Perkataan Kristus kepada para imam dan penghulu, "Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi," (Mat. 23:38) telah menimbulkan ketakutan dalam hati mereka. Mereka pura‑pura bersikap acuh tak acuh, tetapi pertanyaan itu tetap timbul dalam pikiran mereka tentang apa gerangan makna perkataan ini. Suatu bahaya yang tidak kelihatan tampaknya mengancam mereka. Mungkinkah kaabah yang mulia, yang menjadi kemuliaan bangsa, tidak lama lagi akan menjadi timbunan puing? Ramalan tentang akan terjadinya sesuatu yang tidak baik dirasakan oleh murid‑murid, dan dengan penuh kerinduan mereka menunggu ucapan yang lebih tegas dari Yesus. Ketika mereka keluar dengan Dia dari dalam kaabah, mereka mengalihkan perhatian‑Nya kepada kekuatan dan keindahan kaabah itu. Batu‑batu kaabah itu terbuat dari pualam yang paling murni, paling putih, dan beberapa dari antaranya sangat luar biasa besarnya. Sebagian dari temboknya telah menahan kepungan tentara Nebukadnezar. Dalam pemasangan batu yang serba sempurna tembok itu tampaknya seperti satu batu kimpal yang digali dalam keadaan utuh dari tempat penggalian batu.
Bagaimanakah tembok yang kuat itu dapat diruntuhkan tidak dapat dipahami oleh murid‑murid.
Ketika perhatian Kristus tertarik atas keindahan kaabah itu, apakah gerangan pikiran yang tidak diucapkan dari Dia yang Ditolak itu? Pemandangan di hadapan‑Nya sungguh indah, tetapi Ia mengatakan dengan penuh kesedihan, Aku melihat semuanya. Bangunan itu memang ajaib. Engkau menunjuk pada tembok ini sebagai sesuatu yang tampaknya tidak dapat dibinasakan; tetapi dengarkan perkataan‑Ku, Harinya akan datang bila "tiadalah akan tinggal tersusun di sini sebuah batu di atas yang lain, yang tiada akan dirombak kelak."
Perkataan Kristus telah diucapkan di hadapan sekumpulan besar manusia, tetapi ketika Ia sendirian, Petrus, Yohanes, Yakub, dan Andreas datang kepada‑Nya ketika Ia duduk di atas bukit Zaitun, "Nyatakanlah kiranya kepada kami," kata mereka, "masa manakah perkara ini berlaku kelak, dan apakah alamat kedatangan‑Mu dan kesudahan alam ini?" Yesus tidak menjawab kepada murid‑murid‑Nya oleh memisahkan kebinasaan Yerusalem dan hari besar kedatangan‑Nya. Ia mencampurkan penjelasan‑Nya tentang kedua peristiwa ini. Sekiranya Ia telah memaparkan kepada murid‑murid‑Nya peristiwa‑peristiwa masa depan sebagaimana Ia melihatnya, mereka tidak akan sanggup menanggung pemandangan itu. Dalam kemurahan kepada mereka Ia mencampurkan penjelasan tentang kedua krisis yang besar itu, dan membiarkan murid‑murid mempelajari maknanya sendiri. Ketika Ia menyinggung tentang kebinasaan Yerusalem, perkataan nubuatannya bukan saja dikenakan pada peristiwa itu tetapi juga pada kebinasaan terakhir pada masa Tuhan akan berdiri dari tempat‑Nya untuk menghukumkan dunia karena kejahatannya, bila bumi akan menyatakan darahnya, dan tidak lagi akan menutupi orang mati di dalamnya. Segenap pembicaraan telah diberikan, bukan saja bagi murid‑murid, melainkan bagi mereka yang akan hidup pada peristiwa terakhir dalam sejarah dunia.
Sambil berbalik kepada murid‑murid, Kristus berkata, "Ingatlah baik‑baik, jangan barang seorang menyesatkan kamu. Karena banyak orang akan datang dengan nama‑Ku, katanya, 'Aku inilah Kristus,' maka mereka itu menyesatkan banyak orang." Banyak mesias palsu akan kelihatan, dan mengaku mengadakan mukjizat‑mukjizat, dan menyatakan bahwa saat kelepasan bangsa Yahudi sudah tiba. Hal ini akan menyesatkan banyak orang. Perkataan Kristus digenapi. Di antara kematiankNya dan pengepungan Yerusalem banyak mesias palsu muncul. Tetapi amaran ini diberikan juga kepada mereka yang hidup pada zarnan ini. Penipuan yang sama yang dijalankan menjelang kebinasaan Yerusalem telah dijalankan sepanjang masa, dan akan dijalankan lagi.
"Maka kamu akan mendengar dari hal peperangan dan kabar peperangan; ingatlah, jangan kamu terkejut; karena tak dapat tiada segala perkara ini akan berlaku, tetapi itu pun belum sampai kepada kesudahan." Menjelang kebinasaan Yerusalem, manusia bergumul untuk mencapai keunggulan. Kaisar‑kaisar dibunuh. Mereka yang diduga untuk menggantikan raja di takhtanya dibunuh. Ada perang dan kabar perang. "Tak dapat tiada segala perkara ini akan berlaku," kata Yesus, "tetapi itu pun belum sampai kepada kesudahan itu (mengenai bangsa Yahudi sebagai suatu bangsa). Karena bangsa akan berbangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan; maka akan jadi bela kelaparan dan gempa bumi sini‑sana. Tetapi semuanya itu hanya permulaan sengsara." Kristus mengatakan, Bila rabbi‑rabbi melihat tanda‑tanda ini, mereka akan menyatakannya sebagai hukuman Allah ke atas bangsa‑bangsa karena mereka telah menawan umat pilihan‑Nya. Mereka akan menyatakan bahwa tanda‑tanda ini adalah tanda kedatangan Mesias. Jangan tersesat, hal itu merupakan permulaan hukuman‑Nya. Orang banyak telah memandang kepada diri mereka sendiri. Mereka tidak bertobat dan diubahkan agar mereka disembuhkan. Tanda‑tanda yang mereka gambarkan sebagai tanda‑tanda kelepasan mereka dari perhambaan adalah tanda‑tanda kebinasaan mereka.
"Pada masa itu kamu akan diserahkan orang akan disengsarakan, dan kamu akan dibunuh orang; dan kamu akan dibenci oleh segala bangsa sebab nama‑Ku. Dan kemudian daripada itu banyak orang menaruh syak, lalu seorang akan menyerahkan seorang yang lain, dan seorang akan membenci seorang yang lain." Segala perkara ini diderita oleh orang Kristen. Ayah dan ibu mengkhianati anak‑anak mereka. Anak‑anak mengkhianati orang tua. Sahabat‑sahabat menyerahkan sahabat mereka kepada Sanhedrin. Para penuntut mengerjakan niat mereka oleh membunuh Stefanus, Yakub, dan orang‑orang Kristen yang lain.
Dengan perantaraan hamba‑hamba‑Nya, Allah memberi bangsa Yahudi suatu kesempatan terakhir untuk bertobat. Ia menunjukkan diri‑Nya dengan perantaraan saksi‑saksi‑Nya dalam tahanan mereka, dalam ujian mereka, dan ketika mereka meringkuk dalam penjara. Meski pun demikian hakim menjatuhkan hukuman mati kepada mereka. Merekalah orang‑orang yang tidak layak bagi dunia, dan oleh membunuhnya orang Yahudi menyalibkan kembali Anak Allah itu. Demikianlah akan terjadi lagi. Para penguasa akan membuat undang‑undang untuk membatasi kebebasan beragama. Mereka akan mengambil hak yang menjadi hak Allah sendiri. Mereka akan berpikir bahwa mereka dapat memaksa angan‑angan hati, tetapi Allah saja harus mengendalikan. Sekarang pun mereka sedang mulai, pekerjaan ini akan mereka teruskan sampai mereka tiba pada suatu batas yang tidak dapat mereka lewati. Allah akan campur tangan untuk kepentingan umat‑Nya yang setia dan memelihara hukum‑Nya.
Pada setiap kesempatan bila penganiayaan terjadi, mereka yang menyaksikannya mengambil keputusan untuk berdiri di pihak Kristus atau pun melawan Kristus. Mereka yang menunjukkan simpati terhadap orang‑orang yang dipersalahkan dengan tidak benar menunjukkan kasih sayang mereka bagi Kristus. Yang lain pula merasa tidak senang karena prinsip kebenaran menempelak kebiasaan mereka. Banyak orang terserandung dan jatuh, murtad dari iman yang pernah mereka pertahankan. Mereka yang murtad pada masa ujian akan bersaksi dusta dan mengkhianati saudara‑saudaranya, agar mendapat keamanan bagi diri mereka sendiri. Kristus telah mengamarkan kepada kita tentang hal ini, agar kita tidak dikejutkan melihat tindakan yang kejam dan bengis dari orang‑orang yang menolak terang itu.
Kristus memberi murid‑murid‑Nya suatu tanda kebinasaan yang akan menimpa Yerusalem, dan dikatakan‑Nya bagaimana mereka harus meluputkan diri: "Tetapi apabila kamu nampak Yerusalem dilingkungi oleh laskar, lalu kamu ketahui bahwa kebinasaannya sudah dekat. Pada masa itu hendaklah orang yang di tanah Yudea lari ke gunung, dan orang yang di dalam negeri itu hendaklah keluar, dan orang yang di luar negeri itu jangan masuk ke dalamnya. Karena itulah hari tuntutan bela, supaya semuanya yang tersurat itu dapat disampaikan." Amaran ini diberikan untuk diperhatikan empat puluh tahun kemudian, pada waktu kebinasaan Yerusalem. Orang Kristen mentaati amaran itu, dan tidak ada seorang Kristen binasa dalam kejatuhan kota itu.
"Hendaklah kamu berdoa, minta pelarianmu itu janganlah berlaku pada musim dingin atau hari Sabat," kata Kristus. Ia yang menjadikan Sabat tidak meniadakannya, dan memakukannya ke salib‑Nya. Sabat itu tidak dibatalkan oleh kematian‑Nya. Empat puluh tahun sesudah Ia disalibkan Sabat itu masih harus dipelihara dalam keadaan suci. Selama empat puluh tahun murid‑murid harus berdoa agar jangan mereka lari pada hari Sabat.
Dari kebinasaan Yerusalem, Kristus beralih dengan cepat kepada peristiwa yang lebih besar, mata rantai yang terakhir dalam rantai sejarah dunia ini—kedatangan Anak Allah dalam kebesaran dan kemuliaan. Di antara dua peristiwa ini, terpaparlah pada pemandangan Kristus abad‑abad kegelapan yang panjang, abad‑abad bagi sidang‑Nya yang ditandai dengan darah dan air mata dan sengsara. Murid‑murid‑Nya tidak bisa tahan melihat pemandangan ini, dan Yesus melewatinya saja dengan menyinggungnya sedikit saja. "Karena pada ketika itu akan timbul sengsara yang besar," kata‑Nya, "seperti yang demikian belum pernah berlaku daripada awal kejadian alam sehingga sampai sekarang ini, dan kemudian daripada itu juga tiada akan jadi pula. Dan jikalau sekiranya tiada disingkatkan masanya, niscaya tiadalah seorang pun yang selamat; tetapi karena sebab sekalian orang yang terpilih, disingkatkan masa itu." Selama lebih dari seribu tahun penganiayaan seperti itu yang belum pernah dialami oleh dunia sebelumnya akan menimpa para pengikut Kristus. Berjuta‑juta saksi‑Nya yang setia dibunuh. Sekiranya tangan Allah tidak direntangkan untuk memelihara umat‑Nya, semuanya akan binasa. "Tetapi karena sebab sekalian orang yang terpilih," kata‑Nya, "disingkatkan masa itu."
Sekarang, dalam bahasa yang tidak dapat menimbulkan salah paham, Tuhan kita berbicara tentang kedatangan‑Nya yang kedua kalinya, dan Ia memberikan amaran tentang bahaya‑bahaya yang mendahului kedatangan‑Nya ke dunia. "Jikalau pada ketika itu ada seorang berkata kepadamu, 'Tengok, inilah Kristus! atau, itulah Kristus!" janganlah karnu percaya. Karena beberapa Kristus palsu dan nabi palsu akan terbit, serta mengadakan pekerjaan yang ganjil sekali dan perbuatan yang heran supaya menyesatkan, jikalau boleh, orang yang terpilih itu juga. Perhatikanlah, Aku sudah mengatakan itu kepadamu terlebih dahulu. Sebab itu, jikalau kata orang kepadamu, 'Tengok, Ia ada di padang belantara,' janganlah kamu pergi ke sana, atau 'Tengok, Ia ada di dalam bilik,' janganlah kamu percaya. Karena seperti kilat memancar dari timur, dan bercahaya sampai ke barat, demikian juga kedatangan Anak‑manusia." Sebagai salah satu tanda kebinasaan Yerusalem, Kristus telah mengatakan, "Maka banyak nabi palsu akan terbit kelak, dan akan menyesatkan beberapa banyak orang." Nabi‑nabi palsu timbul, menipu orang banyak dan memimpin banyak sekali orang ke padang belantara. Tukang sihir yang mengaku mempunyai kuasa ajaib, menarik orang banyak untuk mengikut mereka ke tempat yang sunyi di gunung. Tetapi nubuatan ini diucapkan juga untuk akhir zaman. Tanda ini diberikan sebagai tanda kedatangan‑Nya yang kedua kalinya. Sekarang ini pun kristus palsu dan nabi palsu sedang menunjukkan tanda‑tanda dan keajaiban‑keajaiban untuk membujuk murid‑murid‑Nya. Tidakkah kita mendengar seruan, "Tengok, Ia ada di padang belantara?" Bukankah beribu‑ribu orang sudah pergi ke padang belantara, dengan harapan menemukan Kristus? Dan dari beribu‑ribu perhimpunan di mana orang‑orang mengaku mengadakan hubungan dengan roh orang mati bukankah panggilan sekarang kedengaran, "Tengok, Ia ada di dalam bilik?" Justeru inilah tuntutan yang dikemukakan oleh spiritisme. Tetapi apakah yang dikatakan oleh Kristus? "Janganlah kamu percaya. Karena seperti kilat memancar dari timur, dan bercahaya sampai ke barat, demikian juga kedatangan Anak manusia."
Juruselamat memberikan tanda‑tanda kedatangan‑Nya, dan lebih dari ini, Ia menentukan masanya bila yang pertama dari tanda‑tanda ini akan kelihatan: "Maka sejurus kemudian daripada ketika sengsara itu, matahari akan dikelamkan, dan bulan juga tiada akan bercahaya, dan segala bintang di langit akan gugur, dan segala kuat kuasa yang di langit itu pun akan berguncang‑guncang. Setelah itu kelak kelihatan tanda Anak‑manusia di langit; maka segala bangsa manusia yang di bumi akan meratap, lalu mereka itu akan memandang Anak‑manusia datang di atas awan dari langit, dengan kuasa dan kemuliaan yang besar. Maka Ia pun akan menyuruhkan malaikat‑Nya meniup sangkakala yang besar bunyinya, dan akan menghimpunkan sekalian orangnya yang terpilih daripada keempat penjuru alam, yaitu dari tepi langit sampai ke tepinya yang lain."
Pada akhir masa penganiayaan kepausan yang besar itu, Kristus menyatakan, matahari akan dikelamkan, dan bulan juga tidak akan bercahaya. Sesudah itu, bintang‑bintang akan gugur dari langit. Dan Ia berkata, "Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu." Mat. 24:32, 33.
Kristus telah memberikan tanda‑tanda kedatangan‑Nya. Ia menyatakan bahwa kita dapat mengetahui bila Ia sudah dekat, malah sudah di muka pintu. Ia mengatakan tentang mereka yang melihat tanda‑tanda ini, "Bahwa bangsa ini tiada akan lenyap, sebelum segala perkara itu jadi" Tanda‑tanda ini sudah kelihatan. Sekarang kita mengetahui dengan pasti bahwa kedatangan Tuhan sudahlah dekat. "Langit dan bumi akan lenyap," kata‑Nya, "tetapi perkataan‑Ku kekal."
Kristus akan datang dengan awan dan dengan kemuliaan besar. Banyak sekali malaikat yang bercahaya akan menyertai Dia. Ia akan datang membangkitkan orang mati, dan untuk mengubahkan orang saleh yang hidup dari kemuliaan kepada kemuliaan. Ia akan datang untuk menghormati mereka yang mengasihi Dia, dan memeliharakan hukum‑Nya, dan membawa mereka kepada‑Nya. Ia tidak melupakan mereka dan juga tidak melupakan janji‑Nya. Rantai kekeluargaan akan dihubungkan kembali. Bila kita melihat pada kekasih kita yang sudah meninggal, kita boleh berpikir tentang pagi bila sangkakala Allah akan berbunyi, bila "orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita seua akan diubah." 1 Kor. 15:52. Tidak lama kemudian, kita akan melihat Raja dalam kemuliaan‑Nya. Tidak lama kemudian, Ia akan menghapuskan segala air mata dari mata kita. Tidak lama kemudian, dan Ia akan mendirikan kita "dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya." Yahuda 24. Oleh sebab itu, bila Ia memberikan tanda‑tanda kedatangan‑Nya Ia berkata, "Apabila segala perkara ini mulai berlaku, tegaklah kamu serta menengadah, karena kelepasan bagimu sudah dekat."
Tetapi hari dan jam kedatangan‑Nya tidak dinyatakan oleh Kristus. Ia menegaskan dengan jelasnya kepada murid‑murid‑Nya bahwa Ia Sendiri tidak dapat memberitahukan hari atau jam kedatangan‑Nya yang kedua kalinya. Sekiranya Ia sudah menyatakan hal ini dengan bebas, mengapa Ia perlu menasihati mereka untuk mempertahankan suatu sikap menunggu yang terus‑menerus? Ada orang yang mengaku mengetahui hari dan jam kedatangan Tuhan kita. Sangatlah bersungguh‑sungguh mereka merencanakan masa depan. Tetapi Tuhan telah mengamarkan mereka terhadap ramalan seperti itu. Saat yang tepat kedatangan Anak‑manusia yang kedua kalinya adalah rahasia Allah.
Kristus meneruskan, sambil menunjukkan kepada keadaan dunia pada waktu kedatangan‑Nya, "Sebagaimana keadaan pada zaman Nuh itu, demikian juga hal kedatangan Anak‑manusia. Karena sama juga seperti pada zaman yang dahulu daripada air bah, orang makan minum dan kawin serta mengawinkan sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera. Dan tiadalah mereka itu sadar, sehingga tiba air bah itu melenyapkan sekaliannya, demikian juga hal kedatangan Anak‑manusia itu." Di sini Kristus tidak mengemukakan suatu masa seribu tahun di dunia ini, seribu tahun yang dalamnya semua orang harus mengadakan persiapan untuk masa kekekalan. Ia mengatakan kepada kita bahwa sebagaimana pada zaman Nuh, demikian juga akan jadi bila Anak‑manusia datang kembali.
Bagaimanakah keadaannya pada zaman Nuh? "Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata." Kej. 6:5. Penduduk dunia pada zaman sebelum air bah berbalik dari Hua Allah, enggan melakukan kehendak‑Nya yang suci. Mereka mengikuti angan‑angan mereka sendiri yang tidak suci serta pikiran yang sesat. Karena kejahatan mereka sendirilah mereka itu dibinasakan, dan dewasa ini dunia sedang mengikuti jalan yang sama. Hal itu tidak menunjukkan tanda‑tanda kemuliaan seribu tahun yang muluk‑muluk. Para pelanggar hukum Allah sedang mengisi bumi dengan kejahatan. Kegiatan‑kegiatan mereka berupa bertaruh, pacuan kuda, judi, pemborosan, kebiasaan nafsu mereka, hawa nafsu yang tidak dikendalikan, sedang dengan cepatnya mengisi dunia dengan kekerasan.
Dalam nubuatan tentang kebinasaan Yerusalem Kristus berkata, "Sebab makin bertambah dosa, maka kasih orang banyak tawarlah kelak. Tetapi barang siapa yang bertekun sampai ke akhir, ialah akan diselamatkan. Maka Injil kerajaan ini akan dimasyhurkan di dalam seluruh dunia ini akan menjadi suatu kesaksian bagi segala bangsa; kemudian daripada itu barulah tiba kesudahan itu." Nubuatan ini akan digenapi lagi. Kejahatan yang melimpah pada zaman itu terdapat pula dalam generasi ini. Demikian juga dengan ramalan mengenai pemasyhuran Injil. Sebelum kejatuhan Yerusalem, Paulus yang menulis oleh ilham roh Kudus, menyatakan bahwa Injil sudah diberitakan kepada "seluruh alam di bawah langit." Kol. 1:23. Demikian juga sekarang, sebelum kedatangan Anak‑manusia, Injil yang kekal harus diberitakan kepada "semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum." Why. 14:6, 14. Allah sudah menetapkan "suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia." Kis. 17:31. Kristus mengatakan kepada kita bila hari itu akan tiba. Ia tidak mengatakan bahwa segenap dunia bertobat, melainkan bahwa "Injil kerajaan ini akan dimasyhurkan di dalam seluruh dunia ini akan menjadi suatu kesaksian bagi segala bangsa; kemudian daripada itu barulah tiba kesudahan itu." Oleh memberikan Injil itu kepada dunia kita diberi kuasa untuk menyegerakan kedatangan Tuhan. Kita bukan saja menunggu melainkan menyegerakan kedatangan hari Allah. 2 Petr. 3:12. Sekiranya sidang Kristus telah melakukan pekerjaan yang ditunjuk baginya sebagaimana yang ditentukan oleh Tuhan, segenap dunia sudah seharusnya diberi amaran sebelum masa ini, dan Tuhan Yesus Kristus sudah datang ke bumi kita ini dalam kuasa dan kemuliaan besar.
Setelah Ia memberikan tanda‑tanda kedatangan‑Nya, Kristus berkata, "Pada masa kamu nampak segala sesuatu itu jadi, ketahuilah olehmu, bahwa kerajaan Allah sudah dekat." "Ingatlah baik‑baik, berjagalah dan berdoalah." Allah senantiasa memberi amaran kepada manusia tentang pehukuman yang akan datang. Mereka yang mempunyai iman dalam pekabaran‑Nya untuk masa itu, dan yang bertindak menurut iman itu dalam penurutan akan hukum‑Nya, terhindar dari pehukuman yang jatuh ke atas orang yang tidak menurut dan tidak percaya. Perkataan itu datang kepada Nuh, "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku." Nuh menurut dan diselamatkan. Pekabaran datang kepada Lot, "Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab Tuhan akan memusnahkan kota ini." Kej. 7:1; 19:14. Lot menempatkan dirinya di bawah pengawalan pesuruh‑pesuruh surga dan diselamatkan. Demikianlah murid‑murid Kristus diberi amaran tentang kebinasaan Yerusalem. Mereka yang memperhatikan tanda kebinasaan yang akan datang, dan melarikan diri dari kota itu, luput dari kebinasaan. Demikian juga sekarang kita diberi amaran tentang kedatangan Kristus kedua kalinya dan tentang kebinasaan yang akan menimpa dunia ini. Mereka yang menghiraukan amaran itu akan diselamatkan.
Karena kita tidak mengetahui saat kedatangan‑Nya yang tepat, kita diperintahkan untuk berjaga‑jaga. "Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang." Luk. 12:37. Mereka yang berjaga‑jaga untuk kedatangan Tuhan tidaklah menunggu dalam keadaan berlengah‑lengah. Pengharapan akan kedatangan Kristus hendaknya menjadikan manusia takut akan Allah, dan takut akan pehukuman‑Nya atas pelanggaran. Hal itu harus menjagakan mereka terhadap dosa yang besar dalam hal menolak tawaran kemurahan‑Nya. Mereka yang sedang menunggu Tuhan akan menyucikan jiwa mereka oleh penurutan akan kebenaran. Sambil berjaga‑jaga dengan penuh kewaspadaan mereka pun bekerjalah dengan tekun. Karena mereka mengetahui bahwa Tuhan sudah di muka pintu, semangat mereka lebih hidup‑hidup untuk bekerja‑sama dengan kecerdasan Ilahi dalam bekerja untuk keselamatan jiwa‑jiwa. Inilah hamba‑hamba yang setiawan dan budiman yang memberikan kepada isi rumahnya "untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya." Luk. 12:42. Mereka sedang menyatakan kebenaran yang dapat dikenakan khusus pada zaman ini. Sebagaimana Henokh, Nuh, Ibrahim, dan Musa masing‑masing menyatakan kebenaran untuk zamannya, demikian juga hamba‑hamba Kristus sekarang akan memberikan amaran khusus untuk generasi mereka.
Tetapi Kristus menunjukkan golongan yang lain: "Jikalau hamba yang jahat itu berpikir di dalam hatinya: 'Tuhanku lambat lagi datang,' lalu dimulainya memukul teman‑temannya, serta makan minum dengan orang pemabuk, maka tuan hamba itu akan tiba pada suatu hari yang tiada disangkakannya."
Hamba yang jahat berkata dalam hatinya, "Tuhanku lambat lagi datang." Ia tidak mengatakan bahwa Kristus tidak akan datang. Ia tidak mengejek buah pikiran tentang kedatangan‑Nya yang kedua kalinya. Tetapi dalam hatinya dan oleh tindakan dan perkataannya ia menyatakan bahwa kedatangan Tuhan lambat. Ia membuangkan dari pikiran orang lain keyakinan bahwa Tuhan akan datang dengan segera. Pengaruhnya menuntun manusia kepada sifat menunda yang lalai dan angkuh. Mereka makin kuat dalam keduniawian dan.keadaan terlengah. Hawa napsu dunia, pikiran yang bejat, menguasai pikiran mereka. Hamba yang jahat makan dan minum dengan orang yang mabuk, bersatu dengan dunia dalam mencari kepelesiran. Ia memalu sesama hamba, menuduh dan mempersalahkan mereka yang setia kepada Gurunya. Ia bercampur dengan dunia. Kegemaran bertumbuh dengan kegemaran dalam pelanggaran. Itulah suatu penyesuaian yang menakutkan. Dengan dunia ini ia dibawa ke dalam jerat. "Maka tuan hamba itu akan tiba . . . pada saat yang tiada diketahuinya, lalu menyesah dia teramat sangat, sambil menetapkan bagiannya bersama‑sama dengan orang munafik."
"Jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu." Why. 3:3. Kedatangan Kristus akan mengejutkan guru‑guru palsu. Mereka sedang mengatakan "Sejahtera dan selamat.' Sebagaimana halnya dengan para imam dan guru sebelum kejatuhan Yerusalem, mereka mencari gereja untuk menikmati kemakmuran dan kemuliaan duniawi. Tanda‑tanda zaman mereka tafsirkan sebagai sesuatu yang membayangkan hal ini. Tetapi apakah yang dikatakan oleh perkataan yang diilhamkan? "Tiba‑tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan." 1 Tes. 5:3. Kepada semua orang yang tinggal di permukaan segenap bumi, kepada semua orang yang menjadikan dunia ini rumah mereka, hari Allah akan datang sebagai suatu jerat. Hal itu datang kepada mereka sebagai pencuri yang berkeliaran.
Dunia yang penuh dengan kerusuhan, penuh dengan kepelesiran yang tidak mengenal Allah, sedang tertidur, tertidur dalam kesejahteraan hawa nafsu. Manusia sedang menunda jauh‑jauh kedatangan Tuhan. Mereka menertawai amaran. Kebanggaan yang angkuh diucapkan, "Segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan." "Besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi!" 2 Petr. 3:4; Yes. 56:12. Kita akan tenggelam lebih dalam ke dalam keadaan menggemari kepelesiran. Tetapi Kristus berkata, "Lihatlah, Aku datang seperti pencuri." Why. 16:15. Justeru pada saat ketika dunia menanyakan dengan mengejek, "Di manakah janji kedatangan‑Nya" tanda‑tanda sedang digenapi. Sementara mereka berseru, "Sejahtera dan selamat," tiba‑tiba datanglah kebinasaan. Bila orang yang mengejek, orang yang menolak kebenaran, sudah menjadi angkuh; bila pekerjaan rutin pada berbagai‑bagai lapangan pekerjaan dalam mencari uang dijalankan tanpa menghiraukan prinsip; bila mahasiswa sedang asyik berusaha mencari ilmu tentang segala sesuatu kecuali Alkitab, Kristus pun datanglah seperti seorang pencuri.
Segala sesuatu yang di dunia sedang dalam kegemparan. Tanda‑tanda zaman sedang mengancam. Peristiwa‑peristiwa yang akan datang sudah terlihat bayang‑bayangannya. Roh Allah sedang diangkat dari bumi, dan malapetaka demi malapetaka terjadi di laut dan di darat. Terdapatlah angin ribut, gempa bumi, kebakaran, banjir, pembunuhan yang beraneka coraknya. Siapakah dapat membaca masa depan? Di manakah kesejahteraan itu? Tidak ada jaminan dalam sesuatu perkara yang bersifat manusiawi dan duniawi. Dengan cepat manusia menempatkan dirinya di bawah panji yang telah mereka pilih sendiri. Dengan gelisah mereka menunggu dan memperhatikan gerakan para pemimpin mereka. Ada orang‑orang yang sedang menunggu dan memperhatikan dan bekerja bagi kedatangan Tuhan kita. Golongan yang lain sedang mengikuti barisan yang di bawah pimpinan pemuka kemurtadan yang mula‑mula itu. Sangat sedikit orang yang percaya dengan segenap hati dan jiwa bahwa ada naraka yang harus kita jauhkan dan surga yang harus kita cari.
Krisis itu kian lama kian dekat. Matahari bersinar di langit, mengitari peredarannya yang biasa, dan cakrawala masih menyatakan kemuliaan Allah. Manusia masih makan dan minum, menanam dan membangun, kawin dan dikawinkan. Para pedagang masih berjual‑beli. Manusia sedang saling mendorong, berebut‑rebutan hendak mencari tempat tertinggi. Para penggemar kepelesiran masih membanjiri gedung bioskop, pacuan kuda, dan rumah judi. Perasaan yang berkobar‑kobar terdapat di mana‑mana, namun demikian pintu kasihan segera akan ditutup, dan setiap perkara hampir akan ditentukan untuk selama‑lamanya. Setan melihat bahwa waktunya sudah singkat. Ia telah mengerahkan semua agennya untuk bekerja agar manusia dapat tertipu, teperdaya, dikuasai dan terpesona sampai masa percobaan akan berakhir, dan pintu kasihan ditutup selama‑lamanya.
Dengan penuh khidmat datanglah kepada kita dari abad‑abad yang lampau perkataan amaran Tuhan kita dari Bukit Zaitun, "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan ditakluk oleh gelojoh dan mabuk dan percintaan kehidupan ini, sehingga dengan tidak disangka‑sangka hari itu terentang ke atasmu seperti jerat." "Tetapi berjaga‑jagalah senantiasa serta berdoa, supaya kamu kuat melepaskan diri daripada segala sesuatu yang akan jadi itu, dan tahan menghadap Anak‑manusia."
No comments:
Post a Comment