh Hammurabi untuk membayar upeti, namun Babylon tidak memerintah Ashur secara langsung. Namun Babylon berhasil memperluas pengaruh nya ke wilayah Hatti, Hurrian di Asia Kecil
Dalam waktu singkat, Hammurabi berhasil menyatukan Mesopotamia dalam kekuasaannya. Kerajaan Ashur mampu bertahan namun dipaksa untuk tunduk membayar upeti selama hidup Hammurabi. Hammurabi juga menyerang dan menaklukkan Elam di wilayah timur, dan kerajaan Ebla di wilayah barat. Dari seluruh negara-negara utama di wilayah ini, hanya Aleppo dan Qatna yang berada di wilayah Levant (barat) yang berhasil mempertahankan kemerdekaannya. Terdapat kepercayaan populer saat ini jika Hammurabi adalah tokoh Amraphel, raja Shinar (Sumeria) dalam kitab Kejadian 14:1.
Para arkeolog telah menemukan sejumlah besar tablet yang berasal dari masa pemerintahan Hammurabi dan penerusnya. Naskah-naskah ini memberi gambaran sekilas mengenai rutinitas kejadian di pengadilan serta di kerajaan, dari menghadapi banjir hingga memperbaiki kalender yang kurang sempurna dan mengurus ternak kerajaan yang besar.
Kode Hukum (Hukum Hammurabi)
Kode Hammurabi adalah sebuah prasasti yang ditempatkan di tempat umum, dan tertulis hukum-hukum di dalamnya agar dapat disaksikan oleh semua orang, namun demikian menurut para ilmuwan hanya sedikit rakyat yang dapat membacanya karena banyak rakyat Babylon yang buta huruf. Prasasti ini kemudian dijarah oleh orang Elam dan dipindahkan ke ibu kota mereka Susa; dan ditemukan kembali pada tahun 1901 di Iran, dan sekarang berada di Museum Louvre, Paris.
Kode Hammurabi berisi 282 hukum, yang ditulis dalam 12 tablet. Tidak seperti hukum sebelumnya, Kode ini ditulis dalam bahasa Akkad, yaitu bahasa sehari-hari orang Babylon, dan dapat dibaca oleh penduduk Babylon yang melek huruf.
Struktur dari kode ini sangat spesifik, dengan menyebut setiap pelanggaran dan hukumannya. Hukuman tersebut cenderung sangat barbar menurut standar modern, karena banyak hukuman nya dapat menyebabkan kematian, dan cacat permanen. Mereka menggunakan filosofi "mata ganti mata, gigi ganti gigi" Lex Talionis atau "Hukum Pembalasan". Kode ini juga merupakan salah satu contoh paling awal tentang gagasan praduga tak bersalah, terdakwa dan penuduh memiliki kesempatan untuk memberikan bukti. Namun demikian tidak ada ketentuan untuk proses untuk meringankan atau mengubah hukuman yang telah diputuskan.
Pada bagian atas dari prasasti terdapat ukiran yang menggambarkan Hammurabi menerima hukum dari dewa Shamash atau Marduk, dan terdapat kata pengantar yang menyatakan bahwa Hammurabi dipilih oleh para dewa untuk membawa hukum-hukum tersebut kepada bangsanya. Terdapat paralel dengan narasi dalam Alkitab tentang pemberian hukum oleh Yahweh kepada bangsa Yahudi melalui Musa, dan kesamaan diantara 2 kode hukum tersebut menunjukkan kesamaan leluhur antara 2 bangsa semit ini.
Hukum serupa terdapat pada kode Ur-Nammu (dari periode sebelumnya yaitu Neo-Sumeria), Hukum Eshnunna, kode Lipit-Ishtar dan kode hukum bangsa Het.
Selama pemerintahan Hammurabi dan sesudah nya, Babylon menggantikan posisi "kota paling suci" di Mesopotamia selatan dari kota Eridu dan Nippur (sebelumnya pada masa periode Akkad sempat berpindah ke Babylon, namun kemudian kembali ke Nippur pada masa Neo-Sumeria).
Periode Samsu-iluna (1686-1648 SM)
Samsu-iluna adalah anak dari Hammurabi, dan pada tahun ke-9 pemerintahan nya, seorang bernama Rim-sin dari Larsa memimpin pemberontakan, yang kemudian menyebar hingga membentuk aliansi yang terdiri dari 26 kota, termasuk di dalamnya: Uruk, Ur, Isin, Eshnunna dan Kisurra.
Samsu-iluna berhasil mengatasi koalisi ini. Pada tahun pertama penumpasan ini, sang penguasa Eshnunna, Iluni kemudian diseret ke Babylon lalu dieksekusi dengan hukuman gantung. 4 tahun kemudian, Samsu-iluna menyerang Ur, ia meruntuhkan tembok kota dan menjarahnya, nasib yang sama diterima Uruk dan Isin. Akhirnya Larsa ditaklukkan dan Rim-sin terbunuh.
Di tanah Kanaan, kota Yerikho mencapai masa ke-emasan sekitar tahun 1700 SM, dan berdasarkan data arkeologi, kota ini hancur pada tahun 1573 SM.
DI Mesir: pada tahun 1650 SM, bangsa Hyksos menguasai Mesir, dan mendirikan dinasti mereka di Avaris.
Namun pemberontakan tidak lah berhenti, beberapa tahun kemudian, seorang bernama Ilum-ma-ili mengklaim sebagai keturunan raja terakhir Isin, kembali memicu pemberontakan pat-Sumeria berikutnya. Samsu-iluna membawa tentaranya ke Sumeria dan keduanya bertempur namun tidak ada pemenang kali ini; Ilum-ma-ili kemudian mendirikan dinasti pertama URU.KU atau Sealand atau "Lautan Kota" atau dinasti ke-2 Babylon yang terpisah dari dinasti Amorit di wilayah rawa-rawa di ujung tenggara Mesopotamia. Yang mana berhasil mengendalikan sebagian wilayah Sumeria selama 300 thn.
Setelah pertempuran ini Samsu-iluna mengambil posisi defensif; Pada tahun ke-18 pemerintahannya ia membangun 6 benteng di sekitar Nippur untuk menjaga kota tersebut tetap berada dalam kendali Babylon. Namun usaha ini sia-sia, setelah kematian Samsu-iluna, rakyat Nippur mengakui Ilum-ma-ili sebagai raja mereka.
Pada tahun ke-20 pemerintahannya, kota Eshnunna kembali memberontak, Samsu-iluna menumpas mereka lalu mendirikan benteng Dur-samsuiluna untuk mengawasi kota ini. Kekacauan ini diikuti oleh Ashur dan Elam untuk melepaskan diri dari kontrol Babylon. Raja Katurnahunte I dari Elam, menjarah kota Uruk yang telah tidak memiliki dinding kota akibat serangan Samsu-iluna sebelumnya, salah satu yang dijarah adalah patung Inana yang kemudian di kembalikan oleh Ashurbanipal 11 abad kemudian. Di Ashur, penguasa setempat bernama Puzur-Sin mengusir raja Asinum (orang Amorit) yang diangkat oleh raja Hammurabi. Posisi raja lalu direbut oleh Ashur-dugul, dan terjadi perang saudara di Ashur. Samsu-iluna tidak berdaya untuk mengendalikan situasi di Ashur, hingga kemudian seorang raja bernama Adasi, berhasil mengendalikan situasi di Ashur, dan melepaskan semua pengaruh Babylon (Amorit). Wilayah kekuasaan Samsu-iluna yang tersisa semakin mengecil, seluas wilayah karir awal Hammurabi selama 50 thn. Status Eshnunna sangat sulit dipastikan, namun ia tetap berada dalam pengaruh Babylon hingga kehilangan pengaruh politiknya.
Pencatatan naskah pada kota Ur, Uruk dan Larsa mulai terhenti ketika memasuki masa 10 thn pemerintahan Samsu-iluna, para imam kota ini sebenarnya terus menulis namun dari kota lain di wilayah utara. Pencatatan naskah di kota Nippur dan Isin juga terhenti pada tahun ke-29 Samsu-iluna. Terputusnya aktivitas pencatatan ini menunjukkan bahwa kota-kota ini mulai ditinggalkan oleh penduduknya selama ratusan tahun, hingga di huni kembali pada periode Kassite.
Periode Samsu-Ditana (1562-1531 SM) - Raja Babylon Amorit Terakhir
Ia adalah raja terakhir yang berkuasa selama 31 tahun, walau kerajaan Babylon telah mengecil terutama di wilayah selatan Mesopotamia, namun pengaruhnya masih terasa di kota Mari dan Terqa. Masa pemerintahan Samsu-Ditana tidak terlalu banyak diketahui, karena tidak ada prasasti perang atau bangunan monumental yang menulis namanya. Dalam naskah dinasti Sealand (Uru.ku), pada sebuah epos kerajaan Gulkisar, pada masa raja ke-6 mereka yang menggambarkan permusuhan terhadap Samsu-Ditana.
Di Mesir, firaun Ahmose berhasil mengusir bangsa Hyksos pada tahun 1550 SM, bangsa Hyksos ini kemudian menetap di wilayah Kanaan yang menjadi negeri vassal Mesir.
Dalam "Naskah Tamitu", terdapat sebuah nubuat dari dewa Samas dan Adad, yang menyebut tentang sebuah pemberontakan, namun Samsu-Ditana tidak dapat mencegah mereka, karena negeri Babel sedang terurai, dan para pejabatnya saling bersaing untuk merebut hak pemerintahan, dan biaya operasional militer yang membengkak tidak dapat diimbangi dengan pendapatan kerajaan. Dan akhirnya sebuah kekalahan memalukan datang dari sebuah serangan mendadak dari bangsa Het (Hittite) oleh raja Mursili I pada tahun 1595 SM (atau kronologi lain 1531 SM), mereka menjarah dan memusnahkan dinasti Babylon (Amorit) secara total.
Pada sebuah catatan sejarah dari periode berikut secara singkat dituliskan: "Pada saat masa pemerintahan Samsu-Ditana, orang-rang Het bergerak melawan Akkad." Mursili I menaklukkan Babel hanya untuk menjarah harta dan tawanan perang, mereka tidak menginginkan untuk mengendalikan pemerintahan di wilayah ini. Kisah tentang bangsa Het juga muncul dalam "Dektrit Telepinu" yang menceritakan: "kemudian ia berjalan ke Babel dan menghancurkan Babel, dan mengalahkan tentara bangsa Hurrian, dan mereka membawa tawanan perang dan harta benda Babel ke Hattusa (ibu kota Het)."
Bangsa Het turut menjarah patung dewa Marduk dan istrinya dewi Sarpatinum, dan memindahkan mereka tanah Hani (negeri Het) dan 24 tahun kemudian patung ini kembali ke Babel pada masa pemerintahan dinasti Kassite, raja Agum Kakrime (1507 SM, kronologi pendek).
Setelah penjarahan, Babel ditinggalkan dalam reruntuhan dan tak berpenduduk, hingga kemudian dibangun kembali oleh dinasti Kassite.
Bangsa Kassit dari pegunungan Zagros di bagian utara Iran kemudian merebut seluruh wilayah Babylon, dan mendirikan dinasti yang bertahan selama 435 tahun, berakhir pada tahun 1160 SM. Kota Babylon berubah nama menjadi Karanduniash selama periode ini. Wilayah utara Kekaisaran Kassit-Babylon kemudian ditundukkan oleh kekaisaran Ashur, dan wilayah timur dikuasai oleh Elam, kedua kekuatan ini bersaing untuk menguasai kota. Namun raja Ashur, Tukulti-Ninuarta I, kemudian menaklukkan Babylon pada tahun 1235 SM.
Pada tahun 1155 SM, setelah mengalami berbagai serangan dan aneksasi dari bangsa Ashur dan Elam, bangsa Kassite kemudian tersingkir dari Babylon. Dan muncul lah dinasti dari bangsa Akkad yang memerintah Babylon untuk pertama kalinya, bamun Babylon tetap lemah dan tunduk pada dominasi Ashur.
Raja pribumi Mesopotamia (Akkad) tidak efektif mencegah gelombang pendatang baru dari wilayah barat yaitu Levant, mereka adalah bangsa Aram, Sutea pada abad ke 11 SM. Bangsa Aram berhasil memerintah Babylon pada akhir abad ke-11 SM. Dan akhirnya datanglah orang Kasdim/Chaldean pada abad ke-9 SM, mereka berhasil mendirikan kekaisaran Neo-Babylon (626–539 SM), bangsa ini berhasil memusnahkan saingan Babylon, yakni Ashur untuk selama-lamanya dalam sejarah Mesopotamia.
Keagamaan
Praktek keagamaan dan mitologi pada periode Babylon sangat dipengaruhi oleh budaya Sumeria. Kebanyakan mitos-mitos ditulis dalam bahasa Sumeria dan Akkad, beberapa naskah diterjemahkan kedalam bahasa Akkad dari Sumeria dan nama-nama para dewa diubah. Bangsa Babel memiliki dewa unik yang bernama Marduk, dan menggantikan Enlil sebagai dewa utama. Enuma Elis, adalah sebuah epos mitologi penciptaan yang berasal dari bangsa Babylon, yang berbeda dengan dengan versi penciptaan alam semesta bangsa Sumeria (menyatunya dewa An dan KI).
Festival Akitu yang merupakan perayaan tahun baru (bulan 1, Nisannu, dalam bahasa Ibrani Nisan), dijadikan sebagai perayaan penciptaan bumi, dan Marduk adalah tokoh utama dari kisah Enuma Elis.
Marduk (AMAR.UTU) berarti lembu dari dewa matahari (UTU), adalah dewa yang pada masa Hammurabi mulai menjadi dewa utama di Babel, dan berdiam di kuil Esagila. Istri dari marduk adalah dewi Sarpanit, dan Marduk adalah anak dari dewa Ea (Sumeria Enki) dan Damkina, terdapat beberapa kekuatan dari Ea dan Enlil yang dipercaya di serap oleh Marduk. Marduk juga dikenal sebagai pengendali cuaca, dan senjata utamanya adalah badai (Enlil adalah dewa udara).
Dewa Marduk dan Peliharaannya Mushussu (ular naga), dari segel silinder zaman Babylon Tua.
Pada masa Sumeria, terdapat 2 kuil utama di utara adalah Nippur dengan dewa utama Enlil, di selatan adalah Eridu dengan dewa utama Enki (Ea). Dan kini Marduk mewakili kekuatan keduanya, seperti halnya Babel yang kini menguasai wilayah utara dan selatan Mesopotamia. Salah satu saingan dari kultus Marduk pada tahun 1750 SM adalah dewa Assur (Ashur) yang merupakan dewa utama bangsa Ashur/Asyur.
Marduk sering dipanggil dengan sebutan Bel yang berarti Tuan (dalam bahasa Kanaan, Baal juga berarti tuan), sebutan lain adalah Bel rabim "tuan yang maha besar", bel belim "tuan dari para tuan".
Demikianlah dewa Enki/Ea mengakui superioritas dari anaknya untuk mengontrol umat manusia.
Mitologi Enuma-Elis"(e-nu-ma e-liš la na-bu-ú šá-ma-mu)
Ketika di ketinggian, langit tidak bernama,
Dan bumi di bawah juga tidak bernama,
Dan sang purba Apsû, yang memperanakkan mereka,
Dan kekacauan, Tiamat, ibu mereka,
Air-air mereka bercampur bersama,
Dan belum terbentuk ladang, tidak ada rawa yang terlihat;
Ketika belum ada dewa-dewa yang dijadikan."
Epos ini menyebut tentang bersatunya dua dewa purba: Apsû (atau Abzu) yang melambangkan air tawar dan Tiamat yang melambangkan air laut, yang melahirkan berbagai dewa muda yang tinggal dalam tubuh raksasa Tiamat. Mereka membuat suara begitu bising sehingga sangat mengganggu Tiamat dan Apsû. Apsû bermaksud membunuh dewa-dewa muda itu, tetapi Tiamat tidak setuju. Sang perdana menteri, Mummu, setuju dengan rencana Apsû untuk menghancurkan mereka. Tiamat, dalam upaya menghentikan tindakan ini, memperingatkan Ea (Enki/Nudimmud), yang paling kuat di antara dewa-dewa. Ea menggunakan sihir untuk membuat Apsû dalam keadaan koma, kemudian membunuhnya, dan memenjarakan Mummu. Ea kemudian menjadi pemimpin dewa. Dengan istrinya, Damkina, Ea mempunyai putra, Marduk, yang lebih besar dari Ea. Marduk diberi angin untuk dibuat mainan dan ia menggunakan angin itu untuk membuat badai pasir dan angir ribut. Ini mengganggu tubuh raksasa Tiamat dan membuat dewa-dewa yang tinggal di dalam tubuh itu tidak bisa tidur.
Dewa-dewa itu meminta Tiamat untuk membalas dendam kematian suaminya, Apsû. Kekuatannya bertambah, dan sejumlah dewa mengikutinya. Tiamat menciptakan 11 monster (Bašmu, Ušumgallu, Mušmaḫḫū, Ugallu, Umū dabrūtu, Kulullû, Kusarikku, Scorpion man, dll) untuk membantunya memenangkan perang dan mengangkat Kingu, suami barunya, menjadi "supreme dominion" ("penguasa utama"). Digambarkan bagaimana dewa-dewa tidak mampu melawan ancaman ini. Marduk menawarkan untuk menyelamatkan dewa-dewa itu kalau ia ditunjuk sebagai pemimpin mereka dan tetap menjadi pemimpin sekalipun ancaman sudah berlalu. Ketika para dewa setuju pada persyaratan Marduk, ia menjadi wakil mereka untuk berperang melawan Tiamat, dan menjadi sangat kuat. Marduk menantang Tiamat berduel dan menghancurkannya. Kemudian ia mencabik mayat Tiamat menjadi dua bagian yang dijadikannya bumi dan langit. Marduk kemudian menciptakan kalender, mengorganisir planet-planet dan bintang-bintang, dan mengatur bulan, matahari, serta cuaca.
Para dewa yang bersumpah setia pada Tiamat awalnya disuruh bekerja paksa bagi para dewa yang berpihak pada Marduk. Tetapi kemudian mereka dibebaskan dari pekerjaan ini, ketika Marduk kemudian menghancurkan suami Tiamat, Kingu, dan menggunakan darahnya untuk menciptakan manusia guna dipekerjakan bagi para dewa. Yang paling menarik adalah pengangkatan simbolik Marduk di atas Enlil, yang dalam budaya kuno Mesopotamia sebelumnya dipandang sebagai raja para dewa.
Pada millenium ke-1 SM, namanya populer dengan sebutan Babili dibawah pengaruh legenda rakyat populer, yang ditelusuri pada kata "bab-ili" yang berarti "gerbang-para dewa" atau "gerbang-el" dalam bahasa Aramaik/Ibrani. Hal ini mirip dengan bahasa Ibrani "balal" yang berarti "bingung", dan "bilbel" yang berarti "membingungkan".
Kejadian 11:9
Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN (Yahweh) bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Reruntuhan kota Babylon dapat disaksikan di kota Hillah, Irak, sekitar 85 KM dari kota Baghdad, yang berupa tumpukan batu bata dan pecahan batu, seluas kurang dari 2 x 1 KM, di tepi sungai Efrat. Awalnya aliran sungai ini membelah kota Babylon, namun alirannya bergeser, sehingga sebagian wilayah kota terendam sungai.
Meskipun situs ini telah di huni oleh manusia sejak millenium ke-3 SM, namun hampir tidak ada sisa dari periode itu, sebagian besar rerutuhan adalah dari periode Neo-Babylon (bangsa Chaldean/Kasdim). Naiknya ketinggian air di wilayah ini menyebabkan reruntuhan yang berasal dari masa sebelum Neo-Babylon mustahil untuk ditemukan. Selain itu, pada periode Neo-Babel, terjadi proyek besar untuk membangun kembali kota ini, dan mungkin telah menghancurkan sebagian besar peninggalan dari periode sebelumnya. Kota Babel juga seringkali diserang oleh bangsa-bangsa asing, seperti Hittite/Het, Kassit, Elam, Ashur, Achaemenid. Juga sebagian situs ini dijadikan bahan baku untuk bangunan komersil oleh penduduk setempat.
Sejarah Kuno
Sebuah tablet, yang dikenal sebagai "Weidner Chronicle (ABC 19)" menggambarkan jika Sargon telah membangun Babylon di depan kota Akkad (berdampingan).
Ahli bahasa I.J. Gelb berpendapat kemungkinan nama Babil merujuk pada sebuah nama kota lain yakni Bawel, dari periode sebelumnya yang berasal di Iran kuno. David Rohl berpendapat jika Babel mungkin merujuk kepada kota Eridu. Joan Oates mengklaim dalam bukunya jika Babel yang berarti Gerbang para dewa tidak lagi diterima oleh para ilmuwan moderen.
Sekitar akhir abad ke-19 SM, sebagian besar Mesopotamia bagian selatan diduduki oleh orang-orang Amorit, suku nomaden yang berasal dari wilayah utara Levant (Syam) yang berbahasa Semit Barat, tidak seperti orang Akkad dan Ashur yang berbahasa Semit Timur. Orang Amorit awalnya sangat awam mengenai pertanian, mereka berpola hidup semi-nomaden, penggembala domba.
Seiring waktu, orang Amorit lalu menjadi pedagang gandum, dan ketika menjadi kuat mereka mendirikian pemerintahan tersendiri di beberapa kota di Mesopotamia, seperti kota Isin, Larsa, Eshnunna, Lagash, hingga mendirikian sebuah kekaisaran yaitu Babylon.
Mengenal Bangsa Amorit
Penanggalan Babylon Oleh Bangsa Yunani & Romawi (Era Klasik)
Pernyataan Ctesias, dikutip oleh Diodorus Siculus dan dalam George Syncellus, Chronographia mengklaim memiliki akses terhadap naskah dari Babylon, yang menyebut Babylon di dirikan pada tahun 2286 SM, dan raja pertamanya adalah Belus. Gambaran serupa ditemukan dalam tulisan Berossus, yang mengutip Pliny, menyatakan bahwa pengamatan astronomi di Babylon telah dimulai 490 tahun sebelum era Phoroneus di Yunani, dan mengindikasikan pada tahun 2243 SM. Stephanus dari Byzantium menulis jika Babylon di bangun 1002 tahun sebelum pengepungan kota Troy pada tahun 1229 SM (tanggal Troy diberikan oleh Hellanicus dari Lesbos), yang menanggalkan Babel pada tahun 2231 SM.
Semua penanggalan ini menempatkan pembangunan Babel pada abad ke-23 SM; namun naskah-naskah dalam tulisan Akkad belum mengkonfirmasi informasi dari era Klasik ini.
Kronologi Raja-Raja Babylon (Amorit)
Kronologi dari dinasti bertama Babylon terdiri dari 2 daftar, namun yang populer adalah daftar dari kronologi pendek:
1. Sumu-abum atau Su-abu (1830-1817 SM)
2. Sumu-la-El (1817-1781 SM)
3. Sabium atau Sabum (1781-1767 SM)
4. Apil-Sin (1767-1749 SM)
5. Sin-muballit (1748-1729 SM)
6. Hammurabi (1728-1686 SM)
7. Samsu-iluna (1686-1648 SM)
8. Abi-eshuh (1648-1620 SM)
9. Ammi-ditana (1620-1583 SM)
10. Ammi-saduqa (1582-1562 SM)
11. Samsu-Ditana (1562-1531 SM) (penghancuran Babylon)
Periode Babilon (I) Tua
Dinasti pertama Babel di dirikan oleh kepada suku Amorit bernama Sumu-abum pada tahun 1894 SM, yang mendeklarasikan kemerdekaan dari negara-kota tetangga mereka Kazallu. Orang Amorit bukanlah pribumi Mesopotamia, mereka adalah sekelompok pendatang semi-nomaden yang berasal dari utara Kanaan.
Sekitar tahun 1800 SM atau 1720 SM, di Mesir, sebuah kelompok yang diperkirakan juga berasal dari Kanaan memasuki wilayah delta sungai Nil. Mereka akan dikenal sebagai Hyksos (heqa khaseshet, yang berarti penguasa dari negeri asing)
Bangsa Amorit (dari barat) dan Elam (dari timur) sebelumnya telah dicegah untuk mengambil alih kota-kota di Mesopotamia Selatan oleh bangsa Ashur (kekaisaran Ashur Tua) selama abad ke 21 dan 20 SM, sebuah intervensi dari Mesopotamia Utara. Namun, ketika bangsa Ashur mengalihkan perhatian mereka untuk mengembangkan koloni di Asia kecil, bangsa Amorit mulai mengambil kesempatan dengan menggulingkan penguasa-penguasa di wilayah selatan Mesopotamia.
Awalnya Babylon hanyalah sebuah negara-kota kecil, dan mengontol wilayah sekitarnya yang tidak luas, dan 4 penguasa Amorit tidak mengklaim gelar raja untuk kota-kota ini. Ia berada di belakang negara kuat dan mapan yaitu Ashur, Elam, Isin dan Larsa.
Periode Hammurabi (1792-1750 SM atau 1810-1750 SM)
Hammurabi atau Ammurapi naik tahta dengan wilayah yang sangat kecil, dan situasi geopolitik yang kompleks. Kerajaan kuat Eshnunna mengontrol wilayah bagian atas dari sungai Tigris, sementara Larsa mengendalikan delta sungai. Di timur terdapat kerajaan Elam yang kuat dan sering kali menyerang dan memaksa upeti dari negara kecil di Mesopotamia selatan. Di utara raja Ashur, Shamsi-Adad I, sangat kuat dan mengontol wilayah hingga ke Asia Kecil, Levant (Syam), dan Mesopotamia tengah.
Pada masa awal memerintah, Hammurabi memperkuat & meninggikan tembok kota, memperluas kuil-kuil. Kemudian kerajaan Elam menyerang Mesopotamia, dan menghancurkan kerajaan Eshnunna, serta beberapa kota kecil lainnya, Elam mencoba menimbulkan peperangan antara Babylon dan Larsa, namun sebaliknya mereka bersatu melawan Elam.
Ketika terjadi pertikaian militer, Larsa ternyata tidak berkontribusi. Hammurabi yang murka lalu menyerang Larsa, dan akhirnya ia berhasil mengendalikan seluruh Mesopotamia selatan. Selama berperang melawan Elam, Hammurabi dibantu oleh sekutunya dari wilayah utara yaitu Yamhad dan Mari, namun karena di wilayah utara tersebut kekurangan tentara timbul lah kekacauan di negara sekutu tersebut. Setelah mengalahkan Eshnunna, tentara Hammurabi lalu bergerak ke wilayah utara, dan menaklukkan bekas sekutunya Mari, meskipun sebenarnya Mari menyerah tanpa terjadinya konflik.
Hammurabi lalu terlibat dalam peperangan panjang dengan Ishme-Dagan I raja Ashur untuk mengontrol Mesopotamia, masing-masing dari kedua raja ini kemudian melakukan aliansi dengan negara-negara kecil untuk mendapatkan kekuatan mayoritas. Namun setelah kematian Ishme-Dagan I, raja Ashur berikut Mut-Ashkur berhasil ditundukkan oleh Hammurabi untuk membayar upeti, namun Babylon tidak memerintah Ashur secara langsung. Namun Babylon berhasil memperluas pengaruh nya ke wilayah Hatti, Hurrian di Asia Kecil
Dalam waktu singkat, Hammurabi berhasil menyatukan Mesopotamia dalam kekuasaannya. Kerajaan Ashur mampu bertahan namun dipaksa untuk tunduk membayar upeti selama hidup Hammurabi. Hammurabi juga menyerang dan menaklukkan Elam di wilayah timur, dan kerajaan Ebla di wilayah barat. Dari seluruh negara-negara utama di wilayah ini, hanya Aleppo dan Qatna yang berada di wilayah Levant (barat) yang berhasil mempertahankan kemerdekaannya. Terdapat kepercayaan populer saat ini jika Hammurabi adalah tokoh Amraphel, raja Shinar (Sumeria) dalam kitab Kejadian 14:1.
Para arkeolog telah menemukan sejumlah besar tablet yang berasal dari masa pemerintahan Hammurabi dan penerusnya. Naskah-naskah ini memberi gambaran sekilas mengenai rutinitas kejadian di pengadilan serta di kerajaan, dari menghadapi banjir hingga memperbaiki kalender yang kurang sempurna dan mengurus ternak kerajaan yang besar.
Kode Hukum (Hukum Hammurabi)
Kode Hammurabi adalah sebuah prasasti yang ditempatkan di tempat umum, dan tertulis hukum-hukum di dalamnya agar dapat disaksikan oleh semua orang, namun demikian menurut para ilmuwan hanya sedikit rakyat yang dapat membacanya karena banyak rakyat Babylon yang buta huruf. Prasasti ini kemudian dijarah oleh orang Elam dan dipindahkan ke ibu kota mereka Susa; dan ditemukan kembali pada tahun 1901 di Iran, dan sekarang berada di Museum Louvre, Paris.
Kode Hammurabi berisi 282 hukum, yang ditulis dalam 12 tablet. Tidak seperti hukum sebelumnya, Kode ini ditulis dalam bahasa Akkad, yaitu bahasa sehari-hari orang Babylon, dan dapat dibaca oleh penduduk Babylon yang melek huruf.
Struktur dari kode ini sangat spesifik, dengan menyebut setiap pelanggaran dan hukumannya. Hukuman tersebut cenderung sangat barbar menurut standar modern, karena banyak hukuman nya dapat menyebabkan kematian, dan cacat permanen. Mereka menggunakan filosofi "mata ganti mata, gigi ganti gigi" Lex Talionis atau "Hukum Pembalasan". Kode ini juga merupakan salah satu contoh paling awal tentang gagasan praduga tak bersalah, terdakwa dan penuduh memiliki kesempatan untuk memberikan bukti. Namun demikian tidak ada ketentuan untuk proses untuk meringankan atau mengubah hukuman yang telah diputuskan.
Pada bagian atas dari prasasti terdapat ukiran yang menggambarkan Hammurabi menerima hukum dari dewa Shamash atau Marduk, dan terdapat kata pengantar yang menyatakan bahwa Hammurabi dipilih oleh para dewa untuk membawa hukum-hukum tersebut kepada bangsanya. Terdapat paralel dengan narasi dalam Alkitab tentang pemberian hukum oleh Yahweh kepada bangsa Yahudi melalui Musa, dan kesamaan diantara 2 kode hukum tersebut menunjukkan kesamaan leluhur antara 2 bangsa semit ini.
Hukum serupa terdapat pada kode Ur-Nammu (dari periode sebelumnya yaitu Neo-Sumeria), Hukum Eshnunna, kode Lipit-Ishtar dan kode hukum bangsa Het.
Selama pemerintahan Hammurabi dan sesudah nya, Babylon menggantikan posisi "kota paling suci" di Mesopotamia selatan dari kota Eridu dan Nippur (sebelumnya pada masa periode Akkad sempat berpindah ke Babylon, namun kemudian kembali ke Nippur pada masa Neo-Sumeria).
Periode Samsu-iluna (1686-1648 SM)
Samsu-iluna adalah anak dari Hammurabi, dan pada tahun ke-9 pemerintahan nya, seorang bernama Rim-sin dari Larsa memimpin pemberontakan, yang kemudian menyebar hingga membentuk aliansi yang terdiri dari 26 kota, termasuk di dalamnya: Uruk, Ur, Isin, Eshnunna dan Kisurra.
Samsu-iluna berhasil mengatasi koalisi ini. Pada tahun pertama penumpasan ini, sang penguasa Eshnunna, Iluni kemudian diseret ke Babylon lalu dieksekusi dengan hukuman gantung. 4 tahun kemudian, Samsu-iluna menyerang Ur, ia meruntuhkan tembok kota dan menjarahnya, nasib yang sama diterima Uruk dan Isin. Akhirnya Larsa ditaklukkan dan Rim-sin terbunuh.
Di tanah Kanaan, kota Yerikho mencapai masa ke-emasan sekitar tahun 1700 SM, dan berdasarkan data arkeologi, kota ini hancur pada tahun 1573 SM.
DI Mesir: pada tahun 1650 SM, bangsa Hyksos menguasai Mesir, dan mendirikan dinasti mereka di Avaris.
Namun pemberontakan tidak lah berhenti, beberapa tahun kemudian, seorang bernama Ilum-ma-ili mengklaim sebagai keturunan raja terakhir Isin, kembali memicu pemberontakan pat-Sumeria berikutnya. Samsu-iluna membawa tentaranya ke Sumeria dan keduanya bertempur namun tidak ada pemenang kali ini; Ilum-ma-ili kemudian mendirikan dinasti pertama URU.KU atau Sealand atau "Lautan Kota" atau dinasti ke-2 Babylon yang terpisah dari dinasti Amorit di wilayah rawa-rawa di ujung tenggara Mesopotamia. Yang mana berhasil mengendalikan sebagian wilayah Sumeria selama 300 thn.
Setelah pertempuran ini Samsu-iluna mengambil posisi defensif; Pada tahun ke-18 pemerintahannya ia membangun 6 benteng di sekitar Nippur untuk menjaga kota tersebut tetap berada dalam kendali Babylon. Namun usaha ini sia-sia, setelah kematian Samsu-iluna, rakyat Nippur mengakui Ilum-ma-ili sebagai raja mereka.
Pada tahun ke-20 pemerintahannya, kota Eshnunna kembali memberontak, Samsu-iluna menumpas mereka lalu mendirikan benteng Dur-samsuiluna untuk mengawasi kota ini. Kekacauan ini diikuti oleh Ashur dan Elam untuk melepaskan diri dari kontrol Babylon. Raja Katurnahunte I dari Elam, menjarah kota Uruk yang telah tidak memiliki dinding kota akibat serangan Samsu-iluna sebelumnya, salah satu yang dijarah adalah patung Inana yang kemudian di kembalikan oleh Ashurbanipal 11 abad kemudian. Di Ashur, penguasa setempat bernama Puzur-Sin mengusir raja Asinum (orang Amorit) yang diangkat oleh raja Hammurabi. Posisi raja lalu direbut oleh Ashur-dugul, dan terjadi perang saudara di Ashur. Samsu-iluna tidak berdaya untuk mengendalikan situasi di Ashur, hingga kemudian seorang raja bernama Adasi, berhasil mengendalikan situasi di Ashur, dan melepaskan semua pengaruh Babylon (Amorit). Wilayah kekuasaan Samsu-iluna yang tersisa semakin mengecil, seluas wilayah karir awal Hammurabi selama 50 thn. Status Eshnunna sangat sulit dipastikan, namun ia tetap berada dalam pengaruh Babylon hingga kehilangan pengaruh politiknya.
Pencatatan naskah pada kota Ur, Uruk dan Larsa mulai terhenti ketika memasuki masa 10 thn pemerintahan Samsu-iluna, para imam kota ini sebenarnya terus menulis namun dari kota lain di wilayah utara. Pencatatan naskah di kota Nippur dan Isin juga terhenti pada tahun ke-29 Samsu-iluna. Terputusnya aktivitas pencatatan ini menunjukkan bahwa kota-kota ini mulai ditinggalkan oleh penduduknya selama ratusan tahun, hingga di huni kembali pada periode Kassite.
Periode Samsu-Ditana (1562-1531 SM) - Raja Babylon Amorit Terakhir
Ia adalah raja terakhir yang berkuasa selama 31 tahun, walau kerajaan Babylon telah mengecil terutama di wilayah selatan Mesopotamia, namun pengaruhnya masih terasa di kota Mari dan Terqa. Masa pemerintahan Samsu-Ditana tidak terlalu banyak diketahui, karena tidak ada prasasti perang atau bangunan monumental yang menulis namanya. Dalam naskah dinasti Sealand (Uru.ku), pada sebuah epos kerajaan Gulkisar, pada masa raja ke-6 mereka yang menggambarkan permusuhan terhadap Samsu-Ditana.
Di Mesir, firaun Ahmose berhasil mengusir bangsa Hyksos pada tahun 1550 SM, bangsa Hyksos ini kemudian menetap di wilayah Kanaan yang menjadi negeri vassal Mesir.
Dalam "Naskah Tamitu", terdapat sebuah nubuat dari dewa Samas dan Adad, yang menyebut tentang sebuah pemberontakan, namun Samsu-Ditana tidak dapat mencegah mereka, karena negeri Babel sedang terurai, dan para pejabatnya saling bersaing untuk merebut hak pemerintahan, dan biaya operasional militer yang membengkak tidak dapat diimbangi dengan pendapatan kerajaan. Dan akhirnya sebuah kekalahan memalukan datang dari sebuah serangan mendadak dari bangsa Het (Hittite) oleh raja Mursili I pada tahun 1595 SM (atau kronologi lain 1531 SM), mereka menjarah dan memusnahkan dinasti Babylon (Amorit) secara total.
Pada sebuah catatan sejarah dari periode berikut secara singkat dituliskan: "Pada saat masa pemerintahan Samsu-Ditana, orang-rang Het bergerak melawan Akkad." Mursili I menaklukkan Babel hanya untuk menjarah harta dan tawanan perang, mereka tidak menginginkan untuk mengendalikan pemerintahan di wilayah ini. Kisah tentang bangsa Het juga muncul dalam "Dektrit Telepinu" yang menceritakan: "kemudian ia berjalan ke Babel dan menghancurkan Babel, dan mengalahkan tentara bangsa Hurrian, dan mereka membawa tawanan perang dan harta benda Babel ke Hattusa (ibu kota Het)."
Bangsa Het turut menjarah patung dewa Marduk dan istrinya dewi Sarpatinum, dan memindahkan mereka tanah Hani (negeri Het) dan 24 tahun kemudian patung ini kembali ke Babel pada masa pemerintahan dinasti Kassite, raja Agum Kakrime (1507 SM, kronologi pendek).
Setelah penjarahan, Babel ditinggalkan dalam reruntuhan dan tak berpenduduk, hingga kemudian dibangun kembali oleh dinasti Kassite.
Bangsa Kassit dari pegunungan Zagros di bagian utara Iran kemudian merebut seluruh wilayah Babylon, dan mendirikan dinasti yang bertahan selama 435 tahun, berakhir pada tahun 1160 SM. Kota Babylon berubah nama menjadi Karanduniash selama periode ini. Wilayah utara Kekaisaran Kassit-Babylon kemudian ditundukkan oleh kekaisaran Ashur, dan wilayah timur dikuasai oleh Elam, kedua kekuatan ini bersaing untuk menguasai kota. Namun raja Ashur, Tukulti-Ninuarta I, kemudian menaklukkan Babylon pada tahun 1235 SM.
Pada tahun 1155 SM, setelah mengalami berbagai serangan dan aneksasi dari bangsa Ashur dan Elam, bangsa Kassite kemudian tersingkir dari Babylon. Dan muncul lah dinasti dari bangsa Akkad yang memerintah Babylon untuk pertama kalinya, bamun Babylon tetap lemah dan tunduk pada dominasi Ashur.
Raja pribumi Mesopotamia (Akkad) tidak efektif mencegah gelombang pendatang baru dari wilayah barat yaitu Levant, mereka adalah bangsa Aram, Sutea pada abad ke 11 SM. Bangsa Aram berhasil memerintah Babylon pada akhir abad ke-11 SM. Dan akhirnya datanglah orang Kasdim/Chaldean pada abad ke-9 SM, mereka berhasil mendirikan kekaisaran Neo-Babylon (626–539 SM), bangsa ini berhasil memusnahkan saingan Babylon, yakni Ashur untuk selama-lamanya dalam sejarah Mesopotamia.
Keagamaan
Praktek keagamaan dan mitologi pada periode Babylon sangat dipengaruhi oleh budaya Sumeria. Kebanyakan mitos-mitos ditulis dalam bahasa Sumeria dan Akkad, beberapa naskah diterjemahkan kedalam bahasa Akkad dari Sumeria dan nama-nama para dewa diubah. Bangsa Babel memiliki dewa unik yang bernama Marduk, dan menggantikan Enlil sebagai dewa utama. Enuma Elis, adalah sebuah epos mitologi penciptaan yang berasal dari bangsa Babylon, yang berbeda dengan dengan versi penciptaan alam semesta bangsa Sumeria (menyatunya dewa An dan KI).
Festival Akitu yang merupakan perayaan tahun baru (bulan 1, Nisannu, dalam bahasa Ibrani Nisan), dijadikan sebagai perayaan penciptaan bumi, dan Marduk adalah tokoh utama dari kisah Enuma Elis.
Marduk (AMAR.UTU) berarti lembu dari dewa matahari (UTU), adalah dewa yang pada masa Hammurabi mulai menjadi dewa utama di Babel, dan berdiam di kuil Esagila. Istri dari marduk adalah dewi Sarpanit, dan Marduk adalah anak dari dewa Ea (Sumeria Enki) dan Damkina, terdapat beberapa kekuatan dari Ea dan Enlil yang dipercaya di serap oleh Marduk. Marduk juga dikenal sebagai pengendali cuaca, dan senjata utamanya adalah badai (Enlil adalah dewa udara).
Dewa Marduk dan Peliharaannya Mushussu (ular naga), dari segel silinder zaman Babylon Tua.
Pada masa Sumeria, terdapat 2 kuil utama di utara adalah Nippur dengan dewa utama Enlil, di selatan adalah Eridu dengan dewa utama Enki (Ea). Dan kini Marduk mewakili kekuatan keduanya, seperti halnya Babel yang kini menguasai wilayah utara dan selatan Mesopotamia. Salah satu saingan dari kultus Marduk pada tahun 1750 SM adalah dewa Assur (Ashur) yang merupakan dewa utama bangsa Ashur/Asyur.
Marduk sering dipanggil dengan sebutan Bel yang berarti Tuan (dalam bahasa Kanaan, Baal juga berarti tuan), sebutan lain adalah Bel rabim "tuan yang maha besar", bel belim "tuan dari para tuan".
Demikianlah dewa Enki/Ea mengakui superioritas dari anaknya untuk mengontrol umat manusia.
Mitologi Enuma-Elis"(e-nu-ma e-liš la na-bu-ú šá-ma-mu)
Ketika di ketinggian, langit tidak bernama,
Dan bumi di bawah juga tidak bernama,
Dan sang purba Apsû, yang memperanakkan mereka,
Dan kekacauan, Tiamat, ibu mereka,
Air-air mereka bercampur bersama,
Dan belum terbentuk ladang, tidak ada rawa yang terlihat;
Ketika belum ada dewa-dewa yang dijadikan."
Epos ini menyebut tentang bersatunya dua dewa purba: Apsû (atau Abzu) yang melambangkan air tawar dan Tiamat yang melambangkan air laut, yang melahirkan berbagai dewa muda yang tinggal dalam tubuh raksasa Tiamat. Mereka membuat suara begitu bising sehingga sangat mengganggu Tiamat dan Apsû. Apsû bermaksud membunuh dewa-dewa muda itu, tetapi Tiamat tidak setuju. Sang perdana menteri, Mummu, setuju dengan rencana Apsû untuk menghancurkan mereka. Tiamat, dalam upaya menghentikan tindakan ini, memperingatkan Ea (Enki/Nudimmud), yang paling kuat di antara dewa-dewa. Ea menggunakan sihir untuk membuat Apsû dalam keadaan koma, kemudian membunuhnya, dan memenjarakan Mummu. Ea kemudian menjadi pemimpin dewa. Dengan istrinya, Damkina, Ea mempunyai putra, Marduk, yang lebih besar dari Ea. Marduk diberi angin untuk dibuat mainan dan ia menggunakan angin itu untuk membuat badai pasir dan angir ribut. Ini mengganggu tubuh raksasa Tiamat dan membuat dewa-dewa yang tinggal di dalam tubuh itu tidak bisa tidur.
Dewa-dewa itu meminta Tiamat untuk membalas dendam kematian suaminya, Apsû. Kekuatannya bertambah, dan sejumlah dewa mengikutinya. Tiamat menciptakan 11 monster (Bašmu, Ušumgallu, Mušmaḫḫū, Ugallu, Umū dabrūtu, Kulullû, Kusarikku, Scorpion man, dll) untuk membantunya memenangkan perang dan mengangkat Kingu, suami barunya, menjadi "supreme dominion" ("penguasa utama"). Digambarkan bagaimana dewa-dewa tidak mampu melawan ancaman ini. Marduk menawarkan untuk menyelamatkan dewa-dewa itu kalau ia ditunjuk sebagai pemimpin mereka dan tetap menjadi pemimpin sekalipun ancaman sudah berlalu. Ketika para dewa setuju pada persyaratan Marduk, ia menjadi wakil mereka untuk berperang melawan Tiamat, dan menjadi sangat kuat. Marduk menantang Tiamat berduel dan menghancurkannya. Kemudian ia mencabik mayat Tiamat menjadi dua bagian yang dijadikannya bumi dan langit. Marduk kemudian menciptakan kalender, mengorganisir planet-planet dan bintang-bintang, dan mengatur bulan, matahari, serta cuaca.
Para dewa yang bersumpah setia pada Tiamat awalnya disuruh bekerja paksa bagi para dewa yang berpihak pada Marduk. Tetapi kemudian mereka dibebaskan dari pekerjaan ini, ketika Marduk kemudian menghancurkan suami Tiamat, Kingu, dan menggunakan darahnya untuk menciptakan manusia guna dipekerjakan bagi para dewa. Yang paling menarik adalah pengangkatan simbolik Marduk di atas Enlil, yang dalam budaya kuno Mesopotamia sebelumnya dipandang sebagai raja para dewa.
No comments:
Post a Comment