Paus Yohanes Paulus II ditembak dan terluka di Lapangan Santo Petrus di Roma, Italia, pada 13 Mei 1981. Warga Turki Mehmet Ali Agca, menembakkan beberapa peluru, dengan dua di antaranya mengenai turis di lokasi.
Dilansir dari laman History, Agca dapat segera ditangkap. Dia mengklaim sebelumnya berencana datang ke Inggris untuk membunuh raja, namun membatalkan niatnya karena ternyata hanya ada ratu di Inggris.
Paus Yohanes Paulus II menemui penembaknya di penjara.
"Orang Turki tidak membunuh wanita," kata Agca, yang juga mengklaim memiliki hubungan dengan Palestina. Namun Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) segera membantah klaim keterlibatan mereka.
Para penyelidik juga meyakini, pengakuan Agca adalah rekayasa, yang dimaksudkan untuk membingungkan penyelidikan. Saat diadili pada 20 Juli 1981, Agca bersikeras Italia tidak punya hak mengadilinya, karena perbuatannya terjadi di Vatikan.
Walau mengancam akan mogok makan, jika pengadilannya tidak dipindah ke Vatikan, permintaannya tetap ditolak dan dinyatakan bersalah dua hari kemudian, mendapat vonis penjara seumur hidup.
Yohanes Paulus II memberi keteladanan tentang cinta kasih, dengan mengunjungi Agca di penjara Rebibbia, Roma, pada 1983 untuk memberi pengampunan. Agca akhirnya dibebaskan pada 2000. Tragedi yang berubah menjadi kisah tentang pengampunan dan cinta kasih.
Namun Turki meminta Agca diekstradisi, atas pembunuhan jurnalis Turki pada 1979. Dia kemudian divonis 10 tahun penjara dan dibebaskan pada 2010. Agca dibolehkan mengunjungi Paus di rumah sakit, pada Februari 2005.
Kesehatan Sri Paus terus memburuk, hingga wafat pada 2 April 2005. Agca dilaporkan telah mengunjungi Basilika Santo Peter pada Desember 2014, untuk menaruh mawar putih.
Dilansir dari laman History, Agca dapat segera ditangkap. Dia mengklaim sebelumnya berencana datang ke Inggris untuk membunuh raja, namun membatalkan niatnya karena ternyata hanya ada ratu di Inggris.
Paus Yohanes Paulus II menemui penembaknya di penjara.
"Orang Turki tidak membunuh wanita," kata Agca, yang juga mengklaim memiliki hubungan dengan Palestina. Namun Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) segera membantah klaim keterlibatan mereka.
Para penyelidik juga meyakini, pengakuan Agca adalah rekayasa, yang dimaksudkan untuk membingungkan penyelidikan. Saat diadili pada 20 Juli 1981, Agca bersikeras Italia tidak punya hak mengadilinya, karena perbuatannya terjadi di Vatikan.
Walau mengancam akan mogok makan, jika pengadilannya tidak dipindah ke Vatikan, permintaannya tetap ditolak dan dinyatakan bersalah dua hari kemudian, mendapat vonis penjara seumur hidup.
Yohanes Paulus II memberi keteladanan tentang cinta kasih, dengan mengunjungi Agca di penjara Rebibbia, Roma, pada 1983 untuk memberi pengampunan. Agca akhirnya dibebaskan pada 2000. Tragedi yang berubah menjadi kisah tentang pengampunan dan cinta kasih.
Namun Turki meminta Agca diekstradisi, atas pembunuhan jurnalis Turki pada 1979. Dia kemudian divonis 10 tahun penjara dan dibebaskan pada 2010. Agca dibolehkan mengunjungi Paus di rumah sakit, pada Februari 2005.
Kesehatan Sri Paus terus memburuk, hingga wafat pada 2 April 2005. Agca dilaporkan telah mengunjungi Basilika Santo Peter pada Desember 2014, untuk menaruh mawar putih.
No comments:
Post a Comment