Pada 7 Mei 1902 Gunung Pelee di Pulau Martinique, Karibia, mengeluarkan letusan paling mematikan pada abad ke-20, membuat seluruh kota Saint Pierre terkubur hanya dalam tiga menit.
Dikutip dari laman History, erupsi menyebabkan Saint Pierre yang ketika itu dijuluki sebagai Parisnya Karibia, seolah terhapus dari peta. Lebih dari 30.000 jiwa tewas terbakar atau karena kesulitan bernafas.
Pelee yang berarti botak dalam bahasa Prancis, adalah gunung setinggi 4.500 kaki (1.370 meter) di sisi utara Pulau Martinique. Sebenarnya telah terlihat asap keluar dari puncak Pelee, pada 2 April 1902.
Tiga pekan kemudian terasa guncangan kecil di pulau itu, yang disusul dengan keluarnya awan debu. Namun berada di tengah gempita pemilu, warga gagal mewaspadai ancaman.
Warga di dekat gunung itu bahkan salah meyakini, jika ancaman paling berbahaya hanyalah aliran lahar. Mereka beranggapan masih punya cukup waktu, apabila aliran lahar itu terjadi.
Beberapa orang pun sengaja datang dari luar Saint Pierre, untuk melihat terjadinya aliran lahar panas. Namun aktivitas vulkanik ternyata meningkat secara dramatis, tanpa ada yang dapat mengantisipasi.
Pada malam sebelum erupsi, keluar awan panas beracun dengan suhu lebih dari 3.000 derajat Fahrenheit atau sekitar 1.648 derajat Celsius. Akhirnya erupsi yang sangat besar terjadi di pagi hari.
Kota Saint Pierre terkubur debu panas, hampir seluruh penduduk diyakini tewas seketika. Dilaporkan hanya ada dua orang yang selamat, salah satunya adalah narapidana yang dipenjara di sel bawah tanah.
Dikutip dari laman History, erupsi menyebabkan Saint Pierre yang ketika itu dijuluki sebagai Parisnya Karibia, seolah terhapus dari peta. Lebih dari 30.000 jiwa tewas terbakar atau karena kesulitan bernafas.
Pelee yang berarti botak dalam bahasa Prancis, adalah gunung setinggi 4.500 kaki (1.370 meter) di sisi utara Pulau Martinique. Sebenarnya telah terlihat asap keluar dari puncak Pelee, pada 2 April 1902.
Tiga pekan kemudian terasa guncangan kecil di pulau itu, yang disusul dengan keluarnya awan debu. Namun berada di tengah gempita pemilu, warga gagal mewaspadai ancaman.
Warga di dekat gunung itu bahkan salah meyakini, jika ancaman paling berbahaya hanyalah aliran lahar. Mereka beranggapan masih punya cukup waktu, apabila aliran lahar itu terjadi.
Beberapa orang pun sengaja datang dari luar Saint Pierre, untuk melihat terjadinya aliran lahar panas. Namun aktivitas vulkanik ternyata meningkat secara dramatis, tanpa ada yang dapat mengantisipasi.
Pada malam sebelum erupsi, keluar awan panas beracun dengan suhu lebih dari 3.000 derajat Fahrenheit atau sekitar 1.648 derajat Celsius. Akhirnya erupsi yang sangat besar terjadi di pagi hari.
Kota Saint Pierre terkubur debu panas, hampir seluruh penduduk diyakini tewas seketika. Dilaporkan hanya ada dua orang yang selamat, salah satunya adalah narapidana yang dipenjara di sel bawah tanah.
No comments:
Post a Comment