Simon orang Baitani termasuk salah seorang daripada murid Yesus. Ia salah seorang di antara orang Farisi yang sedikit jumlahnya yang telah menggabungkan diri secara terang‑terangan dengan para pengikut Kristus. Ia mengakui Yesus sebagai seorang guru, serta mengharapkan bahwa mungkin Ialah Mesias itu, tetapi ia tidak menerima Dia sebagai Juruselamat. Tabiatnya tidak berubah, prinsip‑prinsipnya juga tidak berubah.
Simon telah disembuhkan dari penyakit kusta, dan inilah yang telah menarik dia kepada Yesus. Ia ingin menunjukkan rasa terina kasihnya, dan pada kunjungan Kristus yang terakhir ke Baitani, diadakannyalah sebuah pesta bagi Juruselamat dan murid‑murid‑Nya. Pesta ini mengumpulkan banyak orang Yahudi. Pada saat ini terjadilah banyak kesibukan di Yerusalem. Kristus dan tugas‑Nya menarik perhatian lebih besar daripada sebelumnya. Mereka yang menghadiri pesta itu memperhatikan gerak‑gerik‑Nya, dan beberapa dari mereka dengan pandang mata yang tidak menyenangkan. Juruselamat telah tiba di Baitani hanya enam hari menjelang Paskah, dan sesuai dengan kebiasaan‑Nya Ia mencari tempat menginap di rumah
Lazarus rombongan orang yang bepergian yang sampai ke kota itu menyebarkan berita bahwa Ia sedang dalam perjalanan ke Yerusalem, dan bahwa Ia akan beristirahat pada hari Sabat di Baitani. Di antara orang banyak itu terdapatlah kegembiraan yang besar. Banyak orang yang bergerombol menuju Baitani, beberapa daripadanya tidak senang kepadaYesus, sedangkan beberapa yang lain didorong rasa ingin melihat seseorang yang telah dibangkitkan dari maut. Banyak orang mengharapkan hendak mendengar dari Lazarus cerita yang ajaib tentang peristiwa yang disaksikan sesudah kematian. Mereka heran karena ia tidak bersedia menceritakan apa‑apa kepada mereka. Tidak ada sesuatu seperti ini hendak diceritakannya. Kitab Suci menyatakan, "Tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa. Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang." Pengkhotbah 9:5, 6. Tetapi Lazarus mempunyai suatu kesaksian yang ajaib tentang pekerjaan Kristus. Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati untuk rnaksud ini. Dengan jaminan dan kuasa ia menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Laporan‑laporan yang disampaikan ke Yerusalem oleh para pengunjung ke Baitani menambah kegemparan. Orang banyak ingin sekali melihat dan mendengar Yesus. Banyak yang bertanya‑tanya apakah Lazarus akan menemani Dia ke Yerusalem, dan apakah nabi itu akan dimahkotai sebagai raja pada masa raya Paskah itu. Imam‑imam dan para penghulu melihat bahwa pengaruh mereka kepada orang banyak kian lemah, dan amarah mereka terhadap Yesus bertambah pahit. Mereka hampir tidak sabar menunggu kesempatan untuk menggeser Dia untuk selama‑lamanya dari jalan mereka. Ketika saat berlalu, mereka mulai khawatir jangan‑jangan Ia tidak datang ke Yerusalem. Mereka ingat berapa sering Ia telah menggagalkan rencana mereka hendak membunuh Dia, dan mereka takut jangan‑jangan sekarang ini Ia membaca niat mereka terhadap Dia, dan akan menjauhkan diri. Mereka hampir tidak dapat menyembunyikan kecemasan mereka, dan bertanya sama sendirinya, "Apakah sangkamu? Tiadakah Ia akan datang beserta di dalam hari raya ini?" Suatu rapat imam‑imam dan orang Farisi pun diadakanlah. Sejak Lazarus dibangkitkan, simpati orang banyak sudah sepenuhnya kepada Kristus sehingga sangatlah berbahaya menangkap Dia terang‑terangan. Itulah sebabnya pihak yang wajib memutuskan hendak menangkap Dia dengan cara sembunyi‑sembunyi, dan sedapat‑dapatnya mengadakan pemeriksaan secara diam‑diam. Mereka mengharapkan bahwa bila Ia sudah dinyatakan bersalah, maka pendapat khalayak ramai yang masih berubah‑ubah itu akan memihak kepada mereka.
Demikianlah mereka mengusulkan untuk membinasakan Yesus. Tetapi selama Lazarus masih hidup, imam‑imam dan rabbi‑rabbi mengetahui bahwa mereka tidak aman. Justeru adanya seorang yang sudah empat hari lamanya di dalam kubur, dan telah dibangunkan oleh satu perkataan dari Yesus, lambat‑laun akan menimbulkan reaksi. Orang banyak akan membalas dendam kepada para pemimpin karena membunuh Seorang yang dapat mengadakan mukjizat seperti itu. Sebab itu Sanhedrin memutuskan bahwa Lazarus juga harus dibunuh. Sedemikian jauhnya kedengkian dan prasangka memperhamba mereka. Kebencian dan sifat tidak percaya para pemimpin Yahudi sudah bertambah‑tambah sampai mereka mau membunuh seorang yang sudah diluputkan oleh kuasa Allah dari dalam kubur. Sementara rencana jahat ini berlangsung di Yerusalem, Yesus dan sahabat‑sahabat‑Nya diundang ke pesta Simon. Di meja makan Juruselamat duduk dengan Simon, yang telah disembuhkan‑Nya dari suatu penyakit yang menjijikkan, di sebelah, dan Lazarus, yang sudah dibangkitkan‑Nya dari kematian di sebelah yang lain. Marta melayani di meja tetapi Maryam sedang mendengarkan dengan cermatnya setiap perkataan dari bibir Yesus. Dalam kemurahan‑Nya Yesus telah memaafkan dosa‑dosanya, la telah memanggil saudaranya yang kekasih dari dalam kubur, dan hati Maryam dipenuhi dengan rasa syukur. Ia telah mendengar Yesus berbicara tentang kematian‑Nya yang sudah dekat, dan dalam kasih dan kesusahannya yang mendalam ia ingin menunjukkan kehormatan kepada‑Nya. Dengan pengorbanan pribadi yang besar ia telah membeli sebuah buli‑buli berisi "minyak wangi yang mahal harganya" yang dengan itu ia menyirami tubuh‑Nya. Tetapi sekarang banyak orang sedang mengumumkan bahwa Ia hampir akan dimahkotai sebagai raja. Kesedihannya berubah menjadi kesukaan, dan ia ingin yang pertama menghormati Tuhannya. Setelah memecahkan buli‑buli minyak wangi itu, ia mencurahkan isinya ke atas kepala dan kaki Yesus, kemudian bertelutlah ia sambil menangis, dan sambil membasahinya dengan air matanya, dikeringkannya kaki‑Nya dengan rambutnya yang panjang itu.
Ia telah berusaha menghindarkan pengamatan, dan gerak‑geriknya dapat berlalu tanpa diperhatikan, tetapi bau minyak wangi itu memenuhi ruangan itu dengan baunya yang harum, dan memberitahukan perbuatannya kepada semua orang yang hadir. Yudas memandang perbuatan ini dengan perasaan tidak senang. Gantinya menunggu apa yang akan dikatakan Yesus tentang hal ini, mulailah ia membisik‑bisikkan keluhannya kepada mereka yang di dekatnya, seraya menyalahkan Kristus karena membiarkan pemborosan itu. Dengan liciknya ia mengajukan saran‑saran yang mungkin akan menimbulkan perasaan kurang puas.
Yudas adalah seorang bendahara bagi murid‑murid, dan dari persediaan mereka yang serba kurang itu ia telah mengambil dengan sembunyi‑sembunyi untuk digunakannya sendiri; dengan demikian mengurangi simpanan mereka menjadi jumlah yang sangat kecil. Ia ingin menaruh ke dalam pundi‑pundi segala sesuatu yang dapat diperolehnya. Simpanan dalam pundi‑pundi itu sering diambil untuk meringankan tanggungan orang miskin; dan bila sesuatu dibeli yang menurut Yudas tidak penting, ia akan mengatakan, Mengapa mengadakan pemborosan ini? mengapa tidak menaruh harganya ke dalam pundi‑pundi yang saya bawa untuk orang miskin? Sekarang perbuatan Maryam sangatlah berbeda jauh dengan sifatnya yang mementingkan diri sehingga ia menjadi malu; dan menurut kebiasaannya, ia berusaha menunjukkan suatu motif yang masuk di akal untuk menentang pemberian Maryam. Sambil berpaling kepada murid‑murid, ia bertanya, "Apakah sebabnya minyak ini tiada dijual dengan harga tiga ratus dinar, dan disedekahkan kepada orang miskin? Maka Yudas berkata demikian itu, bukan sebab diindahkannya hal orang miskin, melainkan sebab ia pencuri, dan memegang pundi‑pundi serta mengambil uang yang dimasukkan ke dalamnya." Yudas tidak menaruh hati bagi orang miskin. Seandainya minyak wangi Maryam itu dijual, dan hasilnya sudah jatuh ke tangannya, orang miskin tidak akan menerima manfaatnya.
Yudas menganggap tinggi kesanggupannya untuk memimpin. Sebagai seorang ahli keuangan ia menganggap dirinya jauh melebihi murid‑murid yang lain, dan ia telah menuntun mereka kepada anggapan yang demikian. Ia telah mendapat keyakinan mereka, dan mempunyai pengaruh yang kuat pada mereka. Simpatinya yang hanya sekadar rupa bagi orang miskin menipu rnereka, dan sindirannya yang cerdik itu menyebabkan mereka memandang pada kecintaan Maryam dengan perasaan curiga. Persungutan itu disampaikan di sekeliling meja makan, "Apakah maksud pemborosan itu? Karena minyak ini boleh laku dijual dengan mahal harganya, disedekahkan kepada orang miskin."
Maryam mendengar kritik itu. Hatinya berdebar‑debar. Ia takut jangan‑jangan saudaranya perempuan akan menyalahkan dia karena pemborosan itu. Tuhan juga mungkin berpendapat bahwa ia pemboros. Tanpa minta maaf ia sudah hampir surut, tetapi suara Tuhannya terdengar, "Biarkanlah dia, apakah sebabnya kamu menyusahkan dia?" Ia melihat bahwa perempuan itu sudah malu dan sedih. Ia mengetahui bahwa dalam perbuatan ini perempuan itu telah menyatakan rasa terima kasihnya karena keampunan dosa‑dosanya, dan Ia membawa kelegaan pada pikirannya. Sambil menyaringkan suara‑Nya lebih keras daripada persungutan krisis itu, Ia berkata, "Ia membuat suatu kebajikan kepada‑Ku. Sebab orang‑orang miskin senantiasa bersama‑sama dengan kamu, dan jikalau kamu sudi, dapatlah kamu berbuat baik kepada mereka itu, tetapi Aku ini tiada selalu bersama‑sama dengan kamu. Perempuan ini sudah berbuat seberapa dapat dibuatnya, yaitu ia datang hendak mengurapi tubuh‑Ku, seolah‑olah suatu persediaan bagi hal menguburkan kelak."
Pemberian yang harum baunya yang sedianya hendak dibubuh oleh Maryam pada tubuh Juruselamat yang sudah mati kini dituangkannya pada tubuh‑Nya yang masih hidup. Pada waktu penguburan keharumannya hanya dapat menembusi kubur itu, sekarang hal itu menggembirakan hatinya dengan jaminan iman dan kasihnya. Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus tidak mempersembahkan pemberian kasih mereka kepada Yesus ketika Ia masih hidup. Dengan air mata sedih mereka membawa rempah‑rempah yang mahal harganya untuk tubuh‑Nya yang sudah dingin dan tidak sadar itu. Wanita‑wanita yang membawa rempah‑rempah ke kubur mendapati bahwa maksud kepergian mereka sia‑sia adanya, karena Ia sudah bangkit. Tetapi Maryam, dengan mencurahkan kasihnya pada Juruselamat sementara Ia masih dapat merasakan cintanya, sedang mengurapi Dia untuk penguburan‑Nya. Dan ketika Ia menjalani kegelapan ujian‑Nya yang besar itu, Ia membawa serta‑Nya kenangan tentang perbuatan itu, suatu jaminan adanya kasih yang akan didapat‑Nya dari orang‑orang tebusan‑Nya selama‑lamanya.
Banyaklah orang yang membawa pemberian mereka yang berharga untuk orang mati. Ketika mereka berdiri mengelilingi tubuh yang sudah dingin dan diam itu, perkataan cinta diucapkan dengan bebas. Kelemah‑lembutan, penghargaan, dan kasih, semuanya dicurahkan kepada seorang yang tidak dapat melihat atau mendengar lagi. Sekiranya perkataan ini telah diucapkan ketika jiwa yang letih sangat memerlukannya, ketika telinga dapat mendengar dan hati dapat merasa, alangkah indahnya keharuman baunya. Maryam tidak mengetahui sepenuhnya makna perbuatan kasih‑Nya. Ia tidak dapat menjawab para penuduhnya. Ia tidak dapat menjelaskan mengapa ia telah memilih kesempatan itu untuk mengurapi Yesus. Roh Kudus telah merencanakan baginya, dan ia telah mentaati apa yang ia rasa dalam hatinya. Roh Kudus tidak merendahkan dirinya untuk memberikan suatu alasan. Hadirat yang tidak kelihatan berbicara ke dalam pikiran dan jiwa, dan menggerakkan hati untuk bertindak. Itulah pertimbangannya sendiri.
Kristus memberitahukan kepada Maryam tentang makna perbuatannya, dan dalam hal ini Ia memberinya lebih dari yang telah diterima‑Nya. "Karena di dalam hal perempuan itu mencurahkan minyak ini di atas tubuh‑Ku itu," kata‑Nya, "seolah‑olah diperbuatnya akan menyediakan hal menguburkan Aku kelak." Ketika buli‑buli itu dipecahkan, dan memenuhi segenap rumah itu dengan semerbak harum baunya, demikian juga Kristus harus mati, tubuh‑Nya harus dipecah‑pecahkan; tetapi Ia harus bangkit dari kubur, dan keharuman kehidupan‑Nya harus memenuhi bumi. Kristus Yesus "juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." Ef. 5:2.
"Dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu," Kristus menyatakan, "Barang di mana pun di dalam seluruh dunia ini Injil itu dimasyhurkan, perbuatan perempuan ini akan disebutkan juga menjadi suatu peringatan atasnya." Dengan memandang ke masa depan, Juruselamat berbicara dengan kepastian mengenai Injil‑Nya. Injil itu harus dimasyhurkan ke seluruh dunia. Dan seberapa jauh Injil itu disampaikan, pemberian Maryam akan menyebarkan keharumannya dan hati akan diberkati oleh perbuatannya yang tidak direncanakan itu. Kerajaan‑kerajaan akan bangkit dan jatuh, nama raja‑raja dan para pemenang akan dilupakan, tetapi perbuatan perempuan ini akan diabadikan pada halaman‑halaman sejarah gereja. Sampai berlalunya waktu, buli‑buli yang dipecahkan itu akan menceritakan kasih Allah yang limpah bagi umat manusia yang sudah jatuh.
Perbuatan Maryam sangatlah menyolok bedanya dengan perbuatan yang hampir akan dilakukan oleh Yudas. Alangkah jelasnya pelajaran yang diberikan Kristus kepadanya yang telah menjatuhkan benih kritik dan pikiran jahat ke dalam pikiran murid‑murid! Alangkah benarnya tuduhan yang dapat diberikan kepada si penuduh itu! Ia yang membaca motif setiap hati, dan mengerti setiap perbuatan, sebenarnya dapat membeberkan kejahatan dalam pengalaman Yudas kepada mereka yang hadir di pesta itu. Kepura‑puraan yang kosong yang di atasnya pengkhianat itu mengalaskan perkataannya sebenarnya dapat dipaparkan‑Nya, karena, gantinya menaruh simpati kepada orang miskin, ia merampas uang yang dimaksudkan untuk meringankan penderitaan mereka. Kemarahan dapat dibangkitkan terhadap dia karena ia menindas perempuan janda, anak piatu, dan orang upahan. Tetapi seandainya Kristus telah membuka topeng Yudas, hal ini akan didesakkan sebagai alasan untuk mengkhianati Dia. Dan meski pun dituduh sebagai pencuri, Yudas akan mendapat simpati di kalangan murid‑murid sekali pun. Juruselamat tidak mencerca dia, dan dengan demikian menjauhkan peluang baginya untuk memberi maaf bagi pengkhianatannya. Tetapi pandangan mata Yesus kepada Yudas meyakinkan dia bahwa Juruselamat menembusi kepura‑puraannya, dan membaca tabiatnya yang rendah dan hina itu. Dan dalam memuji perbuatan Maryam, yang sudah dipersalahkan dengan keras, Kristus telah menempelak Yudas. Sebelum saat ini, Juruselamat belum pernah memberi dia tempelakan yang langsung. Sekarang teguran itu menyakiti hatinya. Ia memutuskan hendak membalas dendam. Dari perjamuan itu ia pergi langsung ke istana imam besar, tempat didapatinya majelis sedang berhimpun, dan ditawarkannya dirinya untuk menyerahkan Yesus ke tangan mereka. Imam‑imam sangat gembira. Para pemimpin Israel ini telah diberi kesempatan untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, tidak usah dibeli dengan uang. Tetapi mereka menolak pemberian yang berharga yang ditawarkan kepada mereka dalam roh kasih yang membujuk, yang sangat lemah‑lembut itu. Mereka menolak untuk menerima keselamatan yang lebih berharga daripada emas, dan membeli Tuhan mereka dengan tigapuluh keping perak.
Yudas telah memanjakan keserakahan sampai hal itu menguasai setiap sifat tabiatnya yang baik. Ia iri hati melihat persembahan yang diberikan kepada Yesus. Hatinya menyala dengan perasaan cemburu bahwa Juruselamat harus menerima suatu pemberian yang cocok bagi raja‑raja di dunia. Dengan jumlah yang jauh lebih kurang daripada harga buli‑buli minyak wangi itu, dikhianatinyalah Tuhannya. Murid‑murid tidak seperti Yudas. Mereka mengasihi Juruselamat. Tetapi mereka tidak menghargai tabiat‑Nya yang mulia itu sebagaimana mestinya. Seandainya mereka menyadari apa yang telah dilakukan‑Nya bagi mereka, sudah tentu mereka akan merasa bahwa tidak ada sesuatu yang dipersembahkan kepada‑Nya dapat dianggap sebagai pemborosan. Orang Majus dari sebelah timur, yang mengetahui sedikit saja mengenai Yesus, telah menunjukkan penghargaan yang lebih sejati tentang penghormatan yang patut diberikan kepada‑Nya. Mereka membawa pemberian yang berharga kepada Juruselamat, dan tunduk menghormati Dia ketika Ia masih bayi, dan dibuai dalam palungan.
Kristus menghargai tindakan penghormatan yang timbul dari sanubari hati. Bila seseorang berbuat suatu kebajikan kepada‑Nya, dengan kehormatan surga diberkatinya orang yang melakukannya. Ia tidak menolak kembang yang paling sederhana yang dipetik oleh tangan seorang anak, dan dipersembahkan kepada‑Nya dalam perasaan kasih. Ia menerima persembahan anak‑anak, dan memberkati sipemberi, mencatat nama mereka dalam buku kehidupan. Dalam Kitab Suci, perbuatan Maryam dalam hal mengurapi Yesus disebutkan sebagai sesuatu yang membedakan dia dari Maryam Maryam yang lain. Perbuatan kasih dan penghormatan bagi Yesus merupakan bukti iman kepada‑Nya sebagai Anak Allah. Dan Roh Kudus menyebutkan, sebagai bukti kesetiaan perempuan itu kepada Kristus, "membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan--pendeknya mereka yang telahmenggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik." 1 Tim. 5:10. Kristus bergembira melihat kerinduan Maryam yang bersungguh‑sungguh hendak melakukan kehendak Tuhannya. Ia menerima kelimpahan kasih murni yang tidak dipahami dan yang tidak mau dimengerti oleh murid‑murid‑Nya. Kerinduan yang ada pada Maryam untuk melakukan pelayanan ini bagi Tuhannya lebih bernilai bagi Kristus daripada segala minyak yang berharga di dunia ini, karena hal itu menyatakan penghargaannya akan Penebus dunia. Kasih Kristuslah yang menggerakkan dia. Keistimewaan tabiat Kristus yang tiada taranya memenuhi hatinya. Minyak itu melambangkan hati sipemberi. Itulah pernyataan kasih secara lahir yang bersumber dari sungai di surga sampai meluap. Pekerjaan Maryam justeru merupakan pelajaran yang diperlukan oleh murid‑murid untuk menunjukkan kepada mereka bahwa pernyataan kasih mereka baginya akan menyenangkan hati Kristus. Ia sangatlah penting bagi mereka, dan mereka tidak menyadari bahwa tidak lama kemudian mereka akan kehilangan hadirat‑Nya, bahwa tidak lama kemudian mereka tidak dapat lagi mempersembahkan kepada‑Nya tanda terima kasih mereka karena kasih‑Nya yang besar itu. Kesepian Kristus, yang terpisah dari istana‑istana surga, hidup seperti manusia, tidak pernah dipahami atau dihargai oleh murid‑murid sebagaimana sepatutnya. Ia sering merasa sedih karena murid‑murid‑Nya tidak memberikan kepada‑Nya hal yang harus diterima‑Nya dari mereka. Ia mengetahui bahwa jika mereka berada di bawah pengaruh malaikat‑malaikat surga yang menyertai Dia, mereka juga akan berpendapat bahwa tidak ada persembahan cukup berharga untuk menyatakan kasih dalam batin.
Setelah mereka mengetahuinya kemudian, mereka pun mengertilah tentang banyak perkara yang sebenarnya dapat mereka lakukan bagi Yesus sebagai pernyataan kasih dan terima kasih dari hati mereka, sementara mereka dekat kepada‑Nya. Ketika Yesus tidak lagi bersama‑sama dengan mereka, dan mereka sesungguhnya merasa sebagai domba‑domba tanpa gembala, maka mulailah mereka melihat bagaimana mereka dapat menunjukkan perhatian kepada‑Nya yang akan membawa kegembiraan kepada hati‑Nya. Mereka tidak lagi menyalahkan Maryam, melainkan diri sendiri. Oh, kalau saja mereka dapat menarik kembali celaan mereka, serta anggapan mereka bahwa orang miskin lebih layak menerima pemberian itu daripada Kristus! Mereka sangat merasakan teguran itu ketika mereka mengeluarkan tubuh Tuhan yang sudah dihancurkan itu dari kayu salib.
Keperluan yang sama ternyata dalam dunia kita dewasa ini. Tetapi sangatlah sedikit orang yang menghargai betapa pentingnya Kristus bagi mereka. Sekiranya mereka telah menghargai‑Nya, maka kasih Maryam yang besar itu akan diungkapkan, dan pengurapan dengan minyak akan diberikan dengan bebasnya. Minyak yang mahal tidak akan dianggap suatu pemborosan. Tidak suatu pun akan dianggap terlampau mahal untuk diberikan kepada Kristus, tidak ada penyangkalan diri terlampau besar untuk ditanggung karena nama‑Nya. Perkataan yang diucapkan, "Apakah maksud pemborosan ini?" membawa dengan jelas di hadapan Kristus korban terbesar yang pernah diadakan—pemberian diri‑Nya sendiri sebagai pendamai bagi dunia yang hilang. Tuhan sangatlah dermawan kepada umat‑Nya sehingga tentang Dia tidak dapat dikatakan bahwa sebenarnya Ia dapat berbuat lebih banyak lagi. Dalam memberikan Yesus, Allah memberikan segenap surga. Dari pandangan manusia, pengorbanan seperti itu merupakan suatu pemborosan yang tidak beralasan. Bagi pertimbangan manusia segenap rencana keselamatan merupakan suatu pemborosan kemurahan dan sumber tenaga. Penyangkalan diri serta pengorbanan segenap hati kita hadapi di mana‑mana. Bala tentara surga tentu memandang dengan penuh keheranan pada umat manusia yang enggan diangkat derajatnya serta diperkaya dengan kasih yang tidak berhingga yang dinyatakan dalam Kristus. Mereka tentu berseru, Mengapa mengadakan pemborosan ini?
Tetapi grafirat bagi dunia yang sudah hilang haruslah penuh, limpah, dan sempurna. Persembahan Kristus sungguh sangat limpah sehingga dapat mencapai setiap jiwa yang telah diciptakan Allah. Persembahan itu tidak dapat dibatasi sehingga tidak melebihi jumlah orang yang mau menerima Pemberian yang besar itu. Bukannya semua orang akan masuk surga; meski pun demikian rencana penebusan bukannya suatu pemborosan karena tidak dilaksanakannya segala sesuatu yang telah disediakan oleh kedermawanannya. Harus ada cukup dan untuk dicadangkan. Simon, tuan rumah, telah dipengaruhi dengan kritik Yudas terhadap pemberian Maryam, dan ia heran melihat perilaku Yesus. Kesombongan Farisinya dihinakan. Ia mengetahui bahwa kebanyakan dari tamu‑tamunya sedang memandang kepada Kristus dengan sikap tidak percaya dan kurang senang. Simon berkata dalam hatinya, "Orang ini, jikalau Ia seorang nabi, niscaya diketahuinya siapa dan apa macamnya perempuan itu yang menjamah Dia, karena perempuan ini seorang berdosa." Oleh menyembuhkan Simon dari penyakit kusta, Kristus telah menyelamatkan dia dari kematian. Tetapi sekarang Simon meragukan apakah Juruselamat itu memang seorang nabi. Karena Kristus memperkenankan perempuan ini mendekati‑Nya, karena Ia tidak menampik dia dengan sikap marah sebagai seorang yang dosanya terlalu besar untuk diampuni, karena Ia tidak menunjukkan bahwa Ia menyadari perempuan itu telah jatuh, maka Simon pun tergodalah untuk berpikir bahwa Ia bukannya seorang nabi. Ia beranggapan bahwa Yesus tidak mengetahui apa‑apa tentang perempuan ini yang terlalu bebas dalam perbuatannya, kalau tidak Ia tidak akan mengijinkan dia menjamah‑Nya.
Tetapi karena Simon tidak mengenal Allah dan Kristus, maka ia pun berpikir demikian. Ia tidak menyadari bahwa Anak Allah harus bertindak menurut jalan Allah, dengan belas kasihan, kelemah‑lembutan, dan kemurahan. Jalan Simon ialah tidak memperhatikan pelayanan Maryam yang penuh rasa pertobatan itu. Tindakannya dalam hal mencium kaki Kristus dan mengurapinya dengan minyak narwastu sangat menjengkelkan hati Simon yang keras itu. Ia berpendapat bahwa jika Kristus itu seorang nabi, Ia akan mengenal orang‑orang berdosa dan menempelak mereka. Terhadap pikiran yang tidak diucapkan ini Juruselamat menjawab, "Hai Simon, ada satu perkara yang hendak kukatakan kepadamu.... Adalah dua orang yang berutang kepada seorang yang meminjamkan uang; maka yang seorang berutang lima ratus dinar, dan yang lain pula lima puluh. Maka sebab pada mereka itu tiada pembayarannya, dilepaskan‑Nya kedua‑duanya daripada utang. Sekarang yang manakah daripada dua orang itu akan terlebih mengasihi dia? Maka sahut Simon katanya, Hamba sangka, orang yang dilepaskannya daripada utang yang terlebih banyak itu. Maka kata Yesus kepadanya, Betullah sangkamu itu."
Sebagaimana yang diperbuat oleh Natan kepada Daud, Kristus menyembunyikan serangan‑Nya yang berhasil itu dengan menggunakan perumpamaan. Ia melemparkan kepada tuan rumah beban untuk mengucapkan hukuman ke atas dirinya sendiri. Simon telah memimpin wanita yang dicelanya sekarang ke dalam dosa. Ia telah diperlakukan dengan tidak baik olehnya. Dengan dua orang yang berutang dalam perumpamaan itu, Simon dan wanita itu digambarkan. Yesus tidak merencanakan untuk mengajarkan bahwa dua derajat kewajiban harus dirasakan oleh kedua orang itu, karena masing‑masing berutang budi yang tidak pernah dapat dibayar kembali. Tetapi Simon merasa dirinya lebih benar daripada Maryam, dan Yesus menghendaki agar ia melihat berapa besar dosanya yang sebenarnya. Ia hendak menunjukkan kepadanya bahwa dosanya lebih besar daripada dosa Maryam, sebagaimana utang lima ratus dinar jauh lebih besar daripada utang lima puluh dinar.
Simon sekarang melihat dirinya sendiri dalam suatu terang yang baru. Ia melihat bagaimana Maryam dianggap oleh Seorang yang bukan hanya sekadar nabi. Ia melihat bahwa dengan mata nubuatan yang tajam Kristus membaca hati wanita itu yang penuh kasih dan penyerahan. Perasaan malu meliputinya, dan ia menyadari bahwa ia berada di hadapan Seorang yang lebih unggul dari dirinya sendiri. Kristus meneruskan, "Bahwa Aku masuk ke rumahmu, tiada engkau memberi air akan pembasuh kaki‑Ku," tetapi dengan air mata pertobatan yang didorong oleh kasih, Maryam telah membasuh kaki‑Ku, dan menyapunya dengan rambut kepalanya. "Tiada engkau mencium Aku, tetapi perempuan ini," yang engkau hinakan, "semenjak Aku masuk tiada berhenti mencium kaki‑Ku." Kristus menuturkan kesempatan yang telah diberikan kepada Simon untuk menunjukkan kasihnya bagi Tuhannya, serta penghargaannya bagi apa yang telah dilakukan baginya. Dengan jelas, tetapi dengan kesopanan yang halus, Juruselamat memastikan kepada murid‑murid‑Nya bahwa hati‑Nya sedih bila anak‑anak‑Nya lalai menunjukkan syukur mereka kepada‑Nya baik dengan perkataan mau pun dengan perbuatan kasih. Sipenyelidik hati membaca motif yang memimpin Maryam kepada tindakannya, dan Ia melihat juga roh yang mendorong perkataan Simon. "Apakah engkau melihat perempuan ini?" katanya kepada Simon. Ia seorang berdosa. "Aku berkata kepadamu, bahwa dosanya yang banyak itu diampunilah karena kasihnya amat sangat; tetapi kepada orang yang diampuni sedikit, kasihnya juga sedikit."
Sikap dingin dan kelalaian Simon terhadap Juruselamat menunjukkan alangkah sedikitnya ia menghargai kemurahan yang telah diterimanya. Ia telah memikirkan bahwa ia menghormati Yesus oleh mengundang Dia ke rumahnya. Tetapi sekarang ia melihat dirinya sebagaimana keadaannya yang sebenarnya. Sementara ia memikirkan bahwa ia sedang membaca keadaan Tamunya, Tamunya itu sedang membaca keadaannya. Ia melihat alangkah benarnya pertimbangan Kristus tentang dirinya. Agamanya telah merupakan suatu jubah kefarisian. Ia telah menghinakan belas‑kasihan Yesus. Ia tidak mengakui Dia sebagai wakil Allah. Sementara Maryam sebagai seorang berdosa telah diampuni, Simon adalah seorang berdosa yang tidak diampuni. Peraturan keadilan yang keras yang telah dikehendakinya untuk dipaksakan pada wanita itu telah mempersalahkan dia. Simon telah terharu oleh kebaikan Yesus dalam hal tidak menempelak dia terang‑terangan di hadapan tamu‑tamu. Ia tidak diperlakukan sebagaimana ia menghendaki Maryam diperlakukan. Ia melihat bahwa Yesus tidak ingin membeberkan kesalahannya kepada orang lain, melainkan mencari suatu ucapan yang benar mengenai perkara itu untuk meyakinkan pikirannya, serta oleh kebaikan yang menaruh belas kasihan untuk menaklukkan hatinya. Celaan yang keras hanyalah mengeraskan hati Simon terhadap pertobatan, tetapi nasihat yang penuh kesabaran meyakinkan dia tentang kesalahannya. Ia melihat alangkah besarnya hutangnya kepada Tuhannya. Kesombongannya direndahkan, ia bertobat, dan orang Farisi yang angkuh itu berubah menjadi seorang murid yang rendah hati, dan mengorbankan diri.
Maryam telah dipandang sebagai seorang yang besar dosanya, tetapi Kristus mengetahui keadaan yang telah membentuk kehidupannya. Ia dapat memadamkan setiap harapan dalam jiwanya, tetapi Ia tidak berbuat demikian. Ialah yang telah mengangkatnya dari keadaan putus asa dan kebinasaan. Tujuhkali dia telah mendengar Yesus menengking Setan‑setan yang menguasai hati dan pikirannya. Ia telah mendengar suara‑Nya yang nyaring kepada Bapa demi kepentingannya. Ia mengetahui betapa menjijikkan dosa itu terhadap kesucian‑Nya yang tidak bernoda itu, dan dalam kekuatan‑Nya ia telah menang. Bila pada pandangan mata manusia perkaranya kelihatan tanpa harapan, Kristus melihat dalam Maryam kesanggupan bagi kebaikan. Ia melihat sifat‑sifat tabiatnya yang lebih baik. Rencana penebusan telah memberikan kepada manusia kemungkinan yang besar, dan dalarn Maryam kemungkinan itu akan diwujudkan. Oleh anugerah‑Nya ia turut mengambil bagian dari sifat Ilahi. Seorang yang telah jatuh dan yang pikirannya telah menjadi tempat tinggal Setan, telah dibawa lebih dekat kepada Juruselamat dalam persekutuan dan pelayanan. Maryamlah yang duduk di kaki‑Nya dan belajar dari Dia. Maryamlah yang mencurahkan ke atas kepalanya minyak yang berharga, serta membasahi kaki‑Nya dengan air matanya. Maryam berdiri di sisi salib, dan mengikuti Dia ke kubur. Maryam mula‑mula tiba di kubur sesudah kebangkitan‑Nya. Maryamlah yang mula‑mula memasyhurkan Juruselamat yang sudah bangkit itu.
Yesus mengetahui keadaan setiap jiwa. Engkau mungkin mengatakan, saya seorang berdosa, amat berdosa. Engkau mungkin dalam keadaan demikian, tetapi lebih buruk keadaanmu, lebih besar pula keperluanmu akan Yesus. Ia tidak menolak seorang yang menangis dan menyesal. Ia tidak menceritakan kepada siapa pun segala perkara yang dapat dinyatakan‑Nya, tetapi Ia mengundang setiap jiwa yang gemetar untuk memberanikan diri. Dengan lega diampuni‑Nyalah semua orang yang datang kepada‑Nya untuk memperoleh pengampunan dan pemulihan.
Kristus dapat memerintahkan malaikat‑malaikat surga untuk mencurahkan piala murka‑Nya ke atas dunia kita, membinasakan mereka yang dipenuhi kebencian kepada Allah. Ia dapat menghapuskan titik hitam ini dari semesta alam ciptaan‑Nya. Tetapi Ia tidak berbuat demikian. Sekarang ini Ia berdiri di mezbah pedupaan, mempersembahkan kepada Allah doa segala orang yang merindukan pertolongan‑Nya. Jiwa‑jiwa yang berbalik kepada‑Nya untuk mencari perlindungan akan diangkat oleh Yesus lebih tinggi daripada tuduhan dan pertengkaran lidah. Tidak seorang pun, atau pun malaikat yang jahat dapat menuduh jiwa‑jiwa ini. Kristus menyatukan mereka kepada sifat manusia Ilahi‑Nya sendiri. Mereka berdiri di sisi Penanggung Dosa yang besar itu, dalam terang yang berasal dari takhta Allah. "Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?" Roma 8:33, 34.
Simon telah disembuhkan dari penyakit kusta, dan inilah yang telah menarik dia kepada Yesus. Ia ingin menunjukkan rasa terina kasihnya, dan pada kunjungan Kristus yang terakhir ke Baitani, diadakannyalah sebuah pesta bagi Juruselamat dan murid‑murid‑Nya. Pesta ini mengumpulkan banyak orang Yahudi. Pada saat ini terjadilah banyak kesibukan di Yerusalem. Kristus dan tugas‑Nya menarik perhatian lebih besar daripada sebelumnya. Mereka yang menghadiri pesta itu memperhatikan gerak‑gerik‑Nya, dan beberapa dari mereka dengan pandang mata yang tidak menyenangkan. Juruselamat telah tiba di Baitani hanya enam hari menjelang Paskah, dan sesuai dengan kebiasaan‑Nya Ia mencari tempat menginap di rumah
Lazarus rombongan orang yang bepergian yang sampai ke kota itu menyebarkan berita bahwa Ia sedang dalam perjalanan ke Yerusalem, dan bahwa Ia akan beristirahat pada hari Sabat di Baitani. Di antara orang banyak itu terdapatlah kegembiraan yang besar. Banyak orang yang bergerombol menuju Baitani, beberapa daripadanya tidak senang kepadaYesus, sedangkan beberapa yang lain didorong rasa ingin melihat seseorang yang telah dibangkitkan dari maut. Banyak orang mengharapkan hendak mendengar dari Lazarus cerita yang ajaib tentang peristiwa yang disaksikan sesudah kematian. Mereka heran karena ia tidak bersedia menceritakan apa‑apa kepada mereka. Tidak ada sesuatu seperti ini hendak diceritakannya. Kitab Suci menyatakan, "Tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa. Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang." Pengkhotbah 9:5, 6. Tetapi Lazarus mempunyai suatu kesaksian yang ajaib tentang pekerjaan Kristus. Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati untuk rnaksud ini. Dengan jaminan dan kuasa ia menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Laporan‑laporan yang disampaikan ke Yerusalem oleh para pengunjung ke Baitani menambah kegemparan. Orang banyak ingin sekali melihat dan mendengar Yesus. Banyak yang bertanya‑tanya apakah Lazarus akan menemani Dia ke Yerusalem, dan apakah nabi itu akan dimahkotai sebagai raja pada masa raya Paskah itu. Imam‑imam dan para penghulu melihat bahwa pengaruh mereka kepada orang banyak kian lemah, dan amarah mereka terhadap Yesus bertambah pahit. Mereka hampir tidak sabar menunggu kesempatan untuk menggeser Dia untuk selama‑lamanya dari jalan mereka. Ketika saat berlalu, mereka mulai khawatir jangan‑jangan Ia tidak datang ke Yerusalem. Mereka ingat berapa sering Ia telah menggagalkan rencana mereka hendak membunuh Dia, dan mereka takut jangan‑jangan sekarang ini Ia membaca niat mereka terhadap Dia, dan akan menjauhkan diri. Mereka hampir tidak dapat menyembunyikan kecemasan mereka, dan bertanya sama sendirinya, "Apakah sangkamu? Tiadakah Ia akan datang beserta di dalam hari raya ini?" Suatu rapat imam‑imam dan orang Farisi pun diadakanlah. Sejak Lazarus dibangkitkan, simpati orang banyak sudah sepenuhnya kepada Kristus sehingga sangatlah berbahaya menangkap Dia terang‑terangan. Itulah sebabnya pihak yang wajib memutuskan hendak menangkap Dia dengan cara sembunyi‑sembunyi, dan sedapat‑dapatnya mengadakan pemeriksaan secara diam‑diam. Mereka mengharapkan bahwa bila Ia sudah dinyatakan bersalah, maka pendapat khalayak ramai yang masih berubah‑ubah itu akan memihak kepada mereka.
Demikianlah mereka mengusulkan untuk membinasakan Yesus. Tetapi selama Lazarus masih hidup, imam‑imam dan rabbi‑rabbi mengetahui bahwa mereka tidak aman. Justeru adanya seorang yang sudah empat hari lamanya di dalam kubur, dan telah dibangunkan oleh satu perkataan dari Yesus, lambat‑laun akan menimbulkan reaksi. Orang banyak akan membalas dendam kepada para pemimpin karena membunuh Seorang yang dapat mengadakan mukjizat seperti itu. Sebab itu Sanhedrin memutuskan bahwa Lazarus juga harus dibunuh. Sedemikian jauhnya kedengkian dan prasangka memperhamba mereka. Kebencian dan sifat tidak percaya para pemimpin Yahudi sudah bertambah‑tambah sampai mereka mau membunuh seorang yang sudah diluputkan oleh kuasa Allah dari dalam kubur. Sementara rencana jahat ini berlangsung di Yerusalem, Yesus dan sahabat‑sahabat‑Nya diundang ke pesta Simon. Di meja makan Juruselamat duduk dengan Simon, yang telah disembuhkan‑Nya dari suatu penyakit yang menjijikkan, di sebelah, dan Lazarus, yang sudah dibangkitkan‑Nya dari kematian di sebelah yang lain. Marta melayani di meja tetapi Maryam sedang mendengarkan dengan cermatnya setiap perkataan dari bibir Yesus. Dalam kemurahan‑Nya Yesus telah memaafkan dosa‑dosanya, la telah memanggil saudaranya yang kekasih dari dalam kubur, dan hati Maryam dipenuhi dengan rasa syukur. Ia telah mendengar Yesus berbicara tentang kematian‑Nya yang sudah dekat, dan dalam kasih dan kesusahannya yang mendalam ia ingin menunjukkan kehormatan kepada‑Nya. Dengan pengorbanan pribadi yang besar ia telah membeli sebuah buli‑buli berisi "minyak wangi yang mahal harganya" yang dengan itu ia menyirami tubuh‑Nya. Tetapi sekarang banyak orang sedang mengumumkan bahwa Ia hampir akan dimahkotai sebagai raja. Kesedihannya berubah menjadi kesukaan, dan ia ingin yang pertama menghormati Tuhannya. Setelah memecahkan buli‑buli minyak wangi itu, ia mencurahkan isinya ke atas kepala dan kaki Yesus, kemudian bertelutlah ia sambil menangis, dan sambil membasahinya dengan air matanya, dikeringkannya kaki‑Nya dengan rambutnya yang panjang itu.
Ia telah berusaha menghindarkan pengamatan, dan gerak‑geriknya dapat berlalu tanpa diperhatikan, tetapi bau minyak wangi itu memenuhi ruangan itu dengan baunya yang harum, dan memberitahukan perbuatannya kepada semua orang yang hadir. Yudas memandang perbuatan ini dengan perasaan tidak senang. Gantinya menunggu apa yang akan dikatakan Yesus tentang hal ini, mulailah ia membisik‑bisikkan keluhannya kepada mereka yang di dekatnya, seraya menyalahkan Kristus karena membiarkan pemborosan itu. Dengan liciknya ia mengajukan saran‑saran yang mungkin akan menimbulkan perasaan kurang puas.
Yudas adalah seorang bendahara bagi murid‑murid, dan dari persediaan mereka yang serba kurang itu ia telah mengambil dengan sembunyi‑sembunyi untuk digunakannya sendiri; dengan demikian mengurangi simpanan mereka menjadi jumlah yang sangat kecil. Ia ingin menaruh ke dalam pundi‑pundi segala sesuatu yang dapat diperolehnya. Simpanan dalam pundi‑pundi itu sering diambil untuk meringankan tanggungan orang miskin; dan bila sesuatu dibeli yang menurut Yudas tidak penting, ia akan mengatakan, Mengapa mengadakan pemborosan ini? mengapa tidak menaruh harganya ke dalam pundi‑pundi yang saya bawa untuk orang miskin? Sekarang perbuatan Maryam sangatlah berbeda jauh dengan sifatnya yang mementingkan diri sehingga ia menjadi malu; dan menurut kebiasaannya, ia berusaha menunjukkan suatu motif yang masuk di akal untuk menentang pemberian Maryam. Sambil berpaling kepada murid‑murid, ia bertanya, "Apakah sebabnya minyak ini tiada dijual dengan harga tiga ratus dinar, dan disedekahkan kepada orang miskin? Maka Yudas berkata demikian itu, bukan sebab diindahkannya hal orang miskin, melainkan sebab ia pencuri, dan memegang pundi‑pundi serta mengambil uang yang dimasukkan ke dalamnya." Yudas tidak menaruh hati bagi orang miskin. Seandainya minyak wangi Maryam itu dijual, dan hasilnya sudah jatuh ke tangannya, orang miskin tidak akan menerima manfaatnya.
Yudas menganggap tinggi kesanggupannya untuk memimpin. Sebagai seorang ahli keuangan ia menganggap dirinya jauh melebihi murid‑murid yang lain, dan ia telah menuntun mereka kepada anggapan yang demikian. Ia telah mendapat keyakinan mereka, dan mempunyai pengaruh yang kuat pada mereka. Simpatinya yang hanya sekadar rupa bagi orang miskin menipu rnereka, dan sindirannya yang cerdik itu menyebabkan mereka memandang pada kecintaan Maryam dengan perasaan curiga. Persungutan itu disampaikan di sekeliling meja makan, "Apakah maksud pemborosan itu? Karena minyak ini boleh laku dijual dengan mahal harganya, disedekahkan kepada orang miskin."
Maryam mendengar kritik itu. Hatinya berdebar‑debar. Ia takut jangan‑jangan saudaranya perempuan akan menyalahkan dia karena pemborosan itu. Tuhan juga mungkin berpendapat bahwa ia pemboros. Tanpa minta maaf ia sudah hampir surut, tetapi suara Tuhannya terdengar, "Biarkanlah dia, apakah sebabnya kamu menyusahkan dia?" Ia melihat bahwa perempuan itu sudah malu dan sedih. Ia mengetahui bahwa dalam perbuatan ini perempuan itu telah menyatakan rasa terima kasihnya karena keampunan dosa‑dosanya, dan Ia membawa kelegaan pada pikirannya. Sambil menyaringkan suara‑Nya lebih keras daripada persungutan krisis itu, Ia berkata, "Ia membuat suatu kebajikan kepada‑Ku. Sebab orang‑orang miskin senantiasa bersama‑sama dengan kamu, dan jikalau kamu sudi, dapatlah kamu berbuat baik kepada mereka itu, tetapi Aku ini tiada selalu bersama‑sama dengan kamu. Perempuan ini sudah berbuat seberapa dapat dibuatnya, yaitu ia datang hendak mengurapi tubuh‑Ku, seolah‑olah suatu persediaan bagi hal menguburkan kelak."
Pemberian yang harum baunya yang sedianya hendak dibubuh oleh Maryam pada tubuh Juruselamat yang sudah mati kini dituangkannya pada tubuh‑Nya yang masih hidup. Pada waktu penguburan keharumannya hanya dapat menembusi kubur itu, sekarang hal itu menggembirakan hatinya dengan jaminan iman dan kasihnya. Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus tidak mempersembahkan pemberian kasih mereka kepada Yesus ketika Ia masih hidup. Dengan air mata sedih mereka membawa rempah‑rempah yang mahal harganya untuk tubuh‑Nya yang sudah dingin dan tidak sadar itu. Wanita‑wanita yang membawa rempah‑rempah ke kubur mendapati bahwa maksud kepergian mereka sia‑sia adanya, karena Ia sudah bangkit. Tetapi Maryam, dengan mencurahkan kasihnya pada Juruselamat sementara Ia masih dapat merasakan cintanya, sedang mengurapi Dia untuk penguburan‑Nya. Dan ketika Ia menjalani kegelapan ujian‑Nya yang besar itu, Ia membawa serta‑Nya kenangan tentang perbuatan itu, suatu jaminan adanya kasih yang akan didapat‑Nya dari orang‑orang tebusan‑Nya selama‑lamanya.
Banyaklah orang yang membawa pemberian mereka yang berharga untuk orang mati. Ketika mereka berdiri mengelilingi tubuh yang sudah dingin dan diam itu, perkataan cinta diucapkan dengan bebas. Kelemah‑lembutan, penghargaan, dan kasih, semuanya dicurahkan kepada seorang yang tidak dapat melihat atau mendengar lagi. Sekiranya perkataan ini telah diucapkan ketika jiwa yang letih sangat memerlukannya, ketika telinga dapat mendengar dan hati dapat merasa, alangkah indahnya keharuman baunya. Maryam tidak mengetahui sepenuhnya makna perbuatan kasih‑Nya. Ia tidak dapat menjawab para penuduhnya. Ia tidak dapat menjelaskan mengapa ia telah memilih kesempatan itu untuk mengurapi Yesus. Roh Kudus telah merencanakan baginya, dan ia telah mentaati apa yang ia rasa dalam hatinya. Roh Kudus tidak merendahkan dirinya untuk memberikan suatu alasan. Hadirat yang tidak kelihatan berbicara ke dalam pikiran dan jiwa, dan menggerakkan hati untuk bertindak. Itulah pertimbangannya sendiri.
Kristus memberitahukan kepada Maryam tentang makna perbuatannya, dan dalam hal ini Ia memberinya lebih dari yang telah diterima‑Nya. "Karena di dalam hal perempuan itu mencurahkan minyak ini di atas tubuh‑Ku itu," kata‑Nya, "seolah‑olah diperbuatnya akan menyediakan hal menguburkan Aku kelak." Ketika buli‑buli itu dipecahkan, dan memenuhi segenap rumah itu dengan semerbak harum baunya, demikian juga Kristus harus mati, tubuh‑Nya harus dipecah‑pecahkan; tetapi Ia harus bangkit dari kubur, dan keharuman kehidupan‑Nya harus memenuhi bumi. Kristus Yesus "juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." Ef. 5:2.
"Dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu," Kristus menyatakan, "Barang di mana pun di dalam seluruh dunia ini Injil itu dimasyhurkan, perbuatan perempuan ini akan disebutkan juga menjadi suatu peringatan atasnya." Dengan memandang ke masa depan, Juruselamat berbicara dengan kepastian mengenai Injil‑Nya. Injil itu harus dimasyhurkan ke seluruh dunia. Dan seberapa jauh Injil itu disampaikan, pemberian Maryam akan menyebarkan keharumannya dan hati akan diberkati oleh perbuatannya yang tidak direncanakan itu. Kerajaan‑kerajaan akan bangkit dan jatuh, nama raja‑raja dan para pemenang akan dilupakan, tetapi perbuatan perempuan ini akan diabadikan pada halaman‑halaman sejarah gereja. Sampai berlalunya waktu, buli‑buli yang dipecahkan itu akan menceritakan kasih Allah yang limpah bagi umat manusia yang sudah jatuh.
Perbuatan Maryam sangatlah menyolok bedanya dengan perbuatan yang hampir akan dilakukan oleh Yudas. Alangkah jelasnya pelajaran yang diberikan Kristus kepadanya yang telah menjatuhkan benih kritik dan pikiran jahat ke dalam pikiran murid‑murid! Alangkah benarnya tuduhan yang dapat diberikan kepada si penuduh itu! Ia yang membaca motif setiap hati, dan mengerti setiap perbuatan, sebenarnya dapat membeberkan kejahatan dalam pengalaman Yudas kepada mereka yang hadir di pesta itu. Kepura‑puraan yang kosong yang di atasnya pengkhianat itu mengalaskan perkataannya sebenarnya dapat dipaparkan‑Nya, karena, gantinya menaruh simpati kepada orang miskin, ia merampas uang yang dimaksudkan untuk meringankan penderitaan mereka. Kemarahan dapat dibangkitkan terhadap dia karena ia menindas perempuan janda, anak piatu, dan orang upahan. Tetapi seandainya Kristus telah membuka topeng Yudas, hal ini akan didesakkan sebagai alasan untuk mengkhianati Dia. Dan meski pun dituduh sebagai pencuri, Yudas akan mendapat simpati di kalangan murid‑murid sekali pun. Juruselamat tidak mencerca dia, dan dengan demikian menjauhkan peluang baginya untuk memberi maaf bagi pengkhianatannya. Tetapi pandangan mata Yesus kepada Yudas meyakinkan dia bahwa Juruselamat menembusi kepura‑puraannya, dan membaca tabiatnya yang rendah dan hina itu. Dan dalam memuji perbuatan Maryam, yang sudah dipersalahkan dengan keras, Kristus telah menempelak Yudas. Sebelum saat ini, Juruselamat belum pernah memberi dia tempelakan yang langsung. Sekarang teguran itu menyakiti hatinya. Ia memutuskan hendak membalas dendam. Dari perjamuan itu ia pergi langsung ke istana imam besar, tempat didapatinya majelis sedang berhimpun, dan ditawarkannya dirinya untuk menyerahkan Yesus ke tangan mereka. Imam‑imam sangat gembira. Para pemimpin Israel ini telah diberi kesempatan untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, tidak usah dibeli dengan uang. Tetapi mereka menolak pemberian yang berharga yang ditawarkan kepada mereka dalam roh kasih yang membujuk, yang sangat lemah‑lembut itu. Mereka menolak untuk menerima keselamatan yang lebih berharga daripada emas, dan membeli Tuhan mereka dengan tigapuluh keping perak.
Yudas telah memanjakan keserakahan sampai hal itu menguasai setiap sifat tabiatnya yang baik. Ia iri hati melihat persembahan yang diberikan kepada Yesus. Hatinya menyala dengan perasaan cemburu bahwa Juruselamat harus menerima suatu pemberian yang cocok bagi raja‑raja di dunia. Dengan jumlah yang jauh lebih kurang daripada harga buli‑buli minyak wangi itu, dikhianatinyalah Tuhannya. Murid‑murid tidak seperti Yudas. Mereka mengasihi Juruselamat. Tetapi mereka tidak menghargai tabiat‑Nya yang mulia itu sebagaimana mestinya. Seandainya mereka menyadari apa yang telah dilakukan‑Nya bagi mereka, sudah tentu mereka akan merasa bahwa tidak ada sesuatu yang dipersembahkan kepada‑Nya dapat dianggap sebagai pemborosan. Orang Majus dari sebelah timur, yang mengetahui sedikit saja mengenai Yesus, telah menunjukkan penghargaan yang lebih sejati tentang penghormatan yang patut diberikan kepada‑Nya. Mereka membawa pemberian yang berharga kepada Juruselamat, dan tunduk menghormati Dia ketika Ia masih bayi, dan dibuai dalam palungan.
Kristus menghargai tindakan penghormatan yang timbul dari sanubari hati. Bila seseorang berbuat suatu kebajikan kepada‑Nya, dengan kehormatan surga diberkatinya orang yang melakukannya. Ia tidak menolak kembang yang paling sederhana yang dipetik oleh tangan seorang anak, dan dipersembahkan kepada‑Nya dalam perasaan kasih. Ia menerima persembahan anak‑anak, dan memberkati sipemberi, mencatat nama mereka dalam buku kehidupan. Dalam Kitab Suci, perbuatan Maryam dalam hal mengurapi Yesus disebutkan sebagai sesuatu yang membedakan dia dari Maryam Maryam yang lain. Perbuatan kasih dan penghormatan bagi Yesus merupakan bukti iman kepada‑Nya sebagai Anak Allah. Dan Roh Kudus menyebutkan, sebagai bukti kesetiaan perempuan itu kepada Kristus, "membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan--pendeknya mereka yang telahmenggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik." 1 Tim. 5:10. Kristus bergembira melihat kerinduan Maryam yang bersungguh‑sungguh hendak melakukan kehendak Tuhannya. Ia menerima kelimpahan kasih murni yang tidak dipahami dan yang tidak mau dimengerti oleh murid‑murid‑Nya. Kerinduan yang ada pada Maryam untuk melakukan pelayanan ini bagi Tuhannya lebih bernilai bagi Kristus daripada segala minyak yang berharga di dunia ini, karena hal itu menyatakan penghargaannya akan Penebus dunia. Kasih Kristuslah yang menggerakkan dia. Keistimewaan tabiat Kristus yang tiada taranya memenuhi hatinya. Minyak itu melambangkan hati sipemberi. Itulah pernyataan kasih secara lahir yang bersumber dari sungai di surga sampai meluap. Pekerjaan Maryam justeru merupakan pelajaran yang diperlukan oleh murid‑murid untuk menunjukkan kepada mereka bahwa pernyataan kasih mereka baginya akan menyenangkan hati Kristus. Ia sangatlah penting bagi mereka, dan mereka tidak menyadari bahwa tidak lama kemudian mereka akan kehilangan hadirat‑Nya, bahwa tidak lama kemudian mereka tidak dapat lagi mempersembahkan kepada‑Nya tanda terima kasih mereka karena kasih‑Nya yang besar itu. Kesepian Kristus, yang terpisah dari istana‑istana surga, hidup seperti manusia, tidak pernah dipahami atau dihargai oleh murid‑murid sebagaimana sepatutnya. Ia sering merasa sedih karena murid‑murid‑Nya tidak memberikan kepada‑Nya hal yang harus diterima‑Nya dari mereka. Ia mengetahui bahwa jika mereka berada di bawah pengaruh malaikat‑malaikat surga yang menyertai Dia, mereka juga akan berpendapat bahwa tidak ada persembahan cukup berharga untuk menyatakan kasih dalam batin.
Setelah mereka mengetahuinya kemudian, mereka pun mengertilah tentang banyak perkara yang sebenarnya dapat mereka lakukan bagi Yesus sebagai pernyataan kasih dan terima kasih dari hati mereka, sementara mereka dekat kepada‑Nya. Ketika Yesus tidak lagi bersama‑sama dengan mereka, dan mereka sesungguhnya merasa sebagai domba‑domba tanpa gembala, maka mulailah mereka melihat bagaimana mereka dapat menunjukkan perhatian kepada‑Nya yang akan membawa kegembiraan kepada hati‑Nya. Mereka tidak lagi menyalahkan Maryam, melainkan diri sendiri. Oh, kalau saja mereka dapat menarik kembali celaan mereka, serta anggapan mereka bahwa orang miskin lebih layak menerima pemberian itu daripada Kristus! Mereka sangat merasakan teguran itu ketika mereka mengeluarkan tubuh Tuhan yang sudah dihancurkan itu dari kayu salib.
Keperluan yang sama ternyata dalam dunia kita dewasa ini. Tetapi sangatlah sedikit orang yang menghargai betapa pentingnya Kristus bagi mereka. Sekiranya mereka telah menghargai‑Nya, maka kasih Maryam yang besar itu akan diungkapkan, dan pengurapan dengan minyak akan diberikan dengan bebasnya. Minyak yang mahal tidak akan dianggap suatu pemborosan. Tidak suatu pun akan dianggap terlampau mahal untuk diberikan kepada Kristus, tidak ada penyangkalan diri terlampau besar untuk ditanggung karena nama‑Nya. Perkataan yang diucapkan, "Apakah maksud pemborosan ini?" membawa dengan jelas di hadapan Kristus korban terbesar yang pernah diadakan—pemberian diri‑Nya sendiri sebagai pendamai bagi dunia yang hilang. Tuhan sangatlah dermawan kepada umat‑Nya sehingga tentang Dia tidak dapat dikatakan bahwa sebenarnya Ia dapat berbuat lebih banyak lagi. Dalam memberikan Yesus, Allah memberikan segenap surga. Dari pandangan manusia, pengorbanan seperti itu merupakan suatu pemborosan yang tidak beralasan. Bagi pertimbangan manusia segenap rencana keselamatan merupakan suatu pemborosan kemurahan dan sumber tenaga. Penyangkalan diri serta pengorbanan segenap hati kita hadapi di mana‑mana. Bala tentara surga tentu memandang dengan penuh keheranan pada umat manusia yang enggan diangkat derajatnya serta diperkaya dengan kasih yang tidak berhingga yang dinyatakan dalam Kristus. Mereka tentu berseru, Mengapa mengadakan pemborosan ini?
Tetapi grafirat bagi dunia yang sudah hilang haruslah penuh, limpah, dan sempurna. Persembahan Kristus sungguh sangat limpah sehingga dapat mencapai setiap jiwa yang telah diciptakan Allah. Persembahan itu tidak dapat dibatasi sehingga tidak melebihi jumlah orang yang mau menerima Pemberian yang besar itu. Bukannya semua orang akan masuk surga; meski pun demikian rencana penebusan bukannya suatu pemborosan karena tidak dilaksanakannya segala sesuatu yang telah disediakan oleh kedermawanannya. Harus ada cukup dan untuk dicadangkan. Simon, tuan rumah, telah dipengaruhi dengan kritik Yudas terhadap pemberian Maryam, dan ia heran melihat perilaku Yesus. Kesombongan Farisinya dihinakan. Ia mengetahui bahwa kebanyakan dari tamu‑tamunya sedang memandang kepada Kristus dengan sikap tidak percaya dan kurang senang. Simon berkata dalam hatinya, "Orang ini, jikalau Ia seorang nabi, niscaya diketahuinya siapa dan apa macamnya perempuan itu yang menjamah Dia, karena perempuan ini seorang berdosa." Oleh menyembuhkan Simon dari penyakit kusta, Kristus telah menyelamatkan dia dari kematian. Tetapi sekarang Simon meragukan apakah Juruselamat itu memang seorang nabi. Karena Kristus memperkenankan perempuan ini mendekati‑Nya, karena Ia tidak menampik dia dengan sikap marah sebagai seorang yang dosanya terlalu besar untuk diampuni, karena Ia tidak menunjukkan bahwa Ia menyadari perempuan itu telah jatuh, maka Simon pun tergodalah untuk berpikir bahwa Ia bukannya seorang nabi. Ia beranggapan bahwa Yesus tidak mengetahui apa‑apa tentang perempuan ini yang terlalu bebas dalam perbuatannya, kalau tidak Ia tidak akan mengijinkan dia menjamah‑Nya.
Tetapi karena Simon tidak mengenal Allah dan Kristus, maka ia pun berpikir demikian. Ia tidak menyadari bahwa Anak Allah harus bertindak menurut jalan Allah, dengan belas kasihan, kelemah‑lembutan, dan kemurahan. Jalan Simon ialah tidak memperhatikan pelayanan Maryam yang penuh rasa pertobatan itu. Tindakannya dalam hal mencium kaki Kristus dan mengurapinya dengan minyak narwastu sangat menjengkelkan hati Simon yang keras itu. Ia berpendapat bahwa jika Kristus itu seorang nabi, Ia akan mengenal orang‑orang berdosa dan menempelak mereka. Terhadap pikiran yang tidak diucapkan ini Juruselamat menjawab, "Hai Simon, ada satu perkara yang hendak kukatakan kepadamu.... Adalah dua orang yang berutang kepada seorang yang meminjamkan uang; maka yang seorang berutang lima ratus dinar, dan yang lain pula lima puluh. Maka sebab pada mereka itu tiada pembayarannya, dilepaskan‑Nya kedua‑duanya daripada utang. Sekarang yang manakah daripada dua orang itu akan terlebih mengasihi dia? Maka sahut Simon katanya, Hamba sangka, orang yang dilepaskannya daripada utang yang terlebih banyak itu. Maka kata Yesus kepadanya, Betullah sangkamu itu."
Sebagaimana yang diperbuat oleh Natan kepada Daud, Kristus menyembunyikan serangan‑Nya yang berhasil itu dengan menggunakan perumpamaan. Ia melemparkan kepada tuan rumah beban untuk mengucapkan hukuman ke atas dirinya sendiri. Simon telah memimpin wanita yang dicelanya sekarang ke dalam dosa. Ia telah diperlakukan dengan tidak baik olehnya. Dengan dua orang yang berutang dalam perumpamaan itu, Simon dan wanita itu digambarkan. Yesus tidak merencanakan untuk mengajarkan bahwa dua derajat kewajiban harus dirasakan oleh kedua orang itu, karena masing‑masing berutang budi yang tidak pernah dapat dibayar kembali. Tetapi Simon merasa dirinya lebih benar daripada Maryam, dan Yesus menghendaki agar ia melihat berapa besar dosanya yang sebenarnya. Ia hendak menunjukkan kepadanya bahwa dosanya lebih besar daripada dosa Maryam, sebagaimana utang lima ratus dinar jauh lebih besar daripada utang lima puluh dinar.
Simon sekarang melihat dirinya sendiri dalam suatu terang yang baru. Ia melihat bagaimana Maryam dianggap oleh Seorang yang bukan hanya sekadar nabi. Ia melihat bahwa dengan mata nubuatan yang tajam Kristus membaca hati wanita itu yang penuh kasih dan penyerahan. Perasaan malu meliputinya, dan ia menyadari bahwa ia berada di hadapan Seorang yang lebih unggul dari dirinya sendiri. Kristus meneruskan, "Bahwa Aku masuk ke rumahmu, tiada engkau memberi air akan pembasuh kaki‑Ku," tetapi dengan air mata pertobatan yang didorong oleh kasih, Maryam telah membasuh kaki‑Ku, dan menyapunya dengan rambut kepalanya. "Tiada engkau mencium Aku, tetapi perempuan ini," yang engkau hinakan, "semenjak Aku masuk tiada berhenti mencium kaki‑Ku." Kristus menuturkan kesempatan yang telah diberikan kepada Simon untuk menunjukkan kasihnya bagi Tuhannya, serta penghargaannya bagi apa yang telah dilakukan baginya. Dengan jelas, tetapi dengan kesopanan yang halus, Juruselamat memastikan kepada murid‑murid‑Nya bahwa hati‑Nya sedih bila anak‑anak‑Nya lalai menunjukkan syukur mereka kepada‑Nya baik dengan perkataan mau pun dengan perbuatan kasih. Sipenyelidik hati membaca motif yang memimpin Maryam kepada tindakannya, dan Ia melihat juga roh yang mendorong perkataan Simon. "Apakah engkau melihat perempuan ini?" katanya kepada Simon. Ia seorang berdosa. "Aku berkata kepadamu, bahwa dosanya yang banyak itu diampunilah karena kasihnya amat sangat; tetapi kepada orang yang diampuni sedikit, kasihnya juga sedikit."
Sikap dingin dan kelalaian Simon terhadap Juruselamat menunjukkan alangkah sedikitnya ia menghargai kemurahan yang telah diterimanya. Ia telah memikirkan bahwa ia menghormati Yesus oleh mengundang Dia ke rumahnya. Tetapi sekarang ia melihat dirinya sebagaimana keadaannya yang sebenarnya. Sementara ia memikirkan bahwa ia sedang membaca keadaan Tamunya, Tamunya itu sedang membaca keadaannya. Ia melihat alangkah benarnya pertimbangan Kristus tentang dirinya. Agamanya telah merupakan suatu jubah kefarisian. Ia telah menghinakan belas‑kasihan Yesus. Ia tidak mengakui Dia sebagai wakil Allah. Sementara Maryam sebagai seorang berdosa telah diampuni, Simon adalah seorang berdosa yang tidak diampuni. Peraturan keadilan yang keras yang telah dikehendakinya untuk dipaksakan pada wanita itu telah mempersalahkan dia. Simon telah terharu oleh kebaikan Yesus dalam hal tidak menempelak dia terang‑terangan di hadapan tamu‑tamu. Ia tidak diperlakukan sebagaimana ia menghendaki Maryam diperlakukan. Ia melihat bahwa Yesus tidak ingin membeberkan kesalahannya kepada orang lain, melainkan mencari suatu ucapan yang benar mengenai perkara itu untuk meyakinkan pikirannya, serta oleh kebaikan yang menaruh belas kasihan untuk menaklukkan hatinya. Celaan yang keras hanyalah mengeraskan hati Simon terhadap pertobatan, tetapi nasihat yang penuh kesabaran meyakinkan dia tentang kesalahannya. Ia melihat alangkah besarnya hutangnya kepada Tuhannya. Kesombongannya direndahkan, ia bertobat, dan orang Farisi yang angkuh itu berubah menjadi seorang murid yang rendah hati, dan mengorbankan diri.
Maryam telah dipandang sebagai seorang yang besar dosanya, tetapi Kristus mengetahui keadaan yang telah membentuk kehidupannya. Ia dapat memadamkan setiap harapan dalam jiwanya, tetapi Ia tidak berbuat demikian. Ialah yang telah mengangkatnya dari keadaan putus asa dan kebinasaan. Tujuhkali dia telah mendengar Yesus menengking Setan‑setan yang menguasai hati dan pikirannya. Ia telah mendengar suara‑Nya yang nyaring kepada Bapa demi kepentingannya. Ia mengetahui betapa menjijikkan dosa itu terhadap kesucian‑Nya yang tidak bernoda itu, dan dalam kekuatan‑Nya ia telah menang. Bila pada pandangan mata manusia perkaranya kelihatan tanpa harapan, Kristus melihat dalam Maryam kesanggupan bagi kebaikan. Ia melihat sifat‑sifat tabiatnya yang lebih baik. Rencana penebusan telah memberikan kepada manusia kemungkinan yang besar, dan dalarn Maryam kemungkinan itu akan diwujudkan. Oleh anugerah‑Nya ia turut mengambil bagian dari sifat Ilahi. Seorang yang telah jatuh dan yang pikirannya telah menjadi tempat tinggal Setan, telah dibawa lebih dekat kepada Juruselamat dalam persekutuan dan pelayanan. Maryamlah yang duduk di kaki‑Nya dan belajar dari Dia. Maryamlah yang mencurahkan ke atas kepalanya minyak yang berharga, serta membasahi kaki‑Nya dengan air matanya. Maryam berdiri di sisi salib, dan mengikuti Dia ke kubur. Maryam mula‑mula tiba di kubur sesudah kebangkitan‑Nya. Maryamlah yang mula‑mula memasyhurkan Juruselamat yang sudah bangkit itu.
Yesus mengetahui keadaan setiap jiwa. Engkau mungkin mengatakan, saya seorang berdosa, amat berdosa. Engkau mungkin dalam keadaan demikian, tetapi lebih buruk keadaanmu, lebih besar pula keperluanmu akan Yesus. Ia tidak menolak seorang yang menangis dan menyesal. Ia tidak menceritakan kepada siapa pun segala perkara yang dapat dinyatakan‑Nya, tetapi Ia mengundang setiap jiwa yang gemetar untuk memberanikan diri. Dengan lega diampuni‑Nyalah semua orang yang datang kepada‑Nya untuk memperoleh pengampunan dan pemulihan.
Kristus dapat memerintahkan malaikat‑malaikat surga untuk mencurahkan piala murka‑Nya ke atas dunia kita, membinasakan mereka yang dipenuhi kebencian kepada Allah. Ia dapat menghapuskan titik hitam ini dari semesta alam ciptaan‑Nya. Tetapi Ia tidak berbuat demikian. Sekarang ini Ia berdiri di mezbah pedupaan, mempersembahkan kepada Allah doa segala orang yang merindukan pertolongan‑Nya. Jiwa‑jiwa yang berbalik kepada‑Nya untuk mencari perlindungan akan diangkat oleh Yesus lebih tinggi daripada tuduhan dan pertengkaran lidah. Tidak seorang pun, atau pun malaikat yang jahat dapat menuduh jiwa‑jiwa ini. Kristus menyatukan mereka kepada sifat manusia Ilahi‑Nya sendiri. Mereka berdiri di sisi Penanggung Dosa yang besar itu, dalam terang yang berasal dari takhta Allah. "Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?" Roma 8:33, 34.
No comments:
Post a Comment