Ranting Daud adalah sebuah kelompok keagamaan yang berasal dari sebuah skisma (perpecahan) pada tahun 1950-an dari kelompok "Tongkat Gembala", yang mulanya merupakan anggota-anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang dikucilkan pada tahun 1930-an. Dari awal terbentuknya pada tahun 1930-an, "Tongkat Gembala" mewarisi pandangan apokaliptisisme, yang membuat mereka percaya bahwa mereka hidup di suatu zaman di mana nubuat-nubuat Kristen tentang penghakiman ilahi yang terakhir akan segera terjadi. Mereka menjadi sangat terkenal karena pengepungan pada 1993 atas Mount Carmel Center (Pusat Gunung Karmel) dekat Waco, Texas, oleh agen-agen BATF (Biro Alkohol, Tembakau, dan Senjata) dan FBI, yang mengakibatkan tewasnya 82 orang anggota gereja tersebut, termasuk pemimpinnya, David Koresh. Namun, pada waktu pengepungan itu, Koresh menganjurkan para pengikutnya agar menganggap diri mereka sebagai "siswa-siswa dari Ketujuh Meterai" dan bukan sebagai anggota-anggota "Ranting Daud", sementara faksi-faksi Ranting Daud lainnya tidak pernah mengakui kepemimpinannya.
Pada 1929, Victor Houteff, seorang imigran Bulgaria, mengklaim bahwa ia mendapatkan sebuah pesan baru untuk Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Pesan itu disampaikannya dalam sebuah buku yang berjudul Tongkat Gembala. Klaim-klaimnya tidak diterima dan dianggap memecah-belah oleh pimpinan Gereja itu karena ia menuding apa yang dilihatnya sebagai penyimpangan mereka dari ajaran-ajaran dan standar dasar Gereja. Karenanya, ia dikucilkan dari Gereja itu.
Pada 1935, Houteff mendirikan markasnya di luar Waco, Texas. Hingga 1942, gerakannya dikenal sebagai Tongkat Gembala, namun ketika Houteff merasa perlu untuk meresmikannya sebagai organisasi sehingga anggota-anggotanya dapat mengklaim status sebagai pembangkang perang karena hati nurani, ia menamai kelompoknya Persekutuan Advent Hari Ketujuh Davidian. Istilah "Davidian" di sini merujuk kepada pemulihan kerajaan Daud. Houteff memimpin kelompok Pengikut Daud ini untuk secara eksklusif menginjili kaum Adventis.
Pada 1955, setelah meninggalnya Houteff, sebuah kelompok pecahan dari gerakan ini membentuk Advent Hari Ketujuh Ranting Daud, yang mulanya dipimpin oleh Benjamin L. Roden. "Ranting" di sini merujuk kepada nama baru Kristus. Kelompok ini membangun sebuah pemukiman di luar Waco, Texas, di sebuah lahan yang sebelumnya didiami oleh kelompok Pengikut Daud. Pada 1977, istri Benjamin Roden, Lois mengklaim memperoleh pesannya sendiri, yang salah satu unsurnya mengatakan bahwa Roh Kudus adalah feminin. Hal ini menimbulkan kegemparan di kelompok ini. Ketika Ben Roden meninggal tahun berikutnya, anak mereka, George, berusaha mengambil alih pimpinan, dengan mengklaim bahwa dialah nabi yang tepat dari kelompok ini, namun Lois mengalahkan usahanya.
Pada 1981, Vernon Wayne Howell (yang belakangan mengganti namanya menjadi David Koresh) bergabung dengan kelompok ini sebagai anggota biasa. Pada 1983, Lois Roden mengizinkan Howell untuk mulai menyampaikan ajarannya sendiri, sehingga membuka pintu baginya untuk membangun pengikutnya sendiri sebelum akhirnya mereka berpisah pada awal 1984. Lois juga menghadapi perlawanan dari Charles Pace, seorang Kanada. Selama Paskah 1984, diadakan sebuah rapat umum di Gn. Carmel yang dihadiri semua anggota Ranting Daud, dan hasil akhirnya ialah bahwa kelompok itu terpecah ke dalam beberapa faksi, yang salah satunya setia kepada Howell. Pada saat ini, George Roden memaksa Howell, dan belakangan Pace, meninggalkan properti itu.
Howell membawa pengikut-pengikutnya ke Palestine, Texas, swementara Pace pergi ke Gadsden, Alabama. Namun pada 1988, pendukung George Roden telah kian berkurang, dan sementara ia dipenjarakan karena membangkang terhadap pengadilan, Howell menangani tanah yang dipertikaikan itu sementara Roden tidak ada. Sementara itu, Lois Roden telah meninggal dunia pada 1986, dan ia meninggalkan pesan terakhirnya yang menunjuk Teresa Moore, bersama Irmine Sampson, untuk melanjutkan pekerjaannya.
Pada 1990, Howell mengganti namanya menjadi David Koresh, dengan mengambil nama-nama Alkitab, yaitu Raja Daud dan Raja Koresh. Koresh memusatkan ajaran-ajarannya pada Ketujuh Meterai dan kemampuannya sebagai "Anak Domba" yang akan membukanya. Koresh mendukung keyakinannya dengan penafsiran-penafsiran Alkitab, dengan menggunakan Kitab Wahyu sebagai lensa untuk memahami seluruh Alkitab.
Penyerangan dan pengepungan
Beberapa bekas anggota dari kelompok Koresh menuduh bahwa ia mempraktikkan poligami dengan pengantin-pengantin di bawah umur, secara fisik menyakiti dan menyiksa anak-anak, dan mengumpulkan senjata ilegal. Akhirnya pemerintah meneliti tuduhan-tuduhan ini.
Pada 28 Februari 1993, Biro Alkohol, Tembakau, dan Senjata api (BATF) menyerang Mount Carmel, hingga meneybabkan tewasnya tempat orang agen dan enam anggota Ranting Daud. Pengepungan selama 51 hari berikutnya oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) berakhir pada 19 April ketika kompleks itu terbakar sama sekali, hingga menyebabkan tewasnya 76 anggota Ranting Daud, dan di antaranya 27 orang anak-anak dan Koresh sendiri.
Dengan menyebutkan bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian, para skeptis menuduh bahwa dari permulaan FBI telah dengan sengaja memulai api itu dengan melemparkan granat-granat api ke dalam gedung. Pemerintah melakukan penyelidikan khusus terhadap Komisi Danforth, dan dalam kesaksian resmi FBI menyangkal bahwa mereka telah menggunakan, atau bahkan memiliki akses, terhadap alat-alat bakar dari jenis apapun. Komisi Danforth mengeluarkan sebuah laporan yang menyimpulkan bahwa api itu dimulai di dalam oleh para anggota Ranting Daud. Namun,, pada 1999, FBI dipaksa untuk mengakui bahwa kesaksian yang mereka sampaikan di hadapan Komisi Danforth adalah palsu. FBI kini mengakui bahwa mereka telah menggunakan granat-granat api Flite-Rite pada hari kebakaran itu, namun waktu penggunaannya masih tetap dipertikaikan. Pengakuan FBI tentang kesaksian palsu di hadapan Komisi Danforth menimbulkan pertanyaan tentang kesahihan kesimpulan-kesimpulan Komisi tersebut, namun pemerintah belum melakukan penelitian-penelitian lebih jauh.
Pemerintah mengajukan beberapa orang yang selamat ke pengadilan. Semuanya dibebaskan dari tuduhan melakukan permufakatan untuk membunuh agen-agen federal, namun sebagian dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dengan sengaja.
Untuk informasi lebih jauh, lihat Pengepungan Waco.
Perebutan tanah
Dilumpuhkannya kelompok Koresh memberikan kesempatan kepada yang lain-lainnya untuk mempertikaikan penguasaan mereka atas lahan di Mt. Carmel. Dalam beberapa bulan, Amo Bishop Roden, bekas istri George, pindah ke tanah itu untuk mulai mendudukinya sendirian. Charles Pace, yang memimpin sebuah kelompok non-Koresh, bergabung dalam perebutan lahan tersebut pada 1994.
Kebanyakan orang yang bertahan hidup dan pendukung mengakui Clive Doyle sebagai anggota pengurus organisasi itu dan sebagai orang yang dipercayai lahan tersebut. Renos Avraam, salah seorang anggota Ranting Daud yang dipenjarakan telah menaytakan bahwa ia telah menerima sebuah terang nubuat baru, sebagai “Bejana Pilihan dari Pengantin yang Tersisa.” Namun, kebanyakan orang yang tersisa menentang faksi “Manna Tersembunyi” nya.
Pada 1996, penagdilan memutuskan bahwa tanah itu adalah milik Gereja Advent Hari Ketujuh, Ranting Daud. Namun, pengadilan hingga saat ini menolak untuk memutuskan siapa yang sesungguhnya berhak mewakili “gereja” itu.
Juga pada 1996, beberapa dari sisa pengikut Koresh mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengklaim hak atas properti gereja itu berdasarkan klaim bahwa merekalah yang berhak atas tanah itu.
Seorang pemimpin lain yang tidak terkait dengan kelompok Ranting Daud di bawah Koresh, Doug Mitchell, bergabung dalam kasus ini pada 1998. Mitchell menyatakan bahwa ketika Koresh meninggalkan Mt. Carmel pada 1984, ia menggunakan nama "Adventis Hari Ketujuh Pengikut Daud dari Ranting Daud" untuk para pengikutnya, dan dengan demikian ia "menghapuskan" nama gereja, sehingga melepaskan klaim mereka sebagai Ranting Daud sejati. Pada proses pra-peradilan, upaya-upaya Mitchell untuk mendapatkan keputusan pengadilan terhadap sisa-sisa pengikut Koresh yang akan melarang mereka menggunakan nama dan properti gereja itu ditolak dengan alasan "kurangnya yurisdiksi". Hakim Alan Mayfield merasa bahwa masalahnya melibatkan masalah-masalah gereja yang pengadilan tidak berhak mempertimbangkannya.
Mereka yang selamat telah membatalkan klaim mereka untuk mengubah pemilikan lahan itu sehari sebelum pengadilan dimulai, dan mereka hanya melanjutkan klaim mereka sebagai pewaris sah gereja itu. Klaim Doug Mitchell sebagai ahli waris yang ash atas properti gereja itu tidak diizinkan dipertimbangkan oleh juri, sementara klaim-klaim mereka yang bertahan dan klaim-klaim Amo Roden dipertimbangkan, namun ia diizinkan untuk membela diri terhadap klaim-klaim orang lain. Pada 2000, sebuah juri memutuskan melawan mereka yang bertahan dan Amo Roden. Namun mereka tetap bertahan di atas lahan itu, bersama-sama dengan Charles Pace.
Karena cara penggambaran pemerintah yang telah bertindak dalam konfrontasi 1993 itu, para pengikut Koresh yang selamat telah mendapatkan banyak simpati dan dukungan dari bebagai orang dan kelompok yang merasa bahwa tindakan pemerintah keliru. Dukungna ini telah memberikan kepada mereka sarana untuk melanjutkan identitas dan lahan gereja itu, hingga merugikan para anggota Gereja Advent Hari Ketujuh Ranting Daud, yang menentang Koresh. Lawan-lawannya tidak dapat menggunakan lahan itu dengan sah tanpa berkonflik dengan mereka yang selamat dan lainnya yang menentang atau bermasa bodoht erhadap klaim-klaim mereka. Mereka juga bekerja keras di belakang nama buruk yang dihasilkan oleh Koresh dan para pengikutnya terhadap nama Ranting Daud.
Sebuah kapel baru telah dibangun oleh mereka yang selamat dan pendukung mereka dekat tempat kompleks yang semula. Reruntuhan dari gedung yang lama, termasuk tempat perlindungan dari tornado serta kolam renang yang belum selesai, dapat dilihat oleh para pengunjung. Ada juga beberapa kenang-kenangan tentang para korbannya - baik para korban Ranting Daud, maupun para agen Federal yang tewas. Pohon-pohon perlindungan dengan plakat-plakat berisi nama dari masing-masing anggota Ranting Daud yang tewas telah ditanam di lahan itu. Akhirnya, untuk memperlihatkan simpati mereka yang mendalam terhadap para korban pengeboman Oklahoma City, sebuah tugu peringatan telah didirikan pula di Mt. Carmel.
Sekitar lima puluh hingga tujuh puluh orang menghadiri peringatan kenangan tahunan pada 19 April 2005.
Pada saat ini, Clive Doyle yang bertahan hidup, masih tinggal di Mt. Carmel Center dengan pendukung Ron Goins, yang mengoperasikan sebuah museum pengunjung kecil serta mengadakan penelaahan Alkitab pada setiap hari Sabat. Keluarga Pace juga tinggal diproperti itu dan menyelenggarakan ibadah-ibadah kebaktian.
Namun, hubungan-hubungan mulai berantakan. Pada bulan Agustus, Pace melakukan upacara baptisan bagi anggota-anggotanya di Mt. Carmel, yang diikuti oleh Goins. Hal ini membuat Doyle sebagai satu-satunya pengikut Koresh yang berada di lahan itu, dan ia megnatakan bahwa ia semakin ditekan untuk berpindah gereja atau pergi dari situ. Pada Februari 2006, ia memutuskan untuk pindah ke kota, dan juga mengosongkan museum pengunjungnya.
Hal ini membuat kelompok Pace menguasai Mt. Carmel. Pace telah menolak penanaman sekumpulan pohon peringatan dan menyebutkan sebagai kebiasaan kafir. Kelompoknya juga telah menebang pohon David Koresh, dan menghancurkan plakatnya, untuk mencegah kemungkinan digunakan sebagai berhala. Mereka juga telah menyingkirkan plakat-plakat dari pohon-pohon lain, dengan rencana untuk mengikutsertakan batu-batunya ke dalam bagian dari peringatan mereka yang tewas. Sementara itu, mereka yang selamat menyimpan harapan untuk mengklaim kembali properti itu.
Pada 1929, Victor Houteff, seorang imigran Bulgaria, mengklaim bahwa ia mendapatkan sebuah pesan baru untuk Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Pesan itu disampaikannya dalam sebuah buku yang berjudul Tongkat Gembala. Klaim-klaimnya tidak diterima dan dianggap memecah-belah oleh pimpinan Gereja itu karena ia menuding apa yang dilihatnya sebagai penyimpangan mereka dari ajaran-ajaran dan standar dasar Gereja. Karenanya, ia dikucilkan dari Gereja itu.
Pada 1935, Houteff mendirikan markasnya di luar Waco, Texas. Hingga 1942, gerakannya dikenal sebagai Tongkat Gembala, namun ketika Houteff merasa perlu untuk meresmikannya sebagai organisasi sehingga anggota-anggotanya dapat mengklaim status sebagai pembangkang perang karena hati nurani, ia menamai kelompoknya Persekutuan Advent Hari Ketujuh Davidian. Istilah "Davidian" di sini merujuk kepada pemulihan kerajaan Daud. Houteff memimpin kelompok Pengikut Daud ini untuk secara eksklusif menginjili kaum Adventis.
Pada 1955, setelah meninggalnya Houteff, sebuah kelompok pecahan dari gerakan ini membentuk Advent Hari Ketujuh Ranting Daud, yang mulanya dipimpin oleh Benjamin L. Roden. "Ranting" di sini merujuk kepada nama baru Kristus. Kelompok ini membangun sebuah pemukiman di luar Waco, Texas, di sebuah lahan yang sebelumnya didiami oleh kelompok Pengikut Daud. Pada 1977, istri Benjamin Roden, Lois mengklaim memperoleh pesannya sendiri, yang salah satu unsurnya mengatakan bahwa Roh Kudus adalah feminin. Hal ini menimbulkan kegemparan di kelompok ini. Ketika Ben Roden meninggal tahun berikutnya, anak mereka, George, berusaha mengambil alih pimpinan, dengan mengklaim bahwa dialah nabi yang tepat dari kelompok ini, namun Lois mengalahkan usahanya.
Pada 1981, Vernon Wayne Howell (yang belakangan mengganti namanya menjadi David Koresh) bergabung dengan kelompok ini sebagai anggota biasa. Pada 1983, Lois Roden mengizinkan Howell untuk mulai menyampaikan ajarannya sendiri, sehingga membuka pintu baginya untuk membangun pengikutnya sendiri sebelum akhirnya mereka berpisah pada awal 1984. Lois juga menghadapi perlawanan dari Charles Pace, seorang Kanada. Selama Paskah 1984, diadakan sebuah rapat umum di Gn. Carmel yang dihadiri semua anggota Ranting Daud, dan hasil akhirnya ialah bahwa kelompok itu terpecah ke dalam beberapa faksi, yang salah satunya setia kepada Howell. Pada saat ini, George Roden memaksa Howell, dan belakangan Pace, meninggalkan properti itu.
Howell membawa pengikut-pengikutnya ke Palestine, Texas, swementara Pace pergi ke Gadsden, Alabama. Namun pada 1988, pendukung George Roden telah kian berkurang, dan sementara ia dipenjarakan karena membangkang terhadap pengadilan, Howell menangani tanah yang dipertikaikan itu sementara Roden tidak ada. Sementara itu, Lois Roden telah meninggal dunia pada 1986, dan ia meninggalkan pesan terakhirnya yang menunjuk Teresa Moore, bersama Irmine Sampson, untuk melanjutkan pekerjaannya.
Pada 1990, Howell mengganti namanya menjadi David Koresh, dengan mengambil nama-nama Alkitab, yaitu Raja Daud dan Raja Koresh. Koresh memusatkan ajaran-ajarannya pada Ketujuh Meterai dan kemampuannya sebagai "Anak Domba" yang akan membukanya. Koresh mendukung keyakinannya dengan penafsiran-penafsiran Alkitab, dengan menggunakan Kitab Wahyu sebagai lensa untuk memahami seluruh Alkitab.
Penyerangan dan pengepungan
Beberapa bekas anggota dari kelompok Koresh menuduh bahwa ia mempraktikkan poligami dengan pengantin-pengantin di bawah umur, secara fisik menyakiti dan menyiksa anak-anak, dan mengumpulkan senjata ilegal. Akhirnya pemerintah meneliti tuduhan-tuduhan ini.
Pada 28 Februari 1993, Biro Alkohol, Tembakau, dan Senjata api (BATF) menyerang Mount Carmel, hingga meneybabkan tewasnya tempat orang agen dan enam anggota Ranting Daud. Pengepungan selama 51 hari berikutnya oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) berakhir pada 19 April ketika kompleks itu terbakar sama sekali, hingga menyebabkan tewasnya 76 anggota Ranting Daud, dan di antaranya 27 orang anak-anak dan Koresh sendiri.
Dengan menyebutkan bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian, para skeptis menuduh bahwa dari permulaan FBI telah dengan sengaja memulai api itu dengan melemparkan granat-granat api ke dalam gedung. Pemerintah melakukan penyelidikan khusus terhadap Komisi Danforth, dan dalam kesaksian resmi FBI menyangkal bahwa mereka telah menggunakan, atau bahkan memiliki akses, terhadap alat-alat bakar dari jenis apapun. Komisi Danforth mengeluarkan sebuah laporan yang menyimpulkan bahwa api itu dimulai di dalam oleh para anggota Ranting Daud. Namun,, pada 1999, FBI dipaksa untuk mengakui bahwa kesaksian yang mereka sampaikan di hadapan Komisi Danforth adalah palsu. FBI kini mengakui bahwa mereka telah menggunakan granat-granat api Flite-Rite pada hari kebakaran itu, namun waktu penggunaannya masih tetap dipertikaikan. Pengakuan FBI tentang kesaksian palsu di hadapan Komisi Danforth menimbulkan pertanyaan tentang kesahihan kesimpulan-kesimpulan Komisi tersebut, namun pemerintah belum melakukan penelitian-penelitian lebih jauh.
Pemerintah mengajukan beberapa orang yang selamat ke pengadilan. Semuanya dibebaskan dari tuduhan melakukan permufakatan untuk membunuh agen-agen federal, namun sebagian dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dengan sengaja.
Untuk informasi lebih jauh, lihat Pengepungan Waco.
Perebutan tanah
Dilumpuhkannya kelompok Koresh memberikan kesempatan kepada yang lain-lainnya untuk mempertikaikan penguasaan mereka atas lahan di Mt. Carmel. Dalam beberapa bulan, Amo Bishop Roden, bekas istri George, pindah ke tanah itu untuk mulai mendudukinya sendirian. Charles Pace, yang memimpin sebuah kelompok non-Koresh, bergabung dalam perebutan lahan tersebut pada 1994.
Kebanyakan orang yang bertahan hidup dan pendukung mengakui Clive Doyle sebagai anggota pengurus organisasi itu dan sebagai orang yang dipercayai lahan tersebut. Renos Avraam, salah seorang anggota Ranting Daud yang dipenjarakan telah menaytakan bahwa ia telah menerima sebuah terang nubuat baru, sebagai “Bejana Pilihan dari Pengantin yang Tersisa.” Namun, kebanyakan orang yang tersisa menentang faksi “Manna Tersembunyi” nya.
Pada 1996, penagdilan memutuskan bahwa tanah itu adalah milik Gereja Advent Hari Ketujuh, Ranting Daud. Namun, pengadilan hingga saat ini menolak untuk memutuskan siapa yang sesungguhnya berhak mewakili “gereja” itu.
Juga pada 1996, beberapa dari sisa pengikut Koresh mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengklaim hak atas properti gereja itu berdasarkan klaim bahwa merekalah yang berhak atas tanah itu.
Seorang pemimpin lain yang tidak terkait dengan kelompok Ranting Daud di bawah Koresh, Doug Mitchell, bergabung dalam kasus ini pada 1998. Mitchell menyatakan bahwa ketika Koresh meninggalkan Mt. Carmel pada 1984, ia menggunakan nama "Adventis Hari Ketujuh Pengikut Daud dari Ranting Daud" untuk para pengikutnya, dan dengan demikian ia "menghapuskan" nama gereja, sehingga melepaskan klaim mereka sebagai Ranting Daud sejati. Pada proses pra-peradilan, upaya-upaya Mitchell untuk mendapatkan keputusan pengadilan terhadap sisa-sisa pengikut Koresh yang akan melarang mereka menggunakan nama dan properti gereja itu ditolak dengan alasan "kurangnya yurisdiksi". Hakim Alan Mayfield merasa bahwa masalahnya melibatkan masalah-masalah gereja yang pengadilan tidak berhak mempertimbangkannya.
Mereka yang selamat telah membatalkan klaim mereka untuk mengubah pemilikan lahan itu sehari sebelum pengadilan dimulai, dan mereka hanya melanjutkan klaim mereka sebagai pewaris sah gereja itu. Klaim Doug Mitchell sebagai ahli waris yang ash atas properti gereja itu tidak diizinkan dipertimbangkan oleh juri, sementara klaim-klaim mereka yang bertahan dan klaim-klaim Amo Roden dipertimbangkan, namun ia diizinkan untuk membela diri terhadap klaim-klaim orang lain. Pada 2000, sebuah juri memutuskan melawan mereka yang bertahan dan Amo Roden. Namun mereka tetap bertahan di atas lahan itu, bersama-sama dengan Charles Pace.
Karena cara penggambaran pemerintah yang telah bertindak dalam konfrontasi 1993 itu, para pengikut Koresh yang selamat telah mendapatkan banyak simpati dan dukungan dari bebagai orang dan kelompok yang merasa bahwa tindakan pemerintah keliru. Dukungna ini telah memberikan kepada mereka sarana untuk melanjutkan identitas dan lahan gereja itu, hingga merugikan para anggota Gereja Advent Hari Ketujuh Ranting Daud, yang menentang Koresh. Lawan-lawannya tidak dapat menggunakan lahan itu dengan sah tanpa berkonflik dengan mereka yang selamat dan lainnya yang menentang atau bermasa bodoht erhadap klaim-klaim mereka. Mereka juga bekerja keras di belakang nama buruk yang dihasilkan oleh Koresh dan para pengikutnya terhadap nama Ranting Daud.
Sebuah kapel baru telah dibangun oleh mereka yang selamat dan pendukung mereka dekat tempat kompleks yang semula. Reruntuhan dari gedung yang lama, termasuk tempat perlindungan dari tornado serta kolam renang yang belum selesai, dapat dilihat oleh para pengunjung. Ada juga beberapa kenang-kenangan tentang para korbannya - baik para korban Ranting Daud, maupun para agen Federal yang tewas. Pohon-pohon perlindungan dengan plakat-plakat berisi nama dari masing-masing anggota Ranting Daud yang tewas telah ditanam di lahan itu. Akhirnya, untuk memperlihatkan simpati mereka yang mendalam terhadap para korban pengeboman Oklahoma City, sebuah tugu peringatan telah didirikan pula di Mt. Carmel.
Sekitar lima puluh hingga tujuh puluh orang menghadiri peringatan kenangan tahunan pada 19 April 2005.
Pada saat ini, Clive Doyle yang bertahan hidup, masih tinggal di Mt. Carmel Center dengan pendukung Ron Goins, yang mengoperasikan sebuah museum pengunjung kecil serta mengadakan penelaahan Alkitab pada setiap hari Sabat. Keluarga Pace juga tinggal diproperti itu dan menyelenggarakan ibadah-ibadah kebaktian.
Namun, hubungan-hubungan mulai berantakan. Pada bulan Agustus, Pace melakukan upacara baptisan bagi anggota-anggotanya di Mt. Carmel, yang diikuti oleh Goins. Hal ini membuat Doyle sebagai satu-satunya pengikut Koresh yang berada di lahan itu, dan ia megnatakan bahwa ia semakin ditekan untuk berpindah gereja atau pergi dari situ. Pada Februari 2006, ia memutuskan untuk pindah ke kota, dan juga mengosongkan museum pengunjungnya.
Hal ini membuat kelompok Pace menguasai Mt. Carmel. Pace telah menolak penanaman sekumpulan pohon peringatan dan menyebutkan sebagai kebiasaan kafir. Kelompoknya juga telah menebang pohon David Koresh, dan menghancurkan plakatnya, untuk mencegah kemungkinan digunakan sebagai berhala. Mereka juga telah menyingkirkan plakat-plakat dari pohon-pohon lain, dengan rencana untuk mengikutsertakan batu-batunya ke dalam bagian dari peringatan mereka yang tewas. Sementara itu, mereka yang selamat menyimpan harapan untuk mengklaim kembali properti itu.
No comments:
Post a Comment