Kelahiran Kain sang anak Satan.
Ada 10 generasi dari masa Adam hingga Nuh, untuk melihat bagaimana penderitaan Allah, karena semua generasi ini menyakiti hati Allah dan memancing murka Allah, sampai akhirnya Dia membawa banjir atas mereka. Adalah ketidak-taatan mereka, Allah mengubah rencananya tentang 1000 generasi, diantara penciptaan dan pewahyuan hukum Torah di gunung Sinai. 974 tahun ia menderita sebelum banjir.
Kejahatan datang ke dunia, ketika Hawa melahirkan anak sulungnya, Kain, putra tertua dari Adam. Ketika Allah menganugerahkan taman Firdaus kepada pasangan pertama manusia, Ia memperingatkan kepada para penghuni Firdaus untuk tidak melakukan kekejian sexual antar sesama penghuni. Namun setelah kejatuhan Hawa, Satan, yang memperalat ular, mendekati Hawa, dan buah dari keduanya adalah Kain, leluhur dari segala generasi fasik yang memberontak terhadap Allah, dan bangkit melawan-Nya. Kain adalah keturunan dari Satan, yang juga dikenal sebagai malaikat Samael dalam wujud serafimnya. Pada kelahirannya, Hawa berseru, "Saya mendapatkan seorang lelaki melalui malaikat Allah."
Adam tidaklah bersama Hawa ketika masa kehamilan atas Kain. Setelah ia gagal dalam rayuan Satan yang ke-2 kali, dan membiarkan dirinya gagal ketika melakukan ritual penebusan dosa, ia berpisah dengan Adam dan mengembara ke arah barat, karena ia takut kehadirannya hanya akan membawa kesengsaraan Adam. Adam tetap berada di timur. Ketika Hawa telah memasuki masa melahirkan, ia mulai merasakan kesakitan dan dalam kesengsaraan, ia berdoa kepada Allah memohon bantuan. Dalam doa nya ia berguman. "Siapakah yang dapat membawa pesan tentang keadaanku kepada Adam?" Dan berserulah ia "Ya penghuni langit, aku mohon, bawalah pesanku kepada Adam ketika engkau akan ke Timur!" Pada saat yang sama, Adam berseru : "Ratapan Hawa telah sampai ke telinga ku! Apakah ular sedang menyakiti Hawa," dan ia bergegas mencari Hawa. Dan menemukan ia dalam kesakitan yang luar biasa, Adam lalu mendoakan Hawa, dan muncullah 12 malaikat dengan 2 kekuatan surgawi. Mereka berdiri di sisi kiri dan kanan Hawa, sementara Michael berdiri di sisi kanan, dan menggerakkan tangannya diatas permukaan wajah Hawa hingga ke dada nya, dan berkata, "Terberkatilah engkau, Hawa, dikarenakan Adam. Karena permohonan doa nya, aku dikirim untuk membantu engkau. Bersiaplah untuk melahirkan anak mu!" Seketika anaknya terlahirkan, dengan sosok bercahaya. Sesaat kemudian bayi itu berdiri, dan berlari, ia kemudian kembali dengan memengan setangkai jerami, yang ia beri kepada ibunya. Karena hal ini ia memberi nama Kain, kata Ibrani untuk tangkai jerami.
Adam dan Hawa lalu memboyong anak itu kerumah mereka di sebelah timur. Allah memberi mereka berbagai macam bibit melalui Michael, dan ia diajarkan untuk mengelolah tanah dan menghasilkan buah-buahan, untuk mempertahankan dirinya dan keluarga serta keturunannya.
Setelah beberapa saat, Hawa melahirkan anak keduanya, yang di beri nama Habel, karena katanya, ia dilahirkan tapi untuk mati.
Kain membunuh Habel
Pembunuhan Habel oleh Kain, bukanlah sebuah peristiwa yang tak terduga oleh kedua orang tuanya. Dalam mimpinya Hawa mendapat penglihatan akan darah mengalirnya darah Habel yang keluar dari mulut Kain, yang meminumnya denga lahap, walau saudaranya telah memohon untuk tidak meminum semuanya. Kita ia menceritakan mimpi ini kepada Adam, ia pun meratap, "Ini adalah pertanada kematian Habel ditangan Kain!" Dia lalu memisahkan dua pemuda ini kedalam tugas yang berbeda lokasi dan pekerjaannya. Kain bertani, dan Habel menggembala domba. Namun hal ini adalah sia-sia, dan tidak di cegah.
Sikap permusuhan kepada Habel didasari oleh berbagai macam alasan. Hal ini dimulai ketika Allah mengindahkan persembahan Habel, dengan mengirim api dari surga untuk membakar persembahan Habel, sedangkan persembahan Kain tidak diindahkan-Nya. Mereka mempersembahkan kurban ini pada hari ke-14 Nisan, mencontohi kebiasaan ayah mereka, yang memberi pesan kepada mereka, "Ini adalah hari di mana, di masa yang akan datang, Israel akan mempersembahkan kurban, oleh karena ini, kamu juga harus melakukannya, berilah kurban kepada Sang Pencipta pada hari ini, semoga Ia mendapat kesenangan atas kamu." Tempat kurban yang mereka pilih adalah lokasi altar di Bait Allah, di Yerusalem yang berdiri di masa yang akan datang.
Habel memilih yang terbaik dari ternaknya untuk kurban, namun Kain memakan, persembahannya, hingga ia puas memakannya, barulah ia persembahkan kepada Allah apa yang tersisa, beberapa butir biji rami. Sangatlah besar Kekejian yang ia lakukan, untuk mempersembahkan buah-buahan kepada Allah dari tanah, yang telah dikutuk Allah! tidaklah mengherankan persembahannya tidak diindahkan! Disamping itu, tabiatnya tidaklah berubah, bahkan setelah Allah berfirman kepadanya, "Jika engkau mengubah caramu, rasa bersalamu akan membawa pengampunan, jika tidak, maka engkau akan jatuh kepada kuasa kejahatan. Ia telah berada dipintu hatimu, namun semuanya tergantung engkau, apakah engkau menguasai dia, atau dia berkuasa atas kamu."
Kain merasa ia telah dipersalahkan, dan terjadilah perselisihan antara dirinya dan Habel. Ia berkata kepada Habel, "Saya berpikir, dunia ini diciptakan dengan kebaikan, namun yang aku lihat adalah perbuatan baik tidaklah menghasilkan sesuatu yang baik. Allah memerintah dunia ini dengan kekuatan dengan sewenang-wenag, jika tidak, kenapa ia mengindahkan persembahanmu, dan tidak pada persembahanku?" Habel membantahnya, dengan mengatakan bahwa Allah menghargai niat dari perbuatan, namun bukan perbuatannya. Jika persembahannya diindahkan oleh Allah, dan Kain tidak, itu karena niat hatinya adalah baik, dan saudaranya tidak.
Tapi ini bukan satu-satunya penyebab kebencian Kain terhadap Habel. Salah satunya adalah masalah cinta kepada seorang wanita, yang sesusungguhnya dapat mengundang kejahatan. Untuk memastikan kelangsungan umat manusia, seorang gadis ditakdirkan menjadi istrinya, dan wanita itu adalah anak Adam. Saudara kembar Habel, yang sangat cantik dan jelita, dan Kain menginginkan nya. Dan ia terus-menerus memikirkan cara untuk memisahkan ia dari saudaranya.
Dan kesempatan itu datang. Suatu hari seekor domba milik Habel menginjak tanaman milih Kain. Dengan marah, Kain berseru "Apa hakmu terhadap tanah saya hingga membiarkan domba peliharaanmu berdiri disana?" Habel menjawab: "Apa hak engkau untuk menggunakan hasil dari domba milikku, kau membuat pakaian mu dari bulu mereka? Jika engkau melepaskan jubahmu, dan membayar pula daging-daging mereka yang telah engkau makan, maka aku akan keluar dari tanah yang engkau anggap milikmu, dan sekali pun itu adalah terbang ke udara, jika itu dapat kulakukan." Kain berkata : "Dan jika aku membunuh engkau, siapakah yang menuntut darahmu dari ku?" Habel menjawab : "Allah, yang telah membawa kita ke dunia ini, akan membalaskan bagiku. Ia akan menuntut darahku dari tanganmu, jika engkau membunuhku. Allah adalah hakim, yang akan mengadili segala niat jahat dan perbuatan jahat. Jika engkau membunuhku, Allah lah yang mengetahui rahasia mu, dan Ia akan menjatuhkan hukuman atas kamu."
Kata-kata ini menambah kemarahan dari Kain, dan ia menyerang saudaranya. Habel lebih kuat dibanding Kain, dan Kain kalah dalam pertarungan tersebut, namun disaat-saat terakhir, ia memohon ampun, dan Habel melepaskan ia perlahan-lahan. Dan ketika Kain merasa dirinya telah terlepas dari cengkraman Habel, ia menyerangnya sekali lagi, dan membunuhnya. Jadi benarlah sebuah pepatah, "Janganlah mengampuni kejahatan, jangan sampai kejahatan menjatuhkanmu."
Penghukuman Kain
Kematian Habel oleh Kain sangatlah kejam dan brutal. Karena tidak mengetahui bagian mana yang menyebabkan cedera fatal, Kain menghantam seluruh tubuh Habel dengan batu, hingga ia kemudian memukul pada bagian leher sehingga matilah Habel.
Setelah pembunuhan tersebut, Kain memutuskan untuk melarikan diri, berkatalah ia, "Orang tua kami pasti akan menuntut kematian atas Habel, karena tidak ada manusia lain di bumi." Pikiran ini terlintas pula dalam pikirannya ketika Allah menampakkan diri padanya, dan berkata : "Terhadap orang tua mu engkau dapat melarikan diri, tapi dapatkah engkau menghilang dari hadapan-Ku? Bisakah seseorang bersembunyi ditempat rahasia yang tidak dapat terlihat oleh Ku." Sungguh sayang bagi Habel yang menunjukkan belas kasih nya atas engkau, dan menahan diri untuk membunuhmu, ketika ia memiliki kesempatan! Sayang ia memberi engkau kesempatan hingga engkau membunuhnya!"
Allah bertanya kepada Kain, "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku? Engkau lah yang mengawasi semua mahluk hidup, namun Engkau bertanya pada saya! Benar, Aku telah membunuhnya, namun Engkaulah yang memberiku kecenderungan untuk berbuat jahat. Engkau menjaga segala sesuatu; lalu mengapa Engkau mengizinkan aku membunuhnya? Engkau pula adalah pembunuhnya, jika Engkau menyenangi persembahanku dibanding persembahannya, aku tidak memiliki alasan untuk dengki terhadapnya, dan aku tidak mungkin membunuhnya." Namun Allah berfirman, "Suara dari darah adikmu yang keluar dari banyak lukanya, berteriak terhadap engkau, dan juga darah dari para orang kudus yang mungkin akan muncul dari pinggang Habel."
Jiwa Habel juga mengecam pembunuhnya, karena ia tidak menemuan tempat peristirahatan. Dia juga tidak dapat terbang ke langit, atau berdiam di dalam kubur dengan tubuhnya, karena belum ada jiwa manusia yang pernah melakukan hal ini sebelumnya. Namun Kain tetap menolak kesalahannya. Ia bersikeras bahwa ia tidak pernah melihat orang yang meninggal, dan bagaimana batu-batu yang ia lemparkan kepada Habel akan membuatnya terbunuh? Kemudian, oleh karena Kain, Allah mengutuk tanah yang tidak akan menghasilkan hasil kepadanya, Dengan satu hukuman, kecaman diberikan kepada Kain dan bumi, kepada bumi karena ia menahan mayat Habel, dan tidak menutupinya dari atas permukaan tanah.
Dengan menegarkan hatinya Kain berkata kepada Allah: "Ya Allah penguasa dunia! Siapakah yang memberitahu kepadamu tentang perbuatan manusia? Orang tua ku hanyalah manusia biasa, dan mereka tidak tahu mengetahui perbuatanku. Engkau berdiam di surga, namun bagaimana engkau mengetahui banyak hal yang terjadi di bumi?" Allah menjawab: "Engkau orang bodoh! Aku lah empunya alam semesta. Aku lah yang menciptakan, dan Aku yang menunjangnya." -- jawaban ini merupakan kesempatan bagi Kain untuk pura-pura bertobat. "Engkau yang menunjang dunia ini, dan dosa ku tidak dapat engkau tanggungkan? Sesungguhnya, kesalahanku terlalu besar untuk ditanggung! Namun, kemarin Engkau menghalau ayah ku dari hadapan-Mu, hari ini Engkau menghalau ku. Sesungguhnya, akan dikatakan, menghalau adalah ciri khas Engkau."
Walau hal itu adalah kepura-puraan, dan bukanlah pertobatan, namun Allah memberikan pengampunan terhadap Kain, ditangguhkan setengah penghukumannya. Awalnya, keputusan tersebut adalah mengutuknya menjadi buronan dan pengembara di bumi. Dan sekarang, ia tidak mengembara selamanya, namun tetap menjadi buronan. Dan begitu banyak kesulitan dan penderitaan yang ia lalui, bumi berguncang pada pijakan Kain, dan segala binatang buas dan jinak, termasuk ular yang terkutuk, berkumpul bersama dan mencoba mencabiknya untuk membalas darah tak berdosa Habel.
Akhirnya Kain tidak dapat menahan penderitaan itu, dan, ia mulai menangis dan berseru: "Kemanakah dapat aku menjauh dari kuasa-Mu? atau Dimanakah tempat yang tidak terdapat kehadiratmu?" Untuk melindungi dirinya dari terjangan binatang buas, Allah mengukir 1 huruf dari Nama Kudus-Nya di dahi Kain, dan Ia berfirman kepada para binatang: "Hukuman Kain tidak akan sama dengan hukuman para pembunuh di masa depan. Ia telah menumpahkan darah, namun ia tidak mengetahui hukumnya. Mulai saat ini, barang siapa yang membunuh orang lain, maka ia harus di bunuh." Kemudian Allah memberi dia anjing sebagai pelindung melawan para binatang buas, dan menandai ia sebagai pendosa, Allah mengutuknya menderita penyakit kusta.
Pertobatan Kain, walau tidak tulus, namun menghasilkan kebaikan baginya. Ketika Adam bertemu dengannya, dan bertanya azab apa yang dijatuhkan kepadanya, Kain menceritakan bagaimana pertobatannya telah didamaikan Allah, dan Adam berseru, "Begitu ampuhkah pertobatan yang tidak ku ketahui!" Kemudian ia menggubah sebuah pujian kepada Allah, yang dimulai dengan kata-kata, "Adalah hal yang baik jika engkau mengaku dosa-dosa mu kepada Allah!"
Kejahatan yang dilakukan oleh Kain mengakibatkan keburukan, bukan terhadap dirinya sendiri, tetapi juga terhadap alam. Sebelumnya, dikebun Kain, buah-buahan yang dihasilkan oleh bumi, terasa seperti buah di Firdaus. Namun kini, buah tersebut terasa berbeda, seperti buah berduri dan tajam. Tanah berubah dan memburuk sejak kematian Habel. Pohon dan tanaman yang ditanah yang pernah Habel hidup, menolak untuk menghasilkan buah-buahan, sebagai duka mereka terhadapnya, dan hanya pada kelahiran Seth para tanaman yang dahulu menjadi milik Habel, berbuah kembali. Namun tidaklah semanis buah terdahulu. Sementara itu, sebelumnya, pokok anggur memiliki 926 varietas buah, kini hanya menghasilkan 1 jenis. Demikian pula terjadap spesies lainnya. Mereka akan mendapat kembali ke-emasan mereka pada dunia yang akan datang.
Alam juga juga turut diubah dengan penguburan mayat Habel. Selama waktu yang lama jazadnya terbaring, di atas tanah, karena Adam dan Hawa tidak mengetahui harus diapakan jazad tersebut. Mereka duduk disampingnya dan menangis, sementara anjing milik Habel yang setia, mengusir para burung dan binatang buas yang mendekat.
Pada suatu saat, Adam dan Hawa menyaksikan bagaimana burung gagak menggaruk-garuk bumi disebuah tempat, dan kemudian ia menguburkan burung gagak lain yang mati kedalam tanah. Adam mengikuti contoh burung gagak, mengubur tubuh Habel, dan gagak itu diberkati oleh Allah. Para gagak muda terlahirkan dengan bulu berwarna putih, ketika orang tua mereka meninggalkan mereka karena tidak mengakui sebagai anaknya. Mereka menyerahkannya kepada ular. Namun Allah memelihara mereka sampai bulu mereka menjadi hitam, dan orang tua mereka kembali kepada mereka. Berkah tambahan lainnya adalah, Allah mengabulkan permohonan gagak ketika mereka berdoa agar diturunkan hujan.
Ada 10 generasi dari masa Adam hingga Nuh, untuk melihat bagaimana penderitaan Allah, karena semua generasi ini menyakiti hati Allah dan memancing murka Allah, sampai akhirnya Dia membawa banjir atas mereka. Adalah ketidak-taatan mereka, Allah mengubah rencananya tentang 1000 generasi, diantara penciptaan dan pewahyuan hukum Torah di gunung Sinai. 974 tahun ia menderita sebelum banjir.
Kejahatan datang ke dunia, ketika Hawa melahirkan anak sulungnya, Kain, putra tertua dari Adam. Ketika Allah menganugerahkan taman Firdaus kepada pasangan pertama manusia, Ia memperingatkan kepada para penghuni Firdaus untuk tidak melakukan kekejian sexual antar sesama penghuni. Namun setelah kejatuhan Hawa, Satan, yang memperalat ular, mendekati Hawa, dan buah dari keduanya adalah Kain, leluhur dari segala generasi fasik yang memberontak terhadap Allah, dan bangkit melawan-Nya. Kain adalah keturunan dari Satan, yang juga dikenal sebagai malaikat Samael dalam wujud serafimnya. Pada kelahirannya, Hawa berseru, "Saya mendapatkan seorang lelaki melalui malaikat Allah."
Adam tidaklah bersama Hawa ketika masa kehamilan atas Kain. Setelah ia gagal dalam rayuan Satan yang ke-2 kali, dan membiarkan dirinya gagal ketika melakukan ritual penebusan dosa, ia berpisah dengan Adam dan mengembara ke arah barat, karena ia takut kehadirannya hanya akan membawa kesengsaraan Adam. Adam tetap berada di timur. Ketika Hawa telah memasuki masa melahirkan, ia mulai merasakan kesakitan dan dalam kesengsaraan, ia berdoa kepada Allah memohon bantuan. Dalam doa nya ia berguman. "Siapakah yang dapat membawa pesan tentang keadaanku kepada Adam?" Dan berserulah ia "Ya penghuni langit, aku mohon, bawalah pesanku kepada Adam ketika engkau akan ke Timur!" Pada saat yang sama, Adam berseru : "Ratapan Hawa telah sampai ke telinga ku! Apakah ular sedang menyakiti Hawa," dan ia bergegas mencari Hawa. Dan menemukan ia dalam kesakitan yang luar biasa, Adam lalu mendoakan Hawa, dan muncullah 12 malaikat dengan 2 kekuatan surgawi. Mereka berdiri di sisi kiri dan kanan Hawa, sementara Michael berdiri di sisi kanan, dan menggerakkan tangannya diatas permukaan wajah Hawa hingga ke dada nya, dan berkata, "Terberkatilah engkau, Hawa, dikarenakan Adam. Karena permohonan doa nya, aku dikirim untuk membantu engkau. Bersiaplah untuk melahirkan anak mu!" Seketika anaknya terlahirkan, dengan sosok bercahaya. Sesaat kemudian bayi itu berdiri, dan berlari, ia kemudian kembali dengan memengan setangkai jerami, yang ia beri kepada ibunya. Karena hal ini ia memberi nama Kain, kata Ibrani untuk tangkai jerami.
Adam dan Hawa lalu memboyong anak itu kerumah mereka di sebelah timur. Allah memberi mereka berbagai macam bibit melalui Michael, dan ia diajarkan untuk mengelolah tanah dan menghasilkan buah-buahan, untuk mempertahankan dirinya dan keluarga serta keturunannya.
Setelah beberapa saat, Hawa melahirkan anak keduanya, yang di beri nama Habel, karena katanya, ia dilahirkan tapi untuk mati.
Kain membunuh Habel
Pembunuhan Habel oleh Kain, bukanlah sebuah peristiwa yang tak terduga oleh kedua orang tuanya. Dalam mimpinya Hawa mendapat penglihatan akan darah mengalirnya darah Habel yang keluar dari mulut Kain, yang meminumnya denga lahap, walau saudaranya telah memohon untuk tidak meminum semuanya. Kita ia menceritakan mimpi ini kepada Adam, ia pun meratap, "Ini adalah pertanada kematian Habel ditangan Kain!" Dia lalu memisahkan dua pemuda ini kedalam tugas yang berbeda lokasi dan pekerjaannya. Kain bertani, dan Habel menggembala domba. Namun hal ini adalah sia-sia, dan tidak di cegah.
Sikap permusuhan kepada Habel didasari oleh berbagai macam alasan. Hal ini dimulai ketika Allah mengindahkan persembahan Habel, dengan mengirim api dari surga untuk membakar persembahan Habel, sedangkan persembahan Kain tidak diindahkan-Nya. Mereka mempersembahkan kurban ini pada hari ke-14 Nisan, mencontohi kebiasaan ayah mereka, yang memberi pesan kepada mereka, "Ini adalah hari di mana, di masa yang akan datang, Israel akan mempersembahkan kurban, oleh karena ini, kamu juga harus melakukannya, berilah kurban kepada Sang Pencipta pada hari ini, semoga Ia mendapat kesenangan atas kamu." Tempat kurban yang mereka pilih adalah lokasi altar di Bait Allah, di Yerusalem yang berdiri di masa yang akan datang.
Habel memilih yang terbaik dari ternaknya untuk kurban, namun Kain memakan, persembahannya, hingga ia puas memakannya, barulah ia persembahkan kepada Allah apa yang tersisa, beberapa butir biji rami. Sangatlah besar Kekejian yang ia lakukan, untuk mempersembahkan buah-buahan kepada Allah dari tanah, yang telah dikutuk Allah! tidaklah mengherankan persembahannya tidak diindahkan! Disamping itu, tabiatnya tidaklah berubah, bahkan setelah Allah berfirman kepadanya, "Jika engkau mengubah caramu, rasa bersalamu akan membawa pengampunan, jika tidak, maka engkau akan jatuh kepada kuasa kejahatan. Ia telah berada dipintu hatimu, namun semuanya tergantung engkau, apakah engkau menguasai dia, atau dia berkuasa atas kamu."
Kain merasa ia telah dipersalahkan, dan terjadilah perselisihan antara dirinya dan Habel. Ia berkata kepada Habel, "Saya berpikir, dunia ini diciptakan dengan kebaikan, namun yang aku lihat adalah perbuatan baik tidaklah menghasilkan sesuatu yang baik. Allah memerintah dunia ini dengan kekuatan dengan sewenang-wenag, jika tidak, kenapa ia mengindahkan persembahanmu, dan tidak pada persembahanku?" Habel membantahnya, dengan mengatakan bahwa Allah menghargai niat dari perbuatan, namun bukan perbuatannya. Jika persembahannya diindahkan oleh Allah, dan Kain tidak, itu karena niat hatinya adalah baik, dan saudaranya tidak.
Tapi ini bukan satu-satunya penyebab kebencian Kain terhadap Habel. Salah satunya adalah masalah cinta kepada seorang wanita, yang sesusungguhnya dapat mengundang kejahatan. Untuk memastikan kelangsungan umat manusia, seorang gadis ditakdirkan menjadi istrinya, dan wanita itu adalah anak Adam. Saudara kembar Habel, yang sangat cantik dan jelita, dan Kain menginginkan nya. Dan ia terus-menerus memikirkan cara untuk memisahkan ia dari saudaranya.
Dan kesempatan itu datang. Suatu hari seekor domba milik Habel menginjak tanaman milih Kain. Dengan marah, Kain berseru "Apa hakmu terhadap tanah saya hingga membiarkan domba peliharaanmu berdiri disana?" Habel menjawab: "Apa hak engkau untuk menggunakan hasil dari domba milikku, kau membuat pakaian mu dari bulu mereka? Jika engkau melepaskan jubahmu, dan membayar pula daging-daging mereka yang telah engkau makan, maka aku akan keluar dari tanah yang engkau anggap milikmu, dan sekali pun itu adalah terbang ke udara, jika itu dapat kulakukan." Kain berkata : "Dan jika aku membunuh engkau, siapakah yang menuntut darahmu dari ku?" Habel menjawab : "Allah, yang telah membawa kita ke dunia ini, akan membalaskan bagiku. Ia akan menuntut darahku dari tanganmu, jika engkau membunuhku. Allah adalah hakim, yang akan mengadili segala niat jahat dan perbuatan jahat. Jika engkau membunuhku, Allah lah yang mengetahui rahasia mu, dan Ia akan menjatuhkan hukuman atas kamu."
Kata-kata ini menambah kemarahan dari Kain, dan ia menyerang saudaranya. Habel lebih kuat dibanding Kain, dan Kain kalah dalam pertarungan tersebut, namun disaat-saat terakhir, ia memohon ampun, dan Habel melepaskan ia perlahan-lahan. Dan ketika Kain merasa dirinya telah terlepas dari cengkraman Habel, ia menyerangnya sekali lagi, dan membunuhnya. Jadi benarlah sebuah pepatah, "Janganlah mengampuni kejahatan, jangan sampai kejahatan menjatuhkanmu."
Penghukuman Kain
Kematian Habel oleh Kain sangatlah kejam dan brutal. Karena tidak mengetahui bagian mana yang menyebabkan cedera fatal, Kain menghantam seluruh tubuh Habel dengan batu, hingga ia kemudian memukul pada bagian leher sehingga matilah Habel.
Setelah pembunuhan tersebut, Kain memutuskan untuk melarikan diri, berkatalah ia, "Orang tua kami pasti akan menuntut kematian atas Habel, karena tidak ada manusia lain di bumi." Pikiran ini terlintas pula dalam pikirannya ketika Allah menampakkan diri padanya, dan berkata : "Terhadap orang tua mu engkau dapat melarikan diri, tapi dapatkah engkau menghilang dari hadapan-Ku? Bisakah seseorang bersembunyi ditempat rahasia yang tidak dapat terlihat oleh Ku." Sungguh sayang bagi Habel yang menunjukkan belas kasih nya atas engkau, dan menahan diri untuk membunuhmu, ketika ia memiliki kesempatan! Sayang ia memberi engkau kesempatan hingga engkau membunuhnya!"
Allah bertanya kepada Kain, "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku? Engkau lah yang mengawasi semua mahluk hidup, namun Engkau bertanya pada saya! Benar, Aku telah membunuhnya, namun Engkaulah yang memberiku kecenderungan untuk berbuat jahat. Engkau menjaga segala sesuatu; lalu mengapa Engkau mengizinkan aku membunuhnya? Engkau pula adalah pembunuhnya, jika Engkau menyenangi persembahanku dibanding persembahannya, aku tidak memiliki alasan untuk dengki terhadapnya, dan aku tidak mungkin membunuhnya." Namun Allah berfirman, "Suara dari darah adikmu yang keluar dari banyak lukanya, berteriak terhadap engkau, dan juga darah dari para orang kudus yang mungkin akan muncul dari pinggang Habel."
Jiwa Habel juga mengecam pembunuhnya, karena ia tidak menemuan tempat peristirahatan. Dia juga tidak dapat terbang ke langit, atau berdiam di dalam kubur dengan tubuhnya, karena belum ada jiwa manusia yang pernah melakukan hal ini sebelumnya. Namun Kain tetap menolak kesalahannya. Ia bersikeras bahwa ia tidak pernah melihat orang yang meninggal, dan bagaimana batu-batu yang ia lemparkan kepada Habel akan membuatnya terbunuh? Kemudian, oleh karena Kain, Allah mengutuk tanah yang tidak akan menghasilkan hasil kepadanya, Dengan satu hukuman, kecaman diberikan kepada Kain dan bumi, kepada bumi karena ia menahan mayat Habel, dan tidak menutupinya dari atas permukaan tanah.
Dengan menegarkan hatinya Kain berkata kepada Allah: "Ya Allah penguasa dunia! Siapakah yang memberitahu kepadamu tentang perbuatan manusia? Orang tua ku hanyalah manusia biasa, dan mereka tidak tahu mengetahui perbuatanku. Engkau berdiam di surga, namun bagaimana engkau mengetahui banyak hal yang terjadi di bumi?" Allah menjawab: "Engkau orang bodoh! Aku lah empunya alam semesta. Aku lah yang menciptakan, dan Aku yang menunjangnya." -- jawaban ini merupakan kesempatan bagi Kain untuk pura-pura bertobat. "Engkau yang menunjang dunia ini, dan dosa ku tidak dapat engkau tanggungkan? Sesungguhnya, kesalahanku terlalu besar untuk ditanggung! Namun, kemarin Engkau menghalau ayah ku dari hadapan-Mu, hari ini Engkau menghalau ku. Sesungguhnya, akan dikatakan, menghalau adalah ciri khas Engkau."
Walau hal itu adalah kepura-puraan, dan bukanlah pertobatan, namun Allah memberikan pengampunan terhadap Kain, ditangguhkan setengah penghukumannya. Awalnya, keputusan tersebut adalah mengutuknya menjadi buronan dan pengembara di bumi. Dan sekarang, ia tidak mengembara selamanya, namun tetap menjadi buronan. Dan begitu banyak kesulitan dan penderitaan yang ia lalui, bumi berguncang pada pijakan Kain, dan segala binatang buas dan jinak, termasuk ular yang terkutuk, berkumpul bersama dan mencoba mencabiknya untuk membalas darah tak berdosa Habel.
Akhirnya Kain tidak dapat menahan penderitaan itu, dan, ia mulai menangis dan berseru: "Kemanakah dapat aku menjauh dari kuasa-Mu? atau Dimanakah tempat yang tidak terdapat kehadiratmu?" Untuk melindungi dirinya dari terjangan binatang buas, Allah mengukir 1 huruf dari Nama Kudus-Nya di dahi Kain, dan Ia berfirman kepada para binatang: "Hukuman Kain tidak akan sama dengan hukuman para pembunuh di masa depan. Ia telah menumpahkan darah, namun ia tidak mengetahui hukumnya. Mulai saat ini, barang siapa yang membunuh orang lain, maka ia harus di bunuh." Kemudian Allah memberi dia anjing sebagai pelindung melawan para binatang buas, dan menandai ia sebagai pendosa, Allah mengutuknya menderita penyakit kusta.
Pertobatan Kain, walau tidak tulus, namun menghasilkan kebaikan baginya. Ketika Adam bertemu dengannya, dan bertanya azab apa yang dijatuhkan kepadanya, Kain menceritakan bagaimana pertobatannya telah didamaikan Allah, dan Adam berseru, "Begitu ampuhkah pertobatan yang tidak ku ketahui!" Kemudian ia menggubah sebuah pujian kepada Allah, yang dimulai dengan kata-kata, "Adalah hal yang baik jika engkau mengaku dosa-dosa mu kepada Allah!"
Kejahatan yang dilakukan oleh Kain mengakibatkan keburukan, bukan terhadap dirinya sendiri, tetapi juga terhadap alam. Sebelumnya, dikebun Kain, buah-buahan yang dihasilkan oleh bumi, terasa seperti buah di Firdaus. Namun kini, buah tersebut terasa berbeda, seperti buah berduri dan tajam. Tanah berubah dan memburuk sejak kematian Habel. Pohon dan tanaman yang ditanah yang pernah Habel hidup, menolak untuk menghasilkan buah-buahan, sebagai duka mereka terhadapnya, dan hanya pada kelahiran Seth para tanaman yang dahulu menjadi milik Habel, berbuah kembali. Namun tidaklah semanis buah terdahulu. Sementara itu, sebelumnya, pokok anggur memiliki 926 varietas buah, kini hanya menghasilkan 1 jenis. Demikian pula terjadap spesies lainnya. Mereka akan mendapat kembali ke-emasan mereka pada dunia yang akan datang.
Alam juga juga turut diubah dengan penguburan mayat Habel. Selama waktu yang lama jazadnya terbaring, di atas tanah, karena Adam dan Hawa tidak mengetahui harus diapakan jazad tersebut. Mereka duduk disampingnya dan menangis, sementara anjing milik Habel yang setia, mengusir para burung dan binatang buas yang mendekat.
Pada suatu saat, Adam dan Hawa menyaksikan bagaimana burung gagak menggaruk-garuk bumi disebuah tempat, dan kemudian ia menguburkan burung gagak lain yang mati kedalam tanah. Adam mengikuti contoh burung gagak, mengubur tubuh Habel, dan gagak itu diberkati oleh Allah. Para gagak muda terlahirkan dengan bulu berwarna putih, ketika orang tua mereka meninggalkan mereka karena tidak mengakui sebagai anaknya. Mereka menyerahkannya kepada ular. Namun Allah memelihara mereka sampai bulu mereka menjadi hitam, dan orang tua mereka kembali kepada mereka. Berkah tambahan lainnya adalah, Allah mengabulkan permohonan gagak ketika mereka berdoa agar diturunkan hujan.
No comments:
Post a Comment