Fosil mammoth ditemukan di sebuah lapangan besar di Texas. Mammoth adalah hewan purba raksasa yang hidup di zaman es.
Fosil-fosil itu ditemukan di lapangan milik perusahaan keluarga. Pada Mei lalu, Marty McEwen dan cucunya, Ethan Beasley, sejatinya ingin menggali lapangan itu untuk kepentingan bisnis. Penggalian terhenti saat alat gali McEwen menyentuh benda keras yang diduga adalah gading mammoth.
Keduanya menemukan tengkorak mammoth yang diduga berusia sekitar 60.000 tahun. Penggalian pun dilanjutkan oleh para palaeontolog yang secara hati-hati memindahkan lapis demi lapis debu yang memenuhi fosil tersebut.
Dikutip melalui Daily Mail, Rabu 27 Agustus 2014, fosil-fosil itu menunjukkan tinggi mammoth yang hampir 3 meter. Ukuran ini tergolong kecil di antara spesies mammoth yang ada di zaman es. Fosil tersebut juga menunjukkan jika mammoth itu adalah betina.
"Hewan ini mati karena terjatuh. Fosil-fosilnya masih terlihat bagus. Ada tengkorak, tulang iga dan rahang bawah, relatif tak tersentuh. Ada beberapa tulang kaki yang hilang," ujar palaeontolog Tom Vance dari Navarro College, Texas.
Menurutnya, temuan ini sangat menggembirakan karena fosil ini sangat unik yang pernah ditemukan di Texas. McEwen pun merasa sangat senang dengan temuan ini karena lokasinya ada di lahan pribadinya.
Namun begitu, McEwen merasa memiliki kewajiban untuk menyerahkan fosil-fosil itu kepada ahlinya. Ia pun memutuskan untuk menyerahkannya kepada Museum Sains dan Alam Perot di Dallas, Texas.
Sayangnya, McEwen dan pihak terkait lainnya tidak memberikan lokasi tepatnya fosil itu ditemukan. Hal ini untuk melindungi fosil yang berharga itu, sampai proses transisi dari lokasi penggalian ke museum selesai dilakukan.
"Keluarga McEwen telah memberikan kontribusi yang besar pada ilmu pengetahuan. Fosil ini kini bisa dgunakan untuk kepentingan sains. Para ilmuwan bisa meneliti, mempelajari dan menghasilkan temuan atau teori baru terkait mammoth dan zaman es," kata palaeontolog dari Museum Perot, Ron Tykoski.
Menurut Tykoski, jika McEwen tidak mendonasikannya ke museum, maka fosil ini akan berakhir ke meja lelang dan tidak akan pernah dimiliki publik. "Itu akan menjadi kehilangan yang besar bagi dunia sains," katanya.
Mengkloning Mammoth
Para peneliti saat ini memiliki target untuk bisa mengkloning mammoth berbulu suatu saat nanti. Bahkan, dalam waktu dekat, mereka berharap sudah bisa meng-ekstrak DNA berkualitas tinggi dari bangkai mammoth berusia 43.000 tahun yang ditemukan di Siberia.
Menurut Siberian Times, otopsi bangkai mammoth betina telah dilakukan. Fosil mammoth itu ditemukan di sebuah wilayah Rusia bernama Republik Sakha, atau dikenal dengan nama Yakutia.
Penelitian ini dilakukan oleh tim dari beberapa negara, Rusia, Inggris, Amerika, Denmark, Korea Selatan dan Moldova. Tes yang dilakukan para peneliti diharapkan akan menghasilkan ekstrak darah dari mammoth berbulu itu. Ekstrak darah itu nantinya akan dijadikan material genetik yang dibutuhkan untuk kloning hewan tersebut.
Hidup di zaman es, mammoth berbulu diperkirakan punah di Siberia timur sekitar 4.000 tahun lalu.
Fosil-fosil itu ditemukan di lapangan milik perusahaan keluarga. Pada Mei lalu, Marty McEwen dan cucunya, Ethan Beasley, sejatinya ingin menggali lapangan itu untuk kepentingan bisnis. Penggalian terhenti saat alat gali McEwen menyentuh benda keras yang diduga adalah gading mammoth.
Keduanya menemukan tengkorak mammoth yang diduga berusia sekitar 60.000 tahun. Penggalian pun dilanjutkan oleh para palaeontolog yang secara hati-hati memindahkan lapis demi lapis debu yang memenuhi fosil tersebut.
Dikutip melalui Daily Mail, Rabu 27 Agustus 2014, fosil-fosil itu menunjukkan tinggi mammoth yang hampir 3 meter. Ukuran ini tergolong kecil di antara spesies mammoth yang ada di zaman es. Fosil tersebut juga menunjukkan jika mammoth itu adalah betina.
"Hewan ini mati karena terjatuh. Fosil-fosilnya masih terlihat bagus. Ada tengkorak, tulang iga dan rahang bawah, relatif tak tersentuh. Ada beberapa tulang kaki yang hilang," ujar palaeontolog Tom Vance dari Navarro College, Texas.
Menurutnya, temuan ini sangat menggembirakan karena fosil ini sangat unik yang pernah ditemukan di Texas. McEwen pun merasa sangat senang dengan temuan ini karena lokasinya ada di lahan pribadinya.
Namun begitu, McEwen merasa memiliki kewajiban untuk menyerahkan fosil-fosil itu kepada ahlinya. Ia pun memutuskan untuk menyerahkannya kepada Museum Sains dan Alam Perot di Dallas, Texas.
Sayangnya, McEwen dan pihak terkait lainnya tidak memberikan lokasi tepatnya fosil itu ditemukan. Hal ini untuk melindungi fosil yang berharga itu, sampai proses transisi dari lokasi penggalian ke museum selesai dilakukan.
"Keluarga McEwen telah memberikan kontribusi yang besar pada ilmu pengetahuan. Fosil ini kini bisa dgunakan untuk kepentingan sains. Para ilmuwan bisa meneliti, mempelajari dan menghasilkan temuan atau teori baru terkait mammoth dan zaman es," kata palaeontolog dari Museum Perot, Ron Tykoski.
Menurut Tykoski, jika McEwen tidak mendonasikannya ke museum, maka fosil ini akan berakhir ke meja lelang dan tidak akan pernah dimiliki publik. "Itu akan menjadi kehilangan yang besar bagi dunia sains," katanya.
Mengkloning Mammoth
Para peneliti saat ini memiliki target untuk bisa mengkloning mammoth berbulu suatu saat nanti. Bahkan, dalam waktu dekat, mereka berharap sudah bisa meng-ekstrak DNA berkualitas tinggi dari bangkai mammoth berusia 43.000 tahun yang ditemukan di Siberia.
Menurut Siberian Times, otopsi bangkai mammoth betina telah dilakukan. Fosil mammoth itu ditemukan di sebuah wilayah Rusia bernama Republik Sakha, atau dikenal dengan nama Yakutia.
Penelitian ini dilakukan oleh tim dari beberapa negara, Rusia, Inggris, Amerika, Denmark, Korea Selatan dan Moldova. Tes yang dilakukan para peneliti diharapkan akan menghasilkan ekstrak darah dari mammoth berbulu itu. Ekstrak darah itu nantinya akan dijadikan material genetik yang dibutuhkan untuk kloning hewan tersebut.
Hidup di zaman es, mammoth berbulu diperkirakan punah di Siberia timur sekitar 4.000 tahun lalu.
No comments:
Post a Comment